Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Sampel Uji Senyawa Pereaksi Hasil Pengamatan Ket.
1. Sampel Alkaloid Dragendroff (+)
Haksel Flavonoid - Serbuk (+)
Kentang Magnesium
- HCL
Tanin FeCl3 (+)
Fenol - NaOH (+)
- FeCl3
Saponin - Air Panas (+)
- HCL
2. Sampel Alkaloid Dragendroff (+)
Serbuk Flavonoid - Serbuk (+)
Tapak Dara Magnesium
- HCL
Tanin FeCl3 (-)
Fenol - NaOH (-)
- FeCl3
Saponin - Air Panas (-)
- HCL
3. Sampel Alkaloid Dragendroff (+)
Serbuk Flavonoid - Serbuk (-)
Temulawak Magnesium
- HCL
Tanin FeCl3 (+)
Fenol - NaOH (+)
- FeCl3
Saponin - Air Panas (-)
- HCL

4.2 Pembahasan
Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan
gambaran mengenai kandungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan
diteliti. Skrining fitokimia dapat dilakukan, baik secara kualitatif, semi kuantitatif,
maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Metode skrining
fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna dengan
menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal penting yang mempengaruhi dalam
proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Pelarut
yang tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif yang diinginkan tidak dapat
tertarik secara baik dan sempurna (Kristianti dkk, 2018).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan skrining fitokimia.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini ialah, agar mahasiswa dapat
melakukan penentuan golongan senyawa kimia pada tumbuhan obat, agar
mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap proses skrining untuk suatu golongan
senyawa kimia dalam tumbuhan obat serta agar mahasiswa dapat mengetahui
faktor dan reaksi kimia yang terjadi. Adapun simplisia yang telah dijadikan
ekstrak kental dalam proses skrining fitokimia ini yaitu Sampe Haksel Kentang
(Solanum tuberrosum), Sampel Serbuk Tapak Dara (Catharanthus Roseus) dan
Sampel Serbuk Temulawak (Curcuma zanthorriza).
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan skrining fitokimia berupa
batang pengaduk, cawan porselin, neraca analitik, penangas, pipet tetes, rak
tabung reaksi, spatula dan tabung reaksi. Bahan diantaranya ada alkohol 70%,
aquadest, Dragendorff, ekstrak kental daun cokelat, ekstrak kental singkong,
ekstrak kental tembelekan, Fecl3, HCl, label, logam magnesium dan tisu.
Alat dan bahan. Setelah itu, dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
Menurut Aditia (2015), digunakannya alkohol 70% saat pembersihan alat
disebabkan oleh alkohol yang bersifat antiseptik untuk benda mati dan dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme. Kemudian ditimbang
sampel menggunakan neraca analitik masing-masing sebanyak 0,5 gr. Menurut
Tirtasari (2017), neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium merupakan
instrument yang akurat yang mempunyai bobot 100gr sampai dengan kurang
lebih 0,0001 gr. Percobaan lalu diawali dengan skrining fitokimia uji alkaloid.
a. Uji Alkaloid
Dimasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan
ditambahkan masing-masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Lalu diaduk
hingga homogen. Menurut Ernawati (2020), pengadukan akan mempercepat
molekul terlarut, memisah dan menyebar secara merata dalam zat pelarut sehingga
membantu kelarutan. Pengadukan akan mengurangi gaya tarik antar molekul zat
terlarut sehingga gaya tarik antar molekul zat terlarut menjadi begitu kecil dan
akhirnya molekul terlepas untuk berdifusi di dalam pelarut. Semakin cepat
pengadukan, semakin cepat homogenitas larutan tercapai.
Dimasukkan campuran larutan dan sampel ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 2 ml. Setelah itu dilakukan uji alkaloid dengan
menambahkan sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendorff. Menurut Sirait
(2017), pereaksi Dragendorff digunakan untuk mendeteksi adanya alkaloid yang
dikarenakan pereaksi ini mengandung bismut yang merupakan logam berat atom
tinggi. Diamati perubahan yang terjadi dalam tabung reaksi.
Pada uji alkaloid sejumlah ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditetesi dengan HCl 2 N bertujuan untuk menarik alkaloid dari dalam simplisia,
alkaloid bersifat basa sehingga dengan penambahan HCl akan terbentuk garam,
lalu dipanaskan dengan tujuan memecahkan ikatan antara alkaloid yang bukan
dalam bentuk garamnya, lalu didinginkan, kemudian dilakukan reaksi
pengendapan dengan menggunakan tiga pereaksi. Untuk pereaksi Mayer diperoleh
hasil positif dengan terbentuknya endapan putih atau kuning. Untuk pereaksi
Wagner 26 juga hasilnya positif dengan terbentuknya endapan coklat sedangkan
pada penambahan pereaksi Dragendorff diperoleh hasil yang positif dengan
terbentuknya endapan jingga.
b. Uji Flavonoid
Dimasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan
ditambahkan masing-masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Dimasukkan
sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan ditambahkan masing-
masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Lalu diaduk hingga homogen.
Menurut Ernawati (2020), pengadukan akan mempercepat molekul terlarut,
memisah dan menyebar secara merata dalam zat pelarut sehingga membantu
kelarutan. Pengadukan akan mengurangi gaya tarik antar molekul zat terlarut
sehingga gaya tarik antar molekul zat terlarut menjadi begitu kecil dan akhirnya
molekul terlepas untuk berdifusi di dalam pelarut. Semakin cepat pengadukan,
semakin cepat homogenitas larutan tercapai.
Dimasukkan campuran larutan dan sampel ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 2 ml. Setelahnya dilakukan uji flavonoid dengan
menambahkan sedikit logam magnesium dan beberapa tetes HCl 2N. Tujuan
penambahan serbuk magnesium dan HCl pekat ini untuk mereduksi ikatan
glikosida dengan flavonoid. Menurut Mariana (2013), penambahan HCl pekat
dalam uji flavonoid pada metode Wilstater dimaksudkan untuk menghidrolisis
flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil
akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida
berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan ramnosa. Reduksi
dengan Mg dan HCl pekat ini menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna
merah atau jingga pada flavonol, flavanon, flavanonol dan xanton. Dikocok
tabung reaksi lalu dilihat apakah terdapat perubahan pada tabung reaksi.
c. Uji Fenol
Dimasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan
ditambahkan masing-masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Dimasukkan
sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan ditambahkan masing-
masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Lalu diaduk hingga homogen.
Menurut Ernawati (2020), pengadukan akan mempercepat molekul terlarut,
memisah dan menyebar secara merata dalam zat pelarut sehingga membantu
kelarutan. Pengadukan akan mengurangi gaya tarik antar molekul zat terlarut
sehingga gaya tarik antar molekul zat terlarut menjadi begitu kecil dan akhirnya
molekul terlepas untuk berdifusi di dalam pelarut. Semakin cepat pengadukan,
semakin cepat homogenitas larutan tercapai.
Dimasukkan campuran larutan dan sampel ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 2 ml. Setelahnya dilakukan uji fenol dengan
menambahkan reagen FeCl3 beberapa tetes. Menurut Putri dkk (2018), Uji
kualitatif senyawa fenol dilakukan dengan cara menambahkan FeCl3 1%, yang
ditandai dengan terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat,
yang terjadi ketika FeCl3 bereaksi dengan gugus hidroksil yang ada pada senyawa
fenol. Setelah itu diamati perubahan yang terjadi dalam tabung reaksi.
d. Uji Tanin
Dimasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan
ditambahkan masing-masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Dimasukkan
sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan ditambahkan masing-
masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Lalu diaduk hingga homogen.
Menurut Ernawati (2020), pengadukan akan mempercepat molekul terlarut,
memisah dan menyebar secara merata dalam zat pelarut sehingga membantu
kelarutan. Pengadukan akan mengurangi gaya tarik antar molekul zat terlarut
sehingga gaya tarik antar molekul zat terlarut menjadi begitu kecil dan akhirnya
molekul terlepas untuk berdifusi di dalam pelarut. Semakin cepat pengadukan,
semakin cepat homogenitas larutan tercapai.
Dimasukkan campuran larutan dan sampel ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 2 ml. Dilakukan uji tannin dengan menambahkan pereaksi
FeCl3 beberapa tetes. Menurut Sangi et al (2010), Pada uji tannin ditandai dengan
perubahan warna yang terjadi pada saat penambahan larutan FeCl3 1% yakni
hijau kehitaman. Perubahan warna disebabkan reaksi penambahan FeCl3 dengan
salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin. Penambahan FeCl3 yang
menyebabkan perubahan warna menunjukkan adanya tanin terkondensasi. Setelah
itu diamati perubahan yang terjadi.
e. Uji Saponin
Dimasukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan
ditambahkan masing-masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Dimasukkan
sampel yang telah ditimbang ke dalam cawan porselin dan ditambahkan masing-
masing sampel dengan pelarut yang sesuai. Lalu diaduk hingga homogen.
Menurut Ernawati (2020), pengadukan akan mempercepat molekul terlarut,
memisah dan menyebar secara merata dalam zat pelarut sehingga membantu
kelarutan. Pengadukan akan mengurangi gaya tarik antar molekul zat terlarut
sehingga gaya tarik antar molekul zat terlarut menjadi begitu kecil dan akhirnya
molekul terlepas untuk berdifusi di dalam pelarut. Semakin cepat pengadukan,
semakin cepat homogenitas larutan tercapai.
Dimasukkan campuran larutan dan sampel ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 2 ml. Dilakukan uji saponin dengan membahkan beberapa
tetes air panas dan dikocok tabung reaksi. Menurut Manongko et al (2020),
senyawa saponin ditandai dengan terbentuknya busa stabil. Busa yang timbul
disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam pelarut polar
atau hidrofilik dan senyawa yang larut dalam pelarut non polar atau hidrofobik
senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif permukaan
sehingga saat saponin dikocok dengan pelarutnya dapat membentuk misel.
Struktur misel terjadi karena gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus
non polarnya menghadap ke dalam, maka dari itu terlihat seperti busa. Diamati
perubahan yang terjadi
Pada percobaan pertama yaitu Ekstrak Haksel Kentang ditimbang sebanyak
0,2 gr, diencerkan ekstrak menggunakan aquadest secukupnya, masukan larutan
ke dalam 6 tabung reaksi dimana untuk uji reaksi dengan jumlah larutan yang
sama sedangkan pembandingnya dibuat lebih banyak.
Pada uji alkaloid digunakan pereaksi dragendroff sehingga menghasilkan
warna jingga kehitaman (positif). Menurut Wahid dan Safwan (2020), pada
pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna jingga sedangkan pereaksi
Mayer akan terbentuk endapan kuning yang menandakan positif adanya alkaloid.
Pada uji fenol digunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan warna hijau
kehitaman (positif), menurut Setiasih dkk (2015), uji fitokimia fenol positif
ditandai dengan perubahan warna hijau menjadi hijau kehitaman.
Pada uji flavonoid digunakan pereaksi Serbuk MG dan HCl sehingga
menghasilkan jinga (positif), menurut Wahid dan Safwan (2020), uji positif pada
flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga.
Pada uji saponin digunakan pereaksi Aquadest + HCl sehingga menghasilkan
warna jingga dan terbentuk buih (positif),
menurut Depkes RI (1995), uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya
buih yang stabil setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari 10 menit menunjukan
adanya saponin. Pada uji tanin digunakan pereaksi FeCl3 sehingga menghasilkan
warna hitam kehijauan, menurut Jones et al, (2006), jika terjadi warna biru tua
atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tannin.
Pada percobaan kedua yaitu Ekstrak Tapak Dara ditimbang sebanyak 0,2 gr,
diencerkan ekstrak menggunakan etanol 70% secukupnya, masukan larutan ke
dalam 6 tabung reaksi dimana untuk uji reaksi dengan jumlah larutan yang sama
sedangkan pembandingnya dibuat lebih banyak.
Pada uji alkaloid digunakan pereaksi dragendroff sehingga menghasilkan
warna merah bata (positif). Menurut Whardani dan Supartono (2015),
terbentuknya endapan putih terhadap pereaksi Mayer dan endapan jingga merah
dengan pereaksi Dragendorff menunjukkan hasil positif uji alkaloid.
Pada uji fenol digunakan pereaksi FeCl3 menghasilkan kuning kecoklatan
(negatif), Menurut Whardani dan Suparto (2015), Adanya fenolik ditunjukkan
dengan terbentuknya warna biru atau biru ungu.
Pada uji flavonoid digunakan pereaksi Serbuk MG dan HCl sehingga
menghasilkan warna merah (positif), Pada uji saponin digunakan pereaksi
Aquadest + HCl sehingga menghasilkan warna merah dan tidak adanya buih
(negatif). Pada uji tanin digunakan pereaksi FeCl3 sehingga menghasilkan warna
hijau kehitaman (positif).
Pada percobaan ketiga dilakukan uji skrining fitokimia pada Ekstrak Serbuk
Temulawak ditimbang sebanyak 0,2 gr, diencerkan ekstrak menggunakan
mentanol secukupnya, masukan larutan ke dalam 6 tabung reaksi dimana untuk uji
reaksi dengan jumlah larutan yang sama sedangkan pembandingnya dibuat lebih
banyak. Pada uji alkaloid digunakan pereaksi dragendroff sehingga menghasilkan
warna merah (negatif). Pada uji fenol digunakan pereaksi FeCl 3 menghasilkan
warna hijau kehitaman (positif). Pada uji flavonoid digunakan pereaksi Serbuk
MG dan HCl sehingga menghasilkan warna merah (positif). Pada uji saponin
digunakan pereaksi Aquadest + HCl sehingga menghasilkan warna jingga dan
tidak terbentuk buih (negatif). Pada uji tanin digunakan pereaksi FeCl3 sehingga
menghasilkan warna hitam kehijauan (positif)
Adapun kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada praktikum kali ini
yaitu, kurangnya ketelitian dalam melakukan mereaksikan sampel dengan
pereaksi-pereaksi tertentu sehingga dapat mempengaruhi hasil skrining fitokimia
suatu senyawa.

Anda mungkin juga menyukai