Anda di halaman 1dari 16

Oleh :

Margaretha Ika Yukari Ujan, S. Ked


(1108011002)

Pembimbing :
dr. Samuel W. Nalley, SpA
dr. Debora Shinta Liana, SpA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


NUSA CENDANA KUPANG
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG
2016
Infeksi H. pylori
menjadi kofaktor
Helicobacter beberapa
pylori (H. pylori) penyakit
Prevalensi infeksi
: bakteri Minimal 50% misalnya : ulkus
H. pylori tinggi
berbentuk spiral, populasi manusia lambung dan
pada status
gram negatif dan di dunia memiliki duodenum (1-
sosioekonomi
sering ditemukan infeksi H. pylori 10%), kanker
rendah.
di permukaan lambung (0,1-
epitel lambung 3%), gastric
MALT lymphoma
(<0,01%)
Definisi Morfologi

H. Pylori bakteri gram


Bakteri pleomorfik
negatif berbentuk spiral,
berbentuk spiral atau
bersifat mikroaerofilik dan
batang bengkok
memproduksi urease

Bakteri gram negatif,


flagela ukuran panjang 2,5-5,
lebar 0,5-1 dan
mempunyai 4-6 flagela
yang berselaput pada satu
kutubnya

Strain H.pylori
Tipe I : VaCa (Vaculating
Sitotoxine) dan CagA
(Cytotixine gen)
Tipe II : Tidak memiliki
VaCa dan CagA
Prevalensi H.pylori di negara berkembang :
30% - 80%
Prevalensi H. pylori di negara maju : 10% dan
30% - 40% pada anak golongan sosial ekonomi
lemah
Di Jakarta, berdasarkan pemeriksaan serologi
150 murid SD : 27% - 90% seropositif
ditemukan H.pylori pada lambungnya.
Faktor sosial Faktor umur Faktor Faktor
ekonomi Kecendrerungan lingkungan etnis/suku
Makin rendah semakin tinggi Komunitas bangsa
tingkat sosial dengan tertutup dan
meningkatnya Lebih sering
ekonomi makin tinggal dalam pada orang kulit
tinggi prevalensi usia populasi yang hitam
infeksi H. pylori banyak dibandingkan
Orang yang kulit putih
bekerja di Unit
Endoskopi
Fekal oral

Oral oral
H. Pylori
menghasilkan
urease

Tubuh bakteri
diliputi
awan
amoniak

Dalam mukus
lambung, Timbul
bertahan hidup keradangan dan
dan multiplikasi reaksi imun lokal
Indikasidiagnosis H.pylori
Penyakt ulkus peptikum aktif
Gastric MALT lymphoma
Setelah reseksi endoskopi karena kanker
lambung awal
Dispepsia yang belum diketahui sebabnya
Pasien penggunaan NSAID
Anemia defisiensi besi yang belum jelas
Populasi risiko tinggi kanker lambung
Metode diagnosis H. pylori : Invasif dan Non
invasif
Tes Non-Invasif
a) Pemeriksaan Serologi : pemeriksaan kadar IgG
anti-Hp dalam darah dengan metode ELISA dan
Aglutinasi
b) Urea Breath Test (UBT) : Urea yang
mengandung C radioaktif (C13 atau C14) dalam
bentuk makanan cair, diminum dan dinilai
dengan spektrometer
c) Pemeriksaan antigen tinja H. pylori (H. pylori
stool antigen test/HpSA) : Deteksi infeksi pada
anak dan sebagai evaluasi keberhasilan
eradikasi
Tes Invasif
a) Rapid urease tes atau Delta West atau
Campilobacter like organism (CLO) : bila
terdapat kuman H. pylori akan mengubah
warna indikator menjadi merah jingga
b) Sediaan apusan : membuat apusan langsung
dari jaringan biopsi di atas gelas objek
bakteri H. pylori yang berbentuk batang
bengkok atau spiral
c) Sediaan histologi : menemukan H. pylori yang
berwarna biru pucat
d) Biakan : tes berasal dari bahan biopsi mukosa
lambung dan duodenum
Gambaran klinis infeksi H. pylori bervariasi :
tanpa gejala, dispepsia ringan, dispesia berat
dan gambaran klinis karena gejala ulkus
Keluhan Dispesia :
Nyeri epigastrium
Kembung
Mual
Nyeri setelah makan
Nafas berbau
Kadang hematemesis atau melena
Terapi eradikasi
Indikasi utama :
1. Ada gejala klinis
2. Pada endoskopi didapatkan gastritis kronis
aktif, ulkus ventrikuli atau ulkus duodenum
3. Uji CLO atau biakan menunjukkan H. pylori
positif
Pada anak, beberapa pilihan regimen lini pertama telah
direkomendasi oleh NASPGHAN. Pemberian terapi kombinasi
tiga obat (omeprazolamoksisilinklaritromisin = OAC)
dibandingkan dengan kombinasi dua obat (amoksisilin
klaritromisin = AC) selama tujuh hari akan memberikan angka
eradikasi yang lebih tinggi (69% versus 15%).

Terapi diberikan selama 14 hari


Menjaga hygine dan sanitasi yang baik,
ditekankan pada kebiasaan mencuci tangan
terutama sebelum makan.
Dokter dan petugas ruang endoskopi yang
merupakan kelompok risiko tinggi untuk
penularan infeksi H. pylori, harus memakai
sarung tangan pada waktu melakukan
endoskopi dan desinfeksi endoskopi setelah
dipakai.
Perbaikan status sosioekonomi, gizi dan
lingkungan seperti penyediaan air bersih
Olokoba AB, Obateru OA, Bojuwoye MO. Helicobacter pylori eradication therapy:
A review of current trends. Niger Med J. 2013;54(1):1-4.
McColl KE. Clinical practice. Helicobacter pylori infection. N Engl J Med.
2010;362(17):1597-604
Hegar B, Infeksi Helicobacter Pyloripada Anak. Vol. 2, No. 2, Agustus. Jakarta :
Sari Pedisatrik; 2000.
Suraatmaja S, Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Segung Seto; 2010
Eusebi LH, Zagari RM, Bazzoli F. Epidemiology of Helicobacter pylori infection.
Helicobacter. 2014;19 (Suppl 1):1-5.
Pratama H, Eradikasi Helicobacter pylori. vol. 43 no. 8. Jakarta : Cermin Dunia
Kedokteran; 2016.
Chey WD, Wong BC, Practice Parameters Committee of the American
College of Gastroenterology. American College of Gastroenterology guideline
on the management of Helicobacter pylori infection. Am J Gastroenterol.
2007;102(8):1808-25.
Kadim M, Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal
Disorders. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXIII. Edisi
Pertama. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2012
Tehuteru ES, Penatalaksanaan Infeksi Helicobacter pylori Pada Anak. Vol.23 No.3.
Jakarta : Jurnal Kedokteran Trisakti; 2004
Kenneth EL, Helicobacter Pylori Infection. Division of Cardiovascular and Medical
Sciences. Glasglow : The New Englend Jurnal of Medicine. 2010
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai