HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit gastritis pada manusia dan merupakan faktor etiologi gastric ulcer,
duodenal ulcer, gastric carcinoma dan primary gastric B-cell lymphoma. Infeksi
H. pylori sering ditemukan juga pada beberapa kasus nonulcer dyspepsia dan
mukosa gaster yang pada akhirnya dapat menyebabkan ulkus bahkan kanker
gaster. Habitat kuman H. pylori terbatas pada sel mukosa tipe gaster, terutama
daerah antrum dan ditetapkan paling sering pada lapisan paling dalam dari
mukosa yang melapisi sel epitel serta tidak akan terlihat apabila mukosa masih
menutupi sel epitel (Graham dan Graham, 2002; Liska, 2004; Gatta dkk., 2013).
sudah dilaporkan sejak tahun 1875 oleh seorang sarjana Jerman yang
mendapatkan kuman berbentuk spiral pada mukosa lambung. Pada tahun 1893,
spiral yang hidup dalam lambung anjing yang bersuasana asam kuat. Hubungan
antara kuman spiral tersebut dengan penyakit lambung pertama kali diutarakan
oleh Professor Walery Jaworski dari Polandia yang meneliti kuman yang
ditemukan dalam sedimen cairan lambung pada tahun 1899 yang pada waktu itu
1
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
percobaan terhadap dirinya sendiri. Dia telah menelan kuman H. pylori yang
dibiakkan dan beberapa hari kemudian dilakukan endoskopi dan ternyata terjadi
gastritis pada lambung Marshall yang disertai dengan adanya kuman H. pylori.
dan Metronidazol selama 2 minggu dan akhirnya bebas dari kuman tersebut.
Dalam laporan Warren dan Marshall, kuman lambung berbentuk spiral ini
prevalensi yang lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi pada pasien dengan
gejala dispepsia non ulkus tersebut. Beberapa penelitian uji klinik juga
menunjukkan adanya hubungan kausal antara terapi infeksi H. pylori dengan skor
pengurangan gejala dispepsia. Akan tetapi hal ini masih kontradiksi (Liska, 2004).
2
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menjadi 20-40%. Dalam studi multicenter di 5 kota besar di Indonesia pada tahun
terendah di Jakarta (8%). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian
pasien dispepsia sebesar 60% dengan uji serologis, dan 45% dengan uji
Hp positif yaitu Malang, Solo dan Medan (34 - 37%), Mataram 54%,
Yogyakarta pada tahun 2009 sebesar 22,2% dari total pasien yang melakukan
subsalisilat), dan terapi sekuensial (PPI dan 3 antibiotik), dengan durasi 7-14 hari.
Di Indonesia, salah satu kendala terapi tripel adalah tingginya angka kekebalan
dan koloidal bismuth subsitrat pada terapi dispepsia non ulkus, 4 penelitian
3
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
follow-up antara kelompok perlakuan (15%) dan kelompok plasebo (11%). Kedua
Sampai saat sekarang ini tidak terdapat terapi infeksi H. pylori dengan tingkat
obat anti infeksi sedapat mungkin ada 2 komponen aktifitas obat yang penting,
yaitu obat-obat yang aktif intraluminal untuk membunuh kuman yang ada dalam
mukus, dan komponen obat yang aktif secara sistemik. Obat bismuth bekerja
timbul konsep baru dalam terapi eradikasi, yaitu gabungan antara obat
penghambat pompa asam dengan 2 jenis antibiotika yang lebih dikenal dengan
terapi tripel. Konsep ini berdasarkan pengertian bahwa banyak antibiotika yang
bekerja suboptimal pada pH rendah, ternyata dapat bekerja baik bila pH tersebut
dinaikkan mendekati enam. Obat penghambat pompa asam yang sering digunakan
4
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
eradikasi. Bila diberikan dalam dosis 40 mg/hari untuk individu dewasa selama 2
minggu dan kemudian dilakukan biopsi dan pembiakan untuk kuman H. pylori,
maka hasil biakan dapat negatif. Akan tetapi bila dilakukan biopsi dan biakan H.
pylori satu bulan kemudian, hasilnya akan kembali positif. Oleh karena itu
(Soemohardjo, 2002).
secara langsung oleh jumlah obat yang harus diminum setiap hari. Apabila tingkat
H. pylori menjadi lebih rendah. Terapi tripel untuk eradikasi H. pylori mempunyai
5
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Salah satu kendala terapi tripel di Indonesia adalah tingginya angka kekebalan
dialukan oleh Gatta dkk.(2013) didapatkan hasil bahwa antara terapi eradikasi
sequensial lebih baik dibandingkan terapi tripel (baik selama 7 hari ataupun 10
hari), namun pada terapi selama 14 hari terapi tripel lebih baik daripada
sequensial namun tidak terlalu signifikan (81,3% banding 80,8%). Gatta dkk.
dengan kuwadrapel terapi pada terapi selama 14 hari (86,2% banding 84,9%).
eradikasi H. pylori :
1. Sangat dianjurkan pada ulkus duodeni, ulkus ventrikuli, pasca reseksi kanker
2. Dianjurkan pada dispepsia tipe ulkus, gastritis kronik aktif berat, gastropati
kombinasi terapi eradikasi H. pylori, baik dual, teripel ataupun kuwadrapel, serta
pasien terinfeksi H. pylori dengan diagnosis atau keadaan yang berbeda, oleh
karena itu hal tersebut akan mempengaruhi pola pengobatan dalam pemilihan
6
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
terapi eradikasi dan luaran klinis (terutama gejala yang terkait dengan peningkatan
asam) yang dihasilkan pada pasien yang terinfeksi H. pylori. Terapi eradikasi
yang diberikan harus tepat sesuai dengan kondisi pasien dikarenakan semakin
laksana terapi yang tepat dan menunjukkan luaran klinis yang membaik
berdasarkan konsensus para ahli dan pola pengobatan yang sesuai di setiap rumah
sakit.
Hubungan antara H. pylori dan keluhan yang dirasakan oleh pasien sangat
penting untuk diteliti, karena sebagian besar pasien positif H. pylori merasakan
setelah dilakukan terapi. Hal inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian
ini.
B. Perumusan Masalah
di Yogyakarta?
terinfeksi H. pylori?
7
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
C. Keaslian Penelitian
merupakan plagiat dari hasil penelitian orang lain. Penelitian tentang terapi
Double-Blind Trial”.
klaritromisin) selama 7 hari. Pada penelitian ini yang dinilai adalah tingkat
digunakan adalah histopatologi, tes urese cepat, C-urea breath test. Pada
cepat, dan pada saat evaluasi setelah akhir terapi digunakan alat diagnostik
C-urea breath test. Hasil dari penelitian tersebut yaitu, eradikasi H. pylori
8
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang dilakukan peneliti kali ini bersifat retrospektif dan tidak bisa
terapi.
omeprazole treatment”.
kelompok yang mendapatkan PPI serta antibiotik. Hasil dari penelitian ini
9
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Hipotesis dari penelitian ini ialah terapi dual lebih efektif jika
yang diambil adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan
10
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini adalah
11
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kuwadrapel.
endoskopi dan Rapid Urea test. Pasien secara acak menerima terapi
satu kali sehari selama 1 minggu, amoksisilin 1gr bid, omeprazol 20mg
bid dan bismuth 240mg bid selama 2 minggu. Efektivitas terapi eradikasi
dilihat dengan tehnik Rapid Urea Test setelah 2 bulan dilakukan eradikasi
kelompok tidak jauh berbeda yaitu 68% pada kelompok I, dan 69% pada
kelompok II.
Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Agah dkk., (2009) adalah
12
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20mg satu kali sehari, pantoprazol 40mg bid, dan esomeprazol20mg bid,
dengan omeprazol pada terapi tripel. Eradikasi H. pylori pada terapi tripel
tidak resisten pada amoksisilin dan asam klavulanat. Terapi tripel dengan
13
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
eradikasi yang lebih besar dibandingkan terapi standar (89% versus 77%),
namun hasil ini akan berbeda jauh pada pasien yang resisten klaritromisin
Terapi kuwadrapel dengan kombinasi PPI, bismuth 525mg qid, dan dua
20mg, amoksisilin 1g, klaritromisin 500mg bid, dan bismut selama 10 hari
Hospital, Jakarta”.
14
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
melihat dari keluhan atau gejala dispepsia pasien yang tercatat di rekam
medis pasien.
sekuensial dan terapi lain. Sebanyak 5666 pasien yang secara acak
15
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menerima terapi sekuensial dan 7866 pasien menerima terapi lain. Secara
sekuensial lebih baik jika dibandingkan dengan terapi tripel selama 7 hari
Terapi sekuensial lebih baik jika dibandingkan dengan terapi tripel selama
Terapi sekuensial tidak jauh lebih baik jika dibandingkan dengan terapi
sebesar 0,5%).
sebesar 37%.
Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Gatta dkk. (2013) adalah
16
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
UBT dan didapatkan hasil total eradikasi sebanyak 76,36%. Tidak ada
gejala dispepsia.
17
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
retrospektif dan dalam menilai luaran klinis peniliti melihat dari keluhan
atau gejala dispepsia pasien yang tercatat di rekam medis pasien, serta
keluhan pasien sebesar 95%, serta jenis kelamin dan usia tidak
18
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah peneliti mengambil
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pasien
Pasien bisa mendapatkan pengobatan dan penanganan yang lebih baik dari
klinisi, sehingga tingkat kesembuhan penyakit akan lebih besar serta frekuensi
2. Bagi keilmuan
sehingga para klinisi dapat memberikan pelayanan dan perawatan yang terbaik
3. Bagi penelitian
19
POLA PENGOBATAN DAN LUARAN KLINIS PADA TERAPI ERADIKASI PASIEN TERINFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
DI YOGYAKARTA
Yanita Harliana A
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
E. Tujuan Penelitian
Yogyakarta.
Yogyakarta.
20