Oleh :
Fitroh Anisah
G99141048/ D-7
Puji Rahmawati
G99141049/ D-8
Pembimbing :
Prof. Dr. B. Soebagyo, dr., Sp. A (K)
Karakteristik
Kekurangan absorpsi bahan yang bersifat osmotik
aktif
Diare sekretorik
di
dalam
saluran
pencernaan
(contoh:
Diare inflamasi
Diare terkait motilitas
Jenis terapi
Hanya rehidrasi
Pengobatan simptomatis
Pengobatan kausatif
probiotik yang paling umum karena sebagian besar efek kesehatan yang
ditimbulkan berhubungan langsung atau tidak langsung (diperantarai oleh sistem
kekebalan tubuh) dengan sistem pencernaan. Mekanisme dan efektivitas efek
probiotik bergantung pada interaksi dengan mikroflora spesifik pada host atau sel
imunokompeten dari mukosa usus. Usus (atau sistem limfoid terkait, GALT)
adalah organ dengan imunologis terbesar yang kompeten dalam tubuh,
perkembangan optimen dari sistem kekebalan tubuh setelah lahir tergantung pada
perkembangan dan komposisi mikroflora dan juga sebaliknya.
Mekanisme untuk memberikan efek pada mikroflora usus yaitu dengan
menurunkan pH usus, produksi zat bakterisida seperti asam organik (laktat, asetat,
asam butirat), H2O2 dan bacteriocines, aglutinasi dari mikroorganisme patogen,
perlekatan pada permukaan sel mukosa, dan kompetisi substrat yang dapat
difermentasi atau reseptor, penguatan barrier mukosa usus, pelepasan metabolit
pelindung usus (arginin, glutamin, asam lemak rantai pendek, asam linoleat
terkonjugasi), pengikatan dan metabolisme metabolit beracun, mekanisme
imunologi, pengaturan motilitas usus dan produksi lendir.
Penanganan diare dan gangguan gastrointestinal lainnya pada intoleransi
laktosa
Efek terhadap kesehatan yang paling diteliti secara menyeluruh dari
produk fermentasi susu adalah peningkatan pencernaan laktosa dan menghindari
gejala intoleransi laktosa pada malabsorbsi laktosa, dimana pada orang dengan
aktivitas laktosa yang lebih rendah akan membelah enzim b-galaktosidase di usus
kecil. Efek ini didasarkan terutama pada fakta bahwa produk fermentasi susu
dengan bakteri hidup mengandung mikroba b-galaktosidase yang bertahan dari
pencernaan lambung dan dilepaskan dalam usus halus untuk membantu proses
hidrolisis laktosa.
Namun, berdasarkan definisi probiotik, hal ini bukan efek spesifik dari
probiotik karena tidak tergantung pada kelangsungan hidup bakteri di usus halus.
Yoghurt biasanya lebih efektif dan perlu diketahui bahwa hipolaktasi primer atau
Penelitian penggunaan L. Rhamnosus GG pada anak malnutrisi berusia 624 bulan di Peru menunjukkan penurunan insidensi diare yang signifikan
dibanding anak yang diberikan plasebo. Penelitian lain di Perancis terhadap anak
berusia 18 bulan-6 tahun yang diberikan probiotik yang mengandung L.casei
menunjukkan pemendekan durasi diare dari 8 hari menjadi 4 hari, lebih pendek
daripada anak yang diberikan susu tanpa fermentasi yaitu dari 8 hari menjadi 5
hari. Penelitian lain yang dilakukan terhadap orang dewasa berusia 20-65 tahun
menunjukkan pemberian produk susu yang difermentasi yang mengandung L.
Rhamnosus GG, CRL438, LA5, BB12 dan S. thermophilus menunjukkan
penurunan keparahan dan frekuensi gangguan gastrointestinal.
Kesimpulannya, beberapa strain probiotik telah terbukti efektif dalam
penurunan risiko infeksi diare akut pada anak (-57%), dewasa (-26%), travellers
diarrhea (-8%), dan diare akut dengan penyebab lain (-34%). Semua
mikroorganisme yang digunakan pada percobaan (Saccharomyces boulardii, L.
Rhamnosus GG, L. acidophilus, L. delbru ckii ssp. bulgaricus, dan strain lainnya)
menunjukkan efek yang serupa, baik digunakan secara tunggal atau kombinasi.
Pengobatan infeksi diare menggunakan probiotik
Strain L. rhamnosus telah dipublikasikan hanya efektif pada pengobatan
diare yang disebabkan oleh rotavirus pada anak-anak dan tidak efektif pada diare
dengan etiologi yang lain. Pada penelitian lain pada bayi, L. rhamnosus juga tidak
efektif pada infeksi nosokomial yang disebabkan rotavirus dan pada diare dengan
dehidrasi berat. Dapat disimpulkan bahwa efektifitas terapi mikroorganisme
probiotik tidak tepat digunakan pada diare dengan infeksi berat karena probiotik
menunjukkan efek terapi yang terlalu lambat.
Hal ini sesuai dengan studi terbaru yang menyebutkan bahwa efek terapi
probiotik pada anak dengan diare akut bersifat 1) moderat, 2) hanya strain tertentu
(LGG, L. Reuteri, B. Lactis Bb12, 3) tergantung dosis, 4) lebih efektif jika
probiotik diberikan pada awal episode diare akut, dan 5) efektif hanya untuk diare
yang bersifat watery dan gastroenteritis viral, tidak efektif pada diare invasif yang
disebabkan bakteri.
B.animalis ssp.lactis dan L.acidophilus setiap hari selama 4 minggu sebelum dan
selama terapi penanganan H. pylori secara signifikan mampu mengurangi episode
diare bila dibandingkan dengan grup plasebo (7 vs 22% subyek). Selain itu,
penggunaan probiotik juga secara signifikan mengurangi jumlah kasus relaps
setelah terapi infeksi C. difficile teratasi.
Beberapa literatur lain juga menyebutkan keberhasilan L. rhamnosus GG
dan probiotik strain campuran dalam mencegah dan menangani AAD pada anak
dan dewasa tetapi tidak pada terapi infeksi C. difficile karena pada diare terkait
infeksi C. difficile, lebih efektif dicegah dan diterapi oleh S. boulardii.
Kesimpulannya, terdapat potensi besar probiotik dalam mencegah
terjadinya AAD. Dapat juga diberikan tripel terapi pada penanganan H. pylori,
sedangkan S. boulardii efektif sebagai terapi tambahan pada diare terkait C.
difficile.
Diare pada pasien dengan feeding tube
Diare merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan
feeding tube. Meskipun pemberian S. boulardii dapat mengurangi frekuensi diare
pada pasien dengan feeding tube (20% pada plasebo dan 14% pada grup terapi),
namun preparat strain campuran L. acidophilus dan L. delbruckii ssp. bulgaricus
tidak memiliki efek pada frekuensi dan insidensi diare pada pasien dengan feeding
tube.
Sebagai kesimpulan, belum ada bukti yang cukup dari penelitian klinis
yang merekomendasikan penggunaan probiotik untuk mencegah diare pada pasien
dengan feeding tube.
Diare pada pasien immunocompromised
Kemoterapi dan radioterapi sering menyebabkan gangguan pada sistem
imun dan mikroflora usus sehingga menyebabkan diare dan atau meningkatkan
jumlah sel jamur Candida albicans pada GIT dan organ lain. Efek samping ini
dapat diperbaiki oleh probiotik yang diberikan sebelum dan sesudah kemoterapi
dan radioterapi.
1.
2.
3.
4.
5.
10
11
sebanyak 11%
dibandingkan dengan 20% pada kelompok plasebo (P 0,08). Studi klinis lainnya
gagal menunjukkan secara signifikan penurunan diare pada IBS, diare infeksi
infantil, dan AAD pada anak-anak.
Kesimpulannya, meskipun terdapat efek positif inulin, oligofruktosa, dan
galaktooligosakarida pada mikroflora usus, dan meskipun terdapat beberapa hasil
yang menjanjikan pada percobaan hewan, tidak ada cukup bukti untuk
merekomendasikan prebiotik untuk pencegahan atau pengobatan diare.
12