Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

L DENGAN
GASTRITIS DI RUANG NEW BOUGENVILLE 2
RS PELNI JAKARTA

Disusun oleh :

1. Lila Amalia Faramadina 16020


2. Sri Salsabila Fatin 16091

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Ny. L” dengan Gastritis di Ruang New Bougenville 2 Rumah
Sakit Pelni Jakarta.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :

1. DR.dr.Fathema DjanRachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,M.P.H(MMR)sebagai Direktur


Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Ahmad Samdani.,SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani,.Skp M. Kep,.MM sebagai Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta.
4. Sri Atun W., Ns M.Kep,Sp.Kep.J. Sebagai Dosen Pembimbing Ruang New
Bougenville lantai 2
5. Ritanti,Ns M.Kep.Sp.Kep.Kom. Sebagai Dosen Penguji Ruang New Bougenville
lantai 2
6. Sri Mulyani N.APP,S.Kep. Sebagai Dosen Penguji Ruang New Bougenville lantai 2
7. Nining HP.,SKM, SSiT. Sebagai Dosen Penguji Ruang New Bougenville lantai 2
8. Nur Amini, AMK. CI di Ruang New Bougenville lantai 2 Rumah Sakit Pelni
9. Koordinator Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta

Akhir kata kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang
membaca.

Jakarta, 6 Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul
akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis,
yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan sering
merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi biasanya bakteri
Helycobacter pylori masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Gastritis merupakan
salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Akhir-akhir ini
peningkatan penyakit Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag”
atau sakit ulu hati meningkat sangat pesat dan banyak di keluhkan masyarakat. Kejadian
penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan
tubuh (Mustakim, 2009).

Faktor etiologi Gastritis adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%),makanan
berbumbu (15%), obat-obatan(18%) dan terapi radiasi (2%). Gastritis sering dianggap
penyakit ringan, namun dapat menyebabkan kekambuhan gastritis hingga kematian.
Beberapa faktor predisposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik
responden, stress psikologis, perilaku konsumsi dan pola makan (Rahmawati, 2010).
Menurut penelitian Maulidiyah (2011), terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan
makan dengan kekambuhan penyakit gastritis. Dampak dari penyakit gastritis
dapatmengganggu Keadaan gizi atau status gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, baik
atau normal maupun gizi lebih.

Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap delapan Negara dunia
dan mendapatkan beberapa hasil presentase angka kejadian gastritis di dunia. Dimulai dari
Negara yang kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan presentase mencapai
47% kemudian di ikuti oleh India dengan presentase mencapai 43%, lalu dibeberapa negara
lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5% dan
Indonesia 40,85%.Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Gastritis biasanya anggap
sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang
dapat menyusahkan kita (Lin et al, 2013).

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut
kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak
nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian
atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan,
bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan
(hiccups) Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).

Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis
yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada
keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gastritis di ruang NB 2 Rumah Sakit Pelni
Jakarta.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Gastritis
b. Menentukan masalah keperawatan klien denganGastritis
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien denganGastritis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien denganGastritis
e. Melakukan evaluasi keperawatan kliendenganGastritis
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi/
alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien denganGastritis

C. Ruang Lingkup

Asuhan Keperawatan pada klien Ny. L dengan Gastritis di Ruang NB 2 Rumah Sakit
Pelni Jakarta dari tanggal 01 Agustus sampai dengan 03 Agustus 2018.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan
penerapan asuhan keperawatan pada klien gastritis yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan yang dituangkan dalam
bentuk narasi. Penulis memperoleh data dari wawancara dan observasi dengan Studi
kasus, yaitu memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada klien dengan
gastritis, Studi dokumentasi, yaitu mempelajari data klien dari medis dan keperawatan,
Studi kepustakaan, yaitu menggunakan beberapa sumber atau Referensi yang terkait
dengan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gastritis.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II terdiri dari pengertian,
etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. BAB III terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanana, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB IV terdiri dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut atau kronik. (Price dan Wilson,2012 hal 492)

Serangkaian kondisi yang hadir dengan inflamasi mukosa lambung,kondisi ini di


klasifikasikan berdasarkan waktu perjalanan(baik akut maupun kronis)
pemeriksaan instologis(biopsy), dan mekanisme patogenik yang diajukan.
(Joyco M.Black 2014)

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung dengan


kerusakan erosi pada bagian super fisial.gastritis kronik adalah suatu peradanga
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun (Arif muttaqin 2011)

B. Etiologi
Gastritis di sebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pylori dan pada awal
infeksi mukosa lambung menunjukan respons inflamasi akut dan jika diabaikan
akan menjadi kronik (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Klasifikasi gastritis :
gastritis akut
1. Gastritis akut
a) gastritis akut tanpa pendarahan
b) gastritis akut dengan perdarahan(gastritis hemoragik atau gastritis
erosive)
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu
cepat,makan-makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit,iritasi bahan semacam
alcohol,aspirin,NSAID,lisol,serta bahan korosif lain,refluks empedu atau
cairan pancreas.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus beningna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylort (H.pylory).
3. Gastritis bacterial
4. Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, di sebabkan oleh
refluks dari duodenum.
C. Patofisiologi
Penyebab yang paling umum gastritis akut adalah infeksi pathogen termasuk
helicobacter pylori, Escherichia coli, Proteus, Haemophilus, Stereptokokus, dan
stafilokokus. Infeksi bakteri labung jarang terjadi tetapi dapat mengancam
kehidupan.lapisan mukosa lambung normalnya melindunginya dari asam lambung
, sementara asam lambung melindungi lambung dari infeksi.jika asam lambung
tersebut di tembus dengan inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi,
sehingga terdapatlah luka pada mukosa. Ketika asam hidroklorida(asam lambung)
mengenai mukosa lambung ,maka terjadilah luka pada pembuluh kecil yang
diikuti dengan edema,perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus. Kerusakan
yang berhubungan dengan gastritis akut biasanya terbatas jika diobati dengan
cepat.(Joyco M black 2014)

1. Manifestasi klinik
Pengkajian khususnya pada ketidaknyamanan epigastrium biasanya di
figurkan dengan rasa terbakar atau sakit, nyeri abdominal, kram, sendawa,
refluks, mual parah dan muntah, serta kadang-kadang hematemesis.kadang
kala perdarahan GI adalah satu-satunya manifestasi. Ketika makanan yang
terkontaminasi penyebab gastritis, maka biasanya diare terjadi dalam 5 jam
setelah mengkonsumsi zat tersebut.
Diagnosis berdasarkan pada riwayat menyeluruh terhadap asupan makanan,
obat yang diminum dan gangguan lainnya terkait dengan gastritis. Dokter
mungkin akan melakukan pemeriksaan gastroskopik dengan biopsi untuk
menentukan perubahan histologi (sel) juga degenerasi epithelial (respon
terhadap luka).(Joyco M black 2014)

2. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut
dermawan(2010) :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum, derforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin
B12

D. Penatalaksanaan medis
1. Gastritis akut biasanya mereda bila agen-agen dapat dihilangkan. Intervensi
medis yang akan dilakukan apabila keluhan tetap tidak hilang dengan
menghindari agen penyebab
a. Terapi cairan, hal ini diberikan pada fase akut untuk hidrasi pasca muntah
yang berlebihan
b. Terapi obat
c. Pemberian obat farmakologi disesuaikan dengan kondisi dan toleransi
pasien. Obat-obat farmakologis antara lain :
1) Antasida
2) Penghambar H2
3) Penghambat pompa proton
4) Antibiotik

2. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan penyebab spesifik yang diketahui,


misalnya akibat infeksi H.pylori. Pengobatan sitomatis dilakukan untuk
menurunkan keluhan, seperti pemberian obat-obat lambung. Anemia yang
disebabkan oleh gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian
vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari defisiensinya. Apabila
penyebabnya dapat ditemukan, missal nya refluks usus lambung,sebaiknya
dikoreksi.

E. Pengkajian keperawatan
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e. Alamat
f. Suku/bangsa
g. Agama
h. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan
akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
i. Riwayat sakit dan kesehatan :
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit saat ini
3) Riwayat penyakit dahulu

2. Pemeriksaan fisik : Review of System


a. B 1 (breath) : takhipnea
b. B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
perifer lambat, warna kulit pucat.
c. B 3(brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
d. B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
e. B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
f. B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat
terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
h. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap
penyakit.
F. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan
nutrient yang tidak adekuat.
2. Kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
3. Nyeri akut b/d mukosa lambung teriritasi.
4. Defisiensi pengetahuan b/d penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
G. Perencanaan keperawatan
1. DX1 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
masukan nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
K.H :
a) adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) BB ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

a) Kaji adanya alergi makanan


b) Kolaborasi dengan ahli gizi
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e) Berikan substansi gula
f) Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
g) Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
h) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan
2. DX2 Kekurangan volume cairan b/d pemasukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebih karena muntah.
Tujuan :balance cairan dalam batas normal
Kriteria Hasil :
a) Ttv dalam batas normal
b) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c) Elastis turgor kulitbaik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebih

Intervensi :

a) Pertahankan intake dan output yang akurat


b) Monitor statushidrasi
c) Monitor ttv
d) Kolaborasi pemberian cairan Iv pada suhu ruangan
e) Monitor status nutrisi
f) Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
g) Monitor berat badan
h) Monitor dorong pasien untuk menambah intake oral
3. DX3 Nyeri akut b/d mukosa lambung teriritasi.
Tujuan : nyeri tidak ada lagi
Kriteria hasil :
a) Mengontrol nyeri
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
c) Mampu mengenali nyeri
d) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan
c) Kaji kultur yang memperngaruhi respon nyeri
d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
e) Kurangi factor prepitasi nyeri
f) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.

4. DX4 Defisiensi pengetahuan b/d penatalaksanaan diet dan proses penyakit


Tujuan :
Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, proknosis, dan program pengobatan.
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang jelas
secara benar.
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya.

Intervensi :

a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang


proses penyakit yang spesifik.
b) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat.
c) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
d) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat.
e) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat.
f) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang atau
proses pengontrolan penyakit.

H. Pelaksaan keperawatan
1. Pelaksanaan Keperawatan
a. Pengertian
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mecakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan mekanisme
koping.
2. Tahap Pelaksanaan
Terdapat dua tahap dalam pelaksanaan keperawatan :
a. Tahap persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menurut perawat mempersiapkan segala
sesuatu yang dipersiapkan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi
kegiatan-kegiatan :
1) Review antisipasi tindakan keperawatan.
2) Tindakan keperawatan disusun untuk promosi, mempertahankan dan
memulihkan kesehatan klien.
3) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
4) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.
5) Mempersiapkan peralatan (resoureen) yang diperlukan.
6) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
7) Mengidentifikasikan aspek-aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
b. Tahap pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan
kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana
terdapat dalam standar praktik keperawatan meliputi tindakan :
1) Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Tipe aktivitas yang dilaksanakan berdasarkan
diagnosa keperawatan.

Tipe tindakan keperawatan independen dikategorikan menjadi empat:


a) Tindakan diagnostic
Tindakan yang ditunjukan pada pengkajian dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut meliputi: wawancara dengan
klien, observasi dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
b) Tindakan terpeutik
Untuk mengurangi, mencegah dan mengatasi masalah klien
c) Tindakan edukatif
Untuk mengubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien.
d) Tindakan merujuk
Tindakan ini lebih ditekankan pada kemampuan perawat dalam
mengambil keputusan klinik tentang keadaan klien dan kemampuan
untuk melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

2) Interdependen
Tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Misalnya
tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.

3) Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilaksanakan.
c. Tahap Dokumentasi
Pelaksanan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan
I. Evaluasi keperawatan
1. Pengertian
Evaluasiadalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan dan pelaksanaannya sudah berhasil tecapai.
2. Proses evaluasi terdiri dari :
a. Formatif (proses)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan.
b. Sumatif (hasil)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien.
c. Penentuan keputusan yang mengacu pada tujuan ada tiga kemungkinan
keputusan pada tahap ini, yaitu :
1) Klien mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan dalam
tujuan.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.
d. Komponen evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen :
1) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
2) Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan
standar.
4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien
Ny. L usia 60 tahun masuk pada tanggal 31 juli 2018 dengan diagnosa
gastritis Nomer Register 593488, sudah menikah, agama islam, suku bangsa
Betawi, pendidikan terakhir SMA,pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga,
Alamat GG masjid No 17 Rt 011/03 Rawa Badak Selatan Koja Jakarta Utara.
Sumber Biaya JKN-BPJS, Informasi dari klien.

2. Resume
Ny. L datang ke IGD Rumah Sakit Pelni pada Tanggal 31 Juli 2018 jam
10:00. Keluhan perut bagian bawah panas sampai punggung, tulang pinggang
terasa tidak enak, paha kaki panas, tidak kuat berdiri lama, magh hilang
timbul, Ditemukan masalah keperawatan sistem pencernaan. Dilakukan
tindakan keperawatan mandiri dengan mengukur TTV dan skala nyeri dengan
hasil TD:116/69 mmHg, N: 80 x/menit, S:36,7oC, RR: 20 x/menit dan skala
nyeri 2. Dilakukan tindakan kolaborasi memasang infus ditangan kri Ringer
Laktat (RL) 14 tetes/menit, dilakukan EKG, memberikan injeksi Ranitidine 50
mg 2x1 hari. Dan dilakukan pemeriksaan Lab, hasil : HB 13,2 g/dl, Leukosit
6,90 10^3/UL, Limfosit 42%, Neutrofil 48%, Trombosit 291 10^3/UL,
Hematokrit 41,0%, Eritrosit 4,82 juta/Ul, MCV 85,1 fL, MCH 27,4 pg,
MCHC 32,2 g/dl, GDS 76 mg/dl, Ureum 15 mg/dl, Natrium 147 mmol/L,
Kalium 3,7 mmol/L, Clorida 108 mmol/L. Pada jam 14.30 klien dipindahkan
keruang New Bougnville lantai 2 menggunakan kursi roda.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang : keluhan utama perut bagian bawah panas sampai
punggung, tulang pinggang terasa tidak enak, paha kaki panas, tidak kuat berdiri
lama, magh hilang timbul dan kadang panas dingin. Kronologis keluhan, Faktor
pencetud klien sering telat makan dan beraktivitas berlebihan. Timbul keluhan
secara bertahap, upaya mengatasinya dengan cara istirahat.

b. Riwayat kesehatan masa lalu : Riwayat penyakit sebelumnya klien pernah


menderita usus buntu, tidak ada riwayat alergi (Obat, Makanan, Binatang,
Lingkungan), tidak ada riwayat pemakaian obat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Sudah meninggal

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

: Tinggal satu rumah

: Klien

d. Riwayat psikososial dan spiritual : orang terdekat dengan klien suaminya.


Interaksi dalam keluarga, Pola komunikasi baik, pembuatan keputusan
bersama, kegiatan kemasyarakatan aktif. Dampak penyakit klien terhadap
keluarga, keluarga menjadi cemas tentang penyakit klien, masalah yang
mempengaruhi klien berat badan menjadi turun, mekanisme koping
terhadap stress yaitu tidur. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang
dipikirkan saat ini adalah ingin cepat sembuh, harapan setelah menjalani
perawatan yaitu ingin cepat sembuh dan nyeri tidak kambuh lagi,
perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit lemas dan berat badan
menjadi turun.sistem nilai kepercayaan, klien melakukan solat 5 waktu
dan berdoa.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan sebelum sakit 61 kg dan berat badan saat ini 51 kg, tinggi
badan 165 cm, keadaan umun sedang, pembesaran getah bening tidak ada.

b. Sistem Penglihatan
Otot-otot ,ata tidak ada kelainan,kelopak mata, kornea dan pergerakan
bola mata normal, konjungtiva merah muda, sklera anikterik, pupil isokor,
fungsi penglihatan baik, tanda-tanda radang tidak ada, pemakaian
kacamata jenis plush, reaksi terhadap cahaya positif.
c. Sistem Pendengaran
Kondisi telinga tengah normal, cairan dari telinga tidak ada, perasaan
penuh ditelinga , tinnitus, otalgia tidak ada, fungsi pendengaran normal,
gangguan keseimbangan tidak ada, pemakaian alat bantu tidak ada.

d. Sistem Pernafasan
Jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak,tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, frekuensi20 x/menit,irama teratur, jenis pernafasan spontan,
batuk tidak ada, sputum tidak ada,palpasi dada simetris,perkusi dada
sonor, suara nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bant pernafasan.

e. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer, Nadi 77 x/menit, irama teratur, denyut kuat, Tekanan
Darah : 154/102 mmHg, Distensi vena jugularis tidak ada, Temperatur
kulit hangat, warna kulit pucat, Pengisian kapiler 3 detik, Edema tidak
ada. Sirkulasi jantung, kecepatan denyut nadi apical 87 x/menit,, irama
teratur, tidak ada nyeri dada.

f. Sistem hematologi
Pucat dan perdarahan tidak ada, HB 13,2 g/dl.

g. Sistem syaraf pusat


Keluhan sakit kepala tidak ada, tingkat kesadaran Compos Mentis, GCS
E4M6V5, tanda tanda peningkatan TIK tidak ada, gangguan sistem
persyarafan tidak ada,reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.

h. Sistem Pencernaan
Nutrisi, Gigi tidak ada caries, penggunaan gigi palsu tidak ada, stomatitis
tidak ada, lidah kotor tidak ada, selera makan kurang karena makan terasa
tidak enak, makanan pantangan makanan pedes dan asam, mual dan
muntah tidak ada, nyeri daerah perut terasa panas, skala nyeri 2 ,
karakteristik nyeri panas, hepar tidak teraba, abdomen lembek, lingkar
abdomeb 98 cm, tidak dipasang NGT, pola kebiasaan makan dirumah
kadang telat makan. Eliminasi 1x/hari, bising usus 5x/menit, tidak ada
diare, warna feses kuning, konsistensinya setengah padat, konstipasi tidak
ada, penggunaan laxative tidak ada.

i. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, poliuri,
polidipsi, poliphagi, serta tidak terdapat luka ganggren.

j. Sistem Urogenital
Intake cairan klien sebanyak 2750 ml, antara lain berupa cairan infus 1000
ml, dan minum lewat oral 1750 ml, sedangkan untuk output cairannya
2760 ml, antara lain berupa urine 2250 ml, dan IWL 510 ml, jadi untuk
balance cairannya adalah -10ml dan klien tidak mengalami pola
perkemihan, warna urine kuning jernih, ada keluhan sakit pinggang
dengan skala nyeri 2, dan tidak menggunakan kateter.

k. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan
kulit terlihat baik, insisi operasi dibagian abdomen dengan kondisi baik,
dan sudah kering, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah
pemasangan infus baik, keadaan rambut klien dari teksturnya baik dan
kebersihannya baik, pola kebiasaan personal hygiene dirumah 2x/hari.

l. Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada
tulang,sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan struktur tulang
belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot klien
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5

Data Tambahan ( Pemahaman tentang penyakit ): klien mengatakan belum


paham terhadap penyakitnya.

5. Data Penunjang ( Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab,


Radiologi, Endoskopi, dll )
Laboratorium : pada tanggal 31 juli 2018 dilakukan pemeriksaan : HB 13,2
g/dl ( N: 12,0 – 16,0 ), Leukosit 6,90 10^3/UL ( N : 5,0 – 10,0 ), Limfosit 42%
( N: 20 – 30 ), Neutrofil 48% ( 50 – 70 ), Trombosit 291 10^3/UL ( N : 150 –
450 ), Hematokrit 41,0% ( 36 – 48 ), Eritrosit 4,82 juta/Ul ( 4,5 – 5,5 ), MCV
85,1 fL ( N : 82 – 92 ), MCH 27,4 pg ( 27 – 31 ), MCHC 32,2 g/dl (N :32-36),
GDS 76 mg/dl ( N : 80 – 140 ), Ureum 15 mg/dl ( N: 16 – 43 ), Natrium 147
mmol/L ( N : 134-146 ), Kalium 3,7 mmol/L ( N: 3,4- 4,5 ), Clorida 108
mmol/L ( N : 96-108 ).

Pemeriksaan Radiologi : pada tanggal 02 Agustus 2018 kesan : spasme


thoracolumbal.

6. Penatalaksanaan ( Therapi / pengobatan termasuk diet )


a. Terapi oral
Sulcolon 300 mg (3x1 ), Metilprednisolon 8 mg ( 1x1 ), L Bio/ sachet
(2x1)
b. Terapi Injeksi Intra Vena ( IV )
Infus RL 14 tetes/menit, Ranitidine 50 mg ( 2x1 )
c. Diet ( Bubur 1700 Kal non DM )
7. Data Fokus
Data Subjektif
Klien mengatakan perut bagian bawah panas sampai punggung sudah 3 bulan
yang lalu , tulang pinggang terasa tidak enak, paha kaki panas, tidak kuat
berdiri lama, magh hilang timbul, tidak nafsu makan.

Data Objektif
TD : 171/82 mmHg, N : 77 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC, SPO2 : 99,
Skala nyeri 2, Kesadaran composmetis, makan habis ½ porsi, berat badan
turun 9 kg, Resiko jatuh rendah, klien tampak lemas, terpasang infus Rl 14
tetes/menit.

8. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Klien mengatakan Nyeri Mukosa
perut bagian bawah lambung
panas sampai punggung teriritasi
sudah 3 bulan yang lalu
, tulang pinggang terasa
tidak enak, paha kaki
panas, dan magh hilang
timbul.

DO : TD : 171/82
mmHg, N : 77 x/menit,
RR : 20 x/menit, S :
36,7oC, SPO2 : 99,
Skala nyeri 2
2 DS : klien mengatakan Ketidakseimbangan Intake
tidak nafsu makan. nutrisi kurang dari inadekuat
kebutuhan tubuh
DO : , makan habis ½
porsi, berat badan turun
9 kg
3 DS : klien mengatakan Intoleransi Kelemahan
tidak kuat berdiri lama. aktivitas fisik

DO : Resiko jatuh
rendah, klien tampak
lemas

B. Diagnosa Keperawatan ( sesuai prioritas )


1. Nyeri b/d Mukosa lambung teriritasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake
inadekuat
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan fisik

C. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan


1. Nyeri b/d Mukosa lambung teriritasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam, diharapkan
nyeri teratasi. Dengan kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri
berkurang/ hilang, skala nyeri 0-1, ekspresi wajah rileks, TTV dalam
batas normal.

DS : Klien mengatakan perut bagian bawah panas sampai punggung


sudah 3 bulan yang lalu , tulang pinggang terasa tidak enak, paha kaki
panas, dan magh hilang timbul.

DO : TD : 171/82 mmHg, N : 77 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC,


SPO2 : 99, Skala nyeri 2.
Perencanaan :
Tindakan Mandiri :
a. Observasi TTv tiap 4-6 jam ( termasuk skala nyeri )
b. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
c. Ajarkan dan anjurkan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
d. Anjurkan pasien untuk melakukan pengalihan nyeri seperti
menonton TV
e. Anjurkan pasien mengurangi aktivitas saat nyeri muncul

Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian obat analgetik

Pelaksanaan :
Selasa, 1 Agustus 2018
Pukul 06.00 WIB memberikan obat injeksi ranitidine 50 mg, dengan
hasil : obat diberikan tidak alergi. Pukul 07.00 WIB melakukan
perawatan infus, dengan hasil : daerah pemasangan infus baik. Pukul
09.00 WIB mengkaji keadaan umum klien, dengan hasil : Klien
mengatakan perut bagian bawah panas sampai punggung sudah 3
bulan yang lalu , tulang pinggang terasa tidak enak, paha kaki panas,
magh hilang timbul. Pukul 10.00 WIB mengobservasi TTV dan skala
nyeri, dengan hasil : TD :171/82 mmHg, N : 77 x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,7oC, SPO2 : 99, Skala nyeri 2. Pukul 17.00
memberikan obat sulcolon 300 ml, dengan kriteria hasil : tidak ada
alergi.
Rabu, 02 Agustus 2018
Pukul 06.00 WIB memberikan obat pagi L Bio/sachet, Sulcolon 300
mg, Metilprednisolon 8 mg, dengan hasil : klien merasa mendingan
saat memium obat. Pukul 06.48 WIB mengobservasi TTV dan skala
nyeri, dengan hasil : TD: 119/68 mmHg, N: 65 x/menit, RR: 20
x/menit, S:36,2oC, Skala nyeri 1. Pukul 09.30 WIB memberikan
edukasi tentang manajemen nyeri, dengan hasil : klien mengerti,
melakukan sesuai perintah dan merasa rileks. Pukul 12.00 WIB
memberikan obat siang sulcolon , dengan hasil : klien tampak
membaik. Pukul 16.45 WIB memberikan obat sore: L bio/sachet dan
sulcolon 300 mg.

Kamis, 03 Agustus 2018


Pukul 06.00 WIB memberikan obat pagi L Bio/ sachet dan
metilprednisolon 8 mg, dengan hasil: klien meminum dan merasa tidak
nyeri lagi. Pukul 07.00 WIB menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi, dengan kriteria hasil : klien mampu melakukan nafas dalam.
Pukul 10.00 WIB mengukur TTV dan skala nyeri, dengan hasil TD:
122/69 mmHg, N: 72x/menit, RR: 20 x/menit , S: 36,8oC, skala nyeri
0. Pukul 12.00 WIB memberi obat siang sulcolon 300 mg.

Evaluasi :
Selasa, 01 Agustus 2018 pukul 14.00 WIB
S :Perut sampai pinggang dan paha masih terasa panas , magh masih
hilang timbul.
O : TD :171/82 mmHg, N : 77 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC,
SPO2 : 99, Skala nyeri 2.
A: Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1) Observasi TTV tiap 4-6 jam
2) Berikan posisi yang nyaman
3) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi
4) Anjurkan klien untuk mengalihkan nyeri
5) Kolaborasi untuk pemberian obat

Rabu, 02 Agustus 2018


S : perut dan pinggang terasa mendingan, dan klien tampak rileks
O : TD: 119/68 mmHg, N: 65 x/menit, RR: 20 x/menit, S:36,2 oC,
Skala nyeri 1
A: masalah teratasi sebagian
P :intervensi dilanjutkan
1) Observasi TTV tiap 4-6 jam
2) Berikan posisi yang nyaman
3) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
4) Anjurkan klien untuk mengalihkan nyeri
5) Kolaborasi untuk pemberian obat

Kamis, 03 Agustus 2018


S : klien sudah tidak mengeluh nyeri, walau kadang kadang masih ada.
O : TD: 122/69 mmHg, N: 72x/menit, RR: 20 x/menit ,S: 36,8oC,skala nyeri 0
A: masalah sudah hamper teratasi
P: intervensi dilanjutkan.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nutrisi
terpenui. Dengan kriteria hasil : adanya peningkatan berat badan, dan makan
habis 1 porsi.
DS : klien mengatakan tidak nafsu makan.
DO : , makan habis ½ porsi, berat badan turun 9 kg
Perencanaan :
Tindakan mandiri :
a. Pantau porsi makan klien
b. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
c. Hitung intake dan output klien

Tindakan kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan tim gizi tentang diet klien.

Pelaksanaan :
Selasa, 01 Agustus 2018
Pukul 06.30 WIB memberikan makan pagi, dengan hasil : makan habis ½
porsi. Pukul 09.00 mengkaji keadaan umum klien , dengan hasil : klien tidak
nafsu makan.

Rabu, 02 Agustus 2018


Pukul 06.00 WIB memantau porsi makan klien, dengan hasil : makan habis ½
porsi. Pukul 17.00 WIB menghitung intake dan output, dengan hasil : intake
2750 ml, output 2760 ml.

Kamis , 03 Agustus 2018


Pukul 06.00 WIB memantau porsi makan klien, dengan hasil : makan habis 1
porsi. Pukul 12.00 WIB memantau porsi makan siang klien, dengan hasil:
makan habis 1 porsi

Evaluasi :
Selasa , 01 Agustus 2018
S : klien mengatakan masi kurang nafsu makan, makanan terasa tidak enak
O : berat badan turun, makan habis ½ porsi, selingan habis.
A : masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan
6) Pantau porsi makan klien
7) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
8) Hitung intake dan output
Rabu , 02 Agustus 2018
S : klien mengatakan masi kurang nafsu makan
O : makan habis ½ porsi, selingan habis
A : masalah teratasi sebagian
P : intrvensi dilanjutkan
1) Pantau porsi makan klien
2) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
3) Hitung intake dan output

Kamis, 03 Agustus 2018

S :klien sudah nafsu makan

O : makan habis 1 porsi

A : masalah sudah teratasi

P : intervensi dihentikan.

3. Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan fisik


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
masalah intoleransi aktifitas dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : mampu
melakukan aktifitas fisik tanpa disertai keluhan, keseimbangan aktivitas.
DS : klien mengatakan tidak kuat berdiri lama.
DO : Resiko jatuh rendah, klien tampak lemas

Perencanaan :
Tindakan mandiri :
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelebihan
c. Monitor klien akan adanya kelelahan fisik
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
e. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologis dan sosial.

Penataaksanan :

Selasa, 01 Agustus 2018

Pukul 09.00 WIB mengkaji keadaan umum klien, dengan hasil tidak kuat
berdiri lama.

Rabu, 02 Agustus 2018

Pukul 06.00 WIB : mengganti laken klien dan membantu personal hygiene,
dengan hasil : klien tampak nyaman. Pukul 06.05 WIB mengganti cairan infus
dan melakukan perawatan infus, dengan hasil tidak ada phlebitis.

Evaluasi :

Selasa, 01 Agustus 2018

S :klien mengatakan tidak kuat berdiri lama

O : resiko jatuh : rendah

A: masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

1) Observasi adanya pembatasan dalam melakukan aktivitas


2) Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan

Rabu, 02 Agustus 2018


S : klien tidak mengeluh apa apa
O : resiko jatuh : rendah
A : masalah sudah teratasi
P : intervensi dihentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan kasus yang penulis
dapatkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Nn.L dengan Penyakit Gatritis di
ruang New Bougenville lantai 2 Rumah Sakit Pelni Jakarta yang dilakukan dari tanggal 1
Agustus- 3 Agustus 2018 melalui asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Faktor predisposisi dari gastritis disebabkan : Infeksi bakteri seperti H. pylori, , Escherichia
coli, Proteus, Haemophilus, Stereptokokus, stafilokokus Stress fisik yang disebabkan oleh
luka bakar, trauma, pembedahan. Minuman alkohol, Makanan berbumbu merupakan salah
satu penyebab iritasi mukosa lambung. Sedangkan yang ditemukan pada kasus yaitu klien
Sering telat makan dan makan makanan yang pedas, Sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus.

Manifestasi klinis gastritis yaitu ketidaknyamanan epigastrium biasanya di figurkan dengan


rasa terbakar atau sakit, nyeri abdominal, kram, sendawa, refluks, mual parah dan muntah,
serta kadang-kadang hematemesis.kadang kala perdarahan GI. Sedangkan yang ditemukan
pada kasus klien sering mengeluh nyeri seperti panas pada daerah abdomen bawah sampai
punggung, pinggang terasa tidak enak, tidak nafsu makan, sehingga tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kasus.

Pemeriksaan pada gastritis antara lain Pemeriksaan darah, Uji napas urea, Pemeriksaan feces,
Endoskopi saluran cerna bagian atas, Rontgen saluran cerna bagian atas, Analisis Lambung,
Analisis stimulasi, Psikososial. Tetapi pada teori hanya dilakukan pemeriksaan darah,
psikososial, Laboratorium : pada tanggal 31 juli 2018 dilakukan pemeriksaan : HB 13,2 g/dl (
N: 12,0 – 16,0 ), Leukosit 6,90 10^3/UL ( N : 5,0 – 10,0 ), Limfosit 42% ( N: 20 – 30 ),
Neutrofil 48% ( 50 – 70 ), Trombosit 291 10^3/UL ( N : 150 – 450 ), Hematokrit 41,0% ( 36
– 48 ), Eritrosit 4,82 juta/Ul ( 4,5 – 5,5 ), MCV 85,1 fL ( N : 82 – 92 ), MCH 27,4 pg ( 27 –
31 ), MCHC 32,2 g/dl (N :32-36), GDS 76 mg/dl ( N : 80 – 140 ), Ureum 15 mg/dl ( N: 16 –
43 ), Natrium 147 mmol/L ( N : 134-146 ), Kalium 3,7 mmol/L ( N: 3,4- 4,5 ), Clorida 108
mmol/L ( N : 96-108 ). Dan Pemeriksaan Radiologi : pada tanggal 02 Agustus 2018 kesan :
spasme thoracolumbal. Sehingga ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Penatalaksanaan medis gastritis akut biasanya mereda bila agen-agen dapat dihilangkan.
Intervensi medis yang akan dilakukan apabila keluhan tetap tidak hilang dengan menghindari
agen penyebab yaitu Terapi cairan, Terapi obat, Pemberian obat farmakologi disesuaikan
dengan kondisi dan toleransi pasien. Obat-obat farmakologis antara lain : Antasida,
Penghambar H2, Penghambat pompa proton, dan Antibiotik. Tetapi pada kasus klien
diberikan obat Sulcolon 300 mg (3x1 ), Metilprednisolon 8 mg ( 1x1 ), L Bio/ sachet (2x1)
Dan Ranitidine 50 mg ( 2x1 ). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Faktor pendukung dalam pengkajian penulis mendapatkan informasi yang baik dari klien
yang dikaji.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, dilakukan analisa data untuk menemukan masalah
keperawatan dalam menemukan masalah keperawatan, penulis membuat sesuai dengan teori
berdasarkan 4 diagnosa keperawatan menurut ( Sumber buku NANDA, NIC – NOC, jilid 2,
2015) yaitu :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan nutrient
yang tidak adekuat, Kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah, Nyeri akut b/d mukosa lambung teriritasi,
Defisiensi pengetahuan b/d penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

Sedangkan teori yang sesuai dengan kasus ada 2 yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d masukan nutrient yang tidak adekuat dan Nyeri akut b/d mukosa
lambung teriritasi. Dan ditambah diagnose yang ditemukan pada klien namun tidak terdapat
diteori yaitu Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan fisik, karena klien mengatakan tidak kuat
kelamaan berdiri.

faktor pendukung dalam merumuskan dan mengambil diagnosa yaitu data-data yang ada
sudah sesuai dengan keluhan klien dan tanda gejala yang tepat untuk menegakkan diagnosa
tersebut.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan ini, penulis membuat perencanaan sesuai dengan teori dan telah
dimodifikasi sesuai kebutuhan klien. Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan yaitu
Nyeri b/d Mukosa lambung teriritasi, Tujuan antara teori dan kasus sama yaitu nyeri tidak
ada lagi atau dapat teratasi. Kriteria hasil : Dapat Mengontrol nyeri, Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, Mampu mengenali
nyeri,Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. . Perencanaan teori dengan kasus
sama, tidak ada kesenjangan.

Diagnosa kedua adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
inadekuat, Tujuan antara teori dengan kasus sama yaitu nutrisi terpenuhi. Dengan kriteria
hasil adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, BB ideal sesuai dengan tinggi
badan, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, Tidak terjadinya penurunan berat badan yang
berarti. Perencanaan teori dengan kasus sama, tidak ada kesenjangan yaitu Kaji adanya
alergi makanan, Kolaborasi dengan ahli gizi, Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Fe, Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, Berikan substansi gula,
Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan, Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang di butuhkan.

Diagnosa ketiga adalah Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan fisik tujuannya masalah
intoleransi aktifitas dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : mampu melakukan aktifitas fisik
tanpa disertai keluhan, keseimbangan aktivitas. Perencanaan yang terdapat pada kasus yaitu
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelebihan, Monitor klien akan adanya kelelahan fisik, Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan sosial.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnose pertama yaitu Nyeri b/d Mukosa lambung teriritasi,
pelaksanaannya sesuai dengan teori dan kasus, dan terlaksana semua. Pada tahap diagnosa
kedua yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat,
pelaksanaannya sesuai dengan teori dan kasus, dan terlaksana semua. Pada tahap diagnose
ketiga Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan fisik pelaksanaannya sesuai dengan pada kasus.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien antara teori dan kasus, penulis
menggunakan metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses keperawatan dan hasil respon
klien terhadap tindakan pelakanaan keperawatan selama 3x24 jam. Penulis mendapatkan 3
diagnosa keperawatan. 2 diagnosa keperawatan sesuai dengan teori, dan 1 diagnosa
keperawatan tidak ada pada teori. Diagnosa Keperawatan yang pertama Nyeri b/d Mukosa
lambung teriritasi tujuan sudah hampir teratasi ditandai dengan klien sudah tidak mengeluh
nyeri, walau kadang kadang masih ada. TD: 122/69 mmHg, N: 72x/menit, RR: 20 x/menit ,S:
36,8oC,skala nyeri 0.

Diagnosa kedua yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
inadekuat tujuan sudah teratasi ditandai dengan klien sudah nafsu makan, makan habis 1
porsi.

Diagnosa ketiga yaitu Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan fisik, tujuan sudan teratasi ditandai
dengan klien tidak mengeluh apa apa, dan resiko jatuh : rendah.
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai