Anda di halaman 1dari 6

BIOLOGI GIZI

RINGKASAN BAB 9 DAN BAB 13


(Prokabiotik, Mikrobiome, dan Pangan Fungsional)

Dosen Pengampu:
Dr. Helmizar, SKM, M. Biomed

Di Susun Oleh:
Wienda Marsya Putri_2211229002
Gizi A2

DEPARTEMEN GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
BAB IX
INFEKSI H. PYLORI: TUKAK LAMBUNG HINGGA KANKER LAMBUNG

Tahun 1982 Dr. Barry Marshall, seorang dokter gastroenterolog dari perth-Australia
menemukan bakteri yang dimana beliau melakukan percobaan langsung pada dirinya, sehingga
dia menemukan bakteri ini pada penderita peradangan di lambung dan tukak lambung, sakit
maag atau penyakit gastritis.
Bakteri tersebut ialah H. pylori, bakteri ini tumbuh sangat lama sehingga sulit untuk
mendapatkan isolatnya. Penemuan bakteri ini ketika liburan Paskah, Dr Marshall memeram
isolat bakteri dalam cawan petri selama 5 hari dan ternyata tumbuh koloni yang teridentifikasi
sebagai H. pylori, bakteri gram negatif berbentuk spiral, mempunyai multi-flagella sehingga
bisa “berenang”, hidup di dalam lapisan lambung dan usus dua belas jari. Bakteri ini suka pada
kelembaban yang tinggi, sedikit O2 dan ekstra CO2 serta bersifat patogen.

A. Bersembunyi dalam Lambung


Urease, enzim penghidrolisis urea menjadi ammonia dan CO 2 dihasilkan oleh H. pylori.
Lambung mengandung sekitar setengah galon asam lambung, terdiri dari enzim pencernaan dan
HCl pekat ber Ph 1,7-2,0 yang mudah melumatkan makanan sekeras apapun, termasuk bakteri
dan virus. H. pylori punya kebolehan bertahan dan berkembang biak dalam lambung, karena
mempunyai enzim urease sehingga terbentuk kabut hasil netralisasi asam lambung di sekitarnya
dengan ammonia yang “mengamankan” bakteri ini.
Reaksi yang terjadi:
C= O (NH2)2 + H+ + 2H2O  HCO3- + 2 NH4+
urease

B. Infeksi H. pylori
Terinfeksi bakteri H. pylori tidak berarti otomatis menderita tukak lambung. Hanya 10%
yang terinfeksi menjadi sakit semasa hidupnya. Infeksi banyak terjadi pada anak balita,
khususnya di negara2 berkembang dan ekonomi lemah, serta padat penduduknya. Penularan bisa
terjadi melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses, dan pada air liur orang yang
terinfeksi bakteri ini juga dijumpai H. pylori, sehingga penyebaran melalui mulut. Namun pada
umumnya infeksi bakteri ini prevalensinya tinggi pada daerah di mana kebersihan tidak
diindahkan, sehingga banyak ditemukan di daerah2 ekonomi lemah dan rawan gizi khususnya di
negara berkembang.

C. Menimbulkan tukak dan pemicu kanker lambung


Salah satu penyebabnya adalah infeksi bakteri, tetapi tukak atau luka juga bisa disebabkan
oleh penggunaan obat-obatan nonsteroidal anti-inflammatory agents (NSAIDs) seperti aspirin.
Pada beberapa kasus, tumor yang berkembang menjadi kanker pada lambung atau pankreas
dapat menyebabkan tukak atau luka.
H. pylori sebenarnya bakteri yang tidak tahan asam, namun bisa mengamankan dirinya pada
lapiran mukosa lambung. Keberadaannya di situ terbenam dalam lapisan mukosa lambung dan
melemahkan lapisan lambung sehingga asam bisa menembusnya, dengan demikian baik asam
lambung maupun bakteri melukai lapisan lambung sehingga terbentuk luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespons infeksi H. pylori dengan mengirimkan butir darah
putih, sel T killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian, semuanya tidak dapat
melawan infeksi, sebab tidak dapat mencapai lapisan lambung tetapi juga tidak bisa dibuang,
sehingga respons kekebalan tumbuh dan tumbuh. Polymorph mati, dan mengeluarkan senyawa
perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan
sel butir darah putih, dan merupakan sumber nutrisi juga bagi H. pylori. Dalam beberapa hari,
gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk. Dengan demikian bisa saja tidak hanya H.
pylori sendiri penyebab tukak lambung, tetapi inflamasi/peradangan lapisan lambung terjadi
sebagai respons terhadap infeksi H. pylori.

1. Gejala tukak lambung


Terdapat beberapa gejala tukak lambung, yaitu pegal-pegal di punggung, berat badan
berkurang, kurang nafsu makan, kembung, mual, muntah-muntah, tiba-tiba sakit perut
berkepanjangan, feses berdarah atau berwarna hitam, muntah darah atau muntah seperti bubuk
kopi.
2. Diagnosis
Diagnosa infeksi bakteri ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu invasif yang
memerlukan endoskop, dan non invasif, yaitu salah satu di antaranya tes urea-pernapasan (urea
breath test), yang cukup akurat untuk mendiagnosa maupun mengevaluasi efektivitas
pengobatan terhadap infeksi H. pylori.
Sebelum melakukan uji pernapasan, diwajibkan untuk berpuasa selama 6 jam dari tengah
malam, dan tidak mengkonsumsi antibiotik dan obat pengurang asam lambung (PPI) dalam 2
minggu sebelum dan setelah dilakukan uji ini. Napas ditiupkan ke dalam suatu tabung,
kemudian meminum larutan C- 13 urea dalam air, yaitu urea berlabel non radioisotop yang
aman untuk dikonsumsi dalam tes ini.
Adanya H. pylori dalam lambung berakibat terhidrolisisnya C13 -urea oleh urease menjadi
asam bikarbonat, yang lebih lanjut akan terurai CO2 yang keluar sebagai napas dan H2O. Uji
pernapasan dengan urea mempunyai ketepatan 96-98%, dan sangat spesifik, sebab yang diukur
adalah aktivitas urease yang dihasilkan oleh H. pylori yang aktif. Gambar 50 memperlihatkan
mekanisme uji urea breath test.

