Anda di halaman 1dari 7

UJI SENSITIVITAS BAKTERI Shigella sp.

TERHADAP
ANTIBIOTIK GOLONGAN SULFONAMIDE,
BETA-LAKTAM, DAN MAKROLID
TAHUN 2017

Tessa Sjahriani1, Debi Arivo1, Pattiyah2

1. Staf Pengajar, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati, Lampung


2. Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati, Lampung

ABSTRAK

Shigella sp. adalah bakteri gram negatif yang termasuk familyEnterobacteriaceae dan merupakan salah
satu penyebab diare. Saat ini bakteri Shigella sp. sudah banyak yang resisten terhadap berbagai
antibiotik sehingga menjadi kendala dalam memberikan terapi. Untuk mengetahui sensitivitasbakteri
Shigellasp. terhadap antibiotik golongan Sulfonamide, Beta-Laktam, dan Makrolid. Penelitian ini
merupakan penelitian Experimental Laboratory dengan rancangan deskriptif. Tempat penelitian di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Objek penelitian adalah
isolat Shigella sp. yang di lakukan uji resistensi terhadap antibiotik Trimethoprim-sulfametoxazole,
Ampicilin, Cefixime,Azithromycin dengan berbagai konsentrasi dan menggunakan metode Kirby Bauer.
Analisis data di lakukan dengan tabel distribusi frekuensi. Hasil uji resistensi terhadap Trimethoprim-
sulfametoxazole didapatkan sensitif pada berbagai konsentrasi (10g, 20g, 50g, dan 100g),terhadap
Ampicilin didapatkan resisten pada konsentrasi 10g dan sensitif pada konsentrasi 20g, 50g, dan
100g,terhadap Cefixime didapatkan resisten pada konsentrasi 10g, 20g, intermediet pada
konsentrasi 50g dan sensitif pada konsentrasi 100g,dan terhadap Azithromycin didapatkan sensitif
pada konsentrasi 10g, 20g, 50g, dan 100g. Pada penelitian ini, Shigella sp. didapatkan masih
sensitif terhadap antibiotik Trimethoprim-Sulfamethoxazole dan antibiotic Azithromycin.

Kata Kunci:BakteriShigellasp., Antibiotik, Uji sensitivitas Antibiotik


Referensi: 30 (2000-2016)

ABSTRACT

Shigella sp. is a gram-negative bacteria belonging to the Enterobacteriaceae family and one of the caused of
diarrhea. Now, many of Shigella sp. are resistant to various antibiotics that become obstacles in providing
therapy. To determine the sensitivity of Shigella sp. against the Sulfonamide, Beta-Lactam, and Makrolid
antibiotics. This research is an Experimental Laboratory with descriptive design. Place of this research in
Microbiology Laboratory Faculty of Medicine University Malahayati. The object of this study was isolated
Shigella sp. Which carried out resistance test against antibiotic Trimethoprim-sulfametoxazole, Ampicilin,
Cefixime, Azithromycin with various concentrations and using Kirby Bauer method. Data analysis is done with
the frequency distribution table. The results of the resistance test on Trimethoprim-sulfametoxazole was sensitive
at various concentrations (10g, 20g, 50g, and 100g),against Ampicillin was resistant at concentrations of
10g and sensitive at concentrations of 20g, 50g, and 100g, against Cefixime was resistant at concentrations
of 10g, 20g, intermediates at concentrations of 50g and sensitive at concentrations of 100g, andagainst
Azithromycin was sensitive at concentrations of 10g, 20g, 50g, and 100g. In this study, Shigella sp. was
found still sensitive to antibiotic Trimethoprim-Sulfamethoxazole and antibiotic Azithromycin.
Keywords: Shigella sp., Antibiotics, AntibioticsSensitivity Test
References: 30 (2000-2016)

1. Pendahuluan berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila


Penyakit diare merupakan buang air frekuensinya lebih dari 3 kali (Latief,et al., 2007).
besar dengan bentuk tinja yang encer dan Penyakit diare merupakan masalah
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar hasil Riskesdas 2007,diare merupakan penyebab
sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi kematian nomor satu pada bayi dan balita
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

1
2014).Penyakit diare masih menjadi masalah bakteri, membuat kitalebih selektif dalam
global dengan derajat kesakitan dan kematian memilih antibiotik yang tepat untuk mengobati
yang tinggi di berbagai negara terutama di penyakit diare. Namun, berbagai studi
negara berkembang, dan juga sebagai salah satu menyatakan bahwa 40-60% antibiotik yang
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan digunakan tidak sesuai indikasi. Intensitas
kematian anak di dunia. Secara umum, penggunaan antibiotik yang tinggi
diperkirakanlebih dari 10 juta anak berusia menimbulkan berbagai permasalahan, terutama
kurang dari 5 tahun di dunia meninggal setiap resistensi. Bakteri menjadi resisten terhadap
tahunnya dimana sekitar 20% disebabkan oleh antibiotic disebabkan akibat penggunaan
infeksi diare (Hardi,et al., 2012). antibiotik yang tidak bijak (Sari, 2015).
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali Kejadian Yenny & Herwana (2016) melaporkan
Luar Biasa (KLB) diare yang tersebar di 11 bahwa selama beberapa dekade bakteri Shigella
Provinsi, 18 Kabupaten/Kota, dengan jumlah dysenterie menunjukkan resistensi terhadap
penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang antibiotic seperti Ampisilin, kotrimoksazol,
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kloramfenikol, siprofloksasin, fluorokuinolon
2016). Provinsi Lampung memiliki angka dan tetrasiklin. Shigella flexneri menunjukkan
kesakitan (Insidens Rate) diare cenderung resistensi terhadap Ampisilin, kloramfenikol
meningkat untuk semua kelompok umur dari dan tetrasiklin, sedangkan Shigella sonnei
tahun 20052014, yaitu dari 9,8 per 1.000 resisten terhadap trimetoprimsulfametoksazol
penduduk menjadi 21,4 per 1.000 penduduk dan tetrasiklin.
tahun 2014(Dinas Kesehatan Pemerintah Munculnya bakteri-bakteri patogen yang
Provinsi Lampung, 2015). resisten terhadap satuatau beberapa jenis
Penyebab diare pada balita salah satunya antibiotika, makaakan mempersulitkan proses
adalah infeksi bakteri Shigella. Infeksi Shigella pengobatan. Sehingga penulis tertarik
terjadi paling sering selama bulan-bulan panas melakukan penelitian dengan judul Uji
di daerah beriklim sedang dan selama musim Sensitivitas Bakteri Shigellasp. Terhadap
hujan di daerah beriklim tropis. Infeksi Shigella Antibiotik Golongan Sulfonamide, Beta-Laktam,
paling sering terjadi pada usia tahun ke-2 dan dan Makrolid Tahun 2017 untuk mengetahui
tahun ke-3 (Gomez&Cleary, 2000). antibiotik yang tepat dalam keberhasilan terapi.
Terdapat 4 spesies dari bakteri Shigella
yang menjadi penyebab penyakit diare.Shigella 2. Metode Penelitian
sonnei menyebabkan bentuk penyakit paling
ringan, Shigellaflexneri dan Shigella boydii dapat Penelitian ini merupakan penelitian Experimental
menyebabkan penyakit baik parah maupun Laboratory dengan rancangan deskriptif. Tempat
ringan,sedangkan Shigella dysenteriae penelitian di Laboratorium Mikrobiologi
menyebabkan penyakit disentri yang paling Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.
berbahaya di negara berkembang (Sari, 2015). Objek penelitian adalah isolat Shigella sp. yang
Menurut data rekam medik di beberapa di lakukan uji resistensi terhadap antibiotik
Rumah Sakit di Kota Makassar, proporsi kasus Trimethoprim-sulfametoxazole, Ampicilin,
diare yang disebabkan oleh bakteri Cefixime,Azithromycin dengan berbagai
Shigella(Shigellosis) pada balita cenderung konsentrasi dan menggunakan metode Kirby
meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Bauer. Analisis data di lakukan dengan tabel
Tahun 2008, kejadian Shigellosis pada balita distribusi frekuensi.
rawat inap di Rumah Sakit Umum Pemerintah
3. Hasil dan pembahasan
(RSUP) Wahidin Sudirohusodo tercatat 26 kasus
dari 208 kasus diare, kemudian mengalami Hasil Penelitian
peningkatan menjadi 37 dari 175 kasus diare
pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, Gambaran Umum
dilaporkan terjadi 1.218 kasus diare tercatat di
Rumah Sakit (RS) Labuang Baji dan 593 kasus di Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Rumah Sakit Umum (RSU) Daya (Abdullah, et Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
al., 2012). Malahayati. Penelitian ini merupakanLaboratory
Dalam penanganan kasus-kasus penyakit Eksperimental dengan menggunakan Rancangan
infeksi sampai saat ini antibiotika masih menjadi Acak Lengkap (RAL). Metode yang digunakan
obat andalan.Kasus diare yang disebabkan oleh pada penelitian ini adalah metode difusi agar

2
yang menggunakan Mueller Hinton Agar. Hasil
penelitian diperoleh dengan mengukur Sensitivitas Bakteri Shigellasp. Berdasarkan
besarnya diameter zona hambat antibiotik Konsentrasi Antibiotik
Trimethoprim-sulfametoxazole, Ampicillin, Cefixime, Berdasarkan dari hasil penelitian tentang
dan Azithromycin terhadap pertumbuhan uji sensitivitas bakteri Shigella sp. terhadap
bakteriShigellasp. pada media Mueller Hinton antibiotik Trimethoprim-sulfametoxazole,
Agar. Ampicilin, Cefixime, dan Azithromycin, diperoleh
Berdasarkan hasil dari verifikasi, data hasil rata-rata zona hambat
didapatkan bahwa bakteri uji merupakan antibiotikTrimethoprim-sulfametoxazole, Ampicilin,
bakteri Shigella sp. yang ditandai dengan adanya Cefixime, Azithromycin yang terbentuk.
pertumbuhan koloni bakteri yang tidak
berwarna pada media SSA.
Tabel 4.1Distribusi Rata-Rata Zona Hambat Antibiotik Trimethoprim-sulfametoxazole

Zona Hambat (mm)


Konsentrasi Pengulangan Pengulangan Pengulangan Mean Interpretasi
1 2 3
10g 18,5 18,5 18,5 18,5 Sensitif
20g 19,5 19,5 19,5 19,5 Sensitif
50g 21 22 22 21,67 Sensitif
100g 24 25 24 24,33 Sensitif
Standar Interpretasi (CLSI 2015)
Sensitif : 16 Intermediet : 11-15 Resisten: 10

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui zona hambat, antibiotik Trimethoprim-


sensitivitas bakteri Shigellasp. terhadap sulfametoxazole termasuk antibiotik yang sensitif
Trimethoprim-sulfametoxazole pada setiap terhadap bakteri Shigella sp. pada semua
pengulangan. Pada pengulangan pertama, kedua, konsentrasi dengan rata-rata zona hambat terbesar
dan ketiga, didapatkan hasil sensitif pada seluruh adalah 24,33 mm pada konsentrasi 100g dan rata-
kadar konsentrasi yang diujikan. Maka rata zona hambat terkecil adalah 18,5 mm pada
berdasarkan hasil dari nilai rata-rata diameter konsentrasi 10g.
Tabel 4.2Distribusi Rata-Rata Zona Hambat Antibiotik Ampicilin

Zona Hambat (mm)


Konsentrasi Pengulangan Pengulangan Pengulangan Mean Interpretasi
1 2 3
10g 11 11 12 11,33 Resisten
20g 18 18 18 18 Sensitif
50g 24 24 24 24 Sensitif
100g 26 26 26 26 Sensitif
Standar Interpretasi (CLSI 2015)
Sensitif : 17 Intermediet : 14-16 Resisten: 13

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui zona hambat, antibiotik Ampicilintermasuk


sensitivitas bakteri Shigellasp. terhadap Ampicilin antibiotik yang resisten terhadap bakteri Shigella
pada setiap pengulangan. Pada pengulangan sp. pada konsentrasi 10g dengan rata-rata zona
pertama, kedua, dan ketiga, didapatkan hasil hambat 11,33 mm dan termasuk antibiotik yang
resisten pada konsentrasi 10g, dan hasil sensitif sensitif pada konsentrasi 20g, 50g, dan 100g
pada konsentrasi 20g, 50g, dan 100g. Maka dengan rata-rata zona hambat 18 mm, 24 mm, dan
berdasarkan hasil dari nilai rata-rata diameter 26 mm.

3
Tabel 4.3Distribusi Rata-Rata Zona Hambat Antibiotik Cefixime

Zona Hambat (mm)


Konsentrasi Pengulangan Pengulangan Pengulangan Mean Interpretasi
1 2 3
10g 12,5 13 12,5 12,67 Resisten
20g 15,5 15,5 15 15,33 Resisten
50g 17,5 17,5 17,5 17,5 Intermediet
100g 20 20 20 20 Sensitif
Standar Interpretasi (CLSI 2015)
Sensitif : 19 Intermediet : 16-18 Resisten: 15

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui hasil resisten pada konsentrasi 10gdan 20g,
sensitivitas bakteri Shigellasp. terhadap Cefixime intermediet pada konsentrasi 50g, dan sensitif
pada setiap pengulangan. Pada pengulangan pada konsentrasi 100g, dengan zona hambat
pertama didapatkan hasil resisten pada terbesar 20 mm dan zona hambat terkecil 12,5 mm.
konsentrasi 10g, intermediet pada konsentrasi Maka berdasarkan hasil dari nilai rata-rata
20gdan 50g, dan sensitif pada konsentrasi diameter zona hambat, antibiotik Cefixime
100g, dengan zona hambat terbesar 20 mm dan termasuk antibiotik yang resisten terhadap bakteri
zona hambat terkecil 12,5 mm. Pada pengulangan Shigella sp. pada konsentrasi 10g dan 20gdengan
kedua didapatkan hasil resisten pada konsentrasi rata-rata zona hambat 12,67 mm dan 15,33 mm,
10g, intermediet pada konsentrasi 20gdan 50g, termasuk antibiotik intermediet pada konsentrasi
dan sensitif pada konsentrasi 100g,dengan zona 50g dengan rata-rata zona hambat 17,5 mm dan
hambat terbesar 20 mm dan zona hambat terkecil termasuk antibiotik yang sensitif pada konsentrasi
13 mm. Pada pengulangan ketiga, didapatkan 100g dengan rata-rata zona hambat 20 mm.
Tabel 4.4Distribusi Rata-Rata Zona Hambat Antibiotik Azithromycin
Zona Hambat (mm)
Konsentrasi Pengulangan Pengulangan Pengulangan Mean Interpretasi
1 2 3
10g 17 17 17 17 Sensitif
20g 18,5 19 18,5 18,67 Sensitif
50g 23,5 23,5 23 23,33 Sensitif
100g 25,5 25,5 25,5 25,5 Sensitif
Standar Interpretasi (CLSI 2015)
Sensitif : 13Intermediet : -Resisten: 12

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui Antibiotik merupakan semua senyawa yang
sensitivitas bakteri Shigellasp. terhadap dibuat secara semi sintetik ataupun secara sintetik
Azithromycin pada setiap pengulangan. Pada yang bersumber dari mikroorganisme yang dalam
pengulangan pertama, kedua, dan ketiga, jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan
didapatkan hasil sensitif pada seluruh kadar mikroorganisme lain dan memiliki sifat toksisitas
konsentrasi yang diujikan. Maka berdasarkan hasil selektif (Radji, 2016).
dari nilai rata-rata diameter zona hambat, Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
antibiotik Azithromycin termasuk antibiotik yang antibiotik Trimethoprim- sulfamethoxazole termasuk
sensitif terhadap bakteri Shigella sp. pada semua kedalam kelompok yang sensitifterhadap bakteri
konsentrasi dengan rata-rata zona hambat terbesar Shigellasp. dengan diameter zona hambat terbesar
adalah 25,5 mm pada konsentrasi 100g dan rata- 24,33 mm dan dengan diameter zona hambat
rata zona hambat terkecil adalah 17 mm pada terkecil 18,5 mm.Hal ini sesuai dengan penelitian
konsentrasi 10g. yang dilakukan oleh Daniel Astrat di
Ethiopiamengenai pola kepekaan antibiotik
terhadap bakteri Salmonella dan Shigella. Pada
Pembahasan penelitian ini, Daniel memaparkan bahwa 76
Antibiotik Trimethoprim - Sulfamethoxazole Shigella sp. yang diisolasi dari pasien diare

4
memperlihatkan sebanyak 75,7% sensitifterhadap Resistensi Ampicilin dapat terjadi oleh
antibiotik Trimethoprim-sulfamethoxazoledengan karena beberapa faktor, salah satunya karena
konsentrasi 25g (Daniel, 2008). terbentuknya enzim betalaktamase pada bakteri,
Secara teori antibiotik Trimethoprim meskipun enzim betalaktamase yang disekresi
sulfamethoxazole bekerja menghambat sintesis oleh bakteri gram negatif tidak sebesar yang
metabolit. Mikroorganisme membutuhkan asam disekresi oleh bakteri gram positif tetapi tempat
folat untuk kelangsungan hidupnya karena sekresi pada gram negatif lebih strategis yaitu di
diperlukan dalam sintesis DNA. Mikroorganisme rongga periplasmik di antara membran sitoplasma
harus menyintesis sendiri dihidrofolat dari asam dan dinding sel bakteri sehingga dapat mencapai
para-aminobenzoat (PABA). Untuk dapat bekerja target antibiotik yang tepat untuk mengganggu
dihidrofolat harus dirubah menjadi bentuk cara kerja antibiotik tersebut (Istiantoro& Gan,
aktifnya, yaitu asam tetrahidrofolat, dengan 2012).
bantuan enzim dehidrofolat reduktase. Antibiotik
jenis ini antara lain Sulfonamid, Trimetoprim, dan Antibiotik Cefixime
Asam p-aminosalisilat (PAS). Sulfonamida bekerja Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
dengan cara berkompetisi dengan PABA dalam didapatkan hasil resisten pada antibiotik
pembentukan dihidrofolat yang membentuk suatu Cefiximekonsentrasi10g dan 20g dengan
analog yang tidak aktif. Sementara itu, diameter zona hambat masing-masing 12,67 mm
Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat dan 15,33 mm. Didapatkan juga hasil intermediet
reduktase sehingga tetrahidrofolat tidak pada antibiotik Cefixime konsentrasi 50g dengan
terbentuk(Radji, 2016). diameter zona hambat 17,5 mm, dan hasilsensitif
pada antibiotik Cefixime konsentrasi 100g, dengan
Antibiotik Ampicilin diameter zona hambat 20 mm.Pada penelitian
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa Sadeghabadi, et al. yang dilakukan di Isfahan, Iran
didapatkan hasil resisten pada antibiotik Ampicilin mengenai resistensi antibiotik yang luas pada
konsentrasi10g dengan diameter zona hambat bakteri Escherichia coli dan Shigella sp.dijelaskan
11,33 mm. Didapatkan juga hasil sensitifpada bahwa terdapat 85,2% bakteri Shigella resisten
antibiotik konsentrasi 20g, 50g, dan terhadap antibiotik Cefiximedengan konsentrasi
100gdengan masing-masing diameter zona 5g (Sadeghabadi, et al.,2014). Namun pada
hambat 18 mm, 24 mm, dan 26 mm.Pada penelitianHamediAbdolkarim yang di lakukan di
penelitian Saeed Amir, et al. yang dilakukan Mashhad, Iran mengenai resistensi antibiotik pada
diKhartoum, Sudan mengenai mikroba penyebab anak dengan diare berdarah dijelaskan bahwa 97%
diare akut pada anak dibawah 5 tahundijelaskan bakteri Shigella sensitif terhadap antibiotik
bahwa dari 36 spesimen yang positif Shigella, 50% Cefiximedengan konsentrasi 10g (Hamedi,2009).
atau sebanyak 18 spesimen Sensitif, 6% atau Cefixime merupakan antibiotik generasi ke-3
sebanyak 2 spesimen Intermediet, dan 44% atau dari golongan sefalosporin.Berdasarkan struktur
sebanyak 16 spesimen resisten terhadap antibiotik kimianya, antibiotik ini masih termasuk kedalam
Ampicilindengan konsentrasi 10g (Saeed, et antibiotik golongan beta-laktam.Antibiotik
al.,2015). Namun pada golongan beta-laktam ini mempunyai ikatan cincin
penelitianHamediAbdolkarim yang di lakukan di beta-laktam, dimana cincin beta-laktam ini
Mashhad, Iranmengenai resistensi antibiotik pada berfungsi untuk menghambat enzim
anak dengan diare berdarah dijelaskan bahwa 83% transpeptidase pada pembentukan lapisan
bakteri Shigellasp.resisten terhadap antibiotik peptidoglikan dinding sel bakteri (Menteri
Ampicilindengan konsentrasi 10g(Hamedi,2009). Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Secara teori antibiotik Ampicilintermasuk
antibiotik golongan beta-laktam yang bekerja Antibotik Azithromycin
menghambat sintesis atau merusak dinding sel Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
bakteri, Antibiotik golongan beta-laktam diberi antibiotik Azithromycin termasuk kedalam
nama berdasarkan keberadaan cincin beta-laktam. kelompok yang sensitif terhadap bakteri Shigella
Sifat-sifat beta-laktam sangat tergantung pada sp. dengan diameter zona hambat terbesar 25,5
ikatan cincin beta-laktam d an ikatan gugus asam mm dan dengan diameter zona hambat terkecil 17
pada karbon yang terikat pada nitrogen beta- mm.Hal ini sesuai dengan penelitian yang
laktam. Cincin beta-laktam ini berfungsi untuk dilakukan oleh Pandey Prativa, et al. di
menghambat sintesis enzim transpeptidase yang Nepalmengenai resistensi antibiotik pada diare
berguna pada pembentukan lapisan peptidoglikan traveller. Pada penelitian ini, Pandey Prativa, et al.
dinding sel bakteri (Radji, 2016). memaparkan bahwa dari 50 isolat bakteri Shigella,

