Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

REFERAT

TUMOR PAYUDARA

Disusun Oleh:

Arian Risky Yafdas 203307020095

Ester Juanita Br Tampubolon 203307020039

Stephanie Renata Yosefa 203307020077

Dosen Pembimbing:
dr. Johannes Apul Simarmata, Sp.B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN


DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM UNIVERSITAS PRIMA
INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA MEDAN

2022
BAB 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan referat kami yang berjudul Invaginasi.
Kami juga berterimakasih kepada dr. Johannes Apul Simarmata, Sp.B, selaku
dokter pembimbing kami.
Kami sangat berharap referat ini dapat berguna bagi teman-teman sejawat
dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam referat in iterdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, dan saran demi perbaikan
referat yang telah kami buat.

Medan, 8 Juni 2022

Penyusun
BAB 1

LEMBAR PENILAIAN

Judul Referat : Tumor Payudara


Disusun Oleh :
1 Arian Risky Yafdas 203307020095
2 Ester Juanita Br Tampubolon 203307020039
3 Stephanie Renata Yosefa 203307020077
Nama Pembimbing : dr. Johannes Apul Simarmata, Sp.B
Pelaksanaan :
a Hari/Tanggal : Rabu, 8 Juni 2022
b Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
c Tempat : Ruang Serbaguna RS Royal Prima Ayahanda

Nilai :

Medan, 8 Juni 2022

dr. Johannes Apul Simarmata, Sp.B


BAB 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
LEMBAR PENILAIAN......................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7
2.1.1. Definisi Tumor Payudara.................................................................. 7
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Tumor Payudara........................................... 7
2.1.3. Epidemiologi Tumor Payudara......................................................... 10
2.1.4. Faktor Risiko..............………….….................................................. 11
2.1.5. Tumor Jinak Payudara....................................................................... 13
2.1.6. Kanker Payudara............................................................................... 15
2.1.7. Prosedur Diagnostik.......................................................................... 18
2.1.8. Tatalaksana........................................................................................ 23
2.1.9. Prognosis........................................................................................... 25
2.1.10. Komplikasi........................................................................................ 25
2.1.11. Pencegahan............................................................................................ 26

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 27

3.1 Kesimpulan............................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28
BAB 1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jaringan Payudara .................................................................... 8


Gambar 2.2. Aliran Limfe Payudara ............................................................ 9
Gambar 2.3 Klasifikasi TNM....................................................................... 20
Gambar 2.4 Stadium Kanker Payudara......................................................... 21
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak


terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal
yang tidak responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor
ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran mikroskopik
dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan
lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal
disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik
dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif dan
cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar. Sel-sel kanker juga dapat
bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen maupun limfogen.
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang
paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita di
seluruh dunia, terhitung 23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14%
(458.400) dari total kematian akibat kanker pada tahun 2008. 4 Global Health
Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun kanker payudara dianggap
penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58%
kematian terjadi di negara berkembang. Di Indonesia berdasarkan data Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia 16,85% dan
kanker leher rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat inap 11,78%.
WHO memperkirakan insidensi kanker payudara pada wanita akan
cenderung meningkat tiap tahunnya.
6

Banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya tumor payudara.


Diantaranya adalah usia, menstruasi di usia <12 tahun, menopause yang
terlambat pada usia >55 tahun, hamil anak pertama pada usia >35 tahun, tidak
pernah melahirkan, tidak menyusui, riwayat penggunaan kontrasepsi oral,
riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, konsumsi minuman
alkohol dan seringnya terkena radiasi sinar-X pada bagian dada, serta adanya
perubahan gen yang berhubungan dengan kanker payudara gen BRCA-1 atau
gen BRCA-2
Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi
banyak wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala.
Pemeriksaan SADARI (periksa payudara sendiri), pemeriksaan klinis dokter,
pemeriksaan radiologi (mammografi ataupun ultrasonografi), maupun biopsi
tanpa pembedahan merupakan deteksi dini untuk kanker payudara.

1.1 Tujuan
Setelah membaca referat ini, diharapkan panitra klinik mampu mengenal
gejala intususepsi serta memberikan penatalaksanaan yang tepat baik terapi
pendahuluan maupun rujukan pada pasien sehingga dapat berperan menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas ketika terjun ke masyarakat sebagai dokter.
7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Tumor Payudara

Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak


terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal
yang tidak responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan
tumor ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran
mikroskopik dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan
progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan
normal disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan
karakteristik dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhan
progresif dan cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar Sel-sel
kanker juga dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen
maupun limfogen.
Sel-sel kanker dapat menjadi massa yang besar untuk dapat
menjadi displasia selama 7 tahun. Kanker payudara dapat terjadi pada pria
maupun wanita mesikupun angka kejadian kanker pada laki-laki jarang
terjadi.
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri. Batas payudara yang
tampak dari luar pada superior di iga II, inferior pada iga VI, taut antar
sternokostal bagian medial, dan bagian lateral pada linea aksilaris anterior.

a. Struktur Payudara
Struktur payudara terdiri dari parenkim epitelial, lemak, pembuluh darah,
saraf, saluran getah bening, otot, dan fasia. Parenkim epitelial terdiri dari
15-20 lobus yang setiap lobus mempunyai duktus laktiferus dan
bermuara ke papilla mamma. Setiap lobus terdiri dari lobulus-lobulus
yang masing-masing terdiri dari 10-100 kelompok asini. Lobulus ini
merupakan struktur dasar dari glandula mammae.
8

Fungsi glandula mamma adalah sintesis, sekresi, dan ejeksi susu.


Produksi susu dirangsang oleh hormon prolaktin serta dipengaruhi oleh
progesteron dan estrogen. Sedangkan untuk ejeksi susu dirangsang oleh
hormon oksitosin. Diantara lobulus terdapat jaringan ikat yaitu
ligamentum Cooper sebagai penyangga untuk payudara.

Gambar 2.1. Jaringan payudara


Gambar 2.1 Jaringan Payudara

a. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara


1. Cabang-cabang pembuluh darah ke payudara yaitu rami perforantes
arteri thoracica interna, arteri torakalis lateralis, arteri mammaria
interna, arteri mammaria eksterna, arteri subskapular, arteri
thoracoacromialis, serta cabang arteri axillaris.
2. Tiga grup vena yang memperdarahi area payudara yaitu cabang
perforanters vena mammaria interna, cabang vena aksilaris, vena yang
bermuara pada vena interkoastalis seperti vena azygos.
3. Payudara bagian medial dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari
nervus interkostalis 2-7. Payudara bagian superior dipersarafi oleh
nervus supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus
servikal. Papila mamma terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus
lateral dari nervus interkostalis lain mempersarafi areola dan mamma
sisi lateral. Kulit di daerah payudara dipersarafi oleh cabang pleksus
9

servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara


dipersarafi oleh saraf simpatik.
1. Kuadran medial mengalirkan limfenya melalui pembuluh-pembuluh
yang melewati ruang intercostal dan masuk ke dalam nodi lymphoidei
thorakalis interna (terletak di dalam rongga thorax sepanjang arteri
thoraica interna). Kuadran lateral glandula mamma mengalirkan
limfenya ke nodi lymphoidei axillaris anterior atau kelompok
pektoralis. Beberapa pembuluh limfe mengikuti arteri intercostalis
posterior, beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limfe
payudara sisi yang lain dan dengan kelenjar di dinding anterior
abdomen.

Gambar 2.2. Aliran limfe payudara

Gambar 2.2 Aliran Limfe Payudara

a. Fisiologi
Payudara mengalami tiga kali perubahan. Perubahan pertama pada
payudara dari awal kelahiran hingga menopause. Saat pubertas, terjadi
perkembangan duktus dan sinus laktiferus yang dipengaruhi oleh
estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium.
Perubahan yang kedua sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Beberapa hari menjelang haid, payudara
10

terasa nyeri dan menegang sehingga saat melakukan palpasi payudara


sulit dilakukan.
Perubahan terakhir terjadi pada masa kehamilan dan menyusui.
Saat masa kehamilan terjadi ploriferasi epitel duktus lobus dan duktus
alveolus sehingga payudara membesar. Sel-sel alveolus akan
memproduksi air susu yang dialirkan ke asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin.

2.1.3. Epidemiologi Tumor Payudara

Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker


yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita
di seluruh dunia, sekitar 23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan
14% (458.400) dari total kematian akibat kanker pada tahun 2008. Global
Health Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun kanker payudara
dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara
dan 58% kematian terjadi di negara berkembang. WHO memperkirakan
kasus kanker payudara pada wanita akan terus meningkat tiap tahunnya.
Insidensi kanker payudara pada usia lebih dari 30 tahun akan
semakin tinggi. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun.
Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insiden karsinoma
mammae pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Kejadian
kanker payudara pada laki-laki dibandingkan dengan wanita 1 : 100.
Sedangkan untuk tumor jinak payudara terdapat perbedaan usia pada setiap
kejadian tumor, seperti pada fibroadenoma mammae sering dijumpai pada
perempuan muda, pada tumor filoides terdapat pada semua usia, kista
payudara sering ditemukan pada usia 50 tahun.
Distribusi letak tumor payudara berdasarkan penelitian
(Haagensen) lebih sering terjadi di kuadran lateral atas (50%), kemudian
sentral/subareolar (20%), kuadran lateral bawah (10%), kuadran medial atas
(10%) dan kuadran medial bawah (10%). Payudara sebelah kiri lebih sering
terkena bila dibandingkan sebelah kanan.
11
2.1.4. Faktor Risiko

a. Variasi Geografik

Risiko untuk kanker payudara lebih tinggi di Amerika Utara dan


Eropa Barat dibandingkan Asia dan Afrika.

b. Usia

Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49


tahun (dekade kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia.
Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita
berusia dibawah 45 tahun. Dua pertiga keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker payudara akan
berlipat ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa
menopause.

c. Genetika dan Riwayat Keluarga

Jika menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun


dengan atau tanpa riwayat keluarga, menderita kanker payudara sebelum
usia 50 tahun dan satu atau lebih kerabat tingkat pertama menderita
kanker payudara atau kanker ovarium, menderita kanker payudara
bilateral, menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau
lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan
faktor predisposisi genetik sebagai penyebab kanker payudara. Mutasi
gen BRCA1 (kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2 (kromosom
13q12-13), mutasi gen ATM sebagai gen pengatur perbaikan DNA,
mutasi gen CHEK2 dan gen supressor tumor P53 merupakan predisposisi
dari kanker payudara.

d. Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause

Efek samping dari terapi sulih estrogen (ERT, Estrogen


Replacement Therapy) dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker
payudara Penggunaan terapi sulih hormon yang digunakan lebih dari 10
tahun akan meningkatkan risiko sebesar 1,35 dan penggunaan estrogen
penguat kandungan selama kehamilan juga meningkatkan risiko dua kali
lipat.
12

e. Penggunaan kontrasepsi oral

Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara,


wanita yang terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki
risiko yang besar terhadap kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral
dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker
payudara sebesar 1,24.

f. Radiasi pengion

Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker


payudara namun risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak
pajanan, dan usia.

g. Densitas jaringan payudara

Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita


dengan jaringan kelenjar lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.

h. Lama menyusui

Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi


selama masa kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar
hormon estrogen dan hormon progesteron yang telah menurun dalam
darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara
i. Usia menstruasi pertama

Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut


mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan
menopause yang lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun.
Menarche pada usia kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali
lebih tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami menstruasi pada
usia lebih dari 12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan
hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi
jaringan payudara.
13

j. Gaya hidup

Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan


risiko kanker payudara sedangkan obesitas premenopause dapat
menurunkan risiko kanker payudara. American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap hari. Konsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena alkohol dapat
meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormon.

2.1.5. Tumor Jinak Payudara

a. Fibroadenoma

Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda dengan


insidensi puncak pada usia 30 tahun. Struktur fibroadenoma terdiri dari
epitel dan komponen kapsula fibrosa. Komponen epitel fibroadenoma
hampir sama dengan komponen epitel pada payudara normal.
Fibroadenoma tampak berwarna coklat berkapsul. Pada pemeriksaan
fisik, fibroadenoma akan teraba sebagai massa soliter, diskret, mudah
digerakkan, dan konsistensi kenyal padat. Massa tumor membesar pada
akhir siklus haid dan selama hamil. Tindakan pembedahan merupakan
modalitas primer dalam terapi. Pembedahan yang dilakukan ekstirpasi
yang merupakan tindakan pembedahan pengangkatan seluruh massa
tumor beserta kapsulnya yang berada dibawah lapisan kulit.
Pasien dengan fibroadenoma mammae memiliki risiko tinggi
mengalami kanker payudara, namun jika terdeteksi secara dini maka
prognosisnya akan menjadi baik, bila tidak diangkat dengan sempurna
maka dapat kambuh kembali. Fibroadenoma mammae kadang tumbuh
dengan cepat dan berpotensi kambuh saat rangsangan estrogen
meningkat.

b. Tumor filoides
14

Tumor filoides merupakan neoplasama fibroepithelial yang


mempunyai potensi untuk berulang. Pertumbuhan tumor filoides diluar
saluran dan lobulus, yaitu stroma yang meliputi jaringan lemak dan
ligamen yang mengelilingi saluran, lobulus, dan darah dan pembuluh
getah bening di payudara. Selain sel stroma, tumor filoides dapat juga
mengandung sel-sel dari duktus dan lobulus. Sekitar 10-15% tumor
filoides yang jinak bisa menjadi tumor ganas dan jika dilakukan
eksisi akan memiliki kemungkinan rendah untuk terjadi rekurensi lokal.

c. Papilloma intraduktal

Papilloma intraduktal payudara ditandai dengan proliferasi sel-sel


epitel dan mioepitel yang melapisi fibrovaskular sehingga menciptakan
struktur yang bercabang dalam lumen duktus, yang dibagi menjadi
sentral (duktus besar) papiloma, biasanya terletak di subareolar dan
papilloma perifer yang timbul di terminal duct lobular unit. Gejala yang
sering timbul berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Terapi
yang dilakukan untuk menghilangkan papilloma melalui insisi atau
eksisi.

d. Perubahan fibrokistik payudara


Perubahan fibrokistik terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal
dan berkaitan dengan proses penuaan alami. Gejala kelainan ini berupa
nyeri bila disentuh dan payudara teraba keras sebelum waktu haid.

e. Galaktokel
Galaktokel merupakan kista retensi yang berisi air susu. Galaktokel
berbatas tegas dan dapat digerakkan, dan timbul biasanya 6-10 bulan
setelah berhenti menyusui. Letak galaktokel ini biasanya di tengah dalam
payudara atau dibawah puting.

f. Adenoma tubular mammae


15
Adenoma tubular adalah tumor jinak epitelial yang jarang, sekitar
0,13-1,7% dari semua lesi jinak payudara. Gambaran klinis dan imaging
dari adenoma tubular mammae mirip dengan fibroadenoma sehingga
untuk diagnosa praoperasi sulit. Untuk menetapkan diagnosis definitif
maka dilakukan tindakan eksisi. Adenoma tubular paling sering terjadi
pada wanita muda kurang dari 40 tahun atau pada usia reproduksi dan
tidak berhubungan dengan pengobatan kontrasepsi oral atau kehamilan.

2.1.6. Kanker Payudara

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan


dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari
sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan
pembuluh darah. Dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran
basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal
(invasif). Bentuk utama karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. Noninvasif

1. Karsinoma duktal in situ (DCIS)


Karsinoma duktal in situ merupakan kanker non-invasif dimana
sel-sel abnormal ditemukan pada lapisan duktus laktiferus. DCIS
mempunyai gambaran histologis yang bermacam-macam, dari
arsitekturnya yaitu tipe solid, kribiformis, papilaris, dan clinging serta
gambaran nukleus yang bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik
hingga derajat tinggi dan heterogen. Prognosis DCIS lebih dari 97%
pasien dapat bertahan hidup lama.
16

2. Penyakit paget
Penyakit pada puting payudara yang disebabkan oleh perluasan
karsinoma duktal in situ ke duktus laktiferus, tampak sebagai erupsi
ekzematosa kronik yang berkembang menjadi ulkus basah.
3. Karsinoma lobular in situ (LCIS)
Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu
pada akhir saluran payudara. Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan
tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Karsinoma lobular in situ
biasanya di diagnosis sebelum menopause pada rentang usia 40-50
tahun. Gambaran mikroskopis dari LCIS adalah uniform, sel bersifat
monomorf dengan nukleus polos bulat dan terdapat dalam kelompok
kohesif di duktus dan lobulus.

B. Invasif

1. Karsinoma lobular invasif

Karsinoma lobular invasif telah menembus dinding lobulus dan


mulai menyerang jaringan payudara sekitar. Gejala klinis dari karsinoma
lobular invasif ini bisa asimptomatik dan juga bisa teraba massa besar
yang bersifat multifokal bilateral. Gambaran sel pada karsinoma lobular
invasif mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel tersebut menginvasi stroma
dan terkadang mengelilingi asinus atau duktus sehingga membentuk yang
disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).
17

2. Karsinoma duktal invasif

Sekitar 70 - 80% dari semua kanker payudara adalah karsinoma


duktal invasif. Kanker ini yang telah menembus dinding duktus laktiferus
dan menyerang jaringan payudara sekitarnya. Gambaran mikroskopis
dari karsinoma duktal invasif heterogen, nukleus dengan derajat rendah,
sel tumor yang anaplastik, tepi tumor iregular. Kanker dengan tahap
lanjut menimbulkan gambaran massa melekat ke otot pektoralis sehingga
terjadi fiksasi lesi, melekat ke kulit sehingga menyebabkan retraksi dan
cekungan (dimpling) kulit payudara. Keganasan ini sering timbul pada
saat sebelum maupun sesudah menopause pada usia dekade kelima dan
keenam.

Subtipe dari karsinoma duktal invasif terdiri dari :

a. Karsinoma tubulus
b. Karsinoma medular
c. Karsinoma koloid (Musinosa)
d. Karsinoma papiler invasif
e. Karsinoma sistik adenoid

3. Karsinoma inflamasi

Karsinoma inflamasi ini jarang ditemukan yang mempunyai


gambaran klinis berupa pembesaran dan pembengkakan payudara,
kemerahan, biasanya tanpa teraba massa yang disebabkan oleh
penyumbatan pada saluran limf dermis. Kanker ini tumbuh dan menyebar
dengan cepat, dengan prognosis yang buruk.
18

2.1.7. Prosedur Diagnostik

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa adanya


massa tumor di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu,
retraksi puting susu, adanya ekzema sekitar areola, retraksi kulit
(dimpling), dan “peau d’orange” akibat obstruksi pembuluh limf kulit/
limfedema lokal dan jaringan subkutan oleh sel-sel tumor.

Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak
pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada kegansanan
mempunyai gejala tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh
progresif.

2. Pemeriksaan Radiodiagnostik

a. Mamografi

Mamografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini


kanker payudara pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Hasil
dari mamografi dikonfirmasi dengan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB), core biopsy, atau biopsi bedah.

b. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat membedakan lesi solid dan kistik serta


menentukan ukuran lesi.

3. Biopsi

Setiap ada kecurigaan dari hasil pemeriksaan fisik dan


mammografi, biopsi harus dilakukan.

a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)


Jaringan tumor diaspirasi dengan jarum halus lalu diperiksa
dibawah mikroskop. Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat
menentukan grade tumor dan kadang tidak memberikan diagnosis
yang jelas sehingga dibutuhkan biopsi lainnya.
19
b. Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar,
lalu diambil spesimen silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core
biopsy adalah dapat membedakan tumor yang noninvasif dan
invasif serta grade tumor.
c. Biopsi Terbuka
Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi
terlihat adanya kelainan yang mengarah ke keganasan, hasil FNAB
atau core biopsy yang meragukan.
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor
dan menyertakan sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor ini
digunakan untuk kasus yang masih operabel atau stadium dini dan
biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa tumor yang
sudah inoperabel yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.
d. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari
kelenjar limfa aksila dan parasternal.

4. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)


Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
parafin.
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui:
 Core biopsy
 Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
 Biopsi insisional untuk tumor operabel ukuran >3 cm sebelum
operasi definitif dan inoperabel
 Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah
bening
 Pemeriksaan imunohistokimia

Staging dan Grading


20

a. Staging

AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan


penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut sistem
TNM.

Gambar 2.3 Klasifikasi TNM


21
Gambar 2.4 Stadium kanker payudara

a. Grading

Berdasarkan derajat diferensiasi, tumor ganas payudara dibagi


menjadi tiga grade. Grading ditentukan berdasarkan gambaran ormonal
ormona sel tumor dibandingkan dengan membandingkan gambaran sel
epitel payudara normal. Dengan mengetahui grade, dapat membantu
dokter dalam memutuskan terapi yang dibutuhkan setelah operasi. Sistem
penilaian tersedia untuk menentukan grade dari kanker payudara adalah
Nottingham Histologic Score system (the Elston-Ellis modification of
Scarff-Bloom-Richardson grading system).

Ada tiga faktor yang dinilai, yaitu :

a. Diferensiasi glandular/tubular
Skor 1 : >75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau
tubular.
Skor 2 : 10% - 75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau
tubular.

Skor 3: <10% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau


tubular.
22
b. Pleomorfik nukleus
Skor 1: Nukleus kecil dengan sedikit peningkatan ukuran sel epitel
payudara dibandingkan dengan sel normal, ukuran yang sedikit
bervariasi, garis reguler, dan kromatin nuklear seragam.
Skor 2 : Sel lebih besar dari normal dengan inti vesikular terbuka,
terlihat nukleolus, ukuran dan bentuk yang sedikit bervariasi.
Skor 3: Nukleus vesikular, nukleolus menonjol, variasi dalam ukuran
dan bentuk, kadang-kadang dengan bentuk yang aneh dan sangat
besar.
c. Derajat mitosis sel tumor
Kriteria skor untuk derajat mitosis sel tumor bervariasi tergantung
pada diameter bidang mikroskop yang digunakan oleh ahli patologi.
Ahli patologi akan menghitung berapa banyak aktivitas mitosis yang
terlihat pada 10 lapang pandang besar.
Skor 1 : kurang dari atau sama dengan 7 mitosis per 10 lapang
pandang besar.
Skor 2 : 8-14 mitosis per 10 lapang pandang besar.
Skor 3 : ≥ 15 mitosis per 10 lapang pandang besar.

Masing-masing gambaran ini diberi nilai dari 1-3, dan kemudian


masing-masing skor ditambahkan untuk memberikan skor total akhir
mulai dari 3-9.

 Grade I (derajat rendah / berdiferensiasi baik) dengan skor 3-5: Sel kanker
terlihat sedikit berbeda dari sel normal dan tumbuh lambat.
 Grade II (derajat sedang atau berdiferensiasi sedang) dengan skor 6-7: Sel
kanker tidak terlihat seperti sel normal dan sel kanker berproliferasi lebih cepat
dari sel normal.
 Grade III (derajat tinggi atau berdiferensiasi buruk) dengan skor 8-9 : Sel kanker
sangat jauh berbeda dari sel normal dan sel kanker tumbuh dengan sangat cepat.
23

2.1.8. Tatalaksana

Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan pembedahan,


kemoterapi, radioterapi, hormonal terapi, terapi rehabilitasi medik, dan
terapi paliatif.

1. Pembedahan
Jenis pembedahan yang dilakukan adalah:
 Mastektomi radikal klasik
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar
payudara dengan sebagian besar otot pektoralis mayor dan minor,
kulit, dan kelenjar limfe aksila level I, II, dan III.
 Mastektomi radikal dimodifikasi
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan mengangkat kelenjar
limfe level I dan II namun mempertahankan otot pektoralis mayor dan
minor jika otot bebas dari tumor. Pembedahan ini diikuti dengan
diseksi aksila.
 Mastektomi simpel
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dan puting dan
mempertahankan kelenjar limf aksila dan otot pektoralis jika tidak ada
penyebaran ke kelenjar aksila. Ini biasa dilakukan untuk mastektomi
profilaktif pada kelompok berisiko tinggi dan pada karsinoma in situ
yang rekuren.
 Breast conserving treatment (BCT) / lumpektomi
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengangkat massa dan jaringan
payudara sehat di sekitranya dengan menjaga tampilan kosmetik
payudara. Indikasi dilakukan BCT adalah tumor stadium Tis, T1,T2
dengan ukuran ≤3 cm.

2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai adjuvan kuratif pada
pembedahan BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal modifikasi
dan terapi paliatif pasca mastektomi, metastasis tulang dan otak.
24

Pemberian radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyinaran


dari luar dan dari dalam. Radiasi dari luar dilakukan bergantung pada
jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada tidaknya keterlibatan
kelenjar getah bening. Radiasi dari dalam atau brakiterapi adalah
menanam bahan radioaktif di jaringan payudara sekitar lesi.
3. Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-estrogen (tamoksifen,
toremifen) analog LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol,
letrozol), agen progetasional (megesterol asetat), agen androgen dan
prosedur ooforektomi.
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat berupa kemoterapi adjuvan maupun paliatif.
Kemoterapi adjuvan merupakan kemoterapi yang diberikan pasca
mastektomi untuk membunuh sel-sel tumor yang mungkin tertinggal
atau menyebar secara mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan merupakan
kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil
besar tumor sehingga dapat diangkat dengan lumpektomi atau
mastektomi simpel. Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan
yaitu CMF (siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil), FAC
(siklofosfamid, adriamisin, 5-fluorourasil), AC (adriamisin dan
siklofosfamid), dan CEF (siklofosfamid, epirubisin, 5-fluorourasil).
5. Terapi biologi
Terapi biologi berupa terapi anti ekspresi HER/neu menggunakan
pemberian trastuzumab.

Pada kanker payudara stadium 0 dilakukan simpel mastektomi atau


Breast Conserving Treatment (BCT) yaitu dengan cara hanya mengangkat
tumor dan diseksi aksila dan diikuti dengan radiasi kuratif. Pada kanker
payudara stadium I, II, III awal dilakukan tindakan kuratif. Untuk stadium
I,II dilakukan radikal mastektomi atau radikal mastektomi modifikasi
dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvan. Stadium IIIa dilakukan
simpel mastektomi dengan radiasi serta sitostatika adjuvan.
25

Pada kanker payudara stadium IIIB / IIIC / locally advanced terdiri


dari dua yaitu operable locally advanced dan inoperable locally advanced.
Operable locally advanced dilakukan ormon mastektomi atau mastektomi
radikal + radiasi + kemoterapi adjuvant + hormonal terapi, sedangkan pada
inoperable locally advanced dapat dilakukan radiasi kuratif + kemoterapi +
hormonal terapi atau radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi atau
kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi + ormonal terapi.

Prinsip pengobatan kanker payudara stadium lanjut metastase jauh/


stadium IV adalah bersifat paliatif dan terapi pengobatan primer yang
bersifat sistemik yaitu terapi hormonal dan kemoterapi.

2.1.9. Prognosis

Prognosis kanker payudara buruk jika pasien menderita kanker


payudara bilateral, pada usia muda, adanya mutasi genetik, dan adanya
triple negatif yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR
negatif, dan reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif. