Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

PROBIOTIK DAN PREBIOTIK: EFEK PADA DIARE

Oleh :
Fitroh Anisah

G99141048/ D-7

Puji Rahmawati

G99141049/ D-8

Pembimbing :
Prof. Dr. B. Soebagyo, dr., Sp. A (K)

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

PROBIOTIK DAN PREBIOTIK: EFEK PADA DIARE


Abstrak:
Probiotik memiliki efek preventif dan kuratif pada beberapa jenis diare dengan
etiologi yang berbeda. Pencegahan dan pengobatan diare pada beberapa probiotik
telah berhasil diteliti untuk membuat bahan probiotik dan mendapatkan sertifikat
kesehatan (penggunaan makanan probiotik sebagai obat untuk penyakit
gastrointestinal sendiri mungkin belum dilegalkan oleh badan hukum lembaga
makanan saat ini). Mikroorganisme probiotik lainnya (misalnya, Lactobacillus
rhamnosus GG, L. reuteri, strain tertentu dari L. casei, L. acidophilus,
Escherichia coli strain Nissle tahun 1917 dan bifidobacteria tertentu serta
enterococci (Enterococcus faecium SF68) serta probiotik ragi Saccharomyces
boulardii telah diteliti untuk penggunaan pengobatan, baik sebagai strain tunggal
atau dalam probiotik campuran. Efek pada manusia telah dinilai terutama dalam
jumlah sampel acak lebih kecil (n, 100) dengan studi klinis terkontrol atau
percobaan terbuka, tetapi studi intervensi dan investigasi epidemiologi tentang
efek probiotik jangka panjang sebagian besar hilang. Mungkin dengan
pengecualian diare nosokomial atau diare terkait antibiotik, hasil penelitian ini
belum cukup untuk memberikan rekomendasi khusus untuk penggunaan klinis
probiotik dalam pengobatan diare.
Diare dapat diartikan sebagai peningkatan cairan atau penurunan
konsistensi tinja yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan frekuensi
pengeluaran tinja dan peningkatan berat tinja. Definisi diare menurut WHO yaitu
pengeluaran tinja dengan konsistensi cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam 24 jam
atau selama 2 hari berturut-turut. Berdasarkan mekanismenya, terdapat beberapa
jenis diare yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Jenis diare dan terapi


Diare
Jenis diare
Diare osmotik

Karakteristik
Kekurangan absorpsi bahan yang bersifat osmotik
aktif

Diare sekretorik

di

dalam

saluran

pencernaan

(contoh:

malabsorpsi laktosa pada defisiensi laktosa)


Sebagian besar enteritis akibat virus dan bakteri
diikuti dengan peningkatan sekresi atau penurunan

Diare inflamasi
Diare terkait motilitas
Jenis terapi
Hanya rehidrasi
Pengobatan simptomatis

absorpsi ion ke dalam saluran pencernaan


Biasanya diikuti dengan eksudasi protein dan darah
Diare dengan peningkatan motilitas gastrointestinal
Hanya penggantian kehilangan cairan
Dengan menggunakan agen anti sekretorik (contoh:
loperamide, inhibitor enkephalinase) atau mencegah

Pengobatan kausatif

penurunan konsistensi tinja (contoh: argile, serat)


Dengan menggunakan cholestyramine, antibiotik,
anti inflamasi saluran pencernaan, probiotik?

Pengobatan diare dengan menggunakan bakteri hidup atau yang sudah


kering untuk mengembalikan mikroflora normal di saluran pencernaan yang
terganggu sudah ada sejak lama. Penelitian sebelumnya tentang keberhasilan
penggunaan Enterococcus faecium/faecalis, strain dari E. Coli, atau penggunaan
mikroflora saluran pencernaan yang telah diisolasi dari pasien sendiri sebagian
besar adalah laporan kasus atau studi terbuka, bukan penelitian yang
didokumentasikan dengan baik, dengan randomisasi, double-blind, atau studi
klinis terkontrol. Tetapi dalam 2 dekade terakhir, telah banyak penelitian tentang
mikroorganisme probiotik dengan studi in vitro, eksperimen dengan hewan
percobaan, atau studi klinis, hal ini menempatkan bacteriotherapy menjadi lebih
rasional.
Probiotik sebagai pencegahan dan pengobatan diare
Penggunaan mikroorganisme probiotik untuk pencegahan atau pengobatan
gangguan pencernaan merupakan ukuran yang jelas dan mungkin penggunaan

probiotik yang paling umum karena sebagian besar efek kesehatan yang
ditimbulkan berhubungan langsung atau tidak langsung (diperantarai oleh sistem
kekebalan tubuh) dengan sistem pencernaan. Mekanisme dan efektivitas efek
probiotik bergantung pada interaksi dengan mikroflora spesifik pada host atau sel
imunokompeten dari mukosa usus. Usus (atau sistem limfoid terkait, GALT)
adalah organ dengan imunologis terbesar yang kompeten dalam tubuh,
perkembangan optimen dari sistem kekebalan tubuh setelah lahir tergantung pada
perkembangan dan komposisi mikroflora dan juga sebaliknya.
Mekanisme untuk memberikan efek pada mikroflora usus yaitu dengan
menurunkan pH usus, produksi zat bakterisida seperti asam organik (laktat, asetat,
asam butirat), H2O2 dan bacteriocines, aglutinasi dari mikroorganisme patogen,
perlekatan pada permukaan sel mukosa, dan kompetisi substrat yang dapat
difermentasi atau reseptor, penguatan barrier mukosa usus, pelepasan metabolit
pelindung usus (arginin, glutamin, asam lemak rantai pendek, asam linoleat
terkonjugasi), pengikatan dan metabolisme metabolit beracun, mekanisme
imunologi, pengaturan motilitas usus dan produksi lendir.
Penanganan diare dan gangguan gastrointestinal lainnya pada intoleransi
laktosa
Efek terhadap kesehatan yang paling diteliti secara menyeluruh dari
produk fermentasi susu adalah peningkatan pencernaan laktosa dan menghindari
gejala intoleransi laktosa pada malabsorbsi laktosa, dimana pada orang dengan
aktivitas laktosa yang lebih rendah akan membelah enzim b-galaktosidase di usus
kecil. Efek ini didasarkan terutama pada fakta bahwa produk fermentasi susu
dengan bakteri hidup mengandung mikroba b-galaktosidase yang bertahan dari
pencernaan lambung dan dilepaskan dalam usus halus untuk membantu proses
hidrolisis laktosa.
Namun, berdasarkan definisi probiotik, hal ini bukan efek spesifik dari
probiotik karena tidak tergantung pada kelangsungan hidup bakteri di usus halus.
Yoghurt biasanya lebih efektif dan perlu diketahui bahwa hipolaktasi primer atau

adult type hypolactasia (penyebab malabsorbsi laktosa) bukan merupakan


penyakit tetapi merupakan suatu keadaan fisiologis. Banyak bakteri probiotik
menunjukkan adanya aktivitas b-galaktosidase yang lebih rendah atau resistensi
yang tinggi terhadap asam dan garam empedu, tidak melepaskan enzim dalam
usus kecil.
Kesimpulannya, probiotik tidak lebih baik daripada yoghurt dalam
membantu pencernaan laktosa pada malabsorbsi laktosa. Belum ada bukti yang
menunjukkan keberhasilan penanganan diare dan gangguan gastrointestinal
lainnya pada intoleransi laktosa.
Penanganan dan pencegahan diare akut yang disebabkan infeksi virus atau
bakteri
Perlindungan oleh bakteri probiotik dan ragi dengan efek imunostimulan
atau penanganan gejala dan pemendekan fase infeksi akut adalah beberapa efek
probiotik yang telah diteliti dan dibuktikan dalam studi klinis yang memenuhi
persyaratan ilmiah. Efek menguntungkan seperti penurunan frekuensi infeksi,
pemendekan durasi, penurunan rotavirus atau peningkatan respon imun lokal dan
sistemik, dan peningkatan produksi antibodi spesifik rotavirus telah dibuktikan
terdapat pada sejumlah makanan probiotik seperti Lactobacillus rhamnosus GG,
L. casei Shirota, L. reuteri, L. acidophilus spec., Bifidobacterium animalis ssp.
lactis BB-12, dan lain-lain) dan probiotik non-pangan (E. coli, Enterococcus
faecium SF68, Saccharomyces boulardii).
Pencegahan infeksi diare pada anak dan orang dewasa yang sehat
Beberapa penelitian menunjukkan efek positif dalam penanganan dan
pencegahan infeksi diare pada populasi bayi dan anak sehat. Anak-anak biasanya
sangat responsif terhadap probiotik disebabkan sistem imunnya yang belum
sempurna dan mikroflora usus yang berbeda dengan orang dewasa. Anak dengan
malnutrisi lebih berisiko terkena infeksi gastrointestinal dan infeksi saluran napas,
dimana akan mengurangi konsumsi produk susu probiotik atau suplemen susu
formula yang mengandung bakteri probiotik.

Penelitian penggunaan L. Rhamnosus GG pada anak malnutrisi berusia 624 bulan di Peru menunjukkan penurunan insidensi diare yang signifikan
dibanding anak yang diberikan plasebo. Penelitian lain di Perancis terhadap anak
berusia 18 bulan-6 tahun yang diberikan probiotik yang mengandung L.casei
menunjukkan pemendekan durasi diare dari 8 hari menjadi 4 hari, lebih pendek
daripada anak yang diberikan susu tanpa fermentasi yaitu dari 8 hari menjadi 5
hari. Penelitian lain yang dilakukan terhadap orang dewasa berusia 20-65 tahun
menunjukkan pemberian produk susu yang difermentasi yang mengandung L.
Rhamnosus GG, CRL438, LA5, BB12 dan S. thermophilus menunjukkan
penurunan keparahan dan frekuensi gangguan gastrointestinal.
Kesimpulannya, beberapa strain probiotik telah terbukti efektif dalam
penurunan risiko infeksi diare akut pada anak (-57%), dewasa (-26%), travellers
diarrhea (-8%), dan diare akut dengan penyebab lain (-34%). Semua
mikroorganisme yang digunakan pada percobaan (Saccharomyces boulardii, L.
Rhamnosus GG, L. acidophilus, L. delbru ckii ssp. bulgaricus, dan strain lainnya)
menunjukkan efek yang serupa, baik digunakan secara tunggal atau kombinasi.
Pengobatan infeksi diare menggunakan probiotik
Strain L. rhamnosus telah dipublikasikan hanya efektif pada pengobatan
diare yang disebabkan oleh rotavirus pada anak-anak dan tidak efektif pada diare
dengan etiologi yang lain. Pada penelitian lain pada bayi, L. rhamnosus juga tidak
efektif pada infeksi nosokomial yang disebabkan rotavirus dan pada diare dengan
dehidrasi berat. Dapat disimpulkan bahwa efektifitas terapi mikroorganisme
probiotik tidak tepat digunakan pada diare dengan infeksi berat karena probiotik
menunjukkan efek terapi yang terlalu lambat.
Hal ini sesuai dengan studi terbaru yang menyebutkan bahwa efek terapi
probiotik pada anak dengan diare akut bersifat 1) moderat, 2) hanya strain tertentu
(LGG, L. Reuteri, B. Lactis Bb12, 3) tergantung dosis, 4) lebih efektif jika
probiotik diberikan pada awal episode diare akut, dan 5) efektif hanya untuk diare
yang bersifat watery dan gastroenteritis viral, tidak efektif pada diare invasif yang
disebabkan bakteri.

Kesimpulannya, efek beberapa produk probiotik (terutama LGG) untuk


pencegahan dan penanganan infeksi rotavirus pada anak telah berhasil dibuktikan.
Probiotik tidak efektif dalam melawan patogen pada orang dewasa dan pada diare
dengan dehidrasi berat. Oleh karena itu, hasil dari beberapa penelitian belum
menyebutkan secara spesifik untuk merekomendasikan penggunaan probiotik
secara klinis. Selain itu, belum ada probiotik profilaksis yang disarankan untuk
travelers diarrhea disebabkan keberagaman tujuan perjalanan dan patogen
spesifik yang menjadi penyebab diare.
Penanganan atau pencegahan diare akibat pengobatan antibiotik
Gangguan atau kerusakan pada mikroflora normal akibat pengobatan
antibiotik yang diikuti dengan pertumbuhan bakteri patogen sering kali
menyebabkan diare dan gejala yang timbul berhubungan dengan produksi toksin.
Diare terkait antibiotik (AAD/Antibiotic associated diarrhea) merupakan masalah
klinis yang sering terjadi pada 25-30% pasien dengan 25% kasus disebabkan oleh
C. difficile.
Pencegahan dan pengobatan AAD adalah sebuah model yang sering
digunakan untuk menguji efektivitas / potensi makanan probiotik dan pembenaran
dari pernyataan kesehatan. Sangat penting untuk menguji penggunaan
mikroorganisme probiotik selektif (LGG, Bb12, SF68, S. boulardii, strain L.
reuteri dan L. acidophilus) dan multipel strain probiotik (Lactinex) untuk
mengurangi penggunaan antibiotik guna mencegah atau mengobati efek samping
yang tidak diinginkan (diare, infeksi atau relaps C. difficile). Penggunaan LGG,
Saccharomyces boulardii dan strain probiotik lain sebelum dan selama
pengobatan antibiotik dapat mengurangi frekuensi dan / atau durasi episode dan
keparahan gejala pada banyak kasus, tapi tidak selalu efektif.
Penanggulangan patogen lambung Helicobacter pylori menggunakan
clarithromycin, amoxicillin, dan omeprazol (tripel terapi) merupakan terapi yang
cukup ringan dan mampu mengatasi diare pada 10-20% kasus. Pemberian
S.boulardii selama penanganan H. pylori mampu mengurangi AAD dari 6.9%
hingga 11.5% pasien. Pemberian susu fermentasi yang mengandung 107-108

B.animalis ssp.lactis dan L.acidophilus setiap hari selama 4 minggu sebelum dan
selama terapi penanganan H. pylori secara signifikan mampu mengurangi episode
diare bila dibandingkan dengan grup plasebo (7 vs 22% subyek). Selain itu,
penggunaan probiotik juga secara signifikan mengurangi jumlah kasus relaps
setelah terapi infeksi C. difficile teratasi.
Beberapa literatur lain juga menyebutkan keberhasilan L. rhamnosus GG
dan probiotik strain campuran dalam mencegah dan menangani AAD pada anak
dan dewasa tetapi tidak pada terapi infeksi C. difficile karena pada diare terkait
infeksi C. difficile, lebih efektif dicegah dan diterapi oleh S. boulardii.
Kesimpulannya, terdapat potensi besar probiotik dalam mencegah
terjadinya AAD. Dapat juga diberikan tripel terapi pada penanganan H. pylori,
sedangkan S. boulardii efektif sebagai terapi tambahan pada diare terkait C.
difficile.
Diare pada pasien dengan feeding tube
Diare merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan
feeding tube. Meskipun pemberian S. boulardii dapat mengurangi frekuensi diare
pada pasien dengan feeding tube (20% pada plasebo dan 14% pada grup terapi),
namun preparat strain campuran L. acidophilus dan L. delbruckii ssp. bulgaricus
tidak memiliki efek pada frekuensi dan insidensi diare pada pasien dengan feeding
tube.
Sebagai kesimpulan, belum ada bukti yang cukup dari penelitian klinis
yang merekomendasikan penggunaan probiotik untuk mencegah diare pada pasien
dengan feeding tube.
Diare pada pasien immunocompromised
Kemoterapi dan radioterapi sering menyebabkan gangguan pada sistem
imun dan mikroflora usus sehingga menyebabkan diare dan atau meningkatkan
jumlah sel jamur Candida albicans pada GIT dan organ lain. Efek samping ini
dapat diperbaiki oleh probiotik yang diberikan sebelum dan sesudah kemoterapi
dan radioterapi.

Penelitian mengenai keuntungan penggunaan probiotik secara teratur pada


pasien HIV sejauh ini belum dilakukan, tetapi telah dibuktikan bahwa probiotik
mampu ditoleransi dengan baik pada pasien HIV.
Sebagai kesimpulan, meskipun hasil beberapa penelitian menunjukkan
bahwa probiotik secara efektif dapat mencegah diare akibat radiasi, namun tidak
ada cukup bukti dari uji klinis untuk merekomendasikan penggunaan probiotik
sebagai profilaksis atau terapi pada subyek immunocompromised.
Penyakit radang usus (Inflammatory bowel diseases)
Meskipun penyebab pasti belum sepenuhnya dipahami, gangguan pada
mikroflora usus normal dan stimulasi mekanisme imunologi proinflamasi tampak
berperan penting dalam sejumlah penyakit inflamasi usus. Oleh karena itu,
berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
pasien dengan pemberian probiotik sebagai antiinflamasi dan terbukti berdampak
positif pada flora usus. Penelitian telah dilakukan pada efek probiotik non-pangan,
terutama strain nonpatogenik Escherichia coli.
Penelitian pada hewan percobaan memberikan petunjuk tentang potensi
penerapan Lactobacilli, Bifidobacteria, atau Lactococcus lactis untuk mencegah
atau mengobati colitis.
Pasien dengan penyakit radang usus (penyakit Crohn, kolitis ulseratif,
diverticulitis, necrotizing enterocolitis, atau pouchitis/peradangan dari kantong
ileum setelah kolektomi) juga menunjukkan respon positif terhadap probiotik
seperti LGG, E. coli, atau preparat kultur campuran yang mengandung 4 strain
Lactobacilli, 3 strain Bifidobacteria, dan Streptococcus thermophilus. Efek
menguntungkan tersebut ditunjukkan dengan penurunan ekspresi marker
inflamasi ex vivo, peningkatan respon imun, perbaikan fungsi barier usus,
pemeliharaan remisi, dan penurunan konsumsi obat. Dalam penelitian lain, LGG
dan probiotik lainnya gagal untuk menginduksi atau mempertahankan remisi dan
tidak memperpanjang waktu untuk relaps pada penyakit Crohn.
Kesimpulannya, berbagai penelitian menunjukkan potensi probiotik untuk
menginduksi atau mempertahankan remisi pada penyakit radang usus. Secara

khusus, preparat campuran strain Lactobacillus ditambah Bifidobacteria efektif


dalam kolitis ulceratif dan pouchitis.
Pertumbuhan bakteri usus halus
Keadaan tertentu seperti kurangnya produksi asam lambung (anacidity),
perpanjangan waktu transit gastrointestinal, reseksi dari usus halus, atau gagal
ginjal terminal, dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari strain
bakteri tunggal dalam usus halus dan meningkatkan konsentrasi asam D-laktat dan
metabolit beracun dari metabolisme protein bakteri. Hanya beberapa studi yang
melaporkan terjadinya penurunan frekuensi diare setelah pemberian L.acidophilus
dan L.casei untuk pasien dengan pertumbuhan bakteri usus halus yang berlebihan.
Kesimpulannya, beberapa uji klinis dilaporkan belum cukup untuk
merekomendasikan penggunaan probiotik dalam pengobatan pertumbuhan bakteri
usus halus.
Sindrom iritasi usus besar (Irritable bowel syndrome)
Iritasi kolon adalah gangguan fungsional dari usus besar tanpa adanya
kelainan biokimia atau struktural dan ditandai dengan nyeri perut intermiten dan
suksesi bolak-balik diare dan sembelit. Laporan tentang efek probiotik dalam
gangguan ini masih kontradiktif. Meskipun beberapa studi menunjukkan adanya
perbaikan disfungsi usus dan gejala lainnya pada pemberian 10 8 bakteri probiotik
B. infantis spec. beku-kering, tapi tidak pada setiap tingkat dosis lain. Penelitian
lain gagal untuk mengkonfirmasi efek signifikan pada frekuensi atau konsistensi
tinja, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan hasil yang
konklusif.
Kesimpulannya, karena sejumlah kecil pasien, miskin kepatuhan, dan
kekurangan metodologis lainnya, saat ini tidak ada cukup bukti dari uji klinis
untuk merekomendasikan penggunaan rutin strain probiotik tertentu dalam
pengobatan iritasi usus besar.
Efek positif probiotik

1.
2.
3.
4.
5.

Memodulasi mikroflora usus.


Mencegah dan / atau mengurangi durasi dan keluhan diare akibat rotavirus.
Mencegah atau menanggulangi diare terkait antibiotik.
Mengurangi keluhan yang disebabkan oleh intoleransi laktosa.
Efek menguntungkan pada mikroba abnormal, peradangan, dan keluhan
lainnya terkait dengan penyakit radang saluran pencernaan, infeksi

Helicobacter pylori, dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.


6. Mencegah dan menanggulangi keluhan tidak spesifik dan tidak teratur dari
saluran pencernaan pada subyek sehat.
7. Normalisasi konsistensi tinja pada subyek yang menderita iritasi kolon.
Pengaruh prebiotik
Prebiotik awalnya didefinisikan sebagai bahan makanan yang tidak
dicerna, yang menguntungkan host secara selektif dengan merangsang
pertumbuhan dan / atau aktivitas 1 atau sejumlah bakteri di usus besar, dan dengan
demikian meningkatkan kesehatan host. Kriteria ini terpenuhi hanya dengan
karbohidrat yang tercerna dan terfermentasi (inulin, laktulosa, dan oligosakarida
tertentu).
Prebiotik telah didefinisikan ulang sebagai bahan selektif fermentasi yang
memungkinkan perubahan spesifik, baik dalam komposisi dan / atau kegiatan
mikroflora di saluran cerna yang memberikan manfaat pada kesejahteraan dan
kesehatan host.
Menurut penulis, hanya 2 oligosakarida tercerna yang memenuhi kriteria
untuk klasifikasi prebiotik sampai saat ini, yaitu:
1) inulin dan inulin tipe fruktans, diproduksi oleh hidrolisis parsial inulin atau
sintetik dari monomer, dan
2) (trans) galaktooligosakarida.
Karakteristik utama dari prebiotik adalah perlawanan terhadap enzim
pencernaan dalam usus manusia tetapi fermentabilitas oleh kolon mikroflora, serta
efek bifidogenik dan penurunan pH. Dengan efek terakhir ini, prebiotik
menghambat strain tertentu yang berpotensi sebagai bakteri patogen, terutama
Clostridium, dan mencegah diare. Kombinasi simbiosis dari inulin ditambah
oligofruktosa, L. plantarum dan B. bifidum mampu meningkatkan pertumbuhan

10

bifidobacteria, tetapi menghambat strain patogen Campylobacter jejuni, E. coli,


dan Salmonella enteritidis, in vitro. Demikian pula, kombinasi trans
galaktooligosakarida ditambah bifidobacteria mampu melindungi tikus dari
infeksi mematikan Salmonella enterica serovar typhimurium. Sebuah simbiosis
yang terdiri dari probiotik strain L. paracasei dan oligofruktosa dapat
meningkatkan jumlah Lactobacillus spp., Bifidobacterium spp., jumlah anaerob,
dan total aerob dalam kotoran babi weanling bila dibandingkan dengan preparat
murni L. plantarum dan secara signifikan dapat menurunkan konsentrasi kotoran
dari Clostridium spp. dan Enterobacterium spp. jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Inulin dan oligofruktosa atau pengobatan prebiotik dengan
perkecambahan bahan makanan barley memiliki efek menguntungkan pada kolitis
eksperimental dan komposisi mikroflora usus tikus. Galaktooligosakarida, di sisi
lain, gagal menipiskan peradangan kolitis eksperimental pada tikus.
Meskipun terdapat hasil yang menjanjikan dari percobaan hewan, namun
tidak ada laporan penggunaan prebiotik sebagai pencegahan atau terapi pada
pasien dengan diare dan / atau penyakit inflamasi usus. Ini mungkin hasil dari
efek samping seperti gas, borborygmus, nyeri, atau diare, yang kadang-kadang
bisa diamati ketika dosis terapi prebiotik diberikan pada subyek yang sangat
sensitif, pasien IBS, atau dalam kasus dari maladaptasi flora usus.
Dalam AAD, efek bifidogenik dari prebiotik dapat ditekan dengan
antibiotik. Namun, ketika jumlah kecil (2 g/hari) dari oligofruktosa atau plasebo
(maltodekstrin) yang diberikan selama 4 minggu untuk 35 bayi sehat (usia 6-24
bulan), sejumlah besar bifidobacteria (NS) dan sejumlah kecil clostridia (P, 0,05)
ditemukan dalam tinja.
Dalam penelitian lain, efek prebiotik pada diare kurang jelas. Penggunaan
bersama dari 12 g/hari oligofruktosa selama terapi antibiotik dapat mengurangi
terjadinya kekambuhan dari keberhasilan pengobatan diare terkait C. difficile
sampai 8%, dibandingkan dengan 34% pasien kontrol (P, 0001), tetapi jumlah
yang sama dari oligofruktosa gagal melindungi subyek dewasa yang menerima
antibiotik spektrum luas pada AAD.

11

Dosis 10 g/hari oligofruktosa (diberikan 2 minggu sebelum dan selama


perjalanan 2-minggu) hanya cukup sukses dalam mencegah travelers diare,
mengurangi persentase subyek dengan serangan diare

sebanyak 11%

dibandingkan dengan 20% pada kelompok plasebo (P 0,08). Studi klinis lainnya
gagal menunjukkan secara signifikan penurunan diare pada IBS, diare infeksi
infantil, dan AAD pada anak-anak.
Kesimpulannya, meskipun terdapat efek positif inulin, oligofruktosa, dan
galaktooligosakarida pada mikroflora usus, dan meskipun terdapat beberapa hasil
yang menjanjikan pada percobaan hewan, tidak ada cukup bukti untuk
merekomendasikan prebiotik untuk pencegahan atau pengobatan diare.

12

Anda mungkin juga menyukai