Anda di halaman 1dari 4

library.uns.ac.

id 1
digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Helicobacter Pylori (H.pylori) ) merupakan bakteri gram negatif


yang persisten berkolonisasi di gaster manusia. Infeksi H.pylori merupakan
penyakit infeksi yang paling umum di dunia. Lebih dari setengah populasi
dunia memiliki kolonisasi H. pylori. H.pylori adalah mikroorganisme yang
tersebar luas, dengan frekuensi 80% di negara berkembang dan 20 - 50% di
negara maju. H. pylori menyebabkan peradangan lokal di lambung dan
peradangan sistemik melalui respons imun humoral. H.pylori yang
berkolonisasi ini dilawan oleh respon imun innate dan seluler pada
lambung. Mayoritas kasus terdapat peradangan kronis dan asimptomatik,
namun dihubungkan dengan peningkatan resiko berkembangnya penyakit
ulkus duodenum, ulkus gaster, adenokarsinoma gaster dan limfoma gaster.
Infeksi H. pylori, yang memiliki tingkat morbiditas yang tinggi, diakui
sebagai masalah dunia dan penyebab paling sering gastritis kronis. Badan
Internasional untuk Penelitian pada Kanker melaporkan H. pylori sebagai
karsinogen kelas 1 di manusia pada tahun 1994 ( Hirlan. 2014).

H. pylori cenderung menetap di antrum lambung karena ini adalah


media yang kurang asam. Deteksi akurat H. pylori adalah penting untuk
mengelola pasien yang terinfeksi dan untuk memberantas bakteri. Sejak
penemuan H. pylori, beberapa metode diagnostik telah dikembangkan untuk
tujuan deteksi organisme ini secara akurat. Tes-tes ini termasuk metode non
invasif serologi, tes napas urea, atau tes antigen tinja dan metode invasif,
seperti kultur, pemeriksaan histologis, dan tes rapid urea, yang
membutuhkan endoskopi saluran cerna bagian atas untuk mendapatkan
sampel biopsi lambung ( Lopes, F., Vale. M., Oleastro. 2013). H. pylori
menarik neutrofil dan limfosit dengan beberapa protein kemotaktik yang
dilepaskan di lambung. Beberapa zat yang disekresikan oleh sel
mononuklear dan neutrofilcommit
menginduksi
to user peradangan mukosa dan dengan
library.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

demikian menyebabkan peradangan atau inflamasi dilambung.


Kesimpulannya, mukosa lambung akan disusupi oleh neutrofil, makrofag,
dan limfosit sehingga terjadi produksi sitokin proinflamasi, dan infeksi
sistemik subklinis. Peradangan tingkat rendah dapat terjadi pada infeksi H.
pylori dan berhubungan dengan penyakit lambung berat seperti gastritis
kronis, ulkus peptikum, limfoma lambung, dan kanker lambung (Testerman,
TL. J., Morris. 2014)

Interaksi H. Pylori dengan epitel gaster menginduksi produksi IL 8,


IL 6 dan IL 1β. Sitokin ini adalah agen kemotaksis untuk netrofil dan sel
mononuklear, dan produksinya merupakan suatu respon proliferasi,
menginfiltrasi mukosa gaster dengan netrofil dan makrofag menghasilkan
gastritis kronis aktif. H. Pylori juga menginduksi infiltrasi sel denditrik dan
sel limfosit T dan sel limfosit B pada mukosa gaster, menstimulasi sekresi
Makrophage Chemotactic Protein (MCP)-1, Tumor Necrosis Factor
(TNF)-α, IL-12, IL-10, Transforming Growth Factor (TGF)-β, dan
interferon (IFN)-γ. Mediator inflamasi yang dihasilkan bertahun-tahun pada
gastritis kronis menyebabkan kerusakan DNA, menginduksi proliferasi dan
menghambat apoptosis. (Peek, RM. and MJ., Blaser. 2002). Di Jepang,
ditemukan bahwa serum interleukin-6 (IL-6) secara signifikan tinggi pada
pasien dengan kadar serum anti-H pylori positif. Interleukin-6 adalah
sitokin multifungsi disekresikan oleh banyak sel, termasuk terutama,
monosit, limfosit, sel mesangial, dan sel endotel. Beberapa studi
epidemiologi telah menunjukkan bahwa ada korelasi langsung antara
tingkat serum IL-6 dan tingkat keparahan penyakit arteri koroner. Karena
rangasangan peradangan kronis, H. pylori mampu menciptakan stimulasi
antigenik persisten, sehingga menyebabkan reaksi inflamasi sistemik.
Peningkatan protein C-reaktif (CRP) berkorelasi dengan disfungsi endotel,
dan telah ditunjukkan bahwa kehadiran infeksi H. pylori meingkatkan CRP
dalam darah. Protein C-reaktif adalah reaktan fase akut hepar yang
sintesisnya diatur oleh IL-6. H. pylori merangsang produksi sitokin
proinflamasi seperti Tumor Necrosis Factor (TNF), IL-1, IL-6, dan IL-8.
commit to user
library.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Pada orang yang terinfeksi H. pylori ditemukan kadar IL-1, IL-6, dan IL-8
serum yang tinggi (Odenbreit, S at al. 2006)
Sebagai respon fisiologis leukosit dalam sirkulasi, stres
menyebabkan peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit,
proporsi dua kelompok sel ini digunakan sebagai penanda yang sensitif
peradangan. Perubahan terjadi pada tingkat leukosit di sirkulasi selama
respon inflamasi. Neutrofilia disertai dengan limfopenia relatif. Rasio
Neutrofil Limfosit (RNL) diperoleh dari hemogram yang sederhana dan
merupakan penanda inflamasi berbagai penyakit. RNL dan MPV (Mean
Platetelete Volume) dalam darah perifer digunakan sebagai parameter itu
memberikan informasi tentang korelasi antara tekanan inflamasi sedang dan
fisiologis (Guclu M. F., Agan. 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Adakah hubungan kadar IL-6 dengan derajat inflamasi lambung
pada infeksi H. Pylori berdasarkan kriteria Sidney ?
1.2.2 Adakah hubungan nilai RNL dengan derajat inflamasi lambung pada
infeksi H. Pylori berdasarkan kriteria Sidney ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IL-6, RNL dan
derajat inflamasi lambung (kriteria Sidney) pada pasien dengan
infeksi H. Pylori di RSUD MOEWARDI.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Membuktikan adanya hubungan kadar IL-6 dengan derajat
inflamasi lambung pada pasien dengan infeksi H. Pylori
berdasarkan kriteria Sidney di RSUD Moewardi.
b. Membuktikan adanya hubungan nilai RNL dengan derajat
inflamasi lambung pada pasien dengan infeksi H. Pylori
commit to user
berdasarkan kriteria Sidney di RSUD Moewardi.
library.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bidang akademik untuk Ilmu Penyakit Dalam
khususnya bagian Gastro-Hepatology
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi penanda awal
gangguan respon imunologi pada infeksi H. pylori.
1.4.2 Manfaat Terapan
a) Skreening IL-6 dan dan RNL dapat sebagai langkah awal untuk
membuktikan adanya proses inflamasi dan beratnya derajat
inflamasi bisa mengarah pada kejadian gastric cancer.
b) Menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien dengan cara
diagnostik dini pada pasien.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai