Anda di halaman 1dari 18

PENGGUNAAN METODE ARMS-PCR UNTUK MENDETEKSI BAKTERI

HELICOBACTER PYLORI TERHADAP PENDERITA GASTRITIS KRONIS


YANG RESISTEN TERHADAP ANTIBIOTIK PENICILIN DI RUMAH
SAKIT BAHTERAMAS KOTA KENDARI

OLEH :

NAMA : WA ODE NURSAKINAH

NIM : A201901086

KELAS : E3

DOSEN : SANATANG,S.Si.,M.Sc

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan atau
inflamasi pada lapisan lambung. Gastritis berbeda dengan dispepsia,yang
merupakan suatu sindroma klinis. Sementara gastritis adalah diagnosis yang bisa
ditegakkan secara histologis, bukan diagnosis klinis. Gastritis merupakan proses
inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung sebagai respon terhadap jejas
(injury) yang dapat bersifat akut maupun kronik dimana faktor-faktor
proinflamasi,atau disebut dengan sitokin, teraktivasi dan menyebabkan terjadinya
inflamasi mukosa.Infeksi dengan kuman Helicobacter pylori merupakan
penyebab tersering gastritis kronik aktif di seluruh dunia. Sementara gastritis
kimiawi seperti akibat NSAID merupakan faktor resiko terpenting nomor 2
terjadinya ulkus peptikum setelah gastritis H.pylori.
Berdasarkan penelitian WHO (Word Health Organization) dilaporkan
prevalensi gastritis dibeberapa negara sebagai berikut : Inggris 22%,China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5%. Sekitar 1,8-2,1 juta penduduk
mengalami gastritis setiap tahunnya.
Helicobacter pylori memegang peranan penting terjadinya gastritis dan
ulkus peptikum. Infeksi Helicobacter pylori (H.pylori) diperkirakan terjadi pada
50% populasi di dunia di mana sebagian besar infeksi tersebut terjadi di negara-
negara berkembang yaitu sebesar 70-90% dan hanya 40-50% di negara-negara
industri. Gastritis terkait NSAID ini juga merupakan masalah medis yang sering
dijumpai di praktek klinis. Sekitar 11% populasi US mengalami masalah ini.
Prevalensi H.pylori di negara barat terus menurun dan ini disebabkan perbaikan
standar hidup, higiene yang baik, tingkat kepadatan yang rendah, dan
penggunaan antibiotik. Sementara di Asia, tingkat infeksi H.pylori sangat tinggi,
termasuk di Indonesia.
Helicobacter pylori adalah bakteri yang dapat tumbuh di saluran

pencernaan manusia, terutama di lambung. Bakteri ini memiliki kemampuan

untuk menimbulkan infeksi dengan cara menyerang dan merusak dinding

lambung dan usus halus. Pada kondisi normal, lambung akan mengeluarkan asam

untuk membunuh bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan bersama

makanan. Akan tetapi, Helicobacter pylori dapat hidup dalam asam, sehingga

asam lambung tidak efektif dalam membunuh bakteri tersebut. Infeksi

Helicobacter pylori kebanyakan tidak menimbulkan gejala yang signifikan pada

penderita. Akan tetapi jika terjadi terus menerus, infeksi Helicobacter pylori

dapat menimbulkan penyakit saluran pencernaan, seperti gastritis (maag akut

atau maag kronis) dan tukak lambung. 

Helicobacter Pylori (H. Pylori) merupakan bakteri gram negatif, yang

memproduksi urease, berbentuk batang melengkung atau spiral yang merupakan

salah satu infeksi bakteri yang sering terjadi pada manusia di dunia. Infeksi ini

mengenai lebih dari setengah populasi dunia.Bakteri ini adalah bakteri yang

dinding selnya terdiri dari lapisan lipopolisakarida atau yang diketahui sebagai

endotoksin.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara

mendeteksi Helicobacter pylori Dengan Metode ARMS PCR Pada Penderita


Gastritis kronis yang resisten terhadap antibiotik penicilin di rumah sakit

Bahteramas kota kendari

1.3 Tujuan penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deteksi Helicobacter pylori
Dengan metode ARMS PCR Gastritis kronis yang resisten terhadap antibiotik
penicilin di Rumah sakit Bahteramas kota kendari
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori merupakan bakteri Gram negatif berbentuk spiral
dan bersifat mikro-aerofilik.Organisme ini mempunyai 7 flagella, ketebalan
organisme ini 0,6 mmdengan panjang 1,5 panjang gelombang
(lambda).Helicobacter pylori dapat tumbuh dengan baik pada suhu 35-370 C,
dan memproduksi enzim katalase, cytochrom oxidase, urease, alkaline
phosphatase, dan glutamyl transpeptidase.Bakteri ini berkolonisasi didalam
lambung manusia dan menyebabkan infeksi mukosa yang berat, serta respon
imun lokal maupun sistemik.(Warganegara E dan Bunga.U.N.T,2016)
H. pylori ditemukan pada tahun 1982 oleh Warren dan Marshall pada
lambung. Hasil penelitian dan penemuan ini telah menambah informasi dan
pengetahuan terutama tentang penyebab penyakit saluran cerna pada bagian
atas. Bakteri H. pylori ini termasuk bakteri gram negatif, memiliki bentuk
spiral, menghasilkan enzim urease (Zhou et al, 2017), berkolonisasi di dalam
lambung manusia karena dapat hidup pada kondisi minim oksigen dan
mengakibatkan inflamasi mukosa yang berat, serta respon imun lokal maupun
sistemik. Sebagain besar informasi tentang penyebaran H. pylori yaitu
penularan dari individu yang terinfeksi ke individu yang sehat melalu mulut
contohnya muntah, refluks asam lambung, dan kotoran melalui lalat dan
kecoa sebagai vektornya.(Sa’aban A,2022)
Bakteri H. pylori dikenal sebagai bakteri pertama yang bersifat
karsinogen. Infeksi bakteri yang menimbulkan inflamasi (gastitis) dan
berkelanjutan atau dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko
terjadinya adenokarsinoma lambung.Gastritis yang berkepanjangan atau
gastritis kronis dapat berkembang menjadi luka lambung,atropi lambung,
metaplasia pencernaan, hingga kanker lambung. Gastritis kronik bahkan dapat
berkembang menjadi proliferasi limfotik monoklonal, berkembangnya folikel
limfoid, dan limfoma lambung primer di mana kejadian tersebut lebih dikenal
dengan keadaan lesi prekanker.(Ratnadevi T dkk,2016)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh World Health
Organization (WHO), didapati kejadian gastritis di beberapa negara seperti,
Inggris 22 %, China 31 %, Jepang 14,5 %, Kanada 35 % dan Perancis 29,5.
Sedangkan, untuk di Asia Tenggara gastritis mencapai angka sekitar 583.635
kasus dari jumlah penduduk setiap tahunnya.(Ndruru R.K dkk,2019)
Gastritis kronis secara epidemiologi dan biologi dihubungkan dengan
terjadinya kanker gaster. Beberapa penelitian juga menyebutkan H pylori di
duga mempunyai peran dalam patogenesis gastritis kronis dan kanker gaster.
Namun demikian faktor carcinogenesis ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
meliputi lingkungan, strain bakteri dan respon imun tubuh.Studi
epidemiologis saat ini, juga menunjukkan lebih dari 80% kasus karsinoma
lambung dikaitkan dengan adanya infeksi H pylori.(Damayanti L dkk,2015)
Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambungyang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat
dengan asamlambung yang pekat.
hasil penelitian Mayasari dan Hutahean menyatakan bahwa keberhasilan
pengobatan gastritis meliputi 4 aspek yaitu tepatanya indikasi, pemilihan obat,
pemberian dosis serta ketepatan pasien (sesuai dengan patologis). Sehinga
tidak cukup hanya melakukan pengobatan secara tradisional dalam
menganalisis ketepatan dalam pengobatan. Selain itu penyakit ini dapat
menjadi parah dan penyebarannya meluas karenapenggunaan antibiotik yang
minim untuk mengatasi infeksi H. pylori oleh masyarakat Baduy. Padahal
penggunaan antibiotik sangatlah penting dalam mengobati infeksi bakteri H.
pylori, karena antibiotik dapat langsung bekerja untuk menghambat atau
menghilangkan bakteri H. pylori yang bisa menimbulkan gejala dispepsia.
dibutuhkan terapi eradikasi H. pylori, salah satunya dengan mengonsumsi
antibiotik metronidazole.Terapi eradikasi juga harus tepat dan sesuai dengan
pola pengobatan, karena berjalannya waktu terjadi peningkatan resistensi
terhadap antibiotik. Sehingga tampak pengaruh yang besar dalam penggunaan
antibiotik dalam terapi eradikasi pada pasien infeksi H. pylori.
Penegakan diagnosis gastritis kronik akibat infeksi H.pylori berdasarkan
Sydney system sesuai dengan Grading The Morphological Varia beles dengan
menggunakan skala analogi visual seperti dibawah ini.
Gambar 1. skala visual analogue
B. Gen Helicobacter pylori
H. pylori memiliki berbagai macam gen, diantaranya gen cagA, vacA,
cagE,cagL dan babA. Gen cagA (cytotoxin-associated gene A) menghasilkan
protein cagA dengan berat molekul 120-140 kD yang terletak pada bagian
dalam permukaan membran plasma. Protein ini difosforilasi oleh asam amino
glutamat, prolin, isoleusin, tirosin, alanin yang disebut dengan EPIYA.
Protein ini disandikan oleh gen cagA pada regio.Berdasarkan urutan asam
aminonya, EPIYA dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu EPIYA A, B,
C, dan D. Gen cagA Western type memiliki EPIYA tipe ABC sedangkan gen
cagA East Asian type memiliki EPIYA tipe ABD.
Tipe ABD. 3,6-9 Gen vacA memiliki struktur mosaik yang terdiri dari
variasi alel pada regio signal (s), regio middle (m), dan regio intermediate (i).
Gen ini menghasilkan vacuolating cytotoxin yang berfungsi sebagai inhibitor
aktivasi sel T sehingga melindungi H. pylori dari proses imunitas seluler.
Sekitar 50% dari H.pylori memiliki gen ini.
Gen cagE menghasilkan protein cagE yang menyebabkan protein
H.pylori dapat memasuki sel epitel gaster, khususnya pada epitel sel gaster
yang menghasilkan mukus.10 Gen cagL menghasilkan protein cagL berfungsi
untuk menempel dan mengaktifkan reseptor integrin α5β1, sehingga molekul
efektor bakteri dapat masuk menuju sel epitel. Selanjutnya protein cagL
mengaktivasi enzim focal adhesion kinase (FAK) yang menginduksi elongasi
dan proliferasi epitel gaster. Gen babA (blood-group antigen-binding adhesin)
mengkode protein membran yang berikatan dengan sel epitel gaster dan
membentuk saluran untuk memasukkan protein H.pylori menuju sel epitel
(Utami C.P dan Endah Z,2015)
C. Terapi eradikasi H. pylori
Terapi eradikasi H. pylori, salah satunya dengan mengonsumsi antibiotik
penicilin dan amoxicilin namun jika pasien alergi terhadap obat tersebut
disarankan untuk menggantinya dengan obat metronidazole.Pada pasien
dengan riwayat alergi yang tidak jelas pemberian obat harus didahului dengan
test sensitivitas obat,bila hasil uji sensitiftas obat inkonklusif pemberian obat
dapat dilakukan dengan supervisi.Terapi eradikasi H. pylori menggunakan
antibiotik amoksisilin, penicilin atau metronidazole, hal ini dikarenakan
bersifat sinergis, karena mekanisme aksi dari amoksisilin adalah dengan
menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih
pada ikatan penisilin-protein (PBPs), sehingga menyebabkan penghambatan
pada tahapan akhir sintesis transpeptidase peptidoglikan dalam dinding sel
bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel menjadi terhambat, permeabilitas
meningkat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis). Pada saat dinding sel rusak
inilah, kemudian klaritromisin ataupun metronidazol dapat masuk dan mulai
bekerja. Mekanisme aksi dari klaritromisin adalah dengan cara mengikat
subunit ribosom 50s yang mengakibatkan penghambatan sintesis protein
bakteri, sedangkan mekanisme aksi dari metronidazol adalah berinteraksi
dengan DNA yang menyebabkan hilangnya struktur helix DNA dan
kerusakan untaian DNA, sehingga terjadi hambatan pada sintesa protein dan
kematian sel organisme.(Atharini Y.H dkk,2016)
Terapi eradikasi juga harus tepat dan sesuai dengan pola pengobatan,
karena berjalannya waktu terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik.
Sehingga tampak pengaruh yang besar dalam penggunaan antibiotik dalam
terapi eradikasi pada pasien infeksi H. pylori.
Terdapat 4 skenario yang dapat dilakukan bila terapi pertama tidak
dapat mengeradikasi infeksi H. pylori, yakni :
1. Kombinasi PPI dan Antibiotik yang Sebelumnya tidak Digunakan
Pada pasien yang mendapatkan kombinasi PPI dengan amoxicillin
dan clarithromycin, dapat diberikan metronidazole sebagai pengganti
salah satu antibiotik yang digunakan. Pada kombinasi terapi ini, lama
pemberian dan dosis yang digunakan sama dengan kombinasi PPI pada
lini pertama.
2. Terapi Kombinasi Bismut
Terapi kombinasi bismut dengan metronidazole dan tetrasiklin dapat
digunakan sebagai terapi lini kedua pada pasien yang gagal dengan terapi
kombinasi PPI. Sebagai lini kedua, lama pemberian kombinasi terapi
bismut yang disarankan adalah 14 hari dengan kemampuan eradikasi
yang secara bermakna lebih besar dibanding pemberian selama 7 hari.
3. Terapi Kombinasi Levofloxacin
Pemberian levofloxacin 250 mg 2 kali sehari (atau 500 mg sekali
sehari), PPI dan amoxicillin 1 gram dua kali sehari selama 10 hari dapat
digunakan sebagai terapi lini kedua bila terapi lini pertama gagal untuk
mengeradikasi infeksi H. pylori. Kemampuan eradikasi kombinasi terapi
ini mencapai 80%.
4. Terapi Kombinasi Rifabutin
Rifabutin, derivat rifampisin, dapat digunakan sebagai terapi lini
kedua. Rifabutin diberikan dalam dosis 150 mg bersama-sama
amoxicillin 1 gram dan PPI masing-masing diberikan 2 kali sehari.
Metronidazole merupakan salah satu antibiotik yang digunakan untuk
mengatasi infeksi H. Pylori. Metronidazole mempunyai kelarutan yang tinggi
pada pH asam, yaitu 30,6 mg/mL pada pH 1 dan kelarutan yang rendah pada
pH basa yaitu, 11,6 mg/mL pada pH 7. Untuk memaksimalkan kelarutan
metronidazole yang tinggi di lambung dan waktu tinggal di lambung maka
dikembangkan sitem penghantaran obat gastroretentif dalam bentuk sediaan
hidrogel. Hidrogel dapat meregulasi pelepasan obat melalui perubahan
volume gel yang diinduksi oleh lingkungannya seperti kondisi pH, sehingga
dapat diterapkan pada penghantaran metronidazole agar terlepas di lambung.
(Fahrurroji A dkk,2020)
Pengukuran kadar metronidazole dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis (Shimadzu 2450 &Genesys 10s Uv-Vis double beam). Metronidazole
sebanyak 100 mg yang ditimbang secara seksama terlebih dahulu dilarutkan
kedalam larutan dapar asetat pH 1,2 dan diaduk selama 10 menit dengan
kecepatan 500 rpm. Setelah telarut seluruhnya larutan tersebut dibuat dalam
berbagai seri konsentrasi yakni 6, 9, 12, 15, 18 dan 21 ppm.
D. ARMS PCR
ARMS PCR merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mendeteksi mutasi atau polimorfisme pada suatu DNA. Pada metode ARMS
PCR digunakan tiga buah primer dengan salah satu primer akan mengenali
secara spesifik keberadaan suatu alel. Ujung dari primer spesifik akan
menempel pada DNA cetakan yang mengalami mutasi.(Badriya E dan
Afifatul Achyar,2020)
Prinsip dari metode ARMS-PCR yang digunakan dalam mendeteksi
bakteri helicobacter pylori merupakan reaksi multiplex PCR. Dimana tiga atau
lebih primer digunakan untuk mengamplifikasi suatu daerah pada DNA secara
bersamaan. Satu dari tiga primer tersebut adalah primer yang spesifik untuk
mengenali strain mutan. Terjadinya mutasi titik pada suatu kodon tetentu
dapat diketahui dengan mengkonstruksi primer yang spesifik mengenali
kodon yang mengalami mutasi.
Metode ini cukup ideal dikembangkan di Indonesia, karena berbeda
dengan metode-metode deteksi mutasi secara molekuler lain (seperti teknik
hibridisasi dan sekuensing) yang membutuhkan peralatan canggih, biaya
mahal, serta keahlian khusus, metode ARMS–PCR lebih sederhana. Karena
metode ini hanya menerapkan prinsip PCR dengan beberapa primer sekaligus
(multiplex PCR), yang umumnya telah tersedia dihampir setiap daerah di
Indonesia. Walaupun relatif sederhana, teknik ARMS–PCR tetap memiliki
sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi mutasi.(Sardi A,2015)
Metode Arms-pcr memiliki kelebihan dan kekurangan.Kelebihannya yaitu
reaksi ini tidak mungkin bisa mendeteksi 100% mutasi dari gen rpoB, dimana
lebih dari 40 tipe mutasi yang mencakup 20 kodon. Walaupun demikian
spesifitas dan sensitifitasnya yang tinggi dalam mendeteksi mutasi. Cepat dan
murah, satu situs SNP terdeteksi dalam satu reaksi, didedikasikan untuk
deteksi genotip, homozigositas, dan heterozigositas SNP, sensitivitasnya lebih
tinggi daripada metode lain seperti pengurutan langsung, dan gen yang
bermutasi dengan kandungan serendah 0,1-1,0% dalam sampel dapat
dideteksi. Dalam kombinasi dengan platform PCR real-time, ARMS dapat
mewujudkan operasi tabung tertutup selama amplifikasi, yang mudah
dioperasikan dan tidak memerlukan pasca-pemrosesan produk, sehingga
menghindari kontaminasi produk amplifikasi secara maksimal.Sedangkan
kekurangannya yaitu Proses/waktu pelaksanaanya lebih singkat, mulai dari
persiapan reagen, peralatan termasuk penambahan DNA genom (template),
tidak terdeteksinya delesi/duplikasi mayor lainnya dan kelainan kromosom.
SNP yang sudah dilaporkan adalah yang hanya terdeteksi oleh ARMS-PCR.
Adanya hasil negatif palsu jika kontrol internal tidak ada dalam PCR atau
ketika ada fluktuasi suhu selama siklus PCR. Terakhir, ribuan SNP tidak
dapat dideteksi dalam sekali jalan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 agustus tahun 2022 jam 09.00
sampai selesai
3.2 Tempat
Lokasi penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi fakultas sains
dan teknologi Universitas mandala waluya kendari
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian deskriptif
3.4 Populasi Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pasien dengan penderita gastritis kronis di
Rumah Sakit Bahteramas kota kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 150 spesimen kultur h.pylori. Sampel pada penelitian ini adalah pasien
yang menderita gastritis kronis
3.5 Instrument

3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.Pcr
2.Cawan petri
3.Inkubator
4.Autoclave
5.Erlenmeyer
6.Neraca ohaus
7.Gelas ukur
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.Sampel cairan Lambung
2.Strep ujii antibiotik
3.Colombia
4.Bhi
3.5.3 Prosedur Kerja
DETEKSI ARMS-PCR FLURESENSI

1. DI ISI 10 × PCR buffer, 2 mM MgCl2, 0,2 mMdNTPs,


enzim 2U Taq, 0,3 M primer hilirumum, dan 0,1 M probe
hilirumum kedalam sistem PCR
2. Di pisahkan Sampel ditiga tabung
3. Di masukkan masing-masing 3 primer hulu (konsentrasi, 0,03 M)
kedalamtabung
4. Di Tambahkan Template DNA amplifikasi PCR
5. Di Analisa reaksi Predenaturasi yang terjadi pada sampel dengan
suhu dan waktu yang berbeda

UJI KULTUR H.pylori

1. Di homogenkan jaringan mukosa lambung dengan brain heart


infusion (BHI) dab di inkubasi dalam media padat Columbia
2. Di tambahkan antibiotik selektif (Vancomycin, Polymyxin B,
Amphotericin B), dalam ruang mikroerofilik (5% O2, 10%CO2,
dan 85% N2)
3. Di diamkan selama 10 hari
4. Di ambil koloni menggunakan loop inokulasi
5. Di kultur kedalam media padat Columbia dengan 8% darahdomba
yang telah di defibrins selama 3 hari
6. Di amatinoda yang tumbuhpada media Columbia
7. Di masukkan noda tersebut kedalam BHI dengan gliserol 10% dan
disimpan padasuhu -800C
8. Di gunakan uji sensitivit sobatuji-E
9. Dihitung Konsentrasi H pylori menjadi 3 x 108 CFU/ml
10. Di ikuti dengan Inokulasi pada pelat agar 9 cm dan batang L
dilapisi secara merata
11. Di keringkan selama 10 menit
12. Di tambahkan kultur dengan skala MIC ke strip uji-E
13. Di atur posisi skala MIC menghadap keatas untuk memastikan
konsentrasi H Pylori Maksimum
14. DI inkubasi Selama 72 Jam padasuhu 370C
15. Di amati standar resistensi klaritromisin H.pylori
DAFTAR PUSTAKA
Atharini Y.H dkk 2016.Pola Pengobatan dan Luaran Klinis Pada Pasien Terinfeksi
Helicobacter Pylori.Jurnal Menajemen dan Pelayanan Farmasi Vol 6.
No.2
Badriyya E dan Afifatul Achyar 2020. Primer Construction to detect SNP rs11196205
Transcription Factor 7 Like 2 (TCF7L2) Using Amplification
Refractory Mutation System (ARMS) PCR to detect Type-2 Diabetes
Mellitus.Jurnal Bioscience Vol.4 No.2
Damayanti L dkk 2015. Ekspresi Anti Helicobacter Pylori Pada Gastritis Kronis,Lesi
Prakanker,Dan Karsinoma Gaster. Jurnal Biomedik Vol.7 No.2
Fahrurroji A dkk 2020.Formulasi dan Evaluasi Hidrogel Mukoadhesif Metronidazole
Menggunakan Kombinasi Kitosan dan Natrium Karboksimetil
selulosa.Jurnal Sains dan Kesehatan Vol 2. No.3
Ndruru R.K dkk 2019.Gambaran Diagnostik dan Penatalaksanaan Gastritis Rawat
Inap BPJS di RSU Royal Prima Medan Tahun 2017.Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Vol.15 No.2
Ratnadevi T dkk 2016. Polimorfisme TLR-4 dan Pengaruh Ras Pada Infeksi
Helicobacter Pylori. Jurnal Farmaka Vol.14. No.4
Sa’ban A dkk 2022. Faktor Resiko dan Pengobatan Infeksi Helicobacter Pylori Pada
Suku Baduy di Provinsi Banten.Jurnal Biologi dan Pembelajaran
Biologi Vol.7 No.1
Sardi A 2015.Kontruksi Primer Untuk Mendeteksi Mutasi Gen ropB Mycobacterium
Tuberculosis Dengan Metode Amplification Refractory Mutation
System (ARMS-PCR).Jurnal of Islamic Science and Technology Vol.
1 No.1
Utami C.P dan Endah Z 2015.Peran dan Mekanisme Protein cagA Helicobacter
pylori pada Keganasan Lambung. Jurnal Patologi Vol.4 No.1
Warganegara E dan Bunga Ulama N.T 2016. Pengaruh Infeksi Helicobacter Pylori
Pada Gaster Terhadap Anemia Pernisiosa. Jurnal Majority Vol.5 No.3

Anda mungkin juga menyukai