• Kingdom : Bacteria
• Phylum : Proteobacteria
• Class : Epsilon Proteobacteria
• Order : Campylobacterales
• Family : Helicobactereceae
• Genus : Helicobacter
• Species : H.pylori
Pengertian Helicobacter Pylori
a. Gram negative, berbentuk spiral ( huruf S atau C dengan kurva pendek ), dengan lebar 0,5 – 1,0
mikrometer dan Panjang 3 mikrometer, dan mempunyai 4 – 6 flagella. Kadang – kadang berbentuk
batang kecil atau coccoid berkelompok.
b. Bersifat microaerophilic , tumbuh baik dalam suasana lingkungan yang mengandung 025%, CO25 -
10% pada temperature 37OC selama 16-9 hari dalam media agar basa dengan kandungan 7%
eritrosit kuda dan dengan pH 6,7 – 8 sertha tahan beberapa saat dalam suasana sitotoksin seperti pH
1,5
c. Menghasilkan beberapa macam enzim yang bersifat sitotoksin seperti ; urease dalam jumlah yang
berlebihan, 100x lebih aktif dari yang dihasilkan bakteri proteus vulgaris dan bakteri penghasil
urease yang lain, Protease diperkirakan merusak lapisan mucus, Esterase, Pospolipase A dan C,
phosphatase.
d. Menghasilkan VAC (Vacuolating Cytotoxin cell)
e. Mengandung protein somatic cytotoxin 120-130 kD yang bersifat antigenic yang dapat merusak
endotel dan merangsang imun dalam pembentukan Imunoglobullin A, G, (G1, 2, 4) dan M.
f. Mengeluarkan platelet activating factor dan chemotactic substance
g. Bakteri ini khususnya resisten terhadap Trimetropin dan sensitive terhadap Penisilin dan
Epidemiologi
Sekitar 30-50% populasi di seluruh dunia terinfeksi oleh H. pylori. Prevalensi infeksi H. pylori bervariasi
di berbagai negara, di Eropa prevalensinya antara 7-33%, sedangkan di negara-negara berkembang
sekitar 80%. Studi seroepidemiologi di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-46,1%. Penduduk yang
berisiko tinggi mengalami infeksi H. pylori antara lain orang tua/lanjut usia, kondisi ekonomi kurang
mampu, penduduk migran dari daerah dengan prevalensi H. pylori yang tinggi, tinggal di rumah
penampungan dan wilayah pedesaan.
Dari data epidemiologis infeksi H. pylori tersebut di atas, hanya sekitar 10-20% yang akan menjadi
penyakit gastroduodenal. Data epidemiologis dari berbagai belahan dunia menunjukkan adanya
perbedaan geografis dan juga korelasi yang tidak sesuai antara prevalensi infeksi dengan prevalensi
spektrum klinis seperti tukak peptik dimana infeksi H. pylori berdasarkan studi seroepidemiologi cukup
tinggi di Afrika dan Asia Selatan, tetapi sebaliknya prevalensi berbagai kelainan klinis seperti tukak
peptik maupun kanker lambung sangat rendah. Hal ini dikenal dengan Asian enigmas atau African
enigmas. Dalam hal ini selain faktor H. pylori itu sendiri, perlu dipertimbangkan peran faktor pejamu
termasuk faktor genetik maupun faktor lingkungan yang selain mempengaruhi kuman H. pylori
tampaknya juga dapat mempengaruhi fisiologi maupun imunologi pejamu
Patogenesis
Setelah berhasil menembus asam lambung dan masuk kedalam habitatnya maka kuman H.
pylori dapat bertahan hidup dan mengadakan multiplikasi. Kuman H. pylori mengadakan
kontak dengan epitel mukosa lambung melalui bagian kuman yang disebut adhesin. Melalui
adhesin H. pylori berikatan dengan suatu gliserolipid yang didapatkan pada epitel lambung.
Kuman H. pylori menghasilkan berbagai enzim misalnya urease, catalase, proteasedan
fosfolipase dll. Protease dan fosfolipase dapat merusak mucus lambung. Disamping itu H.
pylori juga memproduksi beberapa macam toksin. Toksin-toksin ini akan menyebabkan reaksi
keradangan dan kerusakan jaringan dan menyebabkan gastritis kronik.Adanya infeksi H. pylori
kronik menimbulkan gangguan fungsi sekretorik. Yang menyebabkan hiperasiditas dalam
lambung dan duodenum. Adanya hiperasiditas dalam duodenum merupakan salah satu
keadaan yang memungkinkan hidupnya sel-sel mukosa lambung dalam duodenum. Pindahnya
sel-sel mukosa lambung ke dalam duodenum disebut metaplasia gastrik dalam duodenum.
Dengan adanya pulau-pulau sel mukosa lambung dalam duodenum maka bakteri H. pylori
dapat pula hidup dalam duodenum. Adanya bakteri tersebut dalam dodenum akan
menyebabkan duodenitis dan akhirnya terjadi ulkus di daerah tersebut
Transmisi Helicobater pylori
Untuk mendiagnosis infeksi Helicobacter pylori lebih akurat, dapat melakukan pemeriksaan
penunjang berikut :
1. Tes darah, untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik Helicobacter pylori dalam darah
2. Urea breath test, untuk mengetahui keberadaan Helicobacter pylori dalam tubuh
3. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi ada atau tidaknya darah pada feses
4. Endoskopi, untuk memeriksa adanya tanda-tanda infeksi Helicobacter pylori pada
saluran pencernaan secara visual dengan menggunakan endoskop, yaitu alat berbentuk
selang panjang tipis yang dilengkapi kamera pada ujungnya
Pengobatan infeksi Helicobacter Pylori
Pengobatan infeksi Helicobacter pylori umumnya dilakukan dengan memberikan
kombinasi dua atau lebih jenis antibiotik dan obat yang dapat menurunkan asam lambung.
Obat penghambat pompa proton, seperti lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan
pantoprazole, untuk menurunkan produksi asam lambung
Obat antibiotik, seperti amoxicillin, metronidazole, clarithromycin, dan tetracyclin,
untuk membunuh bakteri Helicobacter pylori yang terdapat pada saluran pencernaan
Obat penghambat histamin-2 (H2 blocker), seperti cimetidine dan ranitidine, untuk
menurunkan produksi asam lambung
Obat antidiare, seperti bismut subsalisilat, untuk mencegah tukak bertambah parah
dengan cara melindungi lapisan lambung yang terluka dari asam lambung
Pencegahan Infeksi Helicobacter Pylori
Media yang paling sering dipakai adalah lempeng agar darah yang mengandung 7% darah
dan diberikan suplemen antibiotic yang menekan kuman kontaminan tapi tidak menekan
pertumbuhan kuman H.pylori. Yang paling banyak dipakai adalah suplemen Skirrow yang
mengandung Trimetropim, Vankomisin, dan Polimiksin B. karena Pseudomonas merupakan
kontaminan yang serinng mengganggu dan yang rupanya mulai kebal terhadap antibotik
dalam suplemen Skirrow, maka suplemen Skirrow dicampur dengan satu antibiotic yaitu
Cefsulodin, suatu derivate yang cephalosporin yang dikhususkan untuuk Pseudomonas,
dikarenakan bakteri Helicobacter Pylori sering terganggu oleh adanya jamur maka sebaiknya
kedalam media ditambahkan Amphotericin B (fungizone) 5mg/lt.
SEKIAN & TERIMAKASIH
PERTANYAAN
● Apa yang dimaksud dengan sifat microaerophilic pada bakteri helicobacter phylori?
Jawab: Artinya bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang kadar oksigennya rendah (lebih rendah dibandingkan atmosfer bumi
pada umumnya)
● Bagaimana cara diagnosis yang lebih akurat untuk deteksi helicobacter phylori?
Jawab: Terdapat beberapa pemeriksaan alternatif yang noninvasif untuk mendeteksi infeksi bakteri Helicobacter pylori di antaranya
adalah tes napas urea (urea breath test / UBT), tes serologi darah dan tes feses (stool antigen test / SAT). Pemeriksaan noninvasif
dapat digunakan sebagai skrining pada populasi yang lebih luas. Tes napas urea dilakukan berdasarkan adanya enzim urease pada
bakteri Helicobacter pylori yang hidup untuk memecah urea menjadi amonia dan karbondioksida. Tes serologi darah digunakan
untuk mendeteksi antibodi pada tubuh terhadap bakteri Helicobacter pylori dengan menggunakan teknik ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay).Pemeriksaan serologi inimemiliki kelemahan di antaranya hasil pemeriksaan menjadi positif palsu bila
terdapat infeksi bakteri aktif yang lain, mengalami infeksi sebelumnya, dan terdapat reaksi silang antibodi.Tes feses digunakan
dengan menggunakan antibodi monoklonal atau antibodi poliklonal untuk mendeteksi bakteri Helicobacter pylori.
• Contoh media yang sering digunakan pada perkembangbiakan helicobacter phylori?
Jawab : Brucella broth and agar, BHI, Muller Hinton, Columbia agar dan trypticase soy agar. Ini umumnya
dilengkapi dengan Fetal Bovine Serum, lisis eritrosit, ekstrak ragi, pepton dan cyanobacteria. 7% sampai 10%
darah kuda, domba atau kelinci umumnya ditambahkan. Di antara antibiotik yang ditambahkan adalah
antibiotik vankomisin, sulfametoksazol, trimetoprim, sefsulodin, dan polimiksin B. Sampel dapat diawetkan
dalam kaldu kedelai trypticase atau BHI ditambah 20% gliserol. Mereka dapat disimpan dalam freezer pada -
80o C atau dalam nitrogen cair
• Bagaimana bakteri Helicobacter selalu di lapisi oleh awan amoniak?
Jawab : Kuman ini dapat bertahan hidup dalam suasana asam kuat dengan cara memproduksi enzim urease.
Enzim urease akan mengubah urea yang ada dalam cairan lambung menjadi amoniak. Tubuh kuman
Helicobacter selalu diliputi oleh awan amoniak ini, dan karenanya dapat bertahan terhadap asam lambung
• Helicobacter bersifat pleomorfik, artinya?
Jawab :bersifat pleomorfik artinya dapat dijumpai dalam beberapa bentuk. Dalam keadaan normal kuman ini
berbentuk spiral atau batang bengkok, tetapi dalam keadaan tertentu yang kurang baik akan merubah dirinya
menjadi bentuk kokoid yang merupakan bentuk pertahanan yang resisten