A DENGAN
LOW BACK PAIN (LBP) DI RUANG KENANGA
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA
Disusun Oleh :
Lila Amalia Faramadina
( 16020 )
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.A dengan Low
Back Pain (LBP) di Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta“ mulai
tanggal 07 Januari 2019 sampai tanggal 08 Januari 2019. Penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesernpatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,MPH sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta
2. Ahmad Samdani.,SKM, Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani, S.Kep.,M.Kep.MM, Direktur Akademi Keperawatan
Rumah Sakit Pelni Jakarta
4. Suhatridjas.,Dra.S.Kep.,MKM Pembimbing dan Penguji di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta.
5. Elfira Awalia Rahmawati.,Ns.,Sp.Kep.An. Pembimbing dan Penguji di
Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta.
6. Ns.Yuyun.,S.Kep Preceptor klinik di Ruang Kenanga Rumah Sakit Pelni
Jakarta.
i
Jakarta, 11 Januari 2019
penulis
i
DAFTAR ISI
ii
D. Pelaksanaan Keperawatan ..................................................................................... 35
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 35
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 37
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 37
B. Saran ..................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lower Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan
masalah kesehatan dunia yang sangat umum, yang menyebabkan pembatasan
aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja. Nyeri punggung bawah memang
tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan individu yang
mengalaminya menjadi tidak produktif sehingga akan menyebabkan beban
ekonomi yang sangat besar baik bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun
pemerintah.
1
2
posisi kerja dan beban angkat. (Harrrianto, 2007). Berat beban yang diangkat,
frekuensi angkat serta cara atau teknik mengangkat beban sering dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan kerja ataupun timbulnya
nyeri atau cedera pada punggung (Effendi, 2007).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Dan
Olahraga dari data kunjungan rawat jalan Balai pengobatan perkebunan
Ciater Kabupaten Subang yang mengalami low back pain pada tahun 2014
sebesar 5,7% dari 1.680 pasien dan terjadi peningkatan kasus pada tahun
2015 sebesar 12% dari 1.702 pasien. Di UGD Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta didiagnosis menderita LBP Sebanyak 65% perawat, sedangkan rekam
medik di RS Prikasih pada Januari– Desember 2010 menunjukkan bahwa
perawat yang terkena LBP sebanyak 59 orang (34,7%). Di Rumah Sakit Pelni
Jakarta kunjungan rawat inap penderita LBP semakin tahun semakin
meningkat.
kesehatan agar terhindar dari penyakit LBP. Maka pentingnya peran perawat
seperti peran advocad, edukator, care giver, fasilitator yang dibuktikan
dengan peran promotif yaitu peningkatan derajat kesehatan, peran
preventifnya yaitu menganjurkan masyarakat untuk menjaga aktivitas. Peran
kuratifnya yaitu dengan memberikan perawatan langsung kepada penderita
LBP seperti masase dingin, akupuntur. Sedangkan peran rehabilitatifnya
yaitu kontrol ke dokter secara teratur dan istirahat yang cukup.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan LBP di Ruang Kenanga Rumah
Sakit Pelni Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan LBP
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan LBP
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan LBP
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan klien dengan
LBP
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan LBP
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan LBP
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis batasi dengan mengambil satu
kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A dengan LBP di Ruang
4
D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
yang menguraikan bagian asuhan keperawatan yang disajikan dalam bentuk
narasi melalui teknik studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan
berbagai buku sumber yang terkait dengan LBP, studi kasus yaitu mengambil
satu kasus klien dengan LBP dan menerapkan asuhan keperawatan secara
langsung melalui proses keperawatan, serta studi dokumentasi, yaitu dengan
mengumpulkan data-data tentang klien melalui catatan medis, dan data-data
dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I terdiri dari latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II
terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB III terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanana, pelaksanaan,
dan evaluasi keperawatan. BAB IV terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
dan evaluasi keperawatan. BAB V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) merupakan
kondisi jangka pendek menjelaskan masalah punggung dan nyeri yang reda
secara spontan dengan/tanpa penanganan biasanya dalam 6 hingga 12
minggu, tidak menetap melebihi 3 bulan (Marlene, 2015).
B. Etiologi
Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal
dapat dipengaruhi oleh aktivitas (Ningsih, 2009).
1. Regangan lumbosakral akut.
2. Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.
3. Osteoarthritis tulang belakang.
4. Stenosis tulang belakang.
5. Masalah diskus intervertebralis.
6. Perbedaan panjang tungkai.
5
6
C. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang tersusun atas
banyak unit yang kaku (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis)
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset (sendi kecil yang berada
di antara tulang-tulang belakang. Sendi faset berada di area leher (servikal),
dada (torakal), maupun punggung dan pinggang atau disebut lumbal),
berbagai ligament, dan otot paravertebralis (garis yang membentang diantara
linea scapularis dan linea vertebralis). Konstruksi tersebut memungkinkan
fleksibilitas, sementara sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang
(Ningsih, 2009).
Manifestasi dari LBP biasanya klien mengeluh nyeri punggung akut maupun
kronis ( berlangsung lebih dari dua bulan tanpa perbaikan ) dan kelemahan,
nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, adanya spasme otot
paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan), hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal, dan dapat
ditemukan deformitas tulang belakang (Lemone, 2015).
Komplikasi LBP yaitu Depresi ( Pada pasien low back pain memiliki
kecenderungan mengalami depresi sehingga akan berdampak pada gangguan
pola tidur, pola makan, dan aktivitas sehari-hari klien. Apabila depresi yang
dialami pasien berlangsung lama akan dapat menghambat waktu pemulihan
low back pain). Selain itu, low back pain dapat mengakibatkan lemahnya
otot (Lemahnya otot akibat hanya berdiam dalam 1 posisi). Low back pain
dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah pada vesika urinaria
sehingga pasien dengan low back pain akan menderita inkontinensia.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Farmakoterapi (Ningsih,2009)
a. Analgetik narkotik, digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan
otot, dan penenang digunakan untuk membuat pasien relaks dan otot
yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri, contohnya
morfolin, heroin.
b. Obat anti inflamasi dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) berguna
untuk mengurangi nyeri, contohnya Aspirin 750-1500 mg diberikan 4x
sehari, Natrium Dyclofenak 50 mg diberikan 2x1 hari.
c. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons insflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis, yang terjadi akibat gangguan
iskemia.
d. Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS, transcutaneous electrical
nerve stimulation) adalah modalitas peredaan nyeri dan klien yang
dapat dibawa kemana-mana tanpa obat dan bedah syaraf.
8
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut (Ningsih, 2009) meliputi :
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
2. Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine.
3. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat.
9
4. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori).
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri
menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
7. Pemeriksaan diagnosik menurut (Marlene, 2015) meliputi:
a. Sinar X verterbra: memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi infeksi,
osteoartritis atau skoliosis
b. Computed Tomography (CT) scan: untuk mengetahui penyakit yang
mendasar, seperti adanya lesi jaringan untuk tersembunyi di sekitar
kolumna vetebralis dan masalah diskus intervetetabralis
c. Ultrasonografi (USG): membantu mendiagnosis penyempitan kanalis
spinalis
d. Magneting Resonance Imaging (MRI): visualisasi sifat dan lokasi
potologi tulang belakang
e. Mileogram dan diskogram: visualisasi sinar untuk diskus yang
mengalami degenerasi
f. Venogram Epidural: mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlibatkan adanya pergeseran vena epidural
g. Elektromiogram (EMG) dan pemeriksaan hantaran saraf:
mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang belakang (radikulopati)
10
F. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama menurut
(Nurarif, 2015) yaitu:
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan agen cedera fisik : kompresi
saraf,spasme otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan
leher, ketidak mampuan berjalan, perubahan tonus otot.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot,
kerusakan neuromuskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan,
keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,
ditandai dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk
memenuhi harapan peran.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan belajar berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang
mengingat ditandai dengan mengungkapkan masalah, dengan pernyataan
salah konsepsi.
G. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik : kompresi saraf,spasme
otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan leher, ketidak
mampuan berjalan, perubahan tonus otot.
Tujuan: klien mengalami berkurang atau hilangnya nyeri
Kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan), Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri, Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri), Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
11
Intervensi:
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
f. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien
12
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
g. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,persepsi
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Budiono, 2015).
2. Tahap-tahap dalam pelaksanaan tindakan keperawatan antara lain sebagai
berikut :
a. Tahap Persiapan
1) Review rencana tindakan keperawatan
2) Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Antisipasi komplikasi yang akan timbul
4) Mempersiapkan peralatan (waktu, tenaga, alat)
14
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. ( Budiono, 2015)
Macam-macam evaluasi :
1. Evaluasi proses (formatif), evaluasi yang dilakukan setelah tindakan,
berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif), evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi, dan
kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn.A usia 71 tahun, masuk ke Rumah Sakit Pelni Jakarta pada tanggal 05
Januari 2019 di ruang Kenanga dengan diagnosa medis Low back pain
dengan nomor register 713814 Klien sudah menikah, agama Islam, suku
bangsa Minang, pendidikan terahir SD, Tidak bekerja, bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Indonesia, beralamat Lubuah Sampik Jorog
Pandang Tongga Kel.Mangopuh Kab.Agam Sumatra Barat. Sumber
biaya JKN-BPJS. Sumber informasi didapat dari klien.
2. Resume
Tn.A datang ke IGD Rumah Sakit Pelni Jakarta pada tanggal 05 Januari
2019 Pukul 11.00 WIB diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada
bagian tulang belakang ( Pinggang, pinggul), badan terasa lemas,
sebelumnya klien pernah masuk RS 2 minggu yang lalu dengan keluhan
yang sama dan sudah dilakukan pemeriksaan radiologi ( kesan:
spondylosis lumbal), hasil pemeriksaan TTV adalah TD: 100/60 mmHg,
N: 70 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,9o C, Skala nyeri: 3, Dengan
masalah utama nyeri .Di igd klien dilakukan pemasangan infus dengan
Nacl 0,9% 20 tetes/menit, dan diberikan posisi yang nyaman yaitu
dengan meninggikan kepala 30o, kemudian pada pukul 19.00 WIB klien
dipindahkan ke ruang kenanga RS Pelni Jakarta dengan menggunakan
brankar , dan dikenanga klien dilakukan anamnase yaitu kesadaran
composmetis, ada nyeri pada daerah punggung bawah dengan skala nyeri
3, badan klien terasa lemas. Diberikan posisi yang nyaman sesuai
kebutuhan klien dan dianjurkan untuk melakukan tarik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri, Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin 11,2g/dl
[13,5-18],
16
17
leukosit 9,20 10^3/ul [5-10], limfosit 23% [20-30], trombosit 288 10^3/ul
[150-450], hematokrit 34,4% [38-54], eritrosit 4,45 juta/ul [4,5-5,5],
MCH 25,1 Pg [27-31], MCV 77,2 FL [82-92], MCHC 32,4 g/dl [32-36],
ureum 18 mg/dl [19-44], creatinine 0,8 mg/dl [0,7-1,2] eGFR 95ml/detik
[60-90], Natrium 145mmol [ 134-146], kalium 36 mmol/l, klorida 105
mmol/l [96-108]. Pada tanggal 06 januari 2019 klien diberikan obat
melalui oral : Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 18.00 WIB. Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 18.00 WIB. Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 18.00 WIB. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul
06.00, 12.00, 18.00 WIB. Dan dilakukan pemeriksaan TTV tiap 4 jam
pukul 06.00,11.00,16.00,21.00 WIB. Dan pada tanggal 07 Januari 2019
pukul 06.30 klien masih mengeluh nyeri pada tulang belakang
(pinggang,pinggul), lemas, klien mengatakan cemas terhadap
penyakitnya karna klien takut dioprasi, dan aktivitas klien masih sedikit
dibantu oleh keluarganya ( contohnya ketika klien ingin kekamar mandi).
