KANKER PAYUDARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah mengenai Kanker
Payudara. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Bedah Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Tiur R Purba, Sp.B atas kesediaan beliau sebagai
pembimbing dalam penulisan makalah ini. Besar harapan, melalui makalah ini,
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai kanker payudara semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kesehatan.
Medan, Juni 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................. 2
Bab 2 Tinjauan Pustaka.............................................................................. 3
2.1. Definisi Kanker Payudara............................................................... 3
2.2. Faktor Risiko Kanker Payudara...................................................... 3
2.3. Patogenesis Kanker Payudara......................................................... 8
2.4. Gejala Klinis Kanker Payudara....................................................... 9
2.5. Penegakan Diagnosis Kanker Payudara.......................................... 11
2.6. Penatalaksanaan Kanker Payudara.................................................. 26
2.7. Prognosis......................................................................................... 30
Bab 3 Laporan Kasus.................................................................................. 31
Bab 4 Diskusi Kasus.................................................................................... 36
Bab 5 Kesimpulan........................................................................................ 38
Daftar Pustaka............................................................................................. 39
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
keluarga; (2) menderita kanker payudara sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau
lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium
(3)menderita kanker payudara bilateral (4) menderita kanker payudara pada usia
berapapun, dan dua atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker
payudara; serta (5) laki-laki yang menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu,
anak, kakak atau adik kandung) menderita kanker payudara, meningkat dua kali
lipat, dan meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama
yang menderita kanker payudara. Walaupun faktor familial merupakan faktor
risiko kanker payudara yang signifikan, 70-80% kanker payudara timbul secara
sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi
germline pad agen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13 ditetapkan
sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium herediter. Gen
BRCA1 terutama menimbulkan kanker payudara ER (-). BRCA2 juga banyak
ditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.
Gen ATM menupakan gen yang mengatur perbaikan DNA. Penderita
kanker payudara familial cenderung mengelami mutasi gen ini. Mutasi gen
CHEK2 meningkatkan risiko kanker payudara hingga dua kali lipat. Pada wanita
yang mengalami mutasi CHEK2 dan beberapa familinya menderita keganasan
payudara, risiko wanita tersebut terkena kanker payudara jauh lebih meningkat
lagi, dan pada laki-laki bisa 10 kali lipat bilamana ada delesi pada CHEK2 dari
gen regulator siklus sel ini. Mutasi pada gen supresor tumor p53 meningkatkan
risiko terkena kanker payudara dan juga kanker lainnya seperti leukemia, tumor
otak, dan sarkoma.
yang lebih lambat, yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara
sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada
usia di atas 35 tahun mempunyai risiko tertinggi mengidap terkena kanker
payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut
meningkatkan risiko kanker payudaranya: penggunaan kontrasepsi oral
meningkatkan risikonya sebesar 1,24 kali; penggunaan terapi sulih-hormon
pascamenopause meningkatkan risiko sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari
10 tahun; dan penggunaan estrogen penguat kandungan selama kehamilan
meningkatkan risiko sebesar dua kali lipat. Sebaliknya, menyusui bayi
menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama jika masa menyusui
dilakukan selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa
menyusui mengurangi masa menstruasi seseorang.
4. Gaya hidup
a. Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara;
sebaliknya, obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini
disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.
Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat-globulin dan menurunkan
pajanan terhadap estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan kejadian
anovulasi sehingga menurunkan pajanan payudara terhadap progesteron. Pada
masa pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara yang disebabkan oleh
obesitas pramenopause secara bertahap menghilang, dan peningkatan
bioavabilitas estrogen yang terjadi pada masa ini akan meningkatkan risiko kanker
payudara.
b. Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%.
Olahraga rutin pada pascamenopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%.
6
c. Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
d. Alkohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara
berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar
estrogen endogen sehingga memengaruh responsivitas tumor terhadap hormon.
Kumpulan analsisi terakhir membuktikan bahwa risiko relatif kanke rpayudara
meningkat dari 7% kini menjadi 10% untuk setiap drink tambahan per harinya,
dan keduanya berbanding lurus. Walupun tidak semua data konsisten, konsumsi
alkohol lebih berkorelasi kuat dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan
PR (progesteron receptor) positif sesuai dengan perkiraan.
5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah mejalani terapi
penyinaran pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non
Hodgkin, mereka berisiko menderita keganasan payudara secara signifikan.
Risiko keganasan payudara terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan
pada usia dewasa muda saat payudara sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko
menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut yaitu
pestisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan sehari-hari. Jenis pekerjaan
lain yang berisiko mendapat pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker
payudar antara lain, penata kecantikan kuku yan tiap harinya menghirup uap
pewarna kuku, penata radiologi, dan tukang cat yang sering menhirup cadmium
dari larutan catnya.
7
< 20 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,00
1 2,61
≥2 6,80
20 – 24 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,24
1 2,68
≥2 5,78
25 – 29 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,55
1 2,76
≥2 4,91
≥30 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,93
1 2,83
≥2 4,17
8
2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem
kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
warna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar,
lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik,
ini disebut “tanda kembang kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker
mamae waktu hamil atau laktasi.
b. Palpasi
- Payudara
Umumnya dalam posisi baring, juga dapat kombinasi duduk dan baring.
Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan
arah jarum jam atau searah jarum jam palpasi dengan lembut. Kemudian dengan
lembut pijat areola mamae, papilla mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika
terdapat benjolan, harus secara rinci diperiksa dan catat lokasi, ukuran,
konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan, dll. dari massa itu.
Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan
pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m. pektoralis mayor berkerut. Jika tumor
dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat
besar.
13
- Kelenjar Limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika
memeriksa aksila kanan dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan
ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa
aksila kiri sebaliknya, akhirnya periksa kelenjar supraklavikukar.
14
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk membantu deteksi kanker payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik
untuk staging yaitu dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone
scanning. Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas
indikasi) yaitu magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, PET scan, dan bone
survey. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram, biopsi
harus selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsy jarus halus (fine
needle aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), biopsi terbuka dan
sentinel node biopsy.
a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
Universitas Sumatera Utara 15 tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah
skrining dan diagnostik. Skrining mamografi dilakukan pada wanita yang
asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk usia
50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan sebelum usia 40
tahun (misal wanita yang keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara).
Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih
rumit dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas
payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah bening sekitar payudara.
b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi tidak teratur
(irregular) dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi
maligna. USG secara umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan
solid dan sebagai pengarah untuk biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia
muda. Peran USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.
c. MRI
15
F. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga
dapat diperoleh spesimen silinder jaringan tumor. Core biopsy dapat membedakan
tumor yang noninvasif dengan yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat
digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat
pada mamografi.
G. Biopsi Terbuka
16
J. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan
pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transmirase, alkali-
fosfatase, kalsium darah, penanda tumor “CA 15-3:CEA”).
Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk memperkirakan
adanya metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase dan kalsium untuk
17
4. Grading
Keganasan payudara dibagi menjadi tiga grade bedasarkan derajat
diferensiasinya. Gambaran sitology nucleus sel tumor dibandingkan dengan
nucleus sel epitel payudara normal. Grade I artinya berdiferensiasi buruk, grade II
diferensiasi sedang, dan grade III diferensiasinya baik.
Grading histologi (disebut juga Bloom-Ricardson grade) menilai
formasi tubulus, hiperkromatik nucleus, dan derajat mitosis sel tumor
dibandingkan dengan histologi normal sel-sel payudara. Grade histologi ini uga
dibagi tiga namun dengan urutan yang terbalik disbanding grade nuclear yaitu,
Grade I berdiferensiasi baik, grade II berdiferensiasi sedang, grade III
berdiferensiasi buruk.
5. Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan
penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut system TNM
berdasarkan pada:
a. Tumor Primer
T : kanker primer
TX : kanker primer tak dapat dinilai (missal telah direksesi)
T0 : tak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ.mencakup karsinoma in situ duktal atau
karsinoma in situ lobular, penyakit Paget papila mamae tanpa nodul
(penyakit Paget dengan nodul diklasifikasikan menurut ukuran
nodul).
T1 : diameter tumor <= 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro <= 0,1 cm
18
6. Patologi
pT- : tumor primer (sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar
specimen harus tak terlihat tumor secara makroskopik,
adanya lesi ganas yang hanya tampak secara microskopik
pada tepi irisan tidak mempengaruhi klasifikasi)
N- : kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat
sebelumnya)
pN0 : secara histologik tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor
terisolasi (ITC)
pN0 (i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologi
ITC positif
pN0 (mol-) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan
molekuler ITC negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologist tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan
molekuler ITC negatif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar >0,2 mm, tapi ≤2 mm).
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic, atau dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi
tanda bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatic,
dan minimal satu kelenjar limfe metastatic berdiameter
maksimal >2 mm.
20
M – metastasis jauh
2. Invasive carcinoma
I. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
25
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60%
kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke
KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause or
postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras.
Batasnya kurang tegas dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya
membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering
berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan
jarang mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan
frekuensi metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate
mirip mucinous dan tubular carcinoma.
a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara.
Berbagai jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan
yang berbeda-beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas
tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III.
Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral
tanpa ada metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor
dan fasia pectoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada
stadium dini dan lokal lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan
mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II.
Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor
stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini
yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jarungan
payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks
dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai
rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan
ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer dan potong beku sub areola: bebas
tumor.
28
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat
lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa melalui aliran darah atau diberikan
langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini
sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant,
neoadjuvan, dan primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel
kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro
metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan
yang lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan
lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid
(C), metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan
salah satu zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam
kombinasi tersebut.
29
c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan
gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan berpotensi
untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara.
d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana atau progesterone
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun
ukuran tumor.
Radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6
Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara
seimbang untuk tindakan kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS)
atau lobular carcinoma in situ (LCIS) • Belum pernah diradiasi dibagian
dada • Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau skleroderma •
Memiliki alat radiasi yang adekuat
b) Inoperabel (IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi
+ terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
31
2.7. Prognosis
BAB 3
LAPORAN KASUS
REKAM MEDIS
Nama : Juliati
No.MR : 00.66.05.28
Tempat/Tgl Lahir : Sibulan/01 Februari 1978
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. P.Sumatera LK III Kota Tebing Tinggi
Tanggal Masuk : 23 Juni 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Borok pada payudara kiri
Telaah :
Hal ini dialami pasien dalam 2 bulan ini. Awalnya pasien mengeluhkan adanya
benjolan sejak 1 tahun yang lalu, benjolan sebesar kelereng. Benjolan terletak
pada payudara kiri, konsistensi keras, nyeri (-), perubahan warna kulit payudara
(-), kulit seperti jeruk (-), kulit payudara tertarik (-), kelainan pada puting seperti
puting tertarik (+), keluar cairan dari puting (-). Kemudian benjolan dirasakan
semakin membesar dan lama kelamaan pecah lalu menjadi borok. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan adanya penurunan nafsu makan dan berat badan yang
menurun sebanyak 10 kg dalam 6 bulan ini. Riwayat menarche saat usia 11 tahun,
pasien berusia 22 tahun saat melahirkan anak pertama dan pasien menyusui
selama 2 tahun, pemakaian KB suntik (-). Riwayat penggunaan obat-obatan
hormonal (-). Konsumsi alkohol (-), riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
(-), riwayat terpapar radiasi (+), pasien bekerja sebagai buruh pabrik lampu mobil
selama 10 tahun. Pasien telah berobat alternative namun tidak ada perbaikan,
sehingga pasien memutuskan untuk datang ke dokter. Pasien sebelumnya sudah
melakukan pemeriksaan histopatologi dengan hasil invasive ductal carcinoma dan
sudah mendapat kemoterapi 3x.
33
RPT :-
RPO : tidak jelas
Status Presens
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
HR : 84 x/menit, reg
RR : 22 x/menit
Temp : 36,8 °C
Karnofsky Score : 50%
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mata : Palpebra anemis (+/+), Refleks cahaya (+/+), Pupil Isokor.
T/H/M : Tidak ada kelainan
Leher : JVP R+2 cmH2O
Thorax : Inspeksi : simetris fusiformis
Ukuran dan bentuk kedua payudara tidak simetris, ukuran
payudara kiri lebih besar daripada payudara kanan. Warna
kulit payudara kiri dan kanan tidak sama, luka dijumpai
pada payudara kiri. Pemekaran pembuluh darah (-),
tarikan pada kulit (-), peau de orange (-), retraksi puting
(+), ekzema pada puting/areola (-), nipple discharge (-).
Benjolan di axilla (+), benjolan di infra dan supra
klavikula (-).
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan, kesan normal
Teraba pembesaran KGB di aksila sebelah kiri, nodul
berukuran 1cm, mobile.
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: Vesikuler, ST: -
34
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (24-06-2016):
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Darah Lengkap
Hb 9,2 12-16
Ht 30 38 – 44
35
Rencana Tindakan:
1. Transfusi PRC 175cc
2. USG liver
3. Foto thorax
4. Kemoterapi
Follow up
Tanggal S O A P
Terapi Rencana
Pemeriksaan
Histopatologi:
Invasive Ductal
Carcinoma
25/06/20 Luka Sens : Compos (L) Breast -IVFD RL 20 - Kemoterapi
16- borok Mentis Ca gtt/hari ditunda,
26/06/20 (+), TD : 120/70 T4bN1M0 menunggu
nyeri - Inj. ranitidin
16 mmHg, + Post hasil Lab post
(+), 50 mg/12 jam
lemas HR : 76 x/menit, NAC 3x tranfusi
(+) RR : 16 x/menit, -inj ketorolac
T :36.8°C 30 mg/ 8 jam
BAB 4
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Faktor Resiko:
Umur > 35 tahun Wanita
Anak pertama lahir setelah Usia: 38 tahun
usia 35 tahun Menarche 11 tahun
37
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA