Anda di halaman 1dari 9

38

Deteksi helicobacter pylori pada plak gigi dengan reverse transcription-


polymerase chain reaction

Irene E. Riuwpassa,* St. Rafiah,** I Wayan S.A.***


*Bagian Oral Biologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
**Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
***Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Makassar, Indonesia

ABSTRACT
Helicobacter pylori have been found associated with dental plaque. It was suggested
that the oral environment may be one of the many potential pathways for their
transmission. The aim of this study was to evaluate whether the oral cavity is a
potential reservoir and possible sanctuary for Helicobacter pylori. Supragingival and
subgingival plaques were analyzed by a Helicobacter genus-specific reverse
transcriptase-fragment was identified.
Key word: H. pylori, dental plaque, RT-PCR

ABSTRAK
Belum lama ini, Helicobacter pylori ditemukan telah diketahui berkaitan dengan plak
gigi. Ditunjukkan bahwa lingkungan oral mungkin merupakan satu dari banyak jalur
transmisi yang potensial. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini, adalah untuk
mengkaji apakah rongga mulut merupakan suatu reservoir yang potensial dan
memungkinkan untuk Helicobacter pylori, plak supragingival dan plak subgingival
dianalisis dengan suatu reverse transcriptase-polymerase chain reaction.
Kata kunci: H.pylori, plak gigi, RT-PCR

Koresponden: Irene E. Riuwpassa, Bagian Oral Biologi, Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea, Makassar,
Indonesia.

PENDAHULUAN paling sedikit 75% penderita ulkus peptikum telah


Ulkus peptikum adalah suatu daerah ditemukan menderita infeksi kronis bagian pyloric
ekskoriasi mukosa yang disebabkan oleh kerja gastrica dan pada pangkal mukosa duodenum oleh
pencernaan cairan lambung. Penyebab umum dari bakteri H. pylori.
ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan Di negara berkembang, prevalensi infeksi
antara kecepatan sekresi cairan lambung dan mungkin 80% atau bahkan lebih. Meskipun
derajat perlindungan yang diberikan oleh sawar banyak aspek epidemiologi infeksi H. pylori telah
mukosa gastroduodenal juga netralisasi asam diketahui, cara penyebarannya masih belum jelas.
lambung oleh cairan duodenum. Baru-baru ini, H. pylori ditemukan berhubungan
Salah satu penyebab khusus ulkus peptikum dengan plak gigi. Hal ini menunjukkan bahwa
pada manusia adalah infeksi bakteri Helicobacter lingkungan oral mungkin merupakan satu dari
pylori (H. pylori). Dalam 5 tahun terakhir ini, berbagai jalur transmisi potensial.
Irene Riuwpassa: Deteksi Helicobacter pylori pada plak gigi 39

Mikrobiologi dari plak gigi sangatlah mukosa, dan dibentuk amonia oleh aktivitas
kompleks, rapuh dan tidak memiliki bentuk. Dari urease yang secara langsung merusak sel-sel juga.1
penelitian sebelumnya, telah diidentifikasi Tanda dan gejalanya berkaitan dengan gastritis
organisme gram-negatif banyak mendominasi dan penyakit ulkus duodenum. Banyak pasien
pada poket periodontal yang dalam dan saluran dengan infeksi H. pylori bersifat asimtomatik.2
akar. Sejumlah asaccharolitic gram-negatif Pasien yang terinfeksi dengan H.pylori
berbentuk batang termasuk Eikenella corrodens, membentuk respons antibodi IgM terhadap
spesies Vibrio anaerob dan spesies Campylobacter infeksi. Selanjutnya dihasilkan IgG dan IgA yang
lain selain Campylobacter sputorum telah akan menetap, baik secara sistemik maupun pada
diidentifikasi pada plak gigi. mukosa dalam titer yang tinggi pada orang-orang
Infeksi H. Pylori secara fakta sulit dihapuskan yang terinfeksi secara kronik. Pengobatan
dan telah dipostulatkan bahwa terdapat suatu antimikroba secara dini terhadap infeksi H. pylori
tempat berlindung yang memungkinkan mereka menumpulkan respons antibodi, pasien diduga
untuk menghindari terapi anti mikroba. Kemajuan sebagai subjek untuk infeksi berulang.2,3
dari polymerase chain reaction (PCR) telah H.pylori terdapat pada mukosa lambung pada
menyederhanakan perkembangan tes sensitivitas kurang dari 20% orang-orang berusia di bawah 30
dan spesivitas untuk mendeteksi mikroorganisme tahun tetapi prevalensinya meningkat pada 40-
karena hanya membutuhkan sejumlah kecil 60% orang-orang berusia 60 tahun. Riwayat alami
DNA/RNA. Dengan demikian perlu dilakukan infeksi H. pylori tidak dapat dipastikan, tetapi
deteksi H. pylori pada plak gigi dan mempelajari rupanya infeksi hanya sekali didapat kemudian
apakah kavitas oris berfungsi sebagai reservoir menetap selama bertahun-tahun atau sepanjang
potensial untuk H. pylori. hidup.1

TINJAUAN PUSTAKA Plak gigi


Helicobacter pylori Plak gigi didefinisikan kumpulan bakteri pada
Helicobacter pylori (H. pylori) berupa batang gigi atau struktur lain dalam rongga mulut. Di
gram negatif yang berbentuk spiral. Organisme ini dalam 1 mm3 plak gigi dengan berat kira-kira 1
berhubungan dengan gastritis antral, penyakit mg mengandung lebih dari 108 bakteri. Plak gigi
ulkus duodenum (peptik) dan mungkin ulkus tidaklah keras, tidak termineralisasi bagi bakteri
1
gaster, dan karsinoma. dan terdiri dari glikoprotein polimer. Plak melekat
Ciri-ciri organisme ini ialah memiliki banyak pada gigi maupun prostesis intra oral, dapat
flagel pada satu ujung dan bergerak dengan aktif. menyebabkan karies dan juga penyakit periodontal
H.pylori tumbuh secara optimal pada pH 6,0-7,0 jika tidak dihilangkan dengan prosedur oral
dan akan mati atau tidak tumbuh pada pH di hygiene yang benar.4,5
dalam lumen lambung.2 Ketika gigi erupsi, selaput (pellicle) terdapat
Mekanisme bagaimana H. pylori pada permukaan gigi. Perlekatan mikroorganisme
menyebabkan peradangan dan kerusakan mukosa pada permukaan gigi terjadi melalui peranan
belum dapat dipastikan. Bakteri menginvasi sel- komponen saliva glikoprotein pada selaput luar
sel epitel permukaan pada batas-batas tertentu. tersebut. Saat mikroorganisme melekat pada
Toksin dan lipopolisakarida dapat merusak sel-sel permukaan mulut yang sesuai, maka
40 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:38-46

perkembangan dan pertumbuhannya akan segera perawatan yang tepat. Ada beberapa cara untuk
5
terjadi. mendiagnosis suatu penyakit, antara lain isolasi
agen penyebab penyakit tersebut dan analisis
Polymerase chain reaction (PCR) morfologinya, deteksi antibodi yang dihasilkan
Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun dari infeksi dengan teknik enzym-linked
1985, teknologi PCR telah menghasilkan immunosorbent assay (ELISA), dan deteksi gen
terobosan-terobosan besar dalam penelitian dan dari agen pembawa penyakit tersebut dengan
pengembangan kesehatan dan kedokteran untuk polymerase chain reaction (PCR).
memahami berbagai patogenesis maupun Teknik yang banyak dan lazim dipakai saat ini
diagnosis penyakit. Perkembangan biologi adalah teknik PCR, suatu cara sederhana, praktis
molekuler menjadi semakin cepat dan hingga saat dan cepat untuk memperbanyak rangkaian DNA
ini berbagai teknik yang memanfaatkan teknologi spesifik yang diinginkan dengan ukuran tertentu
PCR tersebut telah banyak dilahirkan. Teknik ini memulai mekanisme perubahan suhu. Prinsip
ditemukan tahun 1980 oleh Dr. Kary B. Mullis, dasar dari metode ini adalah amplifikasi materi
warga negara Amerika yang mendapatkan hadiah genetik yang terkandung dalam setiap organisme
Nobel pada tahun 1993 untuk bidang Kedokteran. hidup. Teknik PCR dapat dilakukan dalam waktu
Temuan Mullis bisa dikatakan terobosan di bidang kurang dari satu hari dan jutaan DNA bisa berhasil
biologi molekuler, karena dengan metode ini para dibuat. Karena DNA setiap organisme adalah
ahli dapat membuat replikasi DNA di dalam spesifik, maka dengan menggunakan teknik ini
tabung reaksi. Perkembangannya yang luar biasa dapat diidentifikasi secara akurat organisme
membuat proses karakterisasi dan pembandingan asalnya.
materi genetika baik dari manusia, hewan maupun Jumlah sampel yang diperlukan untuk dapat
organisme lain seperti bakteri, virus, tumbuhan dianalisis dengan PCR adalah sangat sedikit.
6
dan lainnya berlangsung sangat cepat. Hanya menggunakan setetes darah, sehelai rambut
Teknologi PCR merupakan metode enzimatik atau cuplikan spesimen. Hal ini dimungkinkan
in vitro yang dipergunakan untuk menghasilkan karena mesin PCR adalah mesin yang dapat
gugus DNA yang spesifik dalam jumlah besar dan menfotokopi dari satu molekul DNA menjadi
dalam waktu yang singkat. Konsep teknologi ini jutaan, sehingga dengan jumlah sampel yang
berkembang dari pemahaman terhadap proses sangat sedikit, sampel diamplifikasi untuk
replikasi DNA. Penggunaannya yang semakin luas mencapai jumlah yang dapat dianalisis.
telah membawa dampak besar bagi pendekatan Yang penting dalam teknik PCR adalah desain
biologi molekul terhadap berbagai masalah primer untuk amplifikasi DNA yang memerlukan
kesehatan dan kedokteran seperti, kelainan data sekuen dari agen genom yang bersangkutan.
genetik, penyakit infeksi, penyakit keganasan, Untuk agen yang mempunyai genom RNA, harus
penyakit degeneratif, kedokteran kehakiman dan dilakukan reverse transcription (proses sintesis
7,8
evolusi serta perkembangan. DNA dari RNA) terlebih dahulu dengan
Untuk menangani penyakit baru, diperlukan menggunakan enzim reverse transcriptase.
diagnosis yang akurat sehingga dapat dibedakan Setelah DNA diperoleh baru dilakukan dengan
dengan penyakit lain. Diagnosis yang akurat ini PCR. Reverse transcription dan PCR ini bisa
sangat diperlukan untuk pemberian obat dan
Irene Riuwpassa: Deteksi Helicobacter pylori pada plak gigi 41

dilakukan dan biasanya disebut RT-PCR, teknik primer, molekul DNA untai tunggal yang pendek
8
PCR ini bersifat kualitatif. akan menempel pada DNA yang telah terbelah
pada tempat yang spesifik (annealing).
Prinsip Teknik PCR Selanjutnya, apabila suhu dinaikkan lagi sampai
Prinsip PCR dapat dijelaskan sebagai berikut, 72ºC, maka primer dengan bantuan DNA
pada suhu 94-95°C, DNA mengalami denaturasi polymerase akan membentuk untai DNA sesuai
(pembelahan untai ganda menjadi untai tunggal), dengan urutan DNA yang telah terbelah
jika suhunya diturunkan sampai 36-72ºC maka (polimeralisasi/elongasi).

Gambar 1. Tahapan dalam PCR (Sumber: Ansubel F, Donald MC. Short


protocols in molecular biology: the polymerase chain reaction.
3rd ed. St Louis: John Wiley and Sons, Inc,; 1995.

