Disusun Oleh:
Fila Apriliawati
G99142114
Periode: 28 Maret 2016 10 April 2016
Pembimbing:
Vita Nirmala, drg, Sp.Pros., Sp.KG
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
: An. AH
Usia
: 15 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
: 31 Maret 2016
B.
Status Medis
Alergi
Penyakit bawaan
: (-)
Penyakit lain
: (-)
Riwayat mondok
C. Oral Status
a. Ekstra Oral
1. Maxilla
: tidak ada kelainan
2. Mandibula
: tidak ada kelainan
3. Bibir
: tidak ada kelainan
b. Intra Oral
1. Palatum
: terdapat stain
2. Lingua
: tidak ada kelainan
3. Gusi atas
: tidak ada kelainan
4. Gusi Bawah
: tidak ada kelainan
5. Buccal kanan : tidak ada kelainan
6. Buccal kiri
: tidak ada kelainan
c. Oral Higiene
: Baik/ Good (OHI-S Score: 0.5)
D. Dental Formula
Gigi permanen
10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17
K K K K
E.
Keluhan Subyektif
a. Keluhan utama
: Gusi sering berdarah saat pasien menyikat gigi
b. Keluhan sekarang
c. Riwayat penyakit
III. Diagnosis
Ginggivitis kronis
IV. Terapi
Scalling
VII. Pembahasan
Ginggivitis suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang
terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel. Plak berakumulasi dalam jumlah
sangat besar di regio interdental yang terlindung, inflamasi gingiva cenderung
dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini
kesekitar leher gigi. Pada lesi awal perubahan terlihatpertama kali di sekitar
2
: An. ANR
Usia
: 8 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
: 2 April 2016
B. Status Medis
Alergi
Penyakit bawaan
: (-)
Penyakit lain
: (-)
Riwayat mondok
: (-)
C.Oral Status
a.Ekstra Oral
1. Maxilla
2. Mandibula
3. Bibir
b. Intra Oral
1. Palatum
2. Lidah
3. Gusi atas
4. Gusi Bawah
5. Pipi kanan
6. Pipi kiri
c.Oral Higiene
D. Dental Formula
Decidui teeth
C
i
ii
iii
Iv
v vi vii viii ix x
xx xix xviii Xvii xvi xv xiv xiii xii xi
C
E. Keluhan Subyektif
a.Keluhan utama
b. Keluhan sekarang
c.Riwayat penyakit
berlubang. Keluhan sudah dirasakan sejak 3 bulan ini. Saat ini tidak
didapatkan nyeri maupun keluar darah pada bagian yang dikeluhkan.
Makan dan minum masih baik, tidak ada masalah. Pasien memiliki
kebiasaan gosok gigi 2x sehari.
II. Temuan Obyektif
A. Element
1. Sondasi
2. Palpasi
3. Perkusi
: (-)
4. Chlor Etil
: Vital
B. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen foto
: (-)
2. Laboratorium
: (-)
III. Diagnosis
xi Karies dentin
IV. Terapi
xi Pro tumpatan
V. Pembahasan
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat
berlanjut ke dentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi
dibutuhkan empat faktor utama yang harus saling berinteraksi yaitu faktor
host, aget, substrat dan waktu. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai
dengan adanya plak beserta bakteri penyusunnya. Dalam proses terjadinya
karies mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai
peranan yang sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus
dengan membentuk asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah.
Penurunan pH tersebut mendorong laktobacillus untuk memproduksi asam
dan menyebabkan terjadinya proses karies.
Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya
memegang peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi
karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk
dan menyimpan polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat,
simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila
karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan
asam terus menerus. Proses karies gigi diperkirakan sebagai perubahan
dinamik antara tahap demineralisasi dan remineralisasi.
Proses demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau
keseluruhan dari kristal enamel. Demineralisasi terjadi karena penurunan
pH oleh bakteri kariogenik selama metabolisme yang menghasilkan asam
6
organik pada permukaan gigi dan menyebabkan ion kalsium, fosfat dan
mineral yang lain berdifusi keluar enamel membentuk lesi di bawah
permukaan. sedangkan proses demineralisasi adalah proses pengembalian
ion-ion kalsium dan fosfat yang terurai ke luar enamel atau kebalikan
reaksi demineralisasi dengan penumpatan kembali mineral pada lesi
dibawah permukaan enamel.
Remineralisasi terjadi jika asam pada plak dinetralkan oleh saliva,
sehingga terjadi pembentukan mineral baru yang dihasilkan oleh saliva
seperti kalsium dan fosfat menggantikan mineral yang telah hilang
dibawah permukaan enamel. Proses remineralisasi dan demineralisasi
terjadi secara bergantian didalam rongga mulut selama mengkonsumsi
makanan dan minuman. Lesi awal karies dapat mengalami remineralisasi
tergantung pada beberapa faktor diantaranya diet, penggunaan fluor dan
keseimbanhan pH saliva. Jika lapisan tipis enamel masih utuh, lesi awal
karies akan mengalami remineralisasi sempurna.
Sebaliknya, jika lapisan enamel rusak maka proses remineralisasi
tidak dapat terjadi secara sempurna dan gigi harus direstorasi. Jika lesi
awal karies mengalami demineralisasi terus-menerus, maka lesi akan
berlanjut ke dentin membentuk kavitas yang tidak dapat kembali normal
(irreversibel), tetapi mungkin juga tidak berkembang (arrested).
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik jika
didapatkan cavitas dan pada pemeriksaan radiologis. Kemudian dilihat
letak cavitas dimana. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan restorasi pada bagian yang mengalami karies.
Dimaksudkan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur gigi yang hilang
ke usaha pencegahan, prosedur remineralisasi dan intervensi minimal
KASUS KONSULAN
I.
General
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. ESK
Usia
: 59 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
: (-)
Penyakit bawaan
Penyakit lain
Riwayat mondok
C.Oral Status
a. Ekstra Oral
1. Maxilla
2. Mandibula
3. Bibir
b. Intra Oral
1. Palatum
2. Lingua
3. Gusi atas
4. Gusi Bawah
5. Buccal kanan
6. Buccal kiri
c. Oral Hygiene
D. Dental Formula
Gigi permanen
C R
M
C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17
M M M
M M M
E. Keluhan Subyektif
a. Keluhan utama
b. Keluhan sekarang
c. Riwayat penyakit
Temuan Obyektif
A. Element
1.
2.
3.
4.
Sondasi
Palpasi
Perkusi
Chlor Etil
B. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen foto
: (-)
2. Laboratorium
: (-)
III. Diagnosis
12 Nekrosis pulpa
10
KASUS BANGSAL
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. TL
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
11
Alamat
Tanggal masuk
: 20 Maret 2016
Tanggal pemeriksaan : 31 Maret 2016
No RM
: 01 13 56 xx
II.
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh datang dengan keluhan lemas. Lemas dirasakan
sudah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Lemas
dirasakan terus menerus dan tidak berkurang dengan istirahat. Lemas
dirasakan bertambah jika beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan berat
badan turun sudah sejak 2 bulan ini. Pasien hanya makan 2-3 sendok
setiap kali makan. Pasien juga mengatakan dadanya sering berdebar
disertai keringat dingin yang keluar saat malam. Pasien juga
mengeluhkan pusing.
Berat badan turun 15 kg dalam waktu 2 bulan. Selain itu, pasien
juga mengeluhkan demam diseluruh tubuh sejak 1 bulan terakhir. Demam
terus menerus dan tidak turun dengan pemberian obat penurun panas.
Pasien juga mengeluhkan mual yang tidak disertai muntah. Pasien juga
mengeluhkan batuk 3 bulan ini. Batuk dirasakan terus-menerus dan
tidak kunjung sembuh. Pasien sudah memeriksakan ke dokter dan diebri
antibiotik, namun keluhan batuk tidak kunjung berkurang. Batuk disertai
dengan dahak. Dahak berwarna putih. Batuk biasa disertai dengan
keringat dingin di malam hari.
Buang air kecil (BAK) 4-5x sehari berwarna kuning keruh dan
setiap kali BAK sebanyak 1 gelas belimbing, nyeri saat BAK disangkal,
BAK anyang-anyangan disangkal, rieayat BAK warna merah dan
bercampur dengan pasie disangkal. Buang air besar (BAB) cair sejak 5
12
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: tampak lemah
Kesadaran
Vital sign
13
: 20x/menit
Nadi
: 90 x/menit
Suhu
: 37,8 0C
Kulit
Kepala
: Mesocephal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor / Sonor
14
Auskultasi
Abdomen
: Inspeksi
Ekstremitas
IV.
Perkusi
Palpasi
: Oedem -
Akral Dingin +
STATUS ORAL
Ekstra Oral
Maxilla
Mandibula
Lips
Intra Oral
+
+
Palatum
Lingua
Upper Gingiva
Lower Gingiva
Left Buccal
Right Buccal
Gigi
Oral Hygiene
15
(a)
(b)
(c)
Gambar 1. Kondisi gigi dan mulut pasien. Tampak bercak putih di : (a) Left
buccal (b) buccal inferior, (c) lingual
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Maret 2016
Nilai
Satuan
Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
11.7
g/dL
12.0-15.6
Hematokrit
35
33-45
Leukosit
4.5
ribu/uL
4.5-11.0
16
Trombosit
163
ribu/uL
150-450
Eritrosit
3.97
ribu/uL
4.10-5.10
Index Eritrosit
MCV
88.8
/um
80.0 96.0
MCH
29.4
pg
28.0 33.0
MCHC
33.1
g/dl
33.0 36.0
RDW
14.0
11.6 14.6
MPV
7.7
fl
7.2 11.1
PDW
53
25 65
Hitung Jenis
Eosinofil
2.50
0.00 4.00
Basofil
0.10
0.00 2.00
Netrofil
83.20
55.00 80.00
Limfosit
9.20
22.00 44.00
Monosit
4.60
0.00 7.00
LUC / AMC
0.40
Retikulosit
0.52
0.50 1.50
OH-
32.4
pg
28.0 -35.0
104
mg/dl
60-140
Albumin
2.4
g/dl
3.5-5.2
SGOT
74
u/l
<31
SGPT
55
u/l
<34
Kreatinin
0.6
mg/dl
0.6-1.1
Ureum
24
mg/dl
<50
Elektrolit
Natrium Darah
126
mmol/L
136-145
Kalium Darah
3.5
mmol/L
3.3-5.1
17
Kalsium Ion
1.06
mmol/L
1.17 1.29
Serologi Hepatitis
HbsAg
Non
Non reactive
reactive
Hasil
Nilai normal
- Spora
Negatif
- Astrospora
Negatif (-)
Negatif
- Pseudohifa
Positif (+)
Negatif
B. Kultur
-
Candida Sp
Negatif
Cryptococcus Sp
Negatif
Kapang
Negatif
18
V. ASSESSMENT
1. Diagnosa
1. Klinis B20 dengan IO Oral trush, presumpitve TB, Community
2.
3.
4.
5.
6.
2. Tatalaksana
Bedrest tidak total
O2 nasal 2 lpm
Diet lunak 1900 Kkal extra putih telur
Infus NaCl 0.9% 40 tpm
Infus Clinimix 1 fl / hari
Injeksi meropenem 500 mg / 8 jam
Injeksi omeprazol 40 mg / 12 jam
Injeksi metoklorpamid 10 mg / 8 jam
Paracetamol 500 mg / 8 jam
Cotrimosazol 960 mg/ 24 jam
New diatab 2 tablet jika diare
Nystatin 4 cc / jam
Curcuma 1 tab / 8 jam
3. Prognosa
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
VI.
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
PEMBAHASAN
Pada kasus bangsal kali ini diketahui bahwa pasien bernama
Ny.ASL, usia 45 tahun mengeluhkan lidahnya terdapat bercak-bercak
19
putih sejak 1 minggu setelah masuk rumah sakit. Bercak tidak disertai
nyeri. Pasien tidak merasa lidah tebal dan masih bisa merasakan
makanan.
Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya bercak bercak putih
dibagian lingua dan bucal kanan dan kiri, atas dan bawah. Bercak bercak
dapat terkelupas ketika diangkat. Hal ini menunjukkan kecurigaan pada
candidiasis pseudomembranous akut, karena salah satu tanda khas dari
candidiasis pseudomembranous akut adalah bercak putih yang dapat
diangkat. Kecurigaan ini didukung dengan riwayat penyakit yang sedang
diderita pasien yaitu HIV/AIDS.
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat gambaran klinis lesi
yang terdapat pada rongga mulut. Untuk gambaran bercak candidiasis
pada pseudomembranous akut yaitu seperti plak mukosa berwarna putih
atau kuning seperti cheesy material. Pemeriksaan penunjang untuk pasien
dengan candidiasis oral yaitu pemeriksaan sitologi eksfoliatif, kultur swab,
uji saliva, dan biopsi. Pemeriksaan penunjang dilakukan
untuk
20
Pada pasien dengan infeksi HIV, sel langerhans yang terdapat pada
mukosa tubuh akan melakukan fagositosis pada virus ini. Virus yang
tercerna kemudian melakukan duplikasi. Sel langerhans yang terinfeksi
oleh HIV selanjutnya menginisiasi penyebaran HIV ke seluruh tubuh dan
mengakibatkan penurunan respon imun tubuh. Sel langerhans terinfeksi
kemudian mengalami deplesi dan mengakibatkan ketidakseimbangan
proteksi imun mukosa sehingga mikroorganisme sekunder seperti Candida
sp. dapat dengan mudah menginvasi mukosa tubuh, termasuk mukosa oral.
Pada keadaan normal, sel langerhans juga bertindak sebagai APC
yang terutama mengekspresikan MHC kelas II. Namun pada pasien HIV,
sel ini mengalami deplesi progresif, sehingga mengakibatkan penurunan
ekspresi MHC kelas II dan menyebabkan penurunan presentasi antigen
(dalam hal ini antigen Candida sp.) ke sel CD4+. Akibatnya, Sel CD4+
juga mengalami deplesi progresif dan menyebabkan ketidakseimbangan
produksi IL-12 serta deplesi sel Th1. Deplesi sel th1 mengakibatkan
penurunan produksi IFN- yang menyebabkan penurunan aktivasi
makrofag.
Penurunan aktivasi
makrofag
menyebabkan
penurunan
produksi TNF- yang beakibat pada penurunan aktivasi sel PMN dan NK
ke lesi.
21
Meskipun
demikian,
ketidakseimbangan
IL-12
masih
dapat
22
Gambar 3. Immunologi
Pasien
HIV/AIDS
Sistem imunitas
tubuh melemah
Infeksi sekunder
Candida sp.
Produksi enzim
hidrolitik
(aspartyl
proteinase)
serta
membentuk
lapisan biofilm
Produksi
saliva , Candida sp. berkembang pesat pada mukosa
lidah dan buccal
Plak/ pseudomembran berwarna putih atau kuning yang terdiri dari sel
epitel, deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur pada mukosa lidah dan
buccal
23
VII.
24
bercak putih atau kuning di daerah mukosa mulut yang dapat diangkat.
Faktor risiko dari pasien ialah keadaan immunocompromised yang
disebabkan oleh infeksi HIV sehingga mengakibatkan progresivitas
yang
cermat
pada
pasien,
meliputi
anamnesis,
serta
dapat
diberikan
chlorhexidine
gluconat
dan
DAFTAR PUSTAKA
25
26