3. Penanganan infeksi H. pylori


Penanganan infeksi II. pylori bisa menggunakan obat-obatan yaitu antibiotik, seperti
tetracycline, amoxilin, obat-obatan untuk mengurangi asam lambung seperti penghalang H:
dengan memblokir histamin yang menstimulir sekresi asam, dan proton pump inhibitor (PPI)
mengurangi produksi asam, dengan menahan mekanisme pemompaan asam ke dalam lambung.
Bismuth subsalicylate merupakan pelindung lapisan lambung terhadap asam lambung. juga
membunuh H. pylori.
Antibiotik yang digunakan bisa memberikan efek yang tidak menyenangkan seperti
resistensi, mual, muntah-muntah, diare, feses yang hitam, rasa sepat di mulut, panas dingin, dan
sakit kepala. Journal of Antimicrobial Chemotherapy (2001) melaporkan bahwa peranan bakteri
probiotik Lactobacillus gasseri (LG21) terhadap infeksi H. plyori pada manusia, yang secara
nyata menekan infeksi. Hal tersebut merupakan suatu alternatif penanganan yang aman
dibanding terapi antibiotik dan obat-obatan lainnya.
BAB XII
PROSPEK RISET PROBIOTIK

Fungsi probiotik dapat dipelajari melalui korelasi genotip dan fenotip. Ketersediaan sekuen
genom spesies probiotik sebagai model akan sangat membantu mengukur kemampuan dan sifat
strain probiotik. Sekuen genom dan analisis kultur probiotik sangat penting dalam
mengidentifikasi dua kategori utama sistem gen. Pertama yaitu sesuatu yang dibutuhkan untuk
bertahan dan beraktivitas dalam kondisi lingkungan yang ekstrim berbeda seperti misalnya
antara di dalam bahan pangan dengan saluran pencernaan. Kedua, responsif sistem gen yang
bereaksi terhadap berbagai stimulus yang berasal dari makanan maupun saluran pencernaan.
Diawali melalui makanan, probiotik harus bisa bertahan dalam jumlah besar dengan kerusakan
seminimal mungkin. Selanjutnya dalam saluran pencernaan, mampu bertahan dalam melalui
berbagai kondisi stress seperti asam dan empedu untuk dapat beraktivitas secara fungsional
seperti kompetitif dan aktivitas fungsionalnya pada lokasi target in vivo. Semuanya ini terjadi di
tingkat sistemik sehingga tidak mungkin ditelaah secara empiris.
Diperlukan pendekatan genomik fungsional yang dapat mengidentifikasikan sistem gen
yang dibutuhkan dan memperjelas sistem ekspresi gen yang dapat diinduksi yang bisa memandu
aktivitas dan fungsi penting probiotik melalui kondisi lingkungan kontrast tersebut di atas.
Berbagai kondisi stress dan stimulus dikenali untuk menstimulir ekspresi gen terkoordinasi
dalam mikroba yang membantu mengarahkan ke kondisi toleran. Kondisi sublethal terhadap
asam, panas, dingin, atau garam dan mencapai masa tumbuh stasioner diketahui dapat
menstimulir respons genetik pada bakteri yang dapat meningkatkan toleransi dan juga proteksi
terhadap kondisi stress lainnya. Sistem gen yang responsif terhadap kondisi stress sedang
diidentifikasi pada kultur probiotik dan nantinya dapat dieksploitasi untuk mengatasi maupun
meningkatkan kemampuan bertahan dalam proses pengolahan makanan, selama penyimpanan,
maupun dalam lambung dan saluran pencernaan (Walker dan Klaenhammer, 1996).
Target modifikasi dan perbaikan genetic mencakup stimulasi imun dan pengembangan
vaksin oral, antimikroba, bakteriosin, sintesis dan produksi vitamin, adesi dan kelonisasi, enzim
pencernaan, dan rekayasa metabolic untuk mengubah produk seperti misalnya polisakharida,
asam organik, atau menggabungkan probiotik dengan prebiotik yang khusus untuk
meningkatkan fungsi probiotik. Area riset yang menantang dan akan sangat mempengaruhi terapi
probiotik dan proebiotik adalah komunikasi sel-sel. Mikroba berkomunikasi dengan inangnya,
dalam hal ini tubuh manusia, dan dengan mikroba lainnya. Konsep probiotik yang telah berumur
100 tahun akan membutuhkan strategi yang kompleks dan melibatkan riset multidisiplin ilmu,
yang merupakan gabungan dari mikrobiologi, ekologi, imunologi, biologi sel, genomik,
bioinformatik, ilmu pangan dan kedokteran, agar dapat dibuktikan secara ilmiah paradigma baru
bagi probiotik dan prebiotik dalam memelihara kesehatan dan mencegah penyakit.

Anda mungkin juga menyukai