Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.

A DENGAN
LOW BACK PAIN (LBP) DI RUANG KENANGA
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Disusun Oleh :
Lila Amalia Faramadina
( 16020 )

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.A dengan Low
Back Pain (LBP) di Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta“ mulai
tanggal 07 Januari 2019 sampai tanggal 08 Januari 2019. Penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesernpatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,MPH sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta
2. Ahmad Samdani.,SKM, Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani, S.Kep.,M.Kep.MM, Direktur Akademi Keperawatan
Rumah Sakit Pelni Jakarta
4. Suhatridjas.,Dra.S.Kep.,MKM Pembimbing dan Penguji di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta.
5. Elfira Awalia Rahmawati.,Ns.,Sp.Kep.An. Pembimbing dan Penguji di
Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta.
6. Ns.Yuyun.,S.Kep Preceptor klinik di Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni
Jakarta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penulisan dalam makalah berikutnya.
Harapan
penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya.

i
Jakarta, 11 Januari 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ...................................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ..................................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ........................................................................................................ 3
D. Metode Penulisan ..................................................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 5
A. Pengertian................................................................................................................ 5
B. Etiologi .................................................................................................................... 5
C. Patofisiologi ............................................................................................................. 6
D. Penatalaksanaan Medis............................................................................................ 7
E. Pengkajian Keperawatan ......................................................................................... 8
F. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 10
G. Perencanaan Keperawatan .................................................................................... 10
H. Pelaksanaan Keperawatan ..................................................................................... 13
I. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 14
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................................ 16
A. Pengkajian Keperawatan ....................................................................................... 16
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 24
C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan ......................................... 24
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................................. 32
A. Pengkajian Keperawatan ....................................................................................... 32
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 33
C. Perencanaan Keperawatan .................................................................................... 34

ii
D. Pelaksanaan Keperawatan ..................................................................................... 35
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 35
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 37
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 37
B. Saran ..................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lower Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan
masalah kesehatan dunia yang sangat umum, yang menyebabkan pembatasan
aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja. Nyeri punggung bawah memang
tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan individu yang
mengalaminya menjadi tidak produktif sehingga akan menyebabkan beban
ekonomi yang sangat besar baik bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun
pemerintah.

Global Burden of Disease Study 2013 menunjukkan bahwa (LBP) adalah


penyumbang terbesar kecacatan global, yang diukur melalui Years Lived with
Disability (YLD) (Du et al., 2016). Dibandingkan dengan 291 kondisi
kesehatan lainnya, para peneliti menemukan bahwa LBP menyebabkan
kecacatan lebih global dari masalah kesehatan lainnya Hampir satu dari 10
orang di seluruh dunia menderita LBP. Sekitar 80 % dari populasi pernah
mengalami LBP selama hidupnya. Prevalensi LBP di Eropa Barat, rata-rata
adalah 15 %, dan di wilayah Afrika Utara/Timur Tengah 14,8 %. Tingkat
terendah ditemukan di Karibia, di mana tingkat prevalensi 6,5 %, dan di
Central Amerika Latin adalah 6,6 % (Hoy et al., 2014).

LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan


psikologis dan mobilisasi yang salah (Duthey, 2013). Faktor risiko penting
yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa
kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita
musculoskeletal disorder (Astuti, 2007). Faktor lain yang dapat
mempengaruhi timbulnya gangguan LBP meliputi karakteristik individu yaitu
indeks massa tubuh (IMT), tinggi badan, stres kerja, masa kerja,

1
2

posisi kerja dan beban angkat. (Harrrianto, 2007). Berat beban yang diangkat,
frekuensi angkat serta cara atau teknik mengangkat beban sering dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan kerja ataupun timbulnya
nyeri atau cedera pada punggung (Effendi, 2007).

Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan diagnosis oleh


tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu
24,7%, sedangkan di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit
muskuloskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9%. Prevalensi
penyakit musculoskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani,
nelayan atau buruh yaitu 31,2% (Riskesdas, 2013). Prevalensi meningkat
terus menerus dan mencapai puncaknya antara usia 35-55 tahun. Semakin
bertambahnya usia seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin
meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis di usia tua.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Dan
Olahraga dari data kunjungan rawat jalan Balai pengobatan perkebunan
Ciater Kabupaten Subang yang mengalami low back pain pada tahun 2014
sebesar 5,7% dari 1.680 pasien dan terjadi peningkatan kasus pada tahun
2015 sebesar 12% dari 1.702 pasien. Di UGD Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta didiagnosis menderita LBP Sebanyak 65% perawat, sedangkan rekam
medik di RS Prikasih pada Januari– Desember 2010 menunjukkan bahwa
perawat yang terkena LBP sebanyak 59 orang (34,7%). Di Rumah Sakit Pelni
Jakarta kunjungan rawat inap penderita LBP semakin tahun semakin
meningkat.

Jumlah peningkatan penderita LBP setiap tahun menunjukkan adanya


kesalahan gaya hidup yang terjadi dimasyarakat jika tidak ditangani akan
menyebabkan depresi ( Pada pasien LBP memiliki kecenderungan mengalami
depresi sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, dan
aktivitas sehari-hari klien, Selain itu low back pain dapat mengakibatkan
lemahnya otot, kerusakan saraf terutama masalah pada vesika urinaria
sehingga pasien dengan low back pain akan menderita inkontinensia.
Masyarakat belum banyak mengetahui bagaimana sebaiknya menjaga
3

kesehatan agar terhindar dari penyakit LBP. Maka pentingnya peran perawat
seperti peran advocad, edukator, care giver, fasilitator yang dibuktikan
dengan peran promotif yaitu peningkatan derajat kesehatan, peran
preventifnya yaitu menganjurkan masyarakat untuk menjaga aktivitas. Peran
kuratifnya yaitu dengan memberikan perawatan langsung kepada penderita
LBP seperti masase dingin, akupuntur. Sedangkan peran rehabilitatifnya
yaitu kontrol ke dokter secara teratur dan istirahat yang cukup.

Melihat tingginya angka kesakitan tiap tahun yang ditimbulkan dan


pentingnya peran perawat dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, maka penulis tertarik untuk menerapkan bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan LBP dengan menggunakan metode ilmiah
melalui proses keperawatan secara komprehensif.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan LBP di Ruang Kenanga Rumah
Sakit Pelni Jakarta.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan LBP
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan LBP
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan LBP
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan klien dengan
LBP
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan LBP
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan LBP

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis batasi dengan mengambil satu
kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan LBP di Ruang
4

Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 2 x 24 jam dari tanggal 07


Januari 2019 sampai dengan 08 Januari 2019.

D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
yang menguraikan bagian asuhan keperawatan yang disajikan dalam bentuk
narasi melalui teknik studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan
berbagai buku sumber yang terkait dengan LBP, studi kasus yaitu mengambil
satu kasus klien dengan LBP dan menerapkan asuhan keperawatan secara
langsung melalui proses keperawatan, serta studi dokumentasi, yaitu dengan
mengumpulkan data-data tentang klien melalui catatan medis, dan data-data
dari internet.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I terdiri dari latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II
terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB III terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanana, pelaksanaan,
dan evaluasi keperawatan. BAB IV terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
dan evaluasi keperawatan. BAB V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) merupakan
kondisi jangka pendek menjelaskan masalah punggung dan nyeri yang reda
secara spontan dengan/tanpa penanganan biasanya dalam 6 hingga 12
minggu, tidak menetap melebihi 3 bulan (Marlene, 2015).

Nyeri pinggang/punggung akut atau kronik adalah nyeri mengenai lumbal,


lumbal sakral atau area sakroiliaka punggung akibat terkilir pada otot dan
tendon punggung yang disebabkan oleh tekanan yang abnormal atau
penggunaan berlebihan ( Priscilla, 2015).

LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan


muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Idyan, 2009).

B. Etiologi
Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal
dapat dipengaruhi oleh aktivitas (Ningsih, 2009).
1. Regangan lumbosakral akut.
2. Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.
3. Osteoarthritis tulang belakang.
4. Stenosis tulang belakang.
5. Masalah diskus intervertebralis.
6. Perbedaan panjang tungkai.

5
6

7. Pada lansia akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis


tulang.
8. Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal, dan masalah psikosomatik.

C. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang tersusun atas
banyak unit yang kaku (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis)
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset (sendi kecil yang berada
di antara tulang-tulang belakang. Sendi faset berada di area leher (servikal),
dada (torakal), maupun punggung dan pinggang atau disebut lumbal),
berbagai ligament, dan otot paravertebralis (garis yang membentang diantara
linea scapularis dan linea vertebralis). Konstruksi tersebut memungkinkan
fleksibilitas, sementara sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang
(Ningsih, 2009).

Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat


berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur masalah struktur, dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung
(Marlene, 2015).

Sifat diskus intervertebralis adalah akan mengalami perubahan seiring dengan


pertambahan usia. Pada usia muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia, diskus akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tidak teratur. Degenerasi diskus merupakan
penyebab nyeri punggung yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-
S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan terberat. Penonjolan
diskus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau kerusakan sendi faset yang
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis,
7

yang mengakibatkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut (Marlene,


2015).

Manifestasi dari LBP biasanya klien mengeluh nyeri punggung akut maupun
kronis ( berlangsung lebih dari dua bulan tanpa perbaikan ) dan kelemahan,
nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, adanya spasme otot
paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan), hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal, dan dapat
ditemukan deformitas tulang belakang (Lemone, 2015).

Komplikasi LBP yaitu Depresi ( Pada pasien low back pain memiliki
kecenderungan mengalami depresi sehingga akan berdampak pada gangguan
pola tidur, pola makan, dan aktivitas sehari-hari klien. Apabila depresi yang
dialami pasien berlangsung lama akan dapat menghambat waktu pemulihan
low back pain). Selain itu, low back pain dapat mengakibatkan lemahnya
otot (Lemahnya otot akibat hanya berdiam dalam 1 posisi). Low back pain
dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah pada vesika urinaria
sehingga pasien dengan low back pain akan menderita inkontinensia.

D. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Farmakoterapi (Ningsih,2009)
a. Analgetik narkotik, digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan
otot, dan penenang digunakan untuk membuat pasien relaks dan otot
yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri, contohnya
morfolin, heroin.
b. Obat anti inflamasi dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) berguna
untuk mengurangi nyeri, contohnya Aspirin 750-1500 mg diberikan 4x
sehari, Natrium Dyclofenak 50 mg diberikan 2x1 hari.
c. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons insflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis, yang terjadi akibat gangguan
iskemia.
d. Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS, transcutaneous electrical
nerve stimulation) adalah modalitas peredaan nyeri dan klien yang
dapat dibawa kemana-mana tanpa obat dan bedah syaraf.
8

2. Penatalaksanaan non farmakoterapi (Ningsih,2009)


a. Melakukan tirah baring karena sebagian besar nyeri punggung dapat
hilang sendiri dan akan sembuh dalam enam minggu
b. Pengurangan stress
c. Relaksasi dan Distraksi
d. Memposisikan klien sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih yang
dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala
tempat tidur di tinggikan 30o dan klien sedikit menekuk lututnya atau
berbaring miring dengan lutut dan panggul di tekuk (sedikit melingkar)
dengan meletakan bantal diantara lutut dan tungkai serta menggunakan
sebuah bantal dibawah kepala. Hindarkan posisi tengkurap.
e. Kompres dingin (es) atau hangat
f. Menghindari membungkuk, memutar, dan mengangkat benda berat
g. Menghindarkan berdiri lama dan menyesuaikan area pekerjaan untuk
menghindarkan stress pada pinggang.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut (Ningsih, 2009) meliputi :
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
2. Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine.
3. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat.
9

4. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori).
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri
menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
7. Pemeriksaan diagnosik menurut (Marlene, 2015) meliputi:
a. Sinar X verterbra: memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi infeksi,
osteoartritis atau skoliosis
b. Computed Tomography (CT) scan: untuk mengetahui penyakit yang
mendasar, seperti adanya lesi jaringan untuk tersembunyi di sekitar
kolumna vetebralis dan masalah diskus intervetetabralis
c. Ultrasonografi (USG): membantu mendiagnosis penyempitan kanalis
spinalis
d. Magneting Resonance Imaging (MRI): visualisasi sifat dan lokasi
potologi tulang belakang
e. Mileogram dan diskogram: visualisasi sinar untuk diskus yang
mengalami degenerasi
f. Venogram Epidural: mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlibatkan adanya pergeseran vena epidural
g. Elektromiogram (EMG) dan pemeriksaan hantaran saraf:
mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang belakang (radikulopati)
10

F. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama menurut
(Nurarif, 2015) yaitu:
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan agen cedera fisik : kompresi
saraf,spasme otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan
leher, ketidak mampuan berjalan, perubahan tonus otot.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot,
kerusakan neuromuskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan,
keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,
ditandai dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk
memenuhi harapan peran.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan belajar berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang
mengingat ditandai dengan mengungkapkan masalah, dengan pernyataan
salah konsepsi.

G. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik : kompresi saraf,spasme
otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan leher, ketidak
mampuan berjalan, perubahan tonus otot.
Tujuan: klien mengalami berkurang atau hilangnya nyeri
Kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan), Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri, Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri), Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
11

d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri


e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa Iampau
g. Kurangi faktor presipitasi nyeri
h. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
i. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
j. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
k. Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
l. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot,


kerusakan neuromuskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan,
keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot.
Tujuan: klien menunjukan kembalinya mobilitas fisik
Kriteria hasil: Klien meningkat dalam aktivitas fisik, Mengerti tujuan
dari peningkatan mobilitas, Memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah, Memperagakan
penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker).

Intervensi:
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
f. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien
12

h. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.


i. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,


ditandai dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk
memenuhi harapan peran.
Tujuan: Cemas teratasi
Kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas, Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas, tanda-tanda vital dalam batas normal, Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.

Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
g. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,persepsi

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan


kebutuhan belajar berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang
mengingat ditandai dengan mengungkapkan masalah, dengan pernyataan
salah konsepsi.
Tujuan: pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
Kriteria hasil: Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, Pasien dan
13

keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar,


Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.

Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang


tepat
g. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
j. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang
tepat

H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Budiono, 2015).
2. Tahap-tahap dalam pelaksanaan tindakan keperawatan antara lain sebagai
berikut :
a. Tahap Persiapan
1) Review rencana tindakan keperawatan
2) Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Antisipasi komplikasi yang akan timbul
4) Mempersiapkan peralatan (waktu, tenaga, alat)
14

5) Mengindetifikasi aspek-aspek hokum dan etik


6) Memerhatikan hak-hak pasien antara lain hak atas pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Berfokus pada klien
2) Berorientasi pada tujuan dan krtiteria hasil
3) Memerhatikan keamanan fisik dan psikologis klien
4) Kompeten
c. Tahap sesudah pelaksanaan
1) Menilai keberhasilan tindakan
2) Mendokumentasikan tindakan, yang meliputi aktivitas/tindakan
keperawatan, hasil/respons pasien, tanggal/jam, nomor diagnosis
keperawatan, dan tanda tangan.

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. ( Budiono, 2015)

Macam-macam evaluasi :
1. Evaluasi proses (formatif), evaluasi yang dilakukan setelah tindakan,
berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif), evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi, dan
kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan.

Untuk memudahkan mengevaluasi atau memantau perkembangan klien,


digunkan komponen SOAP, yaitu :
1. S artinya data subjektif, berupa keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
15

2. O artinya data objektif, hasil pengukuran atau hasil observasi secara


langsung kepada klien.
3. A artinya analisis, interpretasi dari data subjektif dan objektif.
4. P artinya planning, perencanaan yang akan dilanjutkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn.A usia 71 tahun, masuk ke Rumah Sakit Pelni Jakarta pada tanggal 05
Januari 2019 di ruang Kenanga dengan diagnosa medis Low back pain
dengan nomor register 713814 Klien sudah menikah, agama Islam, suku
bangsa Minang, pendidikan terahir SD, Tidak bekerja, bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Indonesia, beralamat Lubuah Sampik Jorog
Pandang Tongga Kel.Mangopuh Kab.Agam Sumatra Barat. Sumber
biaya JKN-BPJS. Sumber informasi didapat dari klien.

2. Resume
Tn.A datang ke IGD Rumah Sakit Pelni Jakarta pada tanggal 05 Januari
2019 Pukul 11.00 WIB diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada
bagian tulang belakang ( Pinggang, pinggul), badan terasa lemas,
sebelumnya klien pernah masuk RS 2 minggu yang lalu dengan keluhan
yang sama dan sudah dilakukan pemeriksaan radiologi ( kesan:
spondylosis lumbal), hasil pemeriksaan TTV adalah TD: 100/60 mmHg,
N: 70 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,9o C, Skala nyeri: 3, Dengan
masalah utama nyeri .Di igd klien dilakukan pemasangan infus dengan
Nacl 0,9% 20 tetes/menit, dan diberikan posisi yang nyaman yaitu
dengan meninggikan kepala 30o, kemudian pada pukul 19.00 WIB klien
dipindahkan ke ruang kenanga RS Pelni Jakarta dengan menggunakan
brankar , dan dikenanga klien dilakukan anamnase yaitu kesadaran
composmetis, ada nyeri pada daerah punggung bawah dengan skala nyeri
3, badan klien terasa lemas. Diberikan posisi yang nyaman sesuai
kebutuhan klien dan dianjurkan untuk melakukan tarik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri, Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin 11,2g/dl
[13,5-18],

16
17

leukosit 9,20 10^3/ul [5-10], limfosit 23% [20-30], trombosit 288 10^3/ul
[150-450], hematokrit 34,4% [38-54], eritrosit 4,45 juta/ul [4,5-5,5],
MCH 25,1 Pg [27-31], MCV 77,2 FL [82-92], MCHC 32,4 g/dl [32-36],
ureum 18 mg/dl [19-44], creatinine 0,8 mg/dl [0,7-1,2] eGFR 95ml/detik
[60-90], Natrium 145mmol [ 134-146], kalium 36 mmol/l, klorida 105
mmol/l [96-108]. Pada tanggal 06 januari 2019 klien diberikan obat
melalui oral : Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 18.00 WIB. Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 18.00 WIB. Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 18.00 WIB. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 12.00, 18.00 WIB. Dan dilakukan pemeriksaan TTV tiap 4 jam
pukul 06.00,11.00,16.00,21.00 WIB. Dan pada tanggal 07 Januari 2019
pukul 06.30 klien masih mengeluh nyeri pada tulang belakang
(pinggang,pinggul), lemas, klien mengatakan cemas terhadap
penyakitnya karna klien takut dioprasi, dan aktivitas klien masih sedikit
dibantu oleh keluarganya ( contohnya ketika klien ingin kekamar mandi).

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh nyeri tulang belakang yaitu punggung dan pinggang,
badan terasa lemas. Factor pencetus karena klien pernah jatuh dari
motor sejak 2 tahun yang lalu, timbul keluhannya secara bertahap
sudah 2 bulan yang lalu dan upaya mengatasinya yaitu dengan
berobat kerumah sakit.

b. Riwayat Kesehatan Masa lalu


klien mengatakan sebelumnya memiliki riwayat jatuh dari motor 2
tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak ada alergi
Obat/Makanan/Binatang dan lingkungan dan sebelumnya klien tidak
memiliki riwayat pemakaian obat.
18

c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi


dari klien).

Keterangan:
: Laki- laki : Garis keturunan
: Perempuan : Klien
: Tinggal Serumah

Tn.A usia 71 tahun, mempunyai 5 orang anak, yaitu 4 anak


perempuan dan 1 orang anak laki laki dan mempunyai 3 orang cucu.
Tidak ada Riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anggota
keluarganya. Orang terdekat dengan klien yaitu Anak ke 2. Interaksi
dalam keluarga, pola komunikasi klien baik, pembuatan keputusan
musyawarah dan diputskan oleh klien , kegiatan kemasyarakatan
yaitu tidak ada karna klien sering merasa sakit . Dampak penyakit
klien terhadap keluarga yaitu keluarga menjadi cemas dengan
keadaan klien dan tidak bekerja. Masalah yang mempengaruhi klien
yaitu penyakit klien. Konsep diri, klien menyukai semua bagian
tubuhnya. Peran klien dalam keluarga yaitu sebagai kepala keluarga,
klien melaksanakan perannya dengan menafkahi keluarganya,
harapan klien terhadap penyakitnya yaitu klien ingin segera sembuh
dan pulang kampong supaya bertemu istrinya dalam keadaan
sehat,dan harapan klien terhadap dirinya yaitu klien mampu
melaksanakan perannya sebagai kepala keluarga. Hubungan klien
19

dengan keluarga dan orang lain baik. Hubungan sosial, orang yang
paling berarti dalam kehidupan klien yaitu istrinya klien ikut terlibat
dalam acara kemasyarakatan ketika klien belum sakit, dan klien
tidak mempunyai hambatan dengan masyarakat/kelompok.
Mekanisme koping terhadap stress dengan pemecahan masalah yaitu
dengan minum obat. Hal yang sangat dipikirkan saat ini kesembuhan
penyakitnya dan ingin segera pulang kampung. Harapan setelah
menjalani perawatan yaitu bisa melakukan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit yaitu klien
menjadi lemas dan tidak bisa berdiri lama. Tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan dengan kesehatan. Aktivitas agama/kepercayaan yang
dilakukan yaitu sholat 5 waktu dan berdoa. Kondisi lingkungan
rumah klien, klien bertempat tinggal diperumahan padat penduduk
dan cukup bersih.

4. Pengkajian Fisik
Dari hasil pengkajian fisik tanggal 07 Januari 2019, pukul 10.00 WIB di
dapatkan data sebagai berikut : Berat badan sebelum sakit 65 kg, berat
badan saat ini 65 kg, tinggi badan 165 cm, keadaan umum sedang, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening.

Sistem pengelihatan posisi mata simetris, kelopak mata normal,


pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal,
sklera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan pada otot-otot mata,
fungsi pengelihatan baik, tanda-tanda radang tidak ada. Tidak memakai
kaca mata. Reaksi terhadap cahaya baik.

Sistem pendengaran daun telinga baik, kondisi telinga normal. Fungsi


pendengaran normal, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan
penuh pada telinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran normal . Tidak
ada gangguan keseimbangan, tidak ada pemakaian alat bantu. Sistem
wicara normal.
20

Sistem pernapasan jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak, tidak


menggunakan otot bantu pernafasan. Frekuensi 19 x/menit, irama teratur,
jenis pernafasan spontan, kedalaman dalam, tidak ada batuk, sputum tidak
ada, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan.

Sistem kardiovaskuler, sirkulasi peripher, nadi 70 x/menit, irama teratur,


denyut kuat, tekanan darah 121/64 mmHg, tidak ada distensi vena
jugularis, temperatur kulit hangat suhu 36o C, pengisian kapiler 2 detik,
tidak ada edema, sirkulasi jantung kecepatan denyut apical 80 x/menit,
irama teratur, tidak ada sakit dada. Sistem hematologi, pucat tidak ada,
perdarahan tidak ada.

Sistem syaraf pusat, klien mengeluh nyeri pada bagian tulang belakang
(punggung,pinggang) dengan PQRST ( P =Jatuh dari motor, Q = seperti
tertusuk, R= Vertebra lumbalis, S= 3, T= bertahap). Tingkat kesadaran
composmentis, glasgow coma scale E : 4, M : 6, V : 5, tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK. Tidak ada gangguan sistem syaraf. Pemeriksaan
reflek, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.

Sistem pencernaan gigi caries, tidak menggunakan gigi palsu, stomatitis


tidak ada, lidah tidak kotor, selera makan baik ,mual tidak ada, muntah
tidak ada, nyeri daerah perut tidak ada, hepar tak teraba, abdomen
lembek, lingkar abdomen 78 cm, bising usus 7 x/menit, tidak ada diare,
tidak ada konstipasi, tidak menggunakan obat laxative.

Sistem endokrin tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Nafas tidak berbau
keton, tidak ada poliuri, polidipsi, polifagi, tidak ada luka ganggren.

Sistem urogenital, balance cairan intake 1200 ml, output 1650 ml,
perubahan pola kemih tidak ada, buang air kecil warna kuning jernih,
tidak terpasang kateter, tidak ada distensi/ketegangan kandung kemih,
keluhan sakit pinggang ada.
21

Sistem integumen turgor kulit elastis, temperature kulit hangat, warna


kulit pucat, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah pemasangan
infus baik, keadaan rambut baik.

Sistem muskuloskeletal, kesulitan dalam pergerakan tidak ada, sakit pada


tulang, sendi dan kulit ada, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk
tulang/sendi, keadaan tonus ototbaik, kekuatan otot

5555 5555
5555 5555

Klien dan keluarga mengatakan klien mempunyai penyempitan tulang


pinggang sejak 2 bulan yang lalu, klien mengatakan cemas terhadap
penyakitnya karna klien takut dioprasi.

5. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 05/01/2019 : : hemoglobin
11,2g/dl [13,5-18], leukosit 9,20 10^3/ul [5-10], limfosit 23% [20-30],
trombosit 288 10^3/ul [150-450], hematokrit 34,4% [38-54], eritrosit
4,45 juta/ul [4,5-5,5], MCH 25,1 Pg [27-31], MCV 77,2 FL [82-92],
MCHC 32,4 g/dl [32-36], ureum 18 mg/dl [19-44], creatinine 0,8 mg/dl
[0,7-1,2] eGFR 95ml/detik [60-90], Natrium 145mmol [ 134-146],
kalium 36 mmol/l , klorida 105 mmol/l [96-108].

Hasil Pemeriksaan Radiologi tanggal 04/12/18 pukul 15;35 kesan :


spondylosis lumbal

6. Penatalaksanaan ( Terapi/ termasuk diet )


Terapi Oral:
Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 .
Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00
Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00.
Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,12.00,18.00
22

Terapi Parenteral:
infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

Diet : Tim 1700 KAL non Dm .

7. Data Fokus
Data subyektif :
klien mengatakan nyeri pada tulang belakang pinggang dan punggung
sudah 2 bulan yang lalu bila berjalan tidak bisa lama karena klien merasa
nyeri, klien mengeluh badannya lemas, klien mengatakan aktivitasnya
dibantu oleh keluarganya misalnya pada saat klien ke kamar mandi, klien
mengatakan cemas terhadap penyakitnya karena klien takut dioprasi,
klien mengatakan nafsu makan baik, pengkajian PQRST ( P= Jatuh dari
motor, Q= nyerinya pada tahap sedang, R= tulang belakang, S=3, T=
bertahap).

Data obyektif :
keadaan composmetis, GCS 15 ( E= 4, M=6, V=5 ), tekanan darah
100/60 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi 87 x/menit, suhu 36,9OC,
skala nyeri = 3, ekspresi wajah klien tampak meringis ketika nyeri,
tampak lemas aktivitas perlu dibantu, klien tampak cemas, Resiko jatuh:
tinggi , klien tampak tidak bisa berdiri lama karena penyakitnya takut
kambuh / nyerinya kambuh.

8. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS :Klien Nyeri Agen cedera fisik
mengatakan nyeri
pada tulang belakang
pinggang dan
punggung sudah 2
bulan yang lalu,
23

PQRST ( P= Jatuh
dari motor, Q=
nyerinya pada tahap
sedang, R= tulang
belakang, S=3, T=
bertahap).

DO: keadaan
composmetis, GCS
15 ( E= 4, M=6, V=5
), tekanan darah
100/60 mmHg,
pernafasan 20
x/menit, nadi 87
x/menit, suhu 36,9o
C, skala nyeri = 3

2. DS : klien Kerusakan Nyeri


mengatakan Mobilitas Fisik
aktivitasnya dibantu
oleh keluarganya
misalnya pada saat
klien ke kamar
mandi.

DO : klien tampak
lemas Resiko jatuh:
tinggi , klien tampak
tidak bisa berdiri
lama karena
penyakitnya takut
kambuh / nyerinya
kambuh.
24

3. DS : klien Ansietas Status kesehatan


mengatakan cemas
terhadap penyakitnya
karena klien takut
dioprasi

DO : tekanan darah
100/60 mmHg,
pernafasan 20
x/menit, nadi 87
x/menit, suhu 36,9o
C skala nyeri 3
ekspresi wajah
terlihat tegang dan
cemas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Data Subyektif : Klien mengatakan nyeri pada tulang belakang pinggang
dan punggung sudah 2 bulan yang lalu, PQRST ( P=Jatuh dari motor, Q=
nyerinya pada tahap sedang, R= tulang belakang, S=3, T= bertahap).

Data objektif: keadaan composmetis, GCS 15 ( E= 4, M=6, V=5 ), tekanan


darah 100/60 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi 87 x/menit, suhu 36,9o
C, skala nyeri = 3.
25

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Skala nyeri 0-1
c. Dapat istirahat dengan nyaman
d. Ekspresi wajah rileks
e. TTV dalam batas normal

Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB
b. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
c. Ajarkan dan anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi
d. Anjurkan pasien mengurangi aktivitas saat nyeri muncul

Kolaborasi
a. pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 WIB. Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui
oral pukul 06.00,18.00 WIB. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui
oral pukul 06.00,12.00,18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan:
Tanggal 07 Januari 2019
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 108/64
mmHg, nadi 74x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,9o C, skala
nyeri 2 . pukul 07.00 memberikan obat pagi Natrium Dyclofenak 50 mg,
Eperisone Hcl 50 mg, Mecobalamin 500 mg, Alpentin 100 mg, dengan
hasil klien meminumnya. Pukul 07.30 mengkaji keadaan umum klien,
dengan hasil klien mengeluh nyeri didaerah tulang belakang. Pukul 09.00
menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi (nafas dalam) untuk
26

meredakan nyeri, dengan hasil klien mengatakan nyeri berkurang. Pukul


10.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 100/60 mmHg,
nadi 87x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,9o C, skala nyeri 2. Pukul
12.00 memberikan obat siang Alpentin 100 mg, dengan hasil klien
meminumnya. Pukul 15.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan
darah 134/77 mmHg, nadi 118 x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 37,1
C, skala nyeri 2. Pukul 18.00 memberikan obat sore Natrium Dyclofenak
50 mg, Eperisone Hcl 50 mg, Mecobalamin 500 mg, Alpentin 100 mg,
dengan hasil klien meminumnya. Pukl 22.00 mengobservasi TTV, dengan
hasil tekanan darah 134/77 mmHg, nadi 118 x/menit, pernafasan
18x/menit, suhu 37,1 C, skala nyeri 1.

Tanggal 08 Januari 2019


Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
127/72mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,7OC, skala
nyeri 1. Pukul 06.30 memberikan obat pagi Natrium Dyclofenak 50 mg,
Eperisone Hcl 50 mg, Mecobalamin 500 mg, Alpentin 100 mg, dengan
hasil klien meminumnya. Pukul 10.00 memberikan pendidikan kesehatan
teknik relaksasi dan distraksi, dengan hasil klien memahami dan
mencobanya. Pukul 10.20 memberikan posisi semi fowler, dengan hasil
klien merasa nyaman. Pukul 10.30 mengobservasi TTV, dengan hasil
tekanan darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 19x/menit, skala
nyeri 1. Pukul 12.00 memberikan obat siang Alpentin 100 mg, dengan
hasil klien meminumnya.

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
S : klien mengatakan masih nyeri pada daerah punggung dengan
skala nyeri 1
O : TTV, hasil tekanan darah 134/77mmHg, nadi 118x/menit,
pernafasan 18x/menit, suhu 37,1o C, skala nyeri 1, ekspresi wajah
terlihat tegang
A : masalah teratasi sebagian, tujuan blum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan
27

a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00


WIB
b. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
c. Ajarkan dan anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi
d. Kolaborasi pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg
diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl 2x50
mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB. Mecobalamin
2x500 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB.
Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,12.00,18.00 WIB.

Tanggal 08 Januari 2019


S : klien mengatakan masih nyeri pada daerah punggung dengan
skala 1
O : TTV, hasil tekanan darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit,
pernafasan 19x/menit, suhu 36,5o C, skala nyeri 1.
A : masalah teratasi sebagian,Tujuan belum tercapai
P : intervensi dilanjutkan
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul
06.00,11.00,16.00,21.00 WIB
b. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
c. Ajarkan dan anjurkan pasien menggunakan teknik
relaksasi dan distraksi
d. Kolaborasi pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg
diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl
2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB.
Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00 WIB. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui
oral pukul 06.00,12.00,18.00 WIB.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


Data Subyektif : klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarganya
misalnya pada saat klien ke kamar mandi.
28

Data objektif : klien tampak lemas Resiko jatuh: tinggi , klien tampak
tidak bisa berdiri lama karena penyakitnya takut kambuh / nyerinya
kambuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan klien menunjukkan kembali mobilitas fisik.

Kriteria Hasil :kembali ke aktivitas semula secara normal

Rencana Tindakan :
a. Observasi kemampuan melakukan aktivitas
b. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB
c. Bantu pasien melakukan aktivitas seperti berjalan kekamar mandi
d. Lakukan mobilisasi secara bertahap
e. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk dilakukan fisioterapi setiap 1
minggu.

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
108/64mmHg, nadi 74x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,9o C, skala
nyeri 2. Pukul 07.30 mengkaji keadaan umum klien, dengan hasil klien
mengeluh lemas, dan aktivitas masi dibantu. Pukul 10.00 mengobservasi
TTV, dengan hasil tekanan darah 100/60mmHg, nadi 87x/menit,
pernafasan 20x/menit,skala nyeri 2. Pukul 15.00 mengobservasi TTV,
dengan hasil tekanan darah 134/77mmHg, nadi 118x/menit, pernafasan
18x/menit, suhu 37,1o C, skala nyeri 2. Pukul 22.00 mengobservasi TTV,
dengan hasil tekanan darah 140/86 mmHg, nadi 118x/menit, pernafasan
18x/menit, suhu 36,8o C, skala nyeri 1.
29

Tanggal 08 Januari 2019


Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
127/72mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,7OC, skala
nyeri 1. Pukul 10.30 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
110/70mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 19x/menit, skala nyeri 1. Pukul
11.00 mengantar pasien ke fisioterapi untuk dilakukan terapi, dengan hasil
klien dapat melatih kemampuannya.

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
S :Klien mengatakan sudah sedikit-sedikit melakukan aktivitas
mandiri , sudah bisa duduk dan makan tanpa bantuan
O : Klien masih terlihat lemas, berdiri masih tidak bisa lama karna
takut nyeri, Resiko jatuh sedang.
A :masalah teratasi sebagian, Tujuan belum tercapai
P : intervensi dilanjutkan
a. Observasi kemampuan melakukan aktivitas
b. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul
06.00,11.00,16.00,21.00 WIB
c. Lakukan mobilisasi secara bertahap
d. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk dilakukan
fisioterapi setiap 1 minggu

Tanggal 08 Januari 2019


S :Klien mengatakan sudah bisa melaksanakan aktivitas secara
mandiri tetapi belum bisa berjalan lama
O : Resiko jatuh : sedang
A : masalah belum teratasi sebagian, Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul
06.00,11.00,16.00,21.00 WIB
b. Lakukan mobilisasi secara bertahap
c. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk dilakukan
fisioterapi setiap 1 minggu
30

3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan


Data Subyektif : klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya karena
klien takut dioprasi

Data Objektif : tekanan darah 100/60 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi


87 x/menit, suhu 36,9o C skala nyeri 3 ekspresi wajah terlihat tegang dan
cemas.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan cemas berkurang

Kriteria Hasil :
a. pasien mengatakan cemas hilang
b. pasien dan keluarga kooperatif
c. mampu tidur/isirahat cukup
d. TTV dalam batas normal

Rencana Tindakan :
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB
b. Berikan lingkungan nyaman dan aman
c. Anjurkan dan beri kesempatan keluarga memberikan dukungan

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
108/64mmHg, nadi 74x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,9o C, skala
nyeri 2. Pukul 07.30 mengkaji keadaan umum klien, dengan hasil klien
mengatakan cemas terhadap penyakitnya, karna takut dioprasi. Pukul
10.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 100/60mmHg,
nadi 87x/menit, pernafasan 20x/menit,skala nyeri 2. Pukul 15.00
mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 134/77mmHg, nadi
118x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 37,1o C, skala nyeri 2. Pukul
31

22.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 140/86 mmHg,


nadi 118x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,8o C, skala nyeri 1.

Tanggal, 08 Januari 2019


Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
127/72mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,7OC,
skala nyeri 1. Pukul 10.30 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan
darah 110/70mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 19x/menit, skala nyeri
1.

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
S :Klien mengatakan sudah tidak begitu cemas karena nyerinya
berkurang
O : ekspresi wajah tanpa rileks, TTV ( TD 134/77 mmHg, N 118
x/menit, N 118 x/menit, RR 18 x/menit, S 37,1oC
A :Masalah teratasi sebagian, Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul
06.00,11.00,16.00,21.00 WIB
b.Berikan lingkungan nyaman dan aman

Tanggal 08 Januari 2019


S : klien mengatakan sudah tidak cemas terhadap penyakitnya
O : TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, RR 19 x/menit, wajah klien
tampak rileks
A : Masala sudah teratasi, tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan.
BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus yang
penulis dapatkan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.A
dengan Low Back Pain di Ruang kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta selama
2 hari perawatan di mulai dari tanggal 7 Januari 2019 sampai tanggal 8
Januari 2019 melalui asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penyebab LBP disebabkan karna klien pernah jatuh
dari motor 2 tahun yang lalu, sedangkan pada teori sama dengan pada kasus
yaitu karna masalah muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas.
Manifestasi klinis yang terdapat pada teori dan kasus Sudah sesuai yaitu
Nyeri punggung sudah 2 bulan yang lalu dan badan merasa lemas.

Pada pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori dan kasus yaitu
Pemeriksaan Radiologi/ Sinar X ( kesan spondylosis lumbal). Sedangkan
pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus yaitu
pemeriksaan CT scan, USG, MRI, Miliogram dan diskogram, Venogram
Epidural, dan Elektromiogram (EMG). tidak dilakukan pemeriksaan pada
kasus karena tidak di indikasikan oleh dokter dan pemeriksaan yang
dilakukan pada kasus sudah cukup menunjang diagnosa.

Penatalaksanaan medis dengan farmakoterapi, yang ada pada teori dan kasus
yaitu diberikan obat antiinflamasi yaitu Natrium Dyclofenak 2x50 mg
diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB. Sedangakan yang ada pada

32
33

teori tetapi tidak ada pada kasus adalah golongan obat analgetik narkotik,
Kortikostiroid jangka pendek, tidak diberikan karena tidak diindikasikan oleh
dokter. Sedangkan farmakoterapi yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada
teori yaitu golongan obat gapentin karena klien mengalami nyeri yang
diakibatkan oleh kerusakan syaraf tulang belakang, golongan obat relaksan
otot untuk meredakan sakit dan ketegangan otot, dan vit b12 untuk
memproduksi sel darah merah. Pada Non farmakoterapi secara teori dan
kasus sama yaitu Melakukan tirah baring, menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi, Memposisikan klien dengan posisi yang nyaman yaitu dengan
meninggikan kepala 30o , Menghindari mengangkat benda berat dan berdiri
lama. Sedangkan non farmakoterapi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada
kasus Kompres dingin (es) dan hangat , karena klien tidak ada bengkak dan
luka.

Adapun faktor pendukung dalam melakukan pengkajian pada klien yaitu


adanya informasi tentang klien yang cukup dari keluarga, adanya catatan
keperawatan dan hasil pemeriksaan diagnostik sehingga membantu penulis
dalam memperoleh data.

Faktor penghambatnya yaitu pemeriksaan penunjang pada klien yang minim.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori ada 4 diagnosa keperawatan, sedangkan
pada kasus ditemukan 3 Diagnosa Keperawatan. Diagnosa yang sesuai antara
teori dan kasus ada 3 yaitu, Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik,
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri, dan Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Sedangkan diagnosa yang
ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus ada 1 yaitu Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak diangkat diagnosa terebut
karna klien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya dan sebelumnya
klien pernah dirawat .

Adapun faktor pendukung dalam menegakkan diagnosa adalah data-data


mengenai tanda-gejala yang ada sudah sesuai dengan keluhan pasien yang
34

tepat untuk menegakkan diagnosa tersebut. Faktor penghambat tidak


ditemukan oleh penulis.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan, diagnosa prioritas yaitu Nyeri berhubungan dengan
agen cedera fisik. Tujuan dan kriteria hasil antara teori dan kasus sudah
sesuai. Tujuannya Setelah dilakukan asuhan keperawtan selama 2x24 jam
dihapkan nyeri teratasi, dengan kriteria hasil nyeri berkurang atau hilang,
dapat istirahat dengan nyaman, ekspresi wajah rileks dan TTV dalam batas
normal. Perencanaan yang ada pada teori dan kasus sudah sesuai yaitu
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk (lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi), Observasi
reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan, Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri, Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau,
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa Iampau, Kurangi faktor presipitasi nyeri, Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal) , Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, Ajarkan
tentang teknik non farmakologi , Kolaborasi untuk pemberian obat Natrium
Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 . Eperisone
Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 Mecobalamin 2x500
mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00. Alpentin 3x100 mg diberikan
melalui oral pukul 06.00,12.00,18.00.

Diagnosa Kedua yaitu Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.


Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam,
diharapkan klien menunjukan kembalinya mobilitas fisik, dengan kriteria
hasil kembalinya keaktivitas semula secara normal. Perencanaan yang ada
teori dan kasus sudah sesuai yaitu Observasi kemampuan melakukan
aktivitas, Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB, Bantu pasien melakukan aktivitas seperti berjalan kekamar mandi,
35

Lakukan mobilisasi secara bertahap, Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk


dilakukan fisioterapi setiap 1 minggu

Diagnosa ketiga yaitu Ansietas behubungan dengan status kesehatan.


Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan cemas berkurang, dengan kriteria hasil klien mengatakan cemas
hilang, mampu tidur/istirahat cukup, dan TTV dalam batas normal.
Perencanaan yang ada pada teori dan kasus sudah sesuai yaitu Observasi TTV
setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00 WIB, Berikan lingkungan
nyaman dan aman, Anjurkan dan beri kesempatan keluarga memberikan
dukungan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada pelaksanaan diagnosa prioritas adalah Nyeri berhubungan dengan agen
cedera fisik, Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pelaksanaan
yang dilakukan sudah sesuai dengan perencanaan.

Diagnosa kedua kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, Tidak


terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pelaksanaan yang dilakukan
sudah sesuai dengan perencanaan.

Diagnosa ketiga Ansietas berhubungan dengan status kesehatan , Tidak


terdapat kesenjangan antara teori dan kasus , pelaksanaan yang dilakukan
sudah sesuai dengan perencanaan.

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan dan
melakukan evaluasi akhir, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada perencanaan sesuai diagnosa keperawatan. Dari 3
diagnosa yang ditemukan, 1 diagnosa keperawatan sudah tercapai, dan 2
diagnosa keperawatan yang belum tercapai. Diagnosa keperawatan yang
tercapai yaitu Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dibuktikan
klien sudah mengatakan cemas terhadap penyakitnya, tekanan darah sudah
36

dalam batas normal yaitu TD: 110/70 mmHg,N : 80 x/menit, P: 19 x/menit,


wajah tampak rileks.

Diagnosa keperawatan yang belum tercapai yaitu Nyeri berhubungan dengan


agen cedera fisik, dibuktikan klien masih sedikit merasakan nyeri pada daerah
punggung dengan skala 1, , tekanan darah sudah dalam batas normal yaitu
TD: 110/70 mmHg,N : 80 x/menit, P: 19 x/menit, S : 36,5o C dan skala nyeri:
1. Dan Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri , dibuktikan
klien sudah melakukan aktivitas secara mandiri tetapi belum bisa berjalan
lama, Resiko jatuh sedang.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah klien sangat kooperatif


dengan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga
memudahkan penulis elakukan evaluasi.

Faktor penghambat yang ditemukan penulis adalah terbatasnya waktu untuk


melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut sehingga penulis harus membuat
rencana keperawatan yang perlu dilanjutkan dengan keluarga pasien sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.A dengan


Low Back Pain di Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta mulai tanggal 7
Januari 2019 sampai dengan 8 Januari 2019 maka penulis dapat menarik
kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan yang penulis lakukan penyebab LBP disebabkan
karna klien pernah jatuh dari motor 2 tahun yang lalu. Manifestasi klinik yang
ditemukan yaitu Nyeri daerah punggung sudah 2 bulan dan lemas.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan adalah Pemeriksaan Radiologi/ Sinar
X ( kesan spondylosis lumbal). Penatalaksanaan farmakoterapi yang
diberikan yaitu obat antiinflamasi yaitu Natrium Dyclofenak 2x50 mg
diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB. Penatalaksanaan non
farmakoterapi yang diberikan yaitu Melakukan tirah baring, menggunakan
teknik relaksasi dan distraksi, Memposisikan klien dengan posisi yang
nyaman yaitu dengan meninggikan kepala 30o , Menghindari mengangkat
benda berat dan berdiri lama.

Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus ada 4 diagnosa sedangkan


diagnose pada teori ada 3 diagnosa. Diagnosa yang ada pada teori tetapi
tidak ada pada kasus yaitu Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi, tidak diangkat diagnosa terebut karna klien dan
keluarga sudah mengetahui penyakitnya dan sebelumnya klien pernah
dirawat .

Perencanaan Keperawatan yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah


utama yaitu Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk (lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ), Observasi
reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan , Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui penglaman nyeri pasien, kaji kultur yang

37
38

mempengaruhi respon nyeri, evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa Iampau, kurangi faktor
presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal) , kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi ,ajarkan tentang teknik non farmakologi , kolaborasi
untuk pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00 Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,12.00,18.00.

Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah


utama antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan. Pelaksanaan
Keperawatan yang dilakukan yaitu mengobeservasi TTV tiap 4 jam mulai
pukul 06.00, 11.00,16.00,21.00 WIB, memberikan posisi yang nyaman sesuai
kebutuhan pasien yaitu dengan meninggikan kepala 30o , mengajarkan dan
menganjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi dan distaksi,
menganjurkan pasien mengurangi aktivitas nyeri saat muncul, dan kolaborasi
dalam pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00 Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,12.00,18.00.

Evaluasi Keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode atau system


SOAP dalam mengevaluasi dari proses keperawatan dan hasil kwalitas
pelayanan keperawatan dalam 3 diagnosa keperawatan dan 1 masalah sudah
teratasi yaitu Ansietas berhubungan dengan status kesehatan. Dan 2 diagnosa
keperawatan yang belum teratasi yaitu Nyeri berhubungan dengan agen
cedera fisik dan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu klien yang kooperatif dengan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan
39

penulis dalam melakukan evaluasi keperawatan. Faktor penghambat penulis


tidak temukan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran :
1. Penulis dan perawat dapat lebih meningkatkan kerjasama yang baik
dalam melakukan pemeriksaan penunjang kepada pasien
2. Penulis harus membuat rencana keperawatan yang perlu dilanjutkan
dengan keluarga pasien sesuai dengan rencana yang telah dibuat karna
terbatasnya waktu melakukan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Hurst, Marlene. (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. (Devi Yulianti,


Sari Isreini, penerjemah). Jakarta: EGC

Lemone, Priscilla. (2005). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5. Vol 4 (Wuri


Praptiari, dkk, penerjemah). Jakarta : EGC

Lukman, Nurna Ningsih. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. (Agung


Waluyo, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nurarif. A.H. dan Kusuma. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA-NIC-NOC.
Jogjakarta:MediAction

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI.(2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Partiningrum, M., Oktaliansah, E., & Surahman, E. (2015). Prevelensi dan


Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja
Anestesiologi Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anastesi
Perioperatif, 3 (1), 47-56.

Syuhada, AD., Suwondo, A., & Setyaningsih, Y. (2018). Faktor Risiko Low
Back Pain pada Pekerja Pemtik The di Perkebunan Teh Ciater
Kabupaten Subang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 13 (1).

40
41

Anda mungkin juga menyukai