Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KANKER OVARIUM

Dosen Pembimbing:

Dr. Irna Nursanti, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat


Disusun Oleh Kelompok 2 (4A):

Mihada Sukna (2018720025)

Muhammad Fairuz W (2018720026)

Sefa Aryanti (2018720041)

Shannaz Joviani (2018720042)

PROGRAM STUDI S1 REGULER

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sebagai satu
persyaratan kelulusan mata kuliah maternitas 2 diprogram sarjana FIK UMJ dengan berjudul “
Kanker Ovarium ”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari teman-
teman, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itukami menyampaikan
banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 17 Maret 2020

Kelompok 2

2
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................5

1.1 Latar Belakang.................................................................................5


1.2 Tujuan ....................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................7

2.1 Pengertian ....................................................................................7

2.2 Etiologi ....................................................................................7

2.3 Gambaran Klinis ............................................................................8

2.4 Klasifikasi Stadium..........................................................................9

2.5 Patofisiologi ..................................................................................10

2.6 Pathway ..................................................................................11

2.7 Penatalaksanaan.............................................................................12

2.8 Komplikasi ..................................................................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................14

3.1 Pengkajian ..................................................................................14

3.2 Diagnosa ..................................................................................15

3.3 Intervensi ..................................................................................15

BAB IV PENUTUP..................................................................................16

4.1 Kesimpulan ..................................................................................16

4.2 Saran ..................................................................................16


3 ii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................17

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh
kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya
didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi dini yang akurat. Sehingga
hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang dapat terdiagnosa pada stadium awal.
Kanker ovarium erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan
yang rendah atau intenfertilitas dan biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan
pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan
riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat
kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil
kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 - 60% (Aditya,
2009).
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab
kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal five-
years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan
yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi
sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua
golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada
masa reproduksi 2 kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini
diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma
ovarian jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplaasma ovarium borderline yang
penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,2% dari
seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka ketahanan
hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan kematian dapat
terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena neoplasma kelompok ini tetap
memiliki kemampuan metastasis ke organ–organ jauh diluar genitalia interna (Priyanto,
2007).
Berdasar data Departemen Kesehatan (Depkes,2001), di Indonesia terdapat 90-100
kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi 200.000 kasus
kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan pada waktu telah terjadi
anak sebar. Karena gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker

5
ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Lebih kurang setengah dari kasus kanker
indung telur ditemukan pada perempuan yang telah berusia lebih dari 60 tahun.

1.2 Tujuan
1. Untuk memahami Konsep Dasar ASKEP pada perempuan dengan Kanker
Ovarium dimulai dari definisi, etiologi, gambaran klinis, patofisiologis,
penatalaksanaan, komplikasi.
2. Mampu menyusun Askep (pengkajian sampai dengan perencanaan)
3. Mampu melakukan Analisis antara Konsep dengan Asuhan Keperawatan dan
menyusun dalam bentuk kesimpulan dan saran
4. Membuat daftar pustaka: medis, nursing, SDKI, SIDKI, buku penulisan Ilmiah.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.2 Pengertian Kanker Ovarium


Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada satu
atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu organ reproduksi
yang sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau
ovum, yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur
juga merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi perempuan, seperti hormon
estrogen dan progesteron.15 Kanker ovarium adalah kanker atau tumor ganas yang
berasal dari ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai semua umur.

2.3 Etiologi
Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel
ovarium. Sel tersebut menjadi abnormal, serta tumbuh dengan cepat dan tidak terkontrol.
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor
genetik.
a. Faktor lingkungan

Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker.
b.  Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,
menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan
tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko
dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT)
pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan
kematian akibat kanker ovarium

7
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi
telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila
terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker
ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker
ovarium.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
5. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

2.3 Gambaran Klinis


Pada stadium awal, kanker ovarium umumnya tidak menimbulkan tanda atau
manifestasi. Ketika manifestasi berkembang, seringkali samar dan ringan, seperti
perasaan mudah kenyang, perut kembung, urgensi dan/atau frekuensi urine, dan nyeri
panggul atau perut. Manifestasi lain mencakup keletihan, nyeri panggul, nyeri selama
senggama, konstipasi, dan perubahan menstruasi pada wanita sebelum menopause.
Perdarahan vagina tidak normal dapat terjadi bila endometrium dirangsang oleh tumor
penyekresi hormon atau bila tumor mengikis dinding vagina. Pembesaran vagina
dengan asites menandakan penyakit stadium lanjut.

8
2.4 Klasifikasi Stadium

Stadium Kanker Ovarium Kategori


Menurut FIGO

Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium


Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites yang
berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar,
kapsul utuh.
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intak.
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di
permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul
pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan
ke panggul.
IIa Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.
IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.
IIC Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan
asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau kelenjar
getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif

9
dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga metastasis ke
parenkim liver.

2.5 Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel-foliker praovulasi yang telak mengalami atresia ( degenerasi ).
Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarim utuh FSH dan SH tetapi tidak terjadi
ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara
kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan eksterogen oleh molikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan
terjadinya ovarium polikistik.
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen
dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebarab
awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda
spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis. Sering berkemih dan dysuria dan perubahan funsi gastrointestinial, seperti rasa penuh,
mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa permepuan dapat
terjadi pendarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan esterogen beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi.
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan
luteal diovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian psiologik.
Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak rupture atau pada
folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah
multiple dan timbul langsung dibawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil,
dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 – 5cm sehingga dapat diraba
masa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka,
tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atrofi sel
tersebut. Kadang- kadang kista ini pecah, menimbulkan pendarahan intraperitonum, dan gejala
abdomen akut.

10
2.6 Pathway

Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Histerektomi Cistoma ovari Pembesaran ovarium Rupture ovarium

Ooverektomi Resiko perdarahan


Kurang informasi

Gg perfusi jaringan
Luka operasi

Kurang
pengetahuan Pembatasan nutrisi Anestesi Resti injuri
Diskontiunitas
jaringan
Cemas Metabolisme ↓
Peristaltic usus ↓ Nervus vagus

Port d’entri nyeri


Hipolisis
Absorsi air Reflek menelan
dikolon
Resiko infeksi
Asam laktat

Resiko aspirasi
Komplikasi Resiko
Keletihan
perotonia konstipasi

Peritonitis Gg metabolisme

Self care defisit


Resiko Nyeri
perdarahan
11
2.7 Penatalaksaan
Pengobatan

Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu
dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi, radioterapi, dan
imunoterapi.
1. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
 Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya
 Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua
saluran tuba fallopii
 Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang
memanjang dari lambung ke alat-alat perut
2. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga
peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I
dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual kanker pada
rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang terbatas, kurang
dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
3. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik
menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin,
doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang bervariasi dari
27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi terapi sistematik dengan takson,
sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan atau
kemungkinan hidup.

2.8 Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah sebagai berikut:

1.   Asites: kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-


stuktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih
tumor mealui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2.   Efusi Pleura: dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
3.   Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

12
4.   Edema pada kaki
5.   Obstruksi usus
6.   Kakeksia berat

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah
massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang
mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum
dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan
mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa
yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar memenuhi
rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan
derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk
adanya keganasan.
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan
diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan
gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya
asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI
(magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan memberikan
gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan
tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA
125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam
penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan.
Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid

14
dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat
penyakit kanker ovarium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perubahan fungsi gastrointestinal
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
4. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
mengenai penyakit (kanker ovarium)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3.3Intervensi
1. Klien akan mengalami nyeri dan mengatakan keluhannya
2. Klien akan mengalami kembalinya fungsi urinary sebelumnya dan pola
eliminasi
3. Klien akan mengatakan bahwa dirinya tidak cemas karena perubahan status
kesehatan
4. Klien dapat mengaitkan pengetahuan paparan informasi penyakit ( kanker
ovarium )

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu
dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi.
Penderita kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya
metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker
ovarium saja yang dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium
erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang
rendah atau intenfertilitas dan biasanya terjadi pada wanita nullipara,
melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang
mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau
kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi
pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi. Pada
kanker ini terdapat klasifikasi stadium I – IV.

4.2 Saran
Untuk pembaca diharapkan dalam membaca makalah ini dapat lebih
tahu tentang pentingnya kebersihan daerah vagina agar tidak terjadi kanker
ovarium, sehingga pemahaman itu dapat diinformasikan kepada orang
awam dab dapat diaplikasikan untuk diri sendir dan lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M., 1993. Maternity Gynecologic Care : the nurse and the family. St
Louis, Missouri. Mosby-Year Book, Inc.
Martin.L dkk.2009. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi : Jakarta, EGC
Lemone, Priscilla dkk.2017.Buku Ajar Gangguan Reproduksi : Jakarta, EGC

17

Anda mungkin juga menyukai