Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia pendidikan tinggi farmasi dibentuk untuk menghasilkan
apoteker sebagai penanggung jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu
kefarmasian maka apoteker atau dikenal pula dengan sebutan farmasis telah dapat
menempati bidang pekerjaan yang makin luas. Apotek, rumah sakit, lembaga
pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian
mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi
industri obat, kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka,
nutraseutikal, health food, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi
obat serta badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis
melaksanakan pengabdian profesi kefarmasian.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilihan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat
(drugs), dan sediaan obat (medicine).
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara obat
dengan makhluk hidup. Farmakologi berasal dari bahasa Yunani yaitu pharmakon
yang berarti senyawa bioaktif, dan logos yang berarti ilmu. Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang obat yang meliputi sejarah,
sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan
biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, biotransformasi, distribusi,
biotransformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan untuk
penggunaan lainnya.
Diare adalah salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian di
dunia, tercatat sekitar 2,5 juta orang meninggal tiap tahun. Penyakit ini memiliki
angka kejadian yang tinggi di negara berkembang, namun sedikit kejadiannya di
Amerika. Dengan penanganan yang tepat infeksi diare jarang bisa menjadi suatu

1
hal yang fatal. Agen yang dapat menyababkan diare antara lain bisa melalui tiga
jalur, yaitu: pada makanan, dalam air, atau penularan dari satu orang ke orang
lain. Perbedaan cara penularan melalui ketiganya tergantung pada potensi
ketersediaannya di lingkungan tempat tinggal kita dan reflek yang diperlukan
agen tersebut untuk memunculkan infeksi (Southwick, 2003). Penyakit diare
seperti kolera masih ditemukan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di daerah
kecamatan Belik, Pemalang, berdasarkan data dari dinas kesehatan setempat,
(Sumiasih, 2004).
Diare atau gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat (Miftakhul Hudayani, 2008). Penyakit ini terutama
disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses
kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang
mempunyai akses kebersihan yang buruk (WHO, 2009).
Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia.
Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di negara
berpenghasilan rendah, dengan persentase kematian yaitu 6,9% (WHO, 2009).
Hasil survey Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009 menunjukkan jumlah
kasus diare di Indonesia sebanyak 143.696 kasus rawat inap dan 172.013 kasus
rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2009 mempunyai
presentase 1,74% (Jane, dkk., 2009).
Penderita diare terutama anak-anak. Diperkirakan, anak berumur di bawah
lima tahun mengalami 3 episode diare per tahunnya. Pada tahun 2004, lebih dari
1,5 juta anak-anak meninggal akibat diare dan 80% berusia kurang dari 2 tahun
(WHO, 2009).
Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, syok hipovolemik,
asidosis, malnultrisi (terutama pada anak-anak). Dari semuanya itu, penyebab
kematian akibat diare paling sering disebabkan oleh dehidrasi (IDAI, 2009).
Bersamaan dengan makin tingginya insidensi diare dalam masyarakat,
maka banyak dilakukan upaya-upaya pengobatan diare. Sampai sekarang,
pengobatan antidiare baik yang tradisional maupun kimia telah banyak
dikembangkan (Milasari Hidayati, 2010).

2
Obat-obat kimia antidiare dapat digolongkan menjadi beberapa golongan
yaitu golongan obat antimotilitas, adsorben, obat yang mengubah transpor
elektrolit dan cairan (Mycek, Harvey, Champe, 2001). Salah satu contohnya
adalah loperamid, yang juga dipakai sebagai pembanding dalam penelitian ini.
Masyarakat di Indonesia sendiri, terutama masyarakat golongan menengah
kebawah, lebih sering mengatasi diare ini dengan berbagai macam tanaman obat.
Adapun contoh tanaman obat yang banyak digunakan sebagai antidiare adalah
rimpang kunyit, daun jambu biji, daun salam, temulawak. Tanaman-tanaman ini
mempunyai zat tertentu yang berperan dalam menghentikan diare. Dibandingkan
obat kimia, obat herbal ini memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih murah, efek
sampingnya lebih minimal, dan memiliki lebih banyak manfaat (Muaro, 2009).
1.2 Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menganalisis efek obat antidiare
pada mencit dengan metode transit dan metode proteksi terhadap diare yang
disebabkan oleh oleum ricini.
1.3 Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat menganalisis efek obat antidiare pada mencit dengan
metode transit dan metode proteksi terhadap diare yang disebabkan oleh oleum
ricini.
1.4 Prinsip Percobaan
Pada metode proteksi terhadap induksi oleum ricini efek obat antidiare
dapat diamati dengan berkurang frekuensi defakasi dan berubahnya konsistensi
feses menjadi padat.
Pada metode transit intestinas efek obat antidiare diamati dengan
membandingkan panjang jalur yang dilewati oleh marker norit antara pylorus dan
sepanjang usus halus.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Antidiare
Diare berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalir”. Defini diare
menurut WHO adalah buang air besar lebih sehari atau buang air besar lebih cair
dan lebih sering dari yang biasa terjadi (Handy, Fransisca. 2016: 65). Diare jika
dilihat dari epidemiologinya, lazim terjadi pada masa balita. Bayi dan balita
setidaknya akan mengalami diare 2-3 kali dalam setahun. Diare akut sampai saat
ini masih menjadi penyumbang angka kematian paling banyak. Namun demikian,
hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan tatalaksana yang tepat saat dirumah,
terutama dalam hal kebersihan (Handy Fransisca, 2016).
Diare dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu diare akut dimana diare
berlangsung antara 2-7 hari, diare melanjut adalah diare yang berlangsung 8-14
hari, dan diare kronik/persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
(Cook, G.C. 2003). Cairan tubuh yang tercurah tersebut akan menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit. Hal tersebut, dapat mengakibatkan kekurangan
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit dengan segala akibatnya. Disamping
itu, yang tidak kalah penting adalah kehilangan nutrisi melalui tinja. Pengobatan
diare dititik beratkan pada penggantian cairan, elektrolit, dan nutrisi yang hilang.
2.1.2 Mekanisme Diare
Diare secara alamiah merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Diare yang
sering terjadi, disebabkan peradangan atau infeksi pada saluran cerna. Dengan
terjadinya diare, sebetulnya tubuh berusaha membuang kuman atau benda asing
yang membahayakan tubuh (Handy, Fransisca. 2016). Tubuh membuang kuman
dengan cara menarik banyak cairan ke dalam saluran cerna sehingga saluran cerna
seperti “disiram” dan “dibersihkan” untuk membatasi penyakit.
2.1.3 Obat-Obatan Anti Diare
1. Berasal dari Bahan Alam

4
Jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah salah satu tumbuhan obat
Indonesia yang telah lama digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan
berbagai penyakit seperti antidiare, astringens dan menghentikan perdarahan
(Ditjen POM, 1989).
Efek farmakologis tersebut disebabkan oleh berbagai kandungan kimia
dalam daun jambu biji seperti senyawa fenolat, flavonoid, karotenoid, terpenoid
dan triterpene. Ekstrak kental daun jambu biji mengandung kuersitrin, minyak
atsiri, tanin, -sitosterol dan asam guaiakolat (Gutierrez et al., 2008).
2. Berasal dari Bahan Kimia
Bismuth subsalicylate : Obat ini mempercepat penyembuhan diare yang
disebabkan oleh bakteri E.coli, namun tidak memberikan aktivitas pada diare
yang disebabkan oleh rotavirus. Sementara 60% lebih diare pada anak disebabkan
oleh rotavirus. Obat ini dapat menimbulkan toksisitas karenya penyerapan salisilat
yang terkandung dalam obat ini (Steffen, 1990:80).
Antibiotik : Antibiotik diare hanya bila terdapat bukti bahwa diare
disebabkan oleh bakteri, seperti disentri (diare dengan darah dalam tinja dan
terbukti ditemukan amuba pada pemeriksaan feses lengkap) dan kolera (diare
dengan tinja seperti air cucian beras) (Sepulveda, J. 1992: 243).
2.1.4 Antitukak
Tukak peptik adalah lesi yang terjadi karena ketidak seimbangan antara
factor agresif dan faktor defensif (Suyono, 2001 dan Guyton, 1990). Tukak peptik
merupakan lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada orang
dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul
sejak usia muda. (Robinson, 2004).
Karena lesi yang timbul disebabkan oleh banyak faktor maka
pengobatannya membutuhkan beberapa jenis obat dengan strategi terapi tertentu
antara lain, obat untuk hipersekresi asam lambung, obat pelindung mukosa, obat
pencegah senyawa pencetus dan faktor penyebab, obat pencegah kekambuhan dan
komplikasi (Anwar, 2000).

5
2.1.5 Pengobatan dan Penyebab Tukak Lambung dan Diare
1. Anti Tukak
Obat-obat tukak peptik adalah obat-obat yang bertujuan menghilangkan
rasa nyeri/keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan mencegah
komplikasi (Suyono,2001).
Obat-obat tukak peptik yang digunakan adalah golongan antasida, zat
penghambat sekresi asam, dan zat pelindung mukosa (Ansel, 1989). Penggunaan
obat-obat ini sangat sering digunakan dengan kombinasi karena mengingat
banyaknya factor penyebab tukak peptik tersebut. Kombinasi obat digunakan
karena hasil yang diperoleh dari terapi tunggal kurang memuaskan untuk tujuan
pengobatan yang diinginkan. Perkembangan terapi kombinasi ini sangat
mendukung kepatuhan pasien, karena selain efektifitas yang tinggi kemungkinan
efek samping menjadi lebih kecil walaupun relatif lebih mahal. Terapi kombinasi
dapat menekan angka kekambuhan dalam jangka panjang (Suyono, 2001).
Adapun terapi yang dilakukan, yaitu :
1. Terapi non medikamentosa
a) Dianjurkan rawat jalan, apabila gagal atau adanya komplikasi dianjurkan
rawat inap.
b) Untuk kontrol diet, air jeruk yang asam, minuman coca cola, bir, kopi
dikatakan tidak mempunyai pengaruh userogenik pada mukosa lambung
tetapi dapat menambah sekresi asam lambung.
c) Penderita dianjurkan untuk berhenti merokok oleh karena dapat
mengganggu penyembuhan tukak gaster kronik, menghambat sekresi
bikarbonat pancreas, menambah keasaman duodeni, menambah refluks
duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pylorus sekaligus meningkatkan
kekambuhan tukak.
2. Terapi medikamentosa
a) Antasida adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorik,
membentuk garam dan air untuk mengurangi keasaman lambung. Enzim

6
pepsin dapat bekerja pada pH lebih tinggi dari 4, maka penggunaan
antacida juga dapat mengurangkan aktivitas pepsin (Finkel R., 2009).
b) Antagonis Reseptor H2/ARH2. Penggunaan obat antagonis reseptor H2
digunakan untuk menghambat sekresi asam lambung yang dikatakan
efektif bagi menghambat sekresi asam nocturnal. Strukturnya homolog
dengan histamine. Mekanisme kerjanya secara kompetitif memblokir
perlekatan histamine pada reseptornya sehingga sel parietal tidak dapat
dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Inhibisi bersifat
reversible. Dosis terapeutik yang digunakan adalah Simetidin: 2 x 400
mg/800 mg malam hari,dosis maintenance 400 mg, Ranitidine : 300 mg
malam hari,dosis maintenance 150 mg, Nizatidine : 1 x300 mg malam
hari,dosis maintenance 150 mg, Famotidine : 1 x 40 mg malam hari,
Roksatidine : 2 x 75 mg / 150 mg malam hari,dosis maintenance 75 mg
malam hari (Finkel R., 2009).
c) Proton Pump Inhibitor/PPI. Mekanisme kerja adalah memblokir kerja
enzim K+H+ATPase yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan
energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCL dari kanalikuli sel
parietal ke dalam lumen lambung. PPI mencegah pengeluaran asam
lambung dari sel kanalikuli, menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien
tukak, mengurangi aktifitas faktor agresif pepsin engan pH >4 serta
meningkatkan efek eradikasi oleh regimen triple drugs, Omeprazol 2 x 20
mg atau 1 x 40 mg, Lansprazol/pantoprazol 2 x 40 mg atau 1 x 60 mg
(Finkel R, 2009)
d) Koloid Bismuth (Coloid Bismuth Subsitrat/CBS dan Bismuth
Subsalisilat/BSS) Membentuk lapisan penangkal bersama protein pada
dasar tukak dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin dan
efek bakterisidal terhadap H.Pylori (Finkel R., 2009).
e) Sukralfat. Mekanisme kerja berupa pelepasan kutub alumunium hidroksida
yang berikatan dengan kutub positif melekul proteinàlapisan fisikokemikal
pada dasar tukak melindungi tukak dari asam dan pepsin. Membantu
sintesa prostaglandin, kerjasama dengan EGF ,menambah sekresi

7
bikarbonat &mukus, peningkatan daya pertahanan dan perbaikan mucosal
(Finkel R., 2009).
f) Prostaglandin. Mengurangi sekresi asam lambung, meningkatkan sekresi
mukus, bikarbonat, peningkatan aliran darah mukosa, pertahanan dan
perbaikan mukosa. Digunakan pada tukak lambung akibat komsumsi
NSAID (Finkel R., 2009).
g) Penatalaksanaan infeksi H.Pylori. Tujuan eradikasi H.Pylori adalah untuk
mengurangi keluhan, penyembuhan tukak dan mencegah kekambuhan.
Lama pengobatan eradikasi H.Pylori adalah 2 minggu,untuk kesembuhan
tukak,bisa dilanjutkan pemberian PPI selama 3–4 minggu lagi (Finkel R.,
2009).
2.1.6 Klasifikasi Diare
Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu
sebagai berikut :
a. Diare akut keluarnya tinja cair tanpa darah selama7-14 hari
b. Diare persisten atau diare kronis keluarnya tinja cair selama 14 hari atau
lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis
dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi
c. Diare disentri keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering mengeluh sakit
perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan
berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri
2.2 Uraian Hewan
2.2.1 Klasifikasi Hewan Coba Mencit (Kusumawati, 2004)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae Gambar 2.1
Genus : Mus Mencit
( Mus musculus)
Spesies : Mus musculus

8
2.2.2 Mencit memiliki beberapa data biologis, diantaranya :
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama produksi : 9 bulan
Lama bunting : 19-21 tahun
Kawin sudah beranak : 1-24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu
Siklus kelamin : Polistrus
Perkawinan : Pada waktu estrus.
Berat dewasa : 20-40 gram (jantan) dan 18-35 gram
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 ; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Berat Molekul : 46,07g/mol
Rumus molekul : C2H5OH
Struktur kimia :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan


mudah bergerak bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat : Sebagai pembunuh kuman, serta sebagai penawar
untuk racun metanol.
Kegunaan : Sebagai disinfektan

9
2.3.2 Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan


tidak mempunyai rasa
Kelarutan : larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.3.3 Na CMC (Dirjen POM, 1979:401)
Nama resmi : NATRII CARBOXY METHYL CELLUSUM
Sinonim : Natrium karboksilat metil selulosa
Rumus molekul : C6H7O2(OH)2CH2COONa
Rumus struktur :

Berat molekul : 264,204 g/mol


Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air
2.3.4 Norit (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : CARBO ADSORBEN
Sinonim : Arang penghilang warna, arang jerap
Rumus molekul : Tersusun atas carbon
Rumus Struktur :

10
Berat molekul : 4,2 g/mol
Pemerian : Serbuk halus, hitam, tidak berbau, dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dalam etanol dan tidak larut dalam air
Khasiat : Sebagai adsorben
2.3.5 Oleum Ricini/Minyak Jarak (FI IV, Hal : 401)
Nama resmi : OLEUM RICINI
Sinonim : Minyak jarak
Rumus molekul : C57O9H110
Rumus Struktur :

Berat molekul : 939,50 g/mol


Pemerian : Cairan kental, transparan kuning pucat
Kelarutan : Larut dalam etanol, dapat bercampur dengan
etanol
2.4 Uraian Obat
2.4.1 Diagit (Dirjen POM, 1995; MIMS,2021)
Nama resmi : ATTAPULGITE
Nama lain : Koloidal atapulgit teraktivasi
Rumus molekul : AlMgO3Si
Berat molekul : 127,3686 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus; tidak mengembang; tidak


mengandung partikel sepertipasir’ warna krem.

11
Jika disebarkan dalam air, terbentuk suspensi
yang kental
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Untuk meredakan diare
Dosis manusia : Dewasa dan Anak > 12 tahun : 2 tablet tiap kali
sesudah BAB. Maksimal 12 tablet/hari. Anak 6-
12 tahun : 1 tablet tiap kali sesudah BAB.
Maksimal 6 tablet/hari.
Indikasi : Diare akut dan keracunan makanan
Kontraindikasi : Kontraindikasi attapulgite di antaranya pada
diare infeksius dan disentri. Peringatan untuk
tidak menggunakan obat secara jangka panjang
dan tidak memberikannya pada anak di bawah 3
tahun.
Efek samping : Sembelit, mual, perut kembung, sering buang
angin, dan sakit perut
Interaksi obat : Attapulgite memiliki interaksi dengan
beberapa obat, seperti abacavir, dolutegravir,
lamivudine.
Farmakokinetik : Secara farmakokinetik, obat ini tidak diabsorpsi
sehingga hanya bekerja secara lokal di traktus
gastrointestinal.
Farmakodinamik : Attapulgite merupakan mineral natural berasal
dari tanah mengandung magnesium aluminium
phyllosilikat yang memiliki kemampuan untuk
mengadsorbsi cairan, racun, dan bakteria secara
lokal pada traktus gastrointestinal. Oleh karena
sifat adsorben dari attapulgite ini, attapulgite
digunakan sebagai obat antidiare.
2.4.2 Diatabs (Dirjen POM, 1995; MIMS,2021)

12
Nama resmi : ATTAPULGITE
Nama lain : Koloidal atapulgit teraktivasi
Rumus molekul : AlMgO3Si
Berat molekul : 127,3686 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus; tidak mengembang; tidak


mengandung partikel sepertipasir’ warna krem.
Jika disebarkan dalam air, terbentuk suspensi
yang kental
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Untuk meredakan diare
Dosis manusia : Dewasa dan Anak > 12 tahun : 2 tablet tiap kali
sesudah BAB. Maksimal 12 tablet/hari. Anak 6-
12 tahun : 1 tablet tiap kali sesudah BAB.
Maksimal 6 tablet/hari.
Indikasi : Diare akut dan keracunan makanan
Kontraindikasi : Kontraindikasi attapulgite di antaranya pada
diare infeksius dan disentri. Peringatan untuk
tidak menggunakan obat secara jangka panjang
dan tidak memberikannya pada anak di bawah 3
tahun.
Efek samping : Sembelit, mual, perut kembung, sering buang
angin, dan sakit perut
Interaksi obat : Attapulgite memiliki interaksi dengan
beberapa obat, seperti abacavir, dolutegravir,
lamivudine.
Farmakokinetik : Secara farmakokinetik, obat ini tidak diabsorpsi

13
sehingga hanya bekerja secara lokal di traktus
gastrointestinal.
Farmakodinamik : Attapulgite merupakan mineral natural berasal
dari tanah mengandung magnesium aluminium
phyllosilikat yang memiliki kemampuan untuk
mengadsorbsi cairan, racun, dan bakteria secara
lokal pada traktus gastrointestinal. Oleh karena
sifat adsorben dari attapulgite ini, attapulgite
digunakan sebagai obat antidiare.
2.4.3 Loperamid (Dirjen POM, 1995; MMN, 2019; MIMS, 2021)
Nama resmi : LOPERAMIDA HIDROKLORIDA
Nama lain : Loperamide hidroklorida
Rumus molekul : C29H33CIN2O2.HCl
Berat molekul : 513,4985 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk; putih sampai agak kuning; melebur pada


suhu lebih kurang 225°C disertai peruraian
Kelarutan : Mudah larut dalam metanol, dalam isopropil
alkohol dan kloroform; sukar larut dalam air dan
dalam encer
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Obat diare
Dosis manusia : Diare akut dimulai dengan 4 mg, selanjutnya 2
mg tiap BAB
Indikasi : Diare akut yang tidak diketahui penyebabnya
dan diare kronik
Kontraindikasi : Anak-anak dibawah usia 12 tahun, kolitis akut
karena dapat menyebabkan megacolon toksik,

14
pada keadaan dimana konstipasi harus dihindari,
penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
Efek samping : Flatulen, konstipasi, mual, muntah, nyeri
abdomen, letih, mengantuk, pusing, megacolon
toksis
Interaksi obat : Pemberian bersama transquilizer atau alkohol,
monoamine oxidase inhibitor harus hati-hati
Farmakokinetik : Loperamide bekerja dengan memperpanjang
waktu transit dari isi intestinal sehingga
mengurangi volume keluarnya feses,
meningkatkan viskositas dan densitas feses, serta
mengatasi hilangnya cairan dan elektrolit
berlebih.
Farmakodinamik : Loperamide adalah obat untuk meredakan diare.
Obat ini juga bisa digunakan untuk mengurangi
jumlah feses yang keluar pada pasien dengan
ileostomi, yaitu lubang pada dinding perut
sebagai pengganti anus. Loperamide bekerja
dengan cara memperlambat gerakan usus
2.4.4 Zink sulfat (Dirjen POM, 1995; MIMS, 2021)
Nama resmi : ZINCI SULFAS
Nama lain : Seng sulfat
Rumus molekul : ZnSO47H2O
Berat molekul : 287,54 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur tidak


berwarna, tidak berbau, rasa sepat dan mirip

15
logam, sedikit merapuh
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zinc digunakan untuk terapi pelengkap diare
pada anak-anak, digunakan bersama dengan
oralit.
Dosis manusia : Pengobatan Diare Akut Dewasa: 10-20 mg,
diminum satu kali per hari, lama pengobatan 10-
14 hari meskipun diare sudah berhenti.
Indikasi : Mempercepat proses penyembuhan gejala diare
Kontraindikasi : Jangan dikonsumsi apabila alergi atau
hipersensitif terhadap zinc
Efek samping : Sakit perut, dispepsia, mual, muntah, iritasi
lambung, sakit kepala, pusing
Interaksi obat : Penurunan penyerapan zinc jika digunakan
bersama kalsium, suplemen besi, penicillamine,
antibiotic tetracycline, atau trientine.
Farmakokinetik : Farmakokinetik zinc dipengaruhi oleh konsumsi
makanan dan status nutrisi zinc didalam tubuh.
Farmakodinamik : Farmakodinamik zinc berhubungan erat dengan
perannya di dalam tubuh sebagai unsur mineral
yang penting. Secara garis besar, zinc memiliki
tiga peran dalam tubuh yaitu peran katalitik,
struktural dan regulatori. Zinc bekerja dalam
berbagai aspek proses metabolisme seluler,
antara lain sintesis protein, proses pembelahan
sel, proses penyembuhan luka, aktivitas katalitik
terhadap sekitar 200 enzim dan sebagai kofaktor
pada lebih dari 300 enzim yang memengaruhi

16
fungsi berbagai organ.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmakologi I dengan percobaan “Analisis efek obat antidiare”
dilaksanakan pada hari Kamis 27 Oktober 2022 pukul 10.30 sampai13.30 WITA.
Tempat pelaksanaan praktikum yaitu bertempat di Laboratorium Farmakologi,
dan Toksikologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu Batang pengaduk, dispo 1 ml, gelas
kimia, gunting, lumpang alu, pentul, pinset, pisau bedah, pot salep, sonde oral,
spatula, timbangan analitik, timbangan hewan uji, wadah pengamatan
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu, alkohol 70%, aluminium foil,
diatabs, diagit, loperamid, Na-CMC, norit, oleum ricini, sterofom, kapas, hewan
uji, zinc sulfat
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Cara kerja Metode Proteksi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Diberi suspensi obat antidiare/Na-CMC dengan volume pemberian 1 mL
4. Diberi selang waktu selama 30 menit
5. Diinduksi dengan oleum ricini 1 mL secara oral
6. Diamati onset dan durasi, jumlah defeksi, frekuensi feses, berat feses
selama 60 menit
3.3.2 Cara kerja Transit Intestinal
1. Disiapkan alat dan bahan

17
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Diberi suspensi obat antidiare/Na-CMC dengan volume pemberian 1 mL
4. Diberi selang waktu selama 30 menit
5. Diinduksi dengan norit 0,2 mL secara oral
6. Dianastesi mencit dengan eter
7. Dieuthanasia mencit
8. Dibedah perut mencit dan diambil usus marker
9. Diukur panjang norit dalam usus dan panjang usus keseluruhan

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a) Metode proteksi
Obat Onset Durasi J. Defeksi F. Feses Bobot Feses
Zing sulfat - - - - -
Diatabs 28 menit 15 menit 4 Cair 2,98 gram
Diagit 40 menit 12 menit 1 Cair 1,56 gram
Loperamid 26 menit 10 menit 3 Padat 2,31 gram
Na- CMC 36 menit 9 menit 2 Cair 2,20 gram

4.2 Pembahasan
Diare adalah kondisi seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan bisa berupa air saja dengan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar
yangterus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
ataumemiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya
diaremenyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa
juga bisaterjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik
penyakitnya (Anne, 2011).
Sebelum memulai percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat-alat yang digunakan meliputi
batang pengaduk, gelas kimia, gunting, gelas ukur, wadah pengamatan, lap halus,
lap kasar, lumpang alu, neraca analitik, pisau, penangas air, pot salep, sonde
oral,sterofom, spatula. Adapun bahan yang digunakan meliputi alkohol 70%,

19
aquadest, dispo 1 ml, kertas perkamen, label, norit, Na-CMC, obat diagit, obat
loperamid, obat zink sulfat, obat diatabs, oleum ricini, dan tisu. Kemudian
dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Manurut Larasati (2020), alkohol
70% digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik. Desinfektan mengandung
glutaraldehid dan formaldehid yang merupakan zat yang dapat membunuh
patogen di lingkungan, sedangkan antiseptik mengandung alkohol, chlorhexidine,
dan anilides, yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme tanpa harus membunuh mikroorganisme tersebut di jaringan
hidup. Selanjutnya ditimbang berat badan mencit yang akan digunakan. Menurut
Lesmana dkk (2021),
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiplogi manusia, juga
karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian
dapat berlangsung lebih cepat, (menurut Fianti, 2017), mencit banyak digunakan
sebagai hewan laboratorium karena memiliki kelebihan seperti siklus hidup relatif
pendek, banyaknya jumlah anak per kelahiran, mudah ditangani, memiliki
karakteristik reproduksinya mirip dengan hewan mamalia lain, struktur anatomi,
fisiologi serta genetik yang mirip dengan manusia. Sebelum digunakan untuk
percobaan, mencitdipuasakan selama 18jam sebelum percobaan tetapi minum
tetap diberikan. Haltersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh
terhadap kecepatan peristaltik, menurut Utomo, M.O, 2012 mencit dipuasakan
12-16 jam agar glukosa darah stabil dan tidak terdapat perubahan kadar glukosa
darah karena asupan makanan.
Pada praktikum kali ini Langkah pertama dilakukan perhitungan dosis
sesuai dengan berat mencit yang ditimbang, (Menurut Widowati, W. 2008).
Tujuan perhitungan dosis obat adalah, agar mendapatkan obat sesuai dengan yang
diperlukan, baik berdasarkan kemauan sendiri atau berdarkan dosis yang
ditentukan. Kemudian dicampurkan obat bersama suspensi Na- CMC sebayan 10
ml, (Menurut Mia Permawati, 2006), Salah satu suspending agent yang seringkali
digunakan sebagai penstabil sediaan suspensi ialah natrium karboksimetil selulosa
(Na-CMC).

20
Kemudian diberikan obat dengan cara oral, sebanyak 1 ml, (Menurut,
Sihombing,ferdinan. 2010). Alasan pengunaan dengan banyak 1 ml karena
pengunaan secara oral telah ditetapkan sebanyak 1 ml, pemberian obat dilakukan
dengan menggunakan dispo dan sonde oral. Selanjutnya ditunggu selang waktu
30 menit, (menurut Fianti, 2017), tujuan ditunggunya selang waktu 30 menit agar
obat yang diberikan dapat bereaksi. Setelah itu diberikan 1 ml oleum ricini.
(menurut Fianti, 2017), tujuan diberikan oleum ricini setelah 30 menit agar efek
obat yang di dapatkan tepat. (Menurut Ikawati, 2010) Efek suatu obat tidak selalu
muncul seketika, kadang butuh jeda beberapa saat sejak waktu pemberian. Serta,
(menurut Marcellus dan Ari, 2004) Diberikan 1 ml oleum ricini bertujuan untuk
penginduksi yang digunakan sebagai penginduksi diare. Oleum ricini di usus
halus akan dihidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan zat aktifnya yakni asam
risinoleat, yang terutama bekerja di usus halus untuk menstimulasi sekresi cairan
dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus.
Selanjutnya diamati onset dan durasi serta jumlah defeksi, frekuensi feses,
berat fases, selama 60 menit. (menurut Arika F, 2018), Tujuan diamati onset dan
durasi yaitu kita bisa melihat waktu pada saat menchit terjadi diare. serta Tujuan
diamatinya jumlah defeksi agar bisa melihat berapa jumlah feses menchit terbut
dan juga bentuk dari feses tersebut.
Hasil dari Na-CMC kelompok 1 onset 40 menit, durasi 9 menit, Hasil dari
obat loperamide kelompok 5 onset 36 menit, durasi 10 menit, (Menurut Mia
Permawati, 2006), Onset adalah waktu dari mulainya pemberiaan obat sampai
menimbulkan efek sedangkan durasi adalah waktu lamanya efek tersebut. jumlah
defeksi 2, (menurut Arika F, 2018), hal ini mungkin dikarenakan obat yang
diberikan tidak terlalu berefek sebagai aktivitas antidiare. konsentrasi feses cair
dan bobot feses 2,20 gram.
Hasil dari obat zinc sulfat kelompok 2 tidak terdapat onset, durasi, jumlah
defeksi konsentrasi feses dan bobot feses, (menurut Arika F, 2018), hal ini
dikarenkakan aktvitas antidiare pada obat ini lebih besar. Yang dimana suatu zat
atau senyawa dikatakan mempunyai aktivitas antidiare bila parameter yang
diamati pada kelompok perlakuan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan

21
kelompok kontrol negatif. Jadi apabila bobot feses, frekuensi diare, % konsistensi
feses yang cair, onset (waktu timbulnya diare) dan durasi (lamanya diare
berlangsung) dari kelompok perlakuan nilainya lebih kecil dari pada kelompok
kontrol negatif, maka obat tersebut memang menunjukkan aktivitas antidiare.
Zing sulfat bekerja dengan cara mencegah atau mengatasi kekurangan zinc atau
seng (Arista WN, 2010.).
Hasil dari obat diagit kelompok 3 onset 28 menit, durasi 15 menit,
(Menurut Mia Permawati, 2006), Onset adalah waktu dari mulainya pemberiaan
obat sampai menimbulkan efek sedangkan durasi adalah waktu lamanya efek
tersebut. memiliki jumlah defeksi 1, , (menurut Arika F, 2018), hal ini mungkin
dikarenakan obat yang diberikan tidak terlalu berefek sebagai aktivitas antidiare.
konsentrasi feses cair dan bobot feses 1,56 gram, obat diagit dikatakan tidak
memiliki akivitas antidiare dikarenakan menurut menurut Arika F, 2018 Suatu zat
atau senyawa dikatakan mempunyai aktivitas antidiare bila parameter yang
diamati pada kelompok perlakuan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan
kelompok kontrol negatif. Jadi apabila bobot feses, frekuensi diare, % konsistensi
feses yang cair. Mekanisme kerja diagit yaitu digunakan untuk pengobatan
simptomatik (Depkes Ri, 1996).
Hasil dari obat diatabs kelompok 4, pada uji proteksi onset 28 menit,
durasi 15 menit, (Menurut Mia Permawati, 2006), Onset adalah waktu dari
mulainya pemberiaan obat sampai menimbulkan efek sedangkan durasi adalah
waktu lamanya efek tersebut. Dengan jumlah defeksi 4, (menurut Arika F, 2018),
hal ini mungkin dikarenakan obat yang diberikan tidak terlalu berefek sebagai
aktivitas antidiare. Dengan bobot feses 2,98 gram. Mekanisme kerja diatabs yaitu
dengan cara mengadsorbsi beberapa racun dan bakteri (Depkes Ri, 1996).
Hasil dari obat loperamide kelompok 5 onset 36 menit, durasi 10 menit,
(Menurut Mia Permawati, 2006), Onset adalah waktu dari mulainya pemberiaan
obat sampai menimbulkan efek sedangkan durasi adalah waktu lamanya efek
tersebut. memiliki jumlah defeksi 3, (menurut Arika F, 2018), hal ini mungkin
dikarenakan obat yang diberikan tidak terlalu berefek sebagai aktivitas antidiare.
konsentrasi feses padat dan bobot feses 2,31 gram, obat loperamid bekerja dengan

22
cara memperlambat gerak usus. Dengan begitu, frekuensi buang air besar menjadi
lebih padat saat keluar (Depkes Ri, 1996).
Dari hasil yang di dapat onset dan durasi juga jumlah defaksi konsetrasi
feses dan bobot feses dari tiap kelompok berbeda-beda hal ini Karena pada
dasarnya setiap hewan uji memiliki respon yang berbeda terhadap suatu obat.
Perbedaan dari respon terhadap pemberian obat bisa dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti kondisi tubuh hewan uji coba saat ini, derajat keparahan penyakit
yang diderita, faktor gaya hidup, faktor lingkungan (Turner, 1991).
Kemungkinan kesalahan yaitu pada saat pemberian obat secara oral tidak
masuk secara sempurna kedalam saluran pencernaan manchit sehingga efek dari
obat tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal.

23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa golongan obat antidiare seperti diatabs,zinc
sulfat,diagit,dan loperamid mampu meredakan diare. Dan obat yang paling baik
dalam meredakan diare yaitu zinc sulfat setelah dilihat hasil dari ke empat obat
tersebut, obat zinc sulfat tidak memiliki efek setelah diberikan kepada hewan uji
coba mencit.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan dalam praktikum.
5.2.2 Saran Untuk laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancer dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun diluar
laboratorium. Sebab, kerjasama yang baik akan lebih mempermudah proses
penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesama praktikan dapat menyimak
dengan baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita
menyelesaikan praktik tersebut.

24
25

Anda mungkin juga menyukai