Anda di halaman 1dari 11

ANALISA INTERVENSI PEMBERIAN INHALASI DENGAN POSISI SEMI

FOWLER DALAM UPAYA PENGELUARAN SPUTUM PADA PASIEN


PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK DI RUMAH SAKIT PELNI
JAKARTA

Debbie Hyang Bayulestari1, Isnayati2 , Tini Wartini3


Jurusan Akademi Keperawatan Pelni Jakarta
Email : debbiehyangbayu@gmail.com

Abstrak
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan adanya hambatan pada
aliran udara di saluran napas yang disebabkan oleh penyakit emfisema, bronchitis kronis, dan asma. Sputum merupakan
suatu bahan yang dibatukkan dari paru dan dikeluarkan melalui mulut. Pemberian inhalasi adalah pemberian obat
aerosol yang dilakukan dengan cara dihirup ke dalam saluran napas sehingga dapat mengatasi bronkospasme,
mengencerkan sputum, serta menurunkan hiperaktivitas bronkus. Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk
dimana bagian kepala ditinggikan 45–60 derajat sehingga dapat meningkatkan rasa nyaman serta bmengurangi
kerusakan membrane alveolus. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian inhalasi
dengan posisi semi fowler terhadap pengeluaran sputum pada pasien penyakit paru obstruksi kronik di Ruang Rawat
Inap RS PELNI Jakarta. Jenis penelitian ini deskriptif dengan mengambil; 2 responden. Metode pengumpulan data
dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi dari jurnal maupun buku. Hasil dari penelitian nyeri pada pasien
PPOK sebelum dilakukan pemberian inhalasi dengan posisi semi fowler pada pasien PPOK sebelum dilakukan inhalasi
dengan posisi semi fowler pada subjek I sputum jumlah sebanyak 20 cc, konsistensi kental, warna kuning, sputum tidak
berbau, jenis napas spontanh, suara napas ronkhi dan wheezing pada kedua dada di interkosta 5-6, RR : 24 x/mnt,
sedangkan pada subjek II sputum jumlah 10 cc, warna putih, konsistensi kental , sputum tidak berbau, jenis napas
spontan, suara napas ronkhi pada interkosta 4-5 anterior dan posterior kiri. Setelah diberikan inhalasi dengan posisi
semi fowler selama 3 kali sehari dalam 3 hari kedua responden mengatakan sesak berkurang, dahak lebih mudah keluar,
dada terasa nyaman setelah dilakukan inhalasi dengan posisi semi fowler.

Kata Kunci : inhalasi, ppok, sputum, semi fowler

Abstract
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic pulmonary disease characterized by an obstacle in the air
flow in the airways caused by emphysema, chronic bronchitis, and asthma. Sputum is a material that is coughed from
the lungs and removed by mouth. Administration of inhalation is the administration of aerosol drugs which are carried
out by inhaling into the airways so that it can overcome bronchospasm, thin the sputum, and reduce bronchial
hyperactivity. The semi-fowler position is a half-seated position where the head is elevated 45-60 degrees so as to
increase comfort and reduce damage to the alveolar membrane. This research was conducted with the aim of knowing
the effect of inhalation with a semi-fowler position on sputum release in patients with chronic obstructive pulmonary
disease in the Inpatient Room of PELNI Jakarta Hospital. This type of research is descriptive by taking; 2 respondents.
Data collection methods with interviews, observation and documentation studies from journals and books. The results
of the study of pain in COPD patients before being given inhalation with a semi-fowler position in COPD patients
before inhalation with a semi-fowler position on subjects I sputum as much as 20 cc, thick consistency, yellow color,
odorless sputum, spontaneous breathing, breath sounds ronkhi and wheezing on both chests at intercostal 5-6, RR: 24 x
/ min, whereas in subject II sputum the amount is 10 cc, white color, thick consistency, sputum odorless, spontaneous
breathing type, ronkhi breath sounds at 4-5 intercostal anterior and posterior left. After being given inhalation in a semi-
fowler position 3 times a day within 3 days, the two respondents said that the tightness was reduced, the sputum was
easier to come out, the chest felt comfortable after being inhaled with a semi-fowler position.

Keyword : inhalation, copd, sputum, semi-fowler


Pendahuluan Disease,2015). Pada tahun 2013, di Amerika
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) Serikat PPOK penyebab kematian ketiga, dan
adalah keadaan progresif lambat yang lebih dari 11 juta orang telah didiagnosis
ditandai dengan pembatasan aliran udara yang dengan PPOK (American Lung
irreversibel (Celli & Macnee, 2004). Penyakit Associaton,2015). Secara umum diperkirakan
Paru Obstruktif Kronis adalah penyakit umum jumlah penderita PPOK sedang hingga berat
yang dapat dicegah dan diobati, ditandai di negara – negara Asia Pasifik mencapai 56,6
dengan aliran udara yang persisten yang juta penderita dengan angka prevalensi 6,3%.
biasanya progresif dan berasosiasi dengan Angka prevalensi bagi masing-masing negara
meningkatnya respon inflamasi kronis pada berkisar 3,5-6,7%, antara lain China dengan
saluran pernapasan dan paru-paru karena gas angka kasus mencapai 38,160 juta jiwa,
atau partikel berbahaya (GOLD, 2015). Jepang 5,014 juta orang dan Vietnam 2,068
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) juta penderita (WHO, 2012).
adalah penyebab kematian global yang paling
Angka kejadian PPOK di Indonesia cukup
umum keempat. Prevalensinya diperkirakan
tinggi dengan menggambil beberapa sempel
akan meningkat, dan akan menghasilkan
di daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat
substansial beban sosial dan ekonomi
4,0%, Jawa Tengah 3,4%, DI Yogyakarta
(Laurent, et al, 2010).
3,1%, Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,6%. Hasil
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) wawancara pada peserta umur kurang lebih
ditandai dengan adanya hambatan pada aliran 30 tahun berdasarkan gejala. Dalam kasus
udara di saluran napas yang bersifat progresif PPOK laki-laki cenderung lebih tinggi di
nonreversible dan reversible parsial. PPOK banding perempuan dan lebih tinggi pedesaan
terdiri dari bronkitis dan emfisema atau di banding perkotaan (Kemenkes, 2013).
gabungan dari keduanya (Perhimpunan
Penelitian menggunakan data Riskesdas 2013
Dokter Paru Indonesia, 2011). PPOK lebih
dengan sampel seluruh anggota rumah tangga
sering menyerang laki-laki dan sering terjadi
yang berusia kurang dari 30 tahun.yaitu
pada satu keluarga. Tempat berkerja di
sejumlah responden. Variabel yang dianalisis
lingkungan yang tercemar asap kimia atau
adalah PPOK, jenis kelamin, usia, kebiasaan
debu dapat meningkatkan terjadinya PPOK.
merokok saat ini, perokok berat, perokok
Tetapi pengaruh kebiasaan merokok lebih
pasif, dan mantan perokok. Analisis
lagi, dimana sekitar 10-15% perokok
menggunakan legresi logistic untuk melihat
menderita PPOK (Iskandar Junaidi, 2010).
perbedaan dan kekuatan hubungan kebiasaan
Prevalensi kejadian PPOK didunia rata-rata merokok dan keterpanjangan asap rokok
berkisar 3-11% (Global Intitiative for Lung dengan riwayat pernah didiagnosa PPOK.
Hasil penelitian menunjukkan risiko PPOK bronkospasme dan melonggarkan saluran
lebih tinggi pada kelompok perokok setiap napas (Yuliana dan Agustina, 2016)
hari (termasuk mantan perokok setiap hari)
Terapi inhalasi masih menjadi pilihan utama
dengan Odds Ratio 3,73 keterpanan asap
pemberian obat yang bekerja langsung pada
rokok pada populasi yang tidak merokok
saluran napas terutama pada kasus asma dan
(termasuk perokok pasif) mempunyai
PPOK (FK UNHAS, 2015). Keuntungan
hubungan yang bermakna terhadap kejadian
utama pada terapi inhalasi bahwa obat
PPOK, dengan nilai Odds Ratio sebesar 1,69.
dihantarkan langsung ke dalam saluran
Perburukan pada PPOK dapat disebabkan pernapasan masuk ke paru-paru, kemudian
oleh infeksi mukosa trakheobronkial, menghasilkan konsentrasi lokal yang lebih
terutama virus Streptococcus Pneumonie, tinggi dengan risiko yang jauh lebih rendah
Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis. terhadap efek samping sistemik yang
Hal ini menyebabkan timbulnya gejala ditimbulkan (GINA, 2008). Selain itu
bertambahnya sesak napas, terkadang disertai pemberian terapi inhalasi cukup efektif untuk
dengan wheezing, mengatasi sesak napas (Yuliana &Agustina,
2016)
peningkatan frekuensi batuk disertai dengan
sputum dan sputum menjadi purulent dan Selain dengan terapi inhalasi, pemberian
berubah warna (Aziz dan Soegondo, 2006). posisi semi fowler juga sangat efektif untuk
menormalkan ekspansi paru,
Salah satu penatalaksanaan farmakologi
mempertahankan kenyamanan bagi pasien
PPOK menurut Perhimpunan Dokter Paru
sesak napas, serta membantu pengeluaran
Indonesia 2003 yaitu dengan Bronkodilator.
sputum. Posisi semi- fowler adalah posisi
Terapi brokodilator dapat di berikan melalui
setengah duduk atau dimana duduk dengan
inhalasi ataupiun oral. Terapi inhalasi adalah
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau di
pemberian obat yang dilakukan secara
tinggikan 45 dan posisi ini dilakukan dengan
hirupan/inhalasi dalam bentuk aerosol ke
tujuan untuk mempertahankan kenyamanan
dalam saluran napas. Brokodilator diberikan
dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien
dalam upaya pencegahan serta mengurangi
(Musrifatul Uliyah dan Aziz, 2008).
gejala yang timbul pada PPOK yaitu dapat
mengatasi sesak, mengurangi sekresi lendir. Penelitian yang dilakukan oleh Angela dalam
Bronkodilator inhalasi berkerja lebih lama, Safitri dan Andriyani (2008) mengatakan
efektif, dan lebih cepat. Terapi inhalasi bahwa, saat sesak napas klien tidak dapat
dengan obat bronkodilator berfungsi tidur dengan posisi berbaring, tetapi harus
mengecerkan sputum, pencegahan dengan posisi duduk atau setengah duduk
untuk meringankan penyempitan jalan napas yang bersifat mengumpulkan data,
dan pemenuhan O2 dalam darah. Sedangkan menganalisis data dan menarik kesimpulan
menurut penelitian Supadi, dkk (2008), data. Dalam penelitian ini peneliti mengukur
menyatakan bahwa posisi semi fowler dapat pengeluaran sputum pada pasien PPOK
meningkatkan oksigen dalam paru-paru sebelum diberi intervensi pemberian inhalasi
sehingga dapat mempermudah dalam dengan posisi semi fowler diobservasi
bernapas, selain itu posisi semi fowler dapat kembali setelah diberikan intervensi
mengurangi kerusakan alveolus akibat pemberian inhalasi dengan posisi semi fowler.
penumpukan cairan.
Kriteria inklusi sample dalam penelitian ini
Pemberian terapi inhalasi juga dapat diberikan
adalah (1) pasien dengan diagnosa PPOK
dengan posisi fowler. Hal tersebut dibuktikan
yang di rawat inap di Rumah Sakit Pelni
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arlin
Jakarta, (2) pasien yang bersedia untuk
Ridhania (2016), bahwa pemberian terapi
menjadi responden, (3) pasien dengan secret
inhalasi dengan posisi semi fowler
kental dan menumpuk, (4) rentang usia >40
menunjukan frekuensi pernapasan menjadi
tahun, (5) pasien yang mendapatkan terapi
lebih baik, irama pernapasan menjadi lebih
inhalasi menggunakan alat nebulizer dengan
teratur dan bunyi napas menjadi vasikuler.
obat bronkodilator, (6) respirasi >20x/menit,
Berdasarakan penjelasan diatas, penulis ingin (7) tidak menderita penyakit lain yang
mengetahui bagaimana efeketivitas pemberian mengakibatkan gangguan posisi semi fowler.
inhalasi dengan posisi semi fowler dalam
upaya pengeluaran sputum pada pasien
PPOK. Hasil Penelitian
Kondisi Klien Sebelum diberikan
Intervensi
Tujuan Penelitian
1. Subjek 1
Mengetahui pengaruh Pemberian Inhalasi
Setelah dilakukan wawancara dan
dengan Posisi Semi Fowler dalam Upaya
pemeriksaan fisik pada Subjek I
Pengeluaran Sputum pada Pasien PPOK di
didapatkan hasil kesadaran
Rumah Sakit Pelni Jakarta
komposmentis, memiliki tinggi 163 cm,
berat badan 54 kg. Subjek I mengatakan
Metode Penelitian sesak, batuk, dan batuknnya berdahak
Karya tulis ilmiah ini penulis susun sejak 1 bulan, upaya mengatasi hanya
menggunakan metode deskriptif dengan beristirahat saja dirumah dan tidak pergi
pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah
berobat ke dokter, klien mempunyai penyakit sebelumnya diabetes mellitus
riwayat merokok sejak muda namun tipe 2 sejak 2 tahun. Tidak ada alergi obat
sudah berhenti pada bulan januari 2018, atau makanan, Keluhan yang dirasakan
klien tidak memiliki riwayat penyakit sekarang sesak, dada terasa tidak
sebelumnya, klien tidak pernah di rawat nyaman, batuk berdahak kental, mual,
di rumah sakit, tidak ada alergi pada obat lemas. Tanda – tanda vital : TD : 107/57
maupun makanan. Keluhan yang mmHg, N : 93 x/mnt, suhu : 38.1 C, RR :
dirasakan saat ini sesak, dada terasa 23 x/mnt, SPO2 : 98%, GCS: 15,
sedikit berat, dan lemas, Tanda – tanda terpasang O2 nasal kanul 3 l/menit,
vital : TD : 95/52 mmHg, N: 65 x/mnt, pernapasan sesak, batuk produktif dahak
RR: 24 x/mnt, suhu : 36.7 C, GCS 15, putih seropurulent, bentuk dada barrel
terpasang NRM 15 l/menit, pernapasan chest , tidak ada purse lips breathing,
sesak, batuk produktif, sputum berwarna menggunakan otot bantu napas, ada
kuning seropurulent, dada berbentuk pelebaran sela iga, perkusi dada
barrel chest, tidak ditemukan purse lips hipersonor, suara napas ronkhi pada
breathing, pasien menggunakan otot interkosta 4-5 di dada sebelah kiri.
bantu napas, ditemukan pelebaran sela
iga, perkusi dada hipersonor, terdapat Kondisi Klien Setelah diberikan Intervensi
suara ronki dan wheezing di interkosta 5- 1. Subjek 1
6 di sebalah kanan dan kiri. Setelah dilakukan intervensi pada hari
ketiga sebelum dilakukan inhalasi dengan
2. Subjek 2 posisis semi fowler, sesak berkurang,
Setelah dilakukan wawancara dan dada terasa nyaman, dahak klien
pemeriksaan fisik pada subjek II mengatakan sputum mudah dikeluarkan,
didapatkan hasil keadaran komposmentis, RR 21 x/menit, sputum putih encer,
memili tinggi badan 166 cm, berat badan jumlah 140 cc, tidak berbau, jenis napas
50kg. Subjek II mengatakan sesak dan spontan, suara napas vasikuler masih
batuk berdahak sudah 3 minggu, upaya terdengar ronkhi namun halus pada
mengatasi hanya beristirahat di rumah anterior di interkosta 5-6 wheezing
tidak pergi berobat, klien mengatakan hanya terdengan sekali, RR 20 x/menit.
pernah mengkonsumsi obat OAT namun 2. Subjek 2
sudah tuntas, klien juga memiliki riwayat Setelah dilakukan intervensi pada hari
merokok sejak muda namun sudah ketiga sebelum diberikan tindakan
berhenti 2 tahun yang lalu, riwayat inhalasi dengan posisi semi fowler sesak
sudah tidak ada, dada terasa nyaman, RR gejala. Selain dengan pemberian obat, posisi
21 x/menit setelah diberikan tindakan semi fowler juga dapat meningkatkan rasa
inhalasi dengan posisi semi fowler RR 20 nyaman serta meningkatkan dorongan pada
x/menit, sputum 50 cc, putih encer, tidak otot diagfragma sehingga ekspansi dada dan
berbau, jenis napas spontan, suara napas ventilasi paru meningkat.
vasikuler namun masih terdengan sedikit
ronkhi halus di inetrkosta 4-5 anterior,
saat pemberian inhalasi dengan posisi Kesimpulan
semi fowler terakhir sputum sudah tidak
Pada pasien PPOK yang terjadi penumpukan
ada.
sputum, diberikan pemberian inhalasi dengan
posisi semi fowler dalam upaya pengeluaran
Pembahasan
sputum. Terjadi perubahan pengeluaran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
sputum sebelum dan sesudah pemberian
menunjukan bahwa responden memiliki
inahlasi dengan posisi semi fowler.
riwayat merokok aktif. Sesuai dengan teori
diatas bahwa merokok merupakan salah satu Dari terapi inhalasi dengan posisi semi fowler
faktor resiko seseorang menderita PPOK di dapatkan hasil peningkatkan pengularan
(Iskandar Junaidi, 2010). Teori tersebut sesuai sputum pada pasien PPOK. Tingkat
dengan hasil penelitian yang menunjukan keberhasilan pemberian intervensi juga
bahwa merokok sangat bepengaruh terhadap dipengaruhi oleh kondisi pasien, penyakit
terjadinya penyakit PPOK. penyerta, lama waktu klien dirawat di rumah
sakit, serta pemberian antibiotik.
Berdasarkan usia Subjek I berusia 63 tahun
sedangkan pada Subjek II berusia 60 tahun.
Saran
Pada hasil Subjek I pengeluaran sputum lebih
1. Bagi Tenaga Kesehatan
signifikan dan lebih banyak dibandingkan
Diharapkan dapan selalu berkoordinasi
dengan Subjek II.
dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan tindakan keperawatan agar
pemberian terapi dalam upaya mengeluaran
dapat lebih maksimal, khususnya dalam
sputum dapat dilakukan dengan pemberian
memberikan inhalasi dengan posisi semi
terapi inhalasi dengan obat bronkodilator
fowler.
yang berperan untuk merelaksasikan otot pasa
bronkus, menghilangkan obstruksi dengan
membuka jalan napas sehingga meredakan
2. Bagian Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan Diharapkan penelitian ini dapat selalu
referensi bagi intitusi pendidikan tentang diterapkan sehingga dapat mempercepat
penerapan pemberian inhalasi dengan proses perbaikan kondisi pasien selama di
posisi semi fowler terhadap pengeluaran rawat di rumah sakit
sputum pada pasien PPOK.
3. Bagi Penulis
Sebaiknya peneliti sebelum melakukan
penelitian lebih banyak lagi mencari
referensi tentang inhalasi dengan posisi
semi fowler.
4. Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Daftar Pustaka Hurst, M. 2014. Keperawatan


Alimul Aziz, H. 2008. Pengantar Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Konsep Dasar Keperawatan.
Junaidi, I. 2010. Penyakit Paru dan
Edisi 2. Jakarta: Salemba
Saluran napas. Jakarta: BPI
Medika

Mosby. 2002. Kamus Saku


Alsagaff, H, dkk. 1995. Dasar-dasar
Kedokteran, Keperawatan, &
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Kesehatan. Edisi 4. Jakarta:
Airlangga University Press
EGC
Berman, Snyder, Kozier, Erb. 2009.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne
Buku Ajar Keperawatan Klinis.
Griffin. 2005. Buku Ajar
Edisi 5. Jakarta: EGC
Fundamental Keperawatan:
Black, J & Hawks, J. 2009. konsep, proses, dan praktik.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Edisi 8. Jakarta: Salemba
Rosdahl, C & Kowalski, M. 2012.
Medika
Buku Ajar Keperawatan Dasar :
Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Higene Personal, Eliminasi,
Laboratorium Klinik. Jakarta: Pengumpulan Spesimen,
Dian Rakyat Aplikasi Panas & Dingin. Edisi
10. Jakarta: EGC
58

Rosdahl, C & Kowalski, M. 2012. Obstruksi Kronik (PPOK) di


Buku Ajar Keperawatan Dasar : Ruang Anggrek Bougenville
Farmakologi & Pemberian RSUD Pandan Arang. Karya
Medikasi. Edisi 10. Jakarta: Tulis Ilmiah. Surakarta diambil
EGC pada tanggal 28 Mei 2018 pukul
23.21 WIB dari
Badan Penelitian dan Pengembangan
http://eprints.ums.ac.id
Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. 2013. Riset Aisyarani, D. 2016. Pemberian
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Nebulizer Dan Batuk Efektif
Jakarta : Kementrian Kesehatan Terhadap Status Pernapasan
Republik Indonesia. Pada Asuhan Keperawatan Tn.A
Dengan Chronic Obstruktive
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Pulmonaly Disease di Ruang
2011. Pedoman diagnosis dan
Anggrek 1 Rumah Sakit Dr.
penatalaksanaan di Indonesia
Moewardi Surakarta. Karya
penyakit paru obstruksi kronik.
Tulis Ilmiah. Surakarta diambil
Diambil pada tanggal 23 Mei
pada tanggal 23 April 2018
2018 pukul 21.29 WIB dari
pukul 18.43 WIB dari
http://www.klikpdpi.com
http://digilib.stikeskusumahusad
Djaharuddin, I, dkk. 2015. a.ac.id
Keterampilan klinis terapi
Febriani, K. 2017. Pengaruh
inhalasi nebulisasi . Makasar:
Pemberian Posisi Semi Fowler
Fakultas Kedokteran Universitas
Terhadap Perubahan Derajat
Hasanuddin diambil pada
Sesak Napas Pada Pasien
tanggal 23 Mei 2018 pukul
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
21.39 WIB dari
(PPOK) di Rsud Dr.H.Moch
https://med.unhas.ac.id
Ansati Saleh Banjarmasin.
Rahmadi, Y. 2015. Asuhan Skripsi. Banjarmasin diambil
Keperawatan pada Tn. W pada tanggal 24 Mei 2018 pukul
dengan Gangguan Sistem 21.41 dari http://idr-
Pernapasan : Penyakit Paru library.umbjm.ac.id
59

Febraska, A,I. 2014. Pemberian Fikkar, R. 2015. Asuhan


Posisi Semi Fowler Terhadap keperawatan pada klien tn.a
Penurunan Sesak Napas Pada dengan obstruksi paru kronis di
Asuhan Keperawatan Tn.A rumah sakit pmi. Karya Tulis
Dengan Penyakit Paru Ilmiah. Jakarta diambil pada
Obstruktif Kronik (PPOK) di tanggal 24 Mei 2018 pukul
Bangsal Mawar 1 Rsud 20.45 WIB dari
Karaganyar. Karya Tulis Ilmiah. http://akkesaskep.blogspot.co.id
Surakarta diambil pada tanggal
Julia, J. 2015. Pemberian Obat
14 April 2018 pukul 19.31 WIB
Inhalasi, (Online),(
dari
http://juliajulie23.blogspot.com ,
http://digilib.stikeskusumahusad
diakses pada tanggal 28 Mei
a.ac.id
2018
Ridhania, A. 2016. Efektifitas
Saraswati. 2015. Memberikan Posisi
Inhalasi Dengan Pemberian
pada Pasien, (Online),
Posisi Semi Fowler Dan Batuk
(https://saraswatiniken.wordpres
Efektif Terhadap Pengeluaran
s.com, diakses pada tanggal 28
Sputum Dan Bersihan Jalan
Mei 2018)
Napas Pada Pasien Tb Paru ii
Rsup Persahabatan Jakarta. Briyudistira. 2014. Jenis-Jenis
Skripsi. Jakarta diambil pada Pemberian Posisi pada Pasien,
tanggal 10 April 2018 pukul (Online),
16.24 WIB dari https://briyudistira.wordpress.co
https://www.slideshare.net m, diakses pada tanggal 28 Mei
2018
57

Anda mungkin juga menyukai