Gambar 2. Eksponensial amplifikasi gen pada PCR. (Sumber: Ansubel F,


Donald MC. Short protocols in molecular biology: the
polymerase chain reaction. 3rd ed. St Louis: John Wiley and
Sons, Inc,; 1995.
42 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:38-46

Ketiga tahapan tersebut di atas adalah siklus sebagai pita yang jelas dan terang apabila gel
n
termal. Jumlah DNA yang dihasilkan adalah 2 (n agarose yang membawa DNA tersebut
6,9
merupakan banyaknya siklus termal). Rumus ditempatkan di atas sinar ultraviolet.
tersebut di atas berasal dari penambahan jumlah
keeping (copy) DNA eksponensial, keeping DNA
yang terbentuk menjadi cetakan bagi reaksi
selanjutnya. Banyak siklus yang dilakukan
tergantung kepada banyaknya produk PCR yang
diinginkan.6,9

Pereaksi PCR
Pereaksi yang digunakan dalam proses PCR
adalah DNA cetakan hasil isolasi, primer, enzim Gambar 3. Produk PCR pada Gel Agarose.
(Sumber: Ansubel F, Donald MC.
Taq Polymerase, dNTPs (deoxynucleosida Short protocols in molecular biology:
trifosfat) sebagai sumber nukleotida dan buffer the polymerase chain reaction. 3rd ed.
PCR.6 St Louis: John Wiley and Sons, Inc,;
1995.

Deteksi dan analisis hasil PCR


Jenis PCR
Hasil PCR dapat dilihat dengan melakukan
Ada beberapa macam PCR, berdasarkan jenis
elektroforesis pada gel agarose. Elektroforesis
dan kegunaannya, yaitu multiplex PCR, RFLP-
merupakan metode standar untuk memisahkan dan
PCR (Restriction Fragment Length
mengidentifikasi fragmen DNA sesuai dengan
Polymorphism), Long Distance PCR, AP-PCR
ukurannya. Prinsip dasarnya adalah jika molekul
Genom (Arbitrarily Primed-PCR), Deteksi Target
DNA yang bermuatan negatif ditempatkan pada
RNA, RT-PCR (Reverse Transcription-
penghantar listrik (buffer), molekul tersebut akan
PCR/Transkripsi balik), QC-PCR (Quantitative
bergerak menuju ke muatan positif. Molekul DNA
Comparative-PCR), dan Nested amplification.
yang berukuran kecil akan bergerak lebih cepat
Multiplex PCR menggunakan beberapa pasang
daripada yang berukuran besar. Ukuran fragmen
primer yang spesifik untuk target yang berbeda
DNA hasil elektroforesis dapat diketahui dengan
pada suatu amplifikasi DNA yang sama.
menggunakan penanda ukuran (marker) yang
Koamplifikasi ini mempunyai beberapa tujuan,
salah satunya didapat dari lambda yang telah
yaitu dapat mendeteksi adanya kelainan pada
dipotong oleh enzim restriksi.
sekwens DNA yang panjang, dapat menguji
Selanjutnya untuk dapat melihat dan
segmen dari target genom yang tidak terkait,
menganalisis hasil elektroforesis, DNA di dalam
sebagai kontrol internal, dan untuk uji multi
gel agarose diwarnai (staining) dengan
patogen dari spesimen tunggal, dengan biaya lebih
menggunakan ethidium bromide (EtBr) yaitu zat
murah. Sebagai contoh dari multiplex PCR adalah
pewarna yang dapat berfluoresensi di bawah sinar
deteksi gen yang spesifik terhadap toksin
ultraviolet. Ethidium bromide dapat menyisip di
Staphylococcus aureus dan Clostridium difficile
antara basa-basa DNA serta membuat rantai DNA
menjadi kaku. DNA hasil amplifikasi tampak
Irene Riuwpassa: Deteksi Helicobacter pylori pada plak gigi 43

dan koamplifikasi kontrol internal secara dipindahkan ke tabung lain dan PCR ke dua
kompetitif. dijalankan dengan menggunakan sepasang primer
Restriction fragment length polymorphism yang spesifik terhadap internal sequence dari
merupakan jenis PCR yang mendeteksi mutasi produk PCR yang dihasilkan pada putaran
yang terdapat pada genom DNA. Teknik ini pertama. PCR putaran ke dua ini juga dilakukan
mampu mengamplifikasi DNA termasuk urutan sebanyak 15-30 siklus, kemudian produk dari PCR
yang termutasi dengan menggunakan apitan putaran ke dua ini dideteksi dengan menggunakan
primer dan diikuti enzim restriksi terhadap produk elektroforesis gel. Keuntungan dari nested
PCR. amplification ini, yaitu memberikan sensitivitas
Long distance PCR merupakan jenis PCR yang sangat tinggi. Kadang tanpa hibridisasi
yang berguna untuk mengamplifikasi dan dengan menggunakan probe, single copy dari
mendeteksi produk PCR dengan ukuran 50 kb atau target dapat terdeteksi. Dengan mentransfer
lebih. produk PCR putaran pertama ini, mengencerkan
AP-PCR Genom (Arbitrarily Primed-PCR) inhibitor yang mungkin ada pada sampel awal.8,10
merupakan jenis PCR yang dapat digunakan untuk
mendeteksi polimorfisme sehubungan dengan PEMBAHASAN
pemetaan gen, filogenetik dan populasi biologi. Reverse transcription-PCR untuk mendeteksi
Deteksi Target RNA merupakan PCR yang H. pylori pada plak gigi
digunakan untuk mendeteksi ekspresi gen yang Beberapa teknik berdasarkan asam nukleat
berbeda dan dapat langsung diklon dengan telah dikembangkan untuk mendeteksi H. pylori.
mengisolasi produk amplifikasi. Template RNA Amplifikasi invitro dari segmen gen ribosomal
dapat dideteksi dengan PCR jika ekstrak RNA 16S memiliki keuntungan secara teoritik karena
terlebih dahulu diubah menjadi c-DNA dengan tingginya jumlah copy rRNA per sel bakteri
menggunakan enzim reverse transcriptase. meningkatkan copy DNA target beberapa ribu kali
RT-PCR (reverse transcription- lipat. Karenanya reverse transcription (RT) dari
PCR/transkripsi balik) berguna untuk mendeteksi RNA yang diikuti oleh PCR menawarkan
dan mengamplifikasi RNA. keuntungan teoritik sensitivitas dan spesivitas
QC-PCR (quantitative comparative-PCR), yang tinggi bila dikombinasikan dengan Southern-
menggunakan tambahan eksogen internal. hybridisasi dan deteksi menggunakan suatu probe
Tambahan tersebut terdiri dari fragmen DNA yang amplifikasi PCR untuk deteksi hasil reaksi.11,12
pada ke-2 sisinya terdapat urutan DNA target dan
urutan primer spesifik. Prosedur Laboratoris
Nested amplification. Salah satu modifikasi Pada prosedur di laboratorium, diawali dengan
PCR yang popular adalah PCR yang pengambilan spesimen. Gingiva dan plak pasien
menggunakan nested sets primer dan dikenal diambil menggunakan plak indices dari Silness
sebagai nested amplification. Dalam suatu dan Loe. Indeks gingival sebagai berikut, 0 =
protokol nested amplification, pada putaran Normal, 1 = Oedem ringan, dengan tidak ada
pertama amplifikasi digunakan sepasang primer perdarahan pada saat probing, 2 = Inflamasi
dan amplifikasi dilakukan sebanyak 15-30 siklus. sedang, kemerahan, oedem dan perdarahan saat
Produk dari amplifikasi putaran pertama ini probing, dan 3 = Inflamasi berat, oedem dan
44 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:38-46

kemerahan, ulserasi dan kecenderungan untuk 2,5 mM MgCl2 , 3 % glycerol, 4 deoxynucleotida


perdarahan spontan. (dATP, dCTP, dTTP, dGTP masing masing 200
Sedangkan indeks plak adalah 0 = Tidak ada µM), 180 ng primer HP1, 40 unit Rnase
plak, 1 = Selapis tipis plak, terlihat hanya pada (Promega Biotec, Madison, Wis), 100 U mouse
saat pengambilan (probing) dengan sistem mammary leukemia virus reverse transcriptase
indikator warna, 2 = Akumulasi sedang, dari (GIBCO BRL) dan 10 µl ekstraksi asam nukleat.
deposit di dalam poket atau margin dilihat dengan Setelah inkubasi selama 60 menit dengan suhu
mata biasa, dan 3 = Akumulasi berat dari material 37ºC, total volume 70 µl PCR buffer, 180 ng
yang mengisi antara margin gingival dan primer HP2 dan 2,5 U AmpliTaq polymerase.
permukaan gigi, daerah interdental terisi oleh Setiap reaksi ditutupi mineral oil 50 µl untuk
debris. mencegah evaporasi. Reaksi pencampuran
Plak diangkat dari permukaan gigi merupakan awal dari tahap denaturasi pada suhu
menggunakan kuret periodontal steril, baik plak 94 ºC selama 5 menit, diikuti 39 siklus amplifikasi
supra maupun sub gingival dikumpulkan dengan dalam program kontrol suhu (mesin thermal
scrape ke atas melawan permukaan gigi. Sampel cycler), denaturasi 1 menit pada suhu 94ºC,
plak ditempatkan pada agar Brucella H. Pylori annealing 1 menit suhu 55°C dan extension
steril yang mengandung 20% gliserol dan primer 3 menit 70ºC. Setelah 39 kali siklus, tahap
0
disimpan pada suhu -70 C hingga diproses. extension akan berlanjut lagi 10 menit dengan
Pada penanganan sampel, sampel dipindahkan suhu 72ºC dan produk disimpan pada suhu 4ºC
ke microcentrifuge dengan pipet plastik steril yang hingga digunakan. Digunakan masing-masing 20
sekali pakai. Bahan plak ini akan dikumpulkan µl hasil amplifikasi dan dianalisis dengan ethidium
0
dengan cara disentrifugasi pada suhu 4 C selama bromide 0,5 µg per ml yang digunakan sebagai
10 menit. Supernatant dituangkan dan presipitasi penanda (stain).11
homogen dengan pestle homogenizer (Kontes, Elektroforesis13
Vinelan,N.J.). Homogen dihentikan dan di-vortex Tahap elektroforesis akan melalui empat
dalam 200 µl lysis buffer (10 mM Tris HCl, 1 mM tahap. Pertama, pembuatan gel, ditimbang 2 gr
EDTA pH 8,0, 10 mM NaCl, 1% Triton X-100). agarose dan dilarutkan dalam 100 ml TBE buffer
Setelah diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 1x untuk mendapatkan larutan agarose 2%,
0
100 C, ekstraksi sampel sekali lagi di-vortex campuran agarose dan TBE buffer 1x dipanaskan
dengan volume (24:1;vol/vol) dalam Phase Lock hingga larut kemudian ditunggu hingga agak
Gel tube. Setelah 15 menit disentrifus, lapisan atas dingin kemudian ditambah 15 µl SybrSafe, dan
cairan akan berisi asam nukleat dan disimpan pada larutan agarose dituang ke dalam cetakan dan
0 11
suhu -20 C setelah digunakan. ditunggu hingga beku.
Selanjutnya pada tahap RT-PCR, disiapkan 2 Kedua, pemmbuatan DNA marker, sebanyak
primer oligonukleotida dengan urutan HP1 (5' – 25 µl DNA 100 bp ladder dimasukkan ke dalam
TGGCAATCAGCGTCAGGTAATG – 3 ') dan tube berisi 1 ml Blue Juice Loading Dye dan
HP2 (5 ' – GCTAAGAGATCAGCCTATGTCC – dicampur untuk marker, lalu label tube dilepaskan
3 ') berasal dari H. pylori 16S rRNA. Reagen RT- dan diganti menjadi marker.
PCR dari volume total 30 µl mengandung buffer Ketiga, persiapan running electroforesis, gel
PCR (50 mmmmM KCl, 10mM Tris HCl (pH8.0), yang telah beku dimasukkan ke dalam alat
Irene Riuwpassa: Deteksi Helicobacter pylori pada plak gigi 45

elektroforesis dan direndam dalam larutan TBE menyederhanakan perkembangan tes sensitivitas
1x, lalu sebanyak 20 µl amplicon (hasil dan spesifitas untuk mendeteksi mikroorganisme
amplifikasi) ditambah dengan 1 µl Blue Juice dengan hanya membutuhkan sejumlah kecil
Loading Dye (tanpa marker) dicampur dan DNA/RNA. Beberapa teknik berdasarkan asam
dimasukkan ke dalam sumur-sumur gel sebanyak nukleat telah dikembangkan untuk mendeteksi H.
15 µl, dan terakhir marker dimasukkan ke dalam pylori. Untuk menyelidiki apakah kavitas oris
sumur di dekat kontrol positif. merupakan suatu reservoir yang potensial dan
Yang teakhir, keempat adalah running memungkinkan untuk H. pylori, plak supra dan
electroforesis, elektroforesis dihidupkan dan sub gingival dapat dianalisis dengan suatu RT-
dijalankan dari muatan negatif (katode) ke muatan PCR spesifik genus H. pylori 16S RNA.
positif (anode) pada 100A dan 40 menit, setelah
elektroforesis akan terlihat pita yang terbentuk. DAFTAR PUSTAKA
Apabila pita sejajar dengan kontrol positif berarti 1. Brooks GF, Butel SJ, Morse SA. Mikrobiologi
kedokteran. Penerjemah dan Editor. Bagian
hasil positif.
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta: Salemba Medika; 2001.
Manfaat pemeriksaan genetis dibandingkan 2. Guyton, Hall. Fisiologi kedokteran. Alih
teknik konvensional bahasa: Setiawan I, editor. Ed.9. Jakarta:
Dibandingkan dengan teknik konvensional, EGC; 1997.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Alih
teknik genetis mempunyai beberapa keunggulan,
bahasa: Brahm. Jakarta: EGC; 2005.
antara lain dapat dilakukan langsung pada bahan 4. Lindhe J. Textbook of clinical periodontology.
pemeriksaan tanpa terlebih dahulu melalui proses Copenhagen: Munksgaard; 1988.
isolasi bakteri sehingga dapat mempercepat hasil 5. Gebara ECE, Pannuti C, Faria CM.
pemeriksaan, dan karena tidak memerlukan Prevalence of Helicobacter pylori detected by
polymerase chain reaction in the oral cavity of
pembiakan bakteri, teknik ini akan lebih aman
periodontitis patients. Oral Microbiol
bagi petugas dari kemungkinan terjadinya infeksi Immunol 2004; 19 (4): 277-80.
laboratorik.14 6. Powledge TM. The polymerase chain
reaction; 2005.
7. Mullis K. Specific enzymatic amplification of
SIMPULAN
DNA in vitro: the polymerase chain reaction.
Helicobacter pylori merupakan organisme Cold Spring Harbor Symp Quant Biol 1986;
gram negatif, microaerophilic spiral yang 51: 335-50.
berhubungan erat dengan gastritis aktif dan kronik 8. Yuwono T. Teori dan aplikasi polymerase
sebagaimana dengan penyakit ulkus peptic dan chain reaction. Yogyakarta: ANDI; 2006..
9. Ansubel F, Donald MC. Short protocols in
ulkus duodenal. Infeksi H. pylori terdapat di
molecular biology: the polymerase chain
seluruh dunia. Meskipun banyak aspek reaction, 3rd ed. St. Louis: John Wiley and
epidemiologi infeksi H. pylori telah diketahui, Sons, Inc,; 1995.
model transmisinya masih belum jelas. Dengan 10. Putra ST. Biologi molekuler kedokteran.
ditemukan adanya hubungan antara H pylori Surabaya: Airlangga University Press; 1997.
11. Nguyen AMH, Engstrand L, Genta RM.
dengan plak pada gigi menunjukkan bahwa
Detection of Helicobacter pylori in dental
lingkungan oral mungkin merupakan salah satu plaque by reverse transcription-polymerase
jalur transmisi potensial. Kemajuan PCR telah
46 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:38-46

chain reaction. J Clin Microbiol 1992; 31: 13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
783-7. Badan Penelitian dan Pengembangan
12. Umeda M, Kobayashi H, Hayashi J. High Kesehatan.
prevalence of Helicobacter pylori detected by 14. Sjahrurachman A. Cara Genetis untuk
PCR in the oral cavities of periodontitis Menentukan Kepekaan Bakteri Terhadap
patients. J Periodontol 2003; 74: 129-34. Antibiotika. Medika 2000; 26 (1) Januari.

Anda mungkin juga menyukai