5
35 menunjukkan sensitif terhadap dilengkapi guna menunjang penelitian-penelitian
Azithromycindengan konsentrasi 15g (Pandey, et lain yang mungkin akan dilakukan di
al., 2011). laboratorium tersebut, khususnya di Laboratorium
Secara teori antibiotik Azithromycin Mikrobiologi Universitas Malahayati.
termasuk antibiotik golongan makrolid, Makrolid
merupakan senyawa yang aktivitasnya Bagi Masyarakat
disebabkan oleh cincin makrolid yang merupakan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
suatu cincin lakton besar yang berikatan dengan informasi tentang antibiotik yang sensitif terhadap
satu atau lebih gula deoksi (biasanya kladinosa infeksi bakteri Shigella sp.sehingga diharapkan
dan desosamin), cincin lakton makrolid biasanya masyarakat tidak menggunakan antibiotik tanpa
tersusun dari 14, 15, atau 16 atom. mengkonsultasikan dengan dokter.
AntibiotikAzithromycin bekerja menghambat
sintesis protein, Sintesis protein berlangsung pada Bagi Peneliti Selanjutnya
ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit yang dijadikan acuan untuk meneliti sensitivitas bakteri
berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan Shigella sp. dengan antibiotik-antibiotik lain yang
sebagai subunit ribosom 30S dan 50S yang belum diteliti. Diharapkan dengan mengetahui
membentuk ribosom 70S. Antibiotik golongan ini sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, pemberian
bersifat toksisitas selektif terhadap inangnya antibiotik dapat dilakukan secara rasional dan
karena terdapat perbedaan antara ribosom bakteri menghasilkan terapi yang efektif.
dengan ribosom mamalia (unit ribosom 80S)(Radji,
2016).
DAFTAR PUSTAKA
4. Kesimpulan dan saran Abdolkarim, H. (2009). Antibiotic Resistance in
Children with Bloody Diarrhea. Acta Medica
Kesimpulan Iranica. 47(2): 121-124.
Dari hasil penelitian uji sensitivitas bakteri Abdullah, Z. A., Arsin, A. A., Dahlan, L. (2012).
Shigellasp. terhadap antibiotik golongan Faktor Risiko Diare Shigellosis pada Anak
sulfonamide, beta-laktam, dan makrolid tahun Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2017dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Nasional. 7(1): 16-21.
1. Antibiotik Trimethoprim-Sulfamethoxazoledan Astrat, D. (2008). Shigella and Salmonella serogroups
antibiotikAzithromycin termasuk antibiotik and their antibiotic susceptibility patterns in
yang sensitif terhadap bakteri Shigella sp. dan Ethiopia. Eastern Mediterranean Health
dapat digunakan sebagai terapi penyakit diare Journal. 14(4): 760-767.
yang disebabkan oleh bakteri Shigella sp. Aulia, R. (2012). Optimalisasi Agar Coklat Darah
2. Antibiotik Ampicillin termasuk antibiotik yang Manusia Sebagai Media Uji Sensitivitas
sensitif terhadap bakteri Shigella sp. pada Antibiotik Terhadap Haemophilus Influenza
konsentrasi minimal 20g dengan diameter (Skripsi). Universitas Diponegoro.
zona hambat 18 mm. Semarang.
3. Antibiotik Cefixime termasuk antibiotik yang Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI)
sensitif terhadap bakteri Shigella sp. pada (2015). M100-S25 Performance Standards for
konsentrasi minimal 50g dengan diameter Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-
zona hambat 17,5 mm. Fifth Informational Supplement. USA.
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Lampung.
(2015). Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Saran Tahun 2014. Bandar Lampung, Hal. 50.
Bagi Institusi Kesehatan Fauziyah, S. (2010). Hubungan Antara
Diperlukan evaluasi bagi institusi dan Penggunaan Antibiotika Pada Terapi
tenaga kesehatan dalam hal pemberian terapi Empiris Dengan Kepekaan Bakteri di
antibiotik pada pasien yang terinfeksi bakteri Ruang Perawatan Intensive Care Unit (ICU)
Shigella sp. sehinggaterapi yang diberikan dapat RSUP Fatmawati Jakarta Periode Januari
lebih efektif dan efisien. 2009-Maret 2010 (Tesis) . Universitas
Indonesia. Depok.
Bagi Laboratorium Universitas Malahayati Gilman, A. G. (2015). Dasar Farmakologi Terapi.
Sarana dan prasarana di Laboratorium (Vol. 3). Jakarta: EGC, Hal. 1117-1118.
Universitas Malahayati perlu ditingkatkan dan

6
Gomez, H. F., Cleary, T. G. (2000). Nelson Ilmu Travelers Diarrhea in Nepal: An Update on
Kesehatan Anak. (Vol. 2). (Edisi ke-15). the Pathogens and Antibiotic Resistance.
Jakarta: EGC, Hal. 974. Journal of Travel Medicine. 18(2): 102-108.
Hardi, A. R., Masni, Rahma. (2012). Faktor-Faktor Radji, M. (2016). Mekanisme Aksi Molekuler
Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Antibiotik dan Kemoterapi. Jakarta: EGC,
Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Hal. 2-5.
Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah Rudolph, A. M., Hoffman, J. I. E., Rudolph, C. D.
Tahun 2012. Hal. 1-13. (2014). Buku Ajar Pediatri Rudolph. (Vol.
Herawati, I. (2010). Enterobacteriaceae Patogen. 1). Jakarta: EGC, Hal. 670.
Universitas Padjadjaran. Bandung. Sadeghabadi, A. F., Ajami, A., Fadaei, R., Zandieh,
Istiantoro, Y. H., Gan, V. H. S. (2012). Farmakologi M., Heidari, E., Sadeghi, M., et al.(2014).
dan Terapi. (Edisi 5). Jakarta: FKUI. Widespread antibiotic resistance of
Jawetz, Melnick, Adelberg. (2013). Mikrobiologi diarrheagenic Escherichia coli dan Shigella
Kedokteran. Jakarta: EGC, Hal. 223, 230- species. Journal of Research in Medical
232, 258. Sciences. 19: 51-55.
Karsinah, Moehario, L. H., Suharto, Mardiastuti. Saeed, A., Abd, H., Sandstrom, G. (2015). Microbial
(2012). Buku Ajar Mikrobiologi aetiology of acute diarrhoea in children under
Kedokteran. Tanggerang: Binarupa Aksara five years of age in Khartoum, Sudan. Journal
Publisher, Hal. 199-201. of Medical Microbiology. 64: 432437.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sari, M. (2015). Uji Bakteriologis dan Resistensi
(2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun Antibiotik Terhadap Bakteri Escherichia coli
2013. Jakarta, Hal. 143. dan Shigella sp. Pada Makanan Gado-Gado
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. di Kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif
2015. Jakarta, Hal. 179. Hidayatullah. Jakarta.
Kliegman, Stanton, Geme, S. T., Schor, Behrman. Sulaeman, L. P. (2015). Deteksi Bakteri Escherischia
(2011). Nelson Textbook of Pediatrics. USA: coli dan Shigella sp. Dalam Telur Balado
Elsevier Saunders, Hal. 1337. Serta Resitensinya Terhadap Beberapa
Latief, A., Putra, S. T., Napitupulu, P. M., Pujiadi, antibiotik (Skripsi). Universitas Islam
A., Ghazali, M. V. (2007). Ilmu Kesehatan Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Anak FKUI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Utami, E. R. (2011). Antibiotika, Resistensi, dan
Fakultas Kedokteran Universitas Rasionalitas Terapi. El-Hayah. 1(4): 191-
Indonesia, Hal 283-285. 198.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2011). Vandepitte, J., Verhaegen, J., Engbaek, K., Rohner,
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia P., Piot, P., Heuck, C.C. (2011). Prosedur
Tentang Pedoman Umum Penggunaan Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologi
Antibiotik. Jakarta Klinis. Jakarta: EGC, Hal. 97-99, 110, 112.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Yenny, Herwana, E. (2016). Resistensi Dari Bakteri
Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta, Hal. -Aspek Global terhadap Antimikroba.
112, 115. Universa Medicina. 26(1): 46-56.
Pandey, P., Bodhidatta, L., Lewis, M., Murphy, H.,
Shlim, D. R., Cave, W., et al. (2011).

Anda mungkin juga menyukai