Anda di halaman 1dari 15

Konsep penanganan

awal kegawat
daruratan maternal
neonatal
Reva Stevana ( 30719022 )
Definisi Kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak
diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,
 2011).
Kegawatdaruratan Maternal :
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan
sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam
keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip
Steer, 1999).

Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila


tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan
janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin
dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
Kegawatdaruratan Neonatal :

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang


membutuhkan evaluasi dan  manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤
usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa yang
bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff,
Brousseau, 2006).
Ruang Lingkup Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk
pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat RS di ruang
tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepatmeliputi
laparotomi dan sektio saesaria
4. Perawatan insentif ibu dan bayi
5. Pelayanan asuhan antenatal risiko tinggi
Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
1) Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya

2) Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus dilakukan dengan
penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat
dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan pengobatan, tetapi prosedur akan dilakukan
selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin.

3) Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah
dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat

4)    Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,  hak pasien untuk menolak pengobatan
yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.

5) Dukungan Keluarga (Family Support)


Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengupayakan
hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien,
peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan
sebagainya.
Prinsip Umum Penanganan Kegawatdaruratan

1. Pastikan jalan napas bebas


2. Pemberian oksigen
3. Pemberian cairan intravena
4. Pemberian transfusi darah
5. Pasang kateter kandung kemih
6. Pemberian antibiotika
7. Obat pengurang rasa nyeri
8. Penanganan masalah utama
9. Rujukan
Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan
1. Pendidikan dan mobilisasi komunitas
2. Pinjaman dana komunitas
3. Petugas kesehatan yang terampil dan terlatih
4. Alat transportasi
5. Ketersediaan obat, bahan, alat, dan perlengkapan, kamar operasi, dan
lain sebagainya di fasilitas kesehatan.
6. Lingkungan kerja yang kondusif serta kerjasama antara petugas yang
baik
7. Meningkatkan kualitas sistem penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal pada setiap fasilitas kesehatan/ pusat
pelayanan kesehatan
8. Komunikasi dan hubungan antara penolong kasus kegawatan pada
level komunitas dengan petugas di fasilitas yang lebih baik (tempat
rujukan)
KONSEP DAN
PRINSIP
PENYELAMATAN
BANTUAN HIDUP
DASAR
Definisi
Bantuan hidup dasar (basic life support). Adalah
suatu tindakan pada saat pasien ditemukan dalam
keadaan tiba-tiba tidak bergerak,tidak sadar atau
tidak bernafas, maka periksa respons pasien. Bila
pasien tidak meresponaktifkan sistem darurat dan
lakukan tindakan bantuan hidup dasar(W.Sudoyo
et al.,2015)
Tujuan
a.Mencegah berhentinya sirkulasi
atau berhentinya pernapasan
b.Memberikan bantuan eksternal
dan) ventilasi pada pasien yang
mengalamii henti jantung atau
henti nafas melalui resusitasi
jantung paru (Nur,2017
Indikasi Bantuan Hidup Dasar

a. Henti nafas
Henti nafas dapat disebabkan karena tenggelam,stroke,obstruksi
jalan nafas oleh benda asing, inhalasi asap, kelebihan dosis obat,
tekanan aliran listrik,trauma, koma

b. Henti Jantung
Henti jantung dapat mengakibatkan fibrilasi ventrikel, akhikardi
ventrikel,asistol..
Langkah-Langkah Bantuan
Hidup Dasar
Menurut AHA 2015 :
 Menganalisis keamanan . Memastikan keadaan aman baik bagi
penolong, korban maupun lingkungan sekitar atau dikenal
dengan istilah 3A ( amankan diri, amankan korban, amankan
lingkungan). Keamanan penolong harus diutamakan sebelum
melakukan pertolongan terhadap korban agar tidak menjadi
korban selanjutnya.
 Memeriksa respon korban . Pemeriksaan korban dapat
dilakukan dengan memberikan rangsangan verbal dan nyeri.
Rangsangan verbal dapat dilakukan dengan cara memanggil
korban sambil menepuk bahu, jika tidak ada respon
rangsangan nyeri dapat diberikan dengan cara melakukan
penekanan keras pada pangkal kuku atau penekanan dengan
menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang
sternum atau tulang dada.
Meminta bantuan. Jika korban tidak memberikan respon
terhadap rangsangan. Segera menvari bantuan dengan cara
meminta pertolongan orang sekitar.
Circulation. Dengan melakukan cek nadi dan kompresi dada.
Kompresi dada dapat dilakukan jika syaratnya terpenuhi
yaitu : tidak adanya nadi pada korban.
Airway Control. Dilakukan untuk membebaskan jalan napas
dari sumbatan.tindakan yang dapat dilakukan adalah healdt
Langkah-Langkah tilt chin lift(untuk pasien non trauma servikal) atau jaw thrust
(apabila korban dicurigai terkena cidera pada servikal)
Bantuan Hidup Dasar Breathing Support. Pemberian napas buatan harus cukup
untuk meningkatkn pengembangan dada. Bantuan napas
untuk korban henti napas tanpa henti jantung 10-12x/menit , 1
bantuan napas tiap 5-6 detik (untuk orang dewasa) dan untuk
korban anak-anak atau bayi 12-20x/menit , I bantuan napas
tiap 3-5 detik
Recovery position. Dilakukan jika pasien tidak sadarkan diri
setelah pernapasannya normal dan sirkulasi efektif. Posisi
korban harus stabil tanpa penekanan pada dada serta
kepala yang menggantung.
Thank
You..

Anda mungkin juga menyukai