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh nyeri tulang belakang yaitu punggung dan pinggang,
badan terasa lemas. Factor pencetus karena klien pernah jatuh dari
motor sejak 2 tahun yang lalu, timbul keluhannya secara bertahap
sudah 2 bulan yang lalu dan upaya mengatasinya yaitu dengan
berobat kerumah sakit.
Keterangan:
: Laki- laki : Garis keturunan
: Perempuan : Klien
: Tinggal Serumah
dengan keluarga dan orang lain baik. Hubungan sosial, orang yang
paling berarti dalam kehidupan klien yaitu istrinya klien ikut terlibat
dalam acara kemasyarakatan ketika klien belum sakit, dan klien
tidak mempunyai hambatan dengan masyarakat/kelompok.
Mekanisme koping terhadap stress dengan pemecahan masalah yaitu
dengan minum obat. Hal yang sangat dipikirkan saat ini kesembuhan
penyakitnya dan ingin segera pulang kampung. Harapan setelah
menjalani perawatan yaitu bisa melakukan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit yaitu klien
menjadi lemas dan tidak bisa berdiri lama. Tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan dengan kesehatan. Aktivitas agama/kepercayaan yang
dilakukan yaitu sholat 5 waktu dan berdoa. Kondisi lingkungan
rumah klien, klien bertempat tinggal diperumahan padat penduduk
dan cukup bersih.
4. Pengkajian Fisik
Dari hasil pengkajian fisik tanggal 07 Januari 2019, pukul 10.00 WIB di
dapatkan data sebagai berikut : Berat badan sebelum sakit 65 kg, berat
badan saat ini 65 kg, tinggi badan 165 cm, keadaan umum sedang, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening.
Sistem syaraf pusat, klien mengeluh nyeri pada bagian tulang belakang
(punggung,pinggang) dengan PQRST ( P =Jatuh dari motor, Q = seperti
tertusuk, R= Vertebra lumbalis, S= 3, T= bertahap). Tingkat kesadaran
composmentis, glasgow coma scale E : 4, M : 6, V : 5, tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK. Tidak ada gangguan sistem syaraf. Pemeriksaan
reflek, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.
Sistem endokrin tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Nafas tidak berbau
keton, tidak ada poliuri, polidipsi, polifagi, tidak ada luka ganggren.
Sistem urogenital, balance cairan intake 1200 ml, output 1650 ml,
perubahan pola kemih tidak ada, buang air kecil warna kuning jernih,
tidak terpasang kateter, tidak ada distensi/ketegangan kandung kemih,
keluhan sakit pinggang ada.
21
5555 5555
5555 5555
5. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 05/01/2019 : : hemoglobin
11,2g/dl [13,5-18], leukosit 9,20 10^3/ul [5-10], limfosit 23% [20-30],
trombosit 288 10^3/ul [150-450], hematokrit 34,4% [38-54], eritrosit
4,45 juta/ul [4,5-5,5], MCH 25,1 Pg [27-31], MCV 77,2 FL [82-92],
MCHC 32,4 g/dl [32-36], ureum 18 mg/dl [19-44], creatinine 0,8 mg/dl
[0,7-1,2] eGFR 95ml/detik [60-90], Natrium 145mmol [ 134-146],
kalium 36 mmol/l , klorida 105 mmol/l [96-108].
Terapi Parenteral:
infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit
7. Data Fokus
Data subyektif :
klien mengatakan nyeri pada tulang belakang pinggang dan punggung
sudah 2 bulan yang lalu bila berjalan tidak bisa lama karena klien merasa
nyeri, klien mengeluh badannya lemas, klien mengatakan aktivitasnya
dibantu oleh keluarganya misalnya pada saat klien ke kamar mandi, klien
mengatakan cemas terhadap penyakitnya karena klien takut dioprasi,
klien mengatakan nafsu makan baik, pengkajian PQRST ( P= Jatuh dari
motor, Q= nyerinya pada tahap sedang, R= tulang belakang, S=3, T=
bertahap).
Data obyektif :
keadaan composmetis, GCS 15 ( E= 4, M=6, V=5 ), tekanan darah
100/60 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi 87 x/menit, suhu 36,9OC,
skala nyeri = 3, ekspresi wajah klien tampak meringis ketika nyeri,
tampak lemas aktivitas perlu dibantu, klien tampak cemas, Resiko jatuh:
tinggi , klien tampak tidak bisa berdiri lama karena penyakitnya takut
kambuh / nyerinya kambuh.
8. Analisa Data
PQRST ( P= Jatuh
dari motor, Q=
nyerinya pada tahap
sedang, R= tulang
belakang, S=3, T=
bertahap).
DO: keadaan
composmetis, GCS
15 ( E= 4, M=6, V=5
), tekanan darah
100/60 mmHg,
pernafasan 20
x/menit, nadi 87
x/menit, suhu 36,9o
C, skala nyeri = 3
DO : klien tampak
lemas Resiko jatuh:
tinggi , klien tampak
tidak bisa berdiri
lama karena
penyakitnya takut
kambuh / nyerinya
kambuh.
24
DO : tekanan darah
100/60 mmHg,
pernafasan 20
x/menit, nadi 87
x/menit, suhu 36,9o
C skala nyeri 3
ekspresi wajah
terlihat tegang dan
cemas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB
b. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
c. Ajarkan dan anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi
d. Anjurkan pasien mengurangi aktivitas saat nyeri muncul
Kolaborasi
a. pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 WIB. Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui
oral pukul 06.00,18.00 WIB. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui
oral pukul 06.00,12.00,18.00 WIB.
Pelaksanaan Keperawatan:
Tanggal 07 Januari 2019
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 108/64
mmHg, nadi 74x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,9o C, skala
nyeri 2 . pukul 07.00 memberikan obat pagi Natrium Dyclofenak 50 mg,
Eperisone Hcl 50 mg, Mecobalamin 500 mg, Alpentin 100 mg, dengan
hasil klien meminumnya. Pukul 07.30 mengkaji keadaan umum klien,
dengan hasil klien mengeluh nyeri didaerah tulang belakang. Pukul 09.00
menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi (nafas dalam) untuk
26
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
S : klien mengatakan masih nyeri pada daerah punggung dengan
skala nyeri 1
O : TTV, hasil tekanan darah 134/77mmHg, nadi 118x/menit,
pernafasan 18x/menit, suhu 37,1o C, skala nyeri 1, ekspresi wajah
terlihat tegang
A : masalah teratasi sebagian, tujuan blum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan
27
Data objektif : klien tampak lemas Resiko jatuh: tinggi , klien tampak
tidak bisa berdiri lama karena penyakitnya takut kambuh / nyerinya
kambuh.
Rencana Tindakan :
a. Observasi kemampuan melakukan aktivitas
b. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB
c. Bantu pasien melakukan aktivitas seperti berjalan kekamar mandi
d. Lakukan mobilisasi secara bertahap
e. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk dilakukan fisioterapi setiap 1
minggu.
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
108/64mmHg, nadi 74x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,9o C, skala
nyeri 2. Pukul 07.30 mengkaji keadaan umum klien, dengan hasil klien
mengeluh lemas, dan aktivitas masi dibantu. Pukul 10.00 mengobservasi
TTV, dengan hasil tekanan darah 100/60mmHg, nadi 87x/menit,
pernafasan 20x/menit,skala nyeri 2. Pukul 15.00 mengobservasi TTV,
dengan hasil tekanan darah 134/77mmHg, nadi 118x/menit, pernafasan
18x/menit, suhu 37,1o C, skala nyeri 2. Pukul 22.00 mengobservasi TTV,
dengan hasil tekanan darah 140/86 mmHg, nadi 118x/menit, pernafasan
18x/menit, suhu 36,8o C, skala nyeri 1.
29
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
S :Klien mengatakan sudah sedikit-sedikit melakukan aktivitas
mandiri , sudah bisa duduk dan makan tanpa bantuan
O : Klien masih terlihat lemas, berdiri masih tidak bisa lama karna
takut nyeri, Resiko jatuh sedang.
A :masalah teratasi sebagian, Tujuan belum tercapai
P : intervensi dilanjutkan
a. Observasi kemampuan melakukan aktivitas
b. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul
06.00,11.00,16.00,21.00 WIB
c. Lakukan mobilisasi secara bertahap
d. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untuk dilakukan
fisioterapi setiap 1 minggu
Kriteria Hasil :
a. pasien mengatakan cemas hilang
b. pasien dan keluarga kooperatif
c. mampu tidur/isirahat cukup
d. TTV dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul 06.00,11.00,16.00,21.00
WIB
b. Berikan lingkungan nyaman dan aman
c. Anjurkan dan beri kesempatan keluarga memberikan dukungan
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah
108/64mmHg, nadi 74x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 36,9o C, skala
nyeri 2. Pukul 07.30 mengkaji keadaan umum klien, dengan hasil klien
mengatakan cemas terhadap penyakitnya, karna takut dioprasi. Pukul
10.00 mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 100/60mmHg,
nadi 87x/menit, pernafasan 20x/menit,skala nyeri 2. Pukul 15.00
mengobservasi TTV, dengan hasil tekanan darah 134/77mmHg, nadi
118x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 37,1o C, skala nyeri 2. Pukul
31
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 07 Januari 2019
S :Klien mengatakan sudah tidak begitu cemas karena nyerinya
berkurang
O : ekspresi wajah tanpa rileks, TTV ( TD 134/77 mmHg, N 118
x/menit, N 118 x/menit, RR 18 x/menit, S 37,1oC
A :Masalah teratasi sebagian, Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
a. Observasi TTV setiap 4 jam mulai pukul
06.00,11.00,16.00,21.00 WIB
b.Berikan lingkungan nyaman dan aman
Bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus yang
penulis dapatkan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.A
dengan Low Back Pain di Ruang kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta selama
2 hari perawatan di mulai dari tanggal 7 Januari 2019 sampai tanggal 8
Januari 2019 melalui asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penyebab LBP disebabkan karna klien pernah jatuh
dari motor 2 tahun yang lalu, sedangkan pada teori sama dengan pada kasus
yaitu karna masalah muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas.
Manifestasi klinis yang terdapat pada teori dan kasus Sudah sesuai yaitu
Nyeri punggung sudah 2 bulan yang lalu dan badan merasa lemas.
Pada pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori dan kasus yaitu
Pemeriksaan Radiologi/ Sinar X ( kesan spondylosis lumbal). Sedangkan
pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus yaitu
pemeriksaan CT scan, USG, MRI, Miliogram dan diskogram, Venogram
Epidural, dan Elektromiogram (EMG). tidak dilakukan pemeriksaan pada
kasus karena tidak di indikasikan oleh dokter dan pemeriksaan yang
dilakukan pada kasus sudah cukup menunjang diagnosa.
Penatalaksanaan medis dengan farmakoterapi, yang ada pada teori dan kasus
yaitu diberikan obat antiinflamasi yaitu Natrium Dyclofenak 2x50 mg
diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB. Sedangakan yang ada pada
32
33
teori tetapi tidak ada pada kasus adalah golongan obat analgetik narkotik,
Kortikostiroid jangka pendek, tidak diberikan karena tidak diindikasikan oleh
dokter. Sedangkan farmakoterapi yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada
teori yaitu golongan obat gapentin karena klien mengalami nyeri yang
diakibatkan oleh kerusakan syaraf tulang belakang, golongan obat relaksan
otot untuk meredakan sakit dan ketegangan otot, dan vit b12 untuk
memproduksi sel darah merah. Pada Non farmakoterapi secara teori dan
kasus sama yaitu Melakukan tirah baring, menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi, Memposisikan klien dengan posisi yang nyaman yaitu dengan
meninggikan kepala 30o , Menghindari mengangkat benda berat dan berdiri
lama. Sedangkan non farmakoterapi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada
kasus Kompres dingin (es) dan hangat , karena klien tidak ada bengkak dan
luka.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori ada 4 diagnosa keperawatan, sedangkan
pada kasus ditemukan 3 Diagnosa Keperawatan. Diagnosa yang sesuai antara
teori dan kasus ada 3 yaitu, Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik,
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri, dan Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Sedangkan diagnosa yang
ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus ada 1 yaitu Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak diangkat diagnosa terebut
karna klien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya dan sebelumnya
klien pernah dirawat .
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan, diagnosa prioritas yaitu Nyeri berhubungan dengan
agen cedera fisik. Tujuan dan kriteria hasil antara teori dan kasus sudah
sesuai. Tujuannya Setelah dilakukan asuhan keperawtan selama 2x24 jam
dihapkan nyeri teratasi, dengan kriteria hasil nyeri berkurang atau hilang,
dapat istirahat dengan nyaman, ekspresi wajah rileks dan TTV dalam batas
normal. Perencanaan yang ada pada teori dan kasus sudah sesuai yaitu
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk (lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi), Observasi
reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan, Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri, Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau,
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa Iampau, Kurangi faktor presipitasi nyeri, Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal) , Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, Ajarkan
tentang teknik non farmakologi , Kolaborasi untuk pemberian obat Natrium
Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 . Eperisone
Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 Mecobalamin 2x500
mg diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00. Alpentin 3x100 mg diberikan
melalui oral pukul 06.00,12.00,18.00.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada pelaksanaan diagnosa prioritas adalah Nyeri berhubungan dengan agen
cedera fisik, Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pelaksanaan
yang dilakukan sudah sesuai dengan perencanaan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan dan
melakukan evaluasi akhir, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada perencanaan sesuai diagnosa keperawatan. Dari 3
diagnosa yang ditemukan, 1 diagnosa keperawatan sudah tercapai, dan 2
diagnosa keperawatan yang belum tercapai. Diagnosa keperawatan yang
tercapai yaitu Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dibuktikan
klien sudah mengatakan cemas terhadap penyakitnya, tekanan darah sudah
36
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan yang penulis lakukan penyebab LBP disebabkan
karna klien pernah jatuh dari motor 2 tahun yang lalu. Manifestasi klinik yang
ditemukan yaitu Nyeri daerah punggung sudah 2 bulan dan lemas.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan adalah Pemeriksaan Radiologi/ Sinar
X ( kesan spondylosis lumbal). Penatalaksanaan farmakoterapi yang
diberikan yaitu obat antiinflamasi yaitu Natrium Dyclofenak 2x50 mg
diberikan melalui oral pukul 06.00,18.00 WIB. Penatalaksanaan non
farmakoterapi yang diberikan yaitu Melakukan tirah baring, menggunakan
teknik relaksasi dan distraksi, Memposisikan klien dengan posisi yang
nyaman yaitu dengan meninggikan kepala 30o , Menghindari mengangkat
benda berat dan berdiri lama.
37
38
mempengaruhi respon nyeri, evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa Iampau, kurangi faktor
presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal) , kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi ,ajarkan tentang teknik non farmakologi , kolaborasi
untuk pemberian obat Natrium Dyclofenak 2x50 mg diberikan melalui oral
pukul 06.00,18.00 . Eperisone Hcl 2x50 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00 Mecobalamin 2x500 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,18.00. Alpentin 3x100 mg diberikan melalui oral pukul
06.00,12.00,18.00.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu klien yang kooperatif dengan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan
39
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran :
1. Penulis dan perawat dapat lebih meningkatkan kerjasama yang baik
dalam melakukan pemeriksaan penunjang kepada pasien
2. Penulis harus membuat rencana keperawatan yang perlu dilanjutkan
dengan keluarga pasien sesuai dengan rencana yang telah dibuat karna
terbatasnya waktu melakukan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Syuhada, AD., Suwondo, A., & Setyaningsih, Y. (2018). Faktor Risiko Low
Back Pain pada Pekerja Pemtik The di Perkebunan Teh Ciater
Kabupaten Subang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 13 (1).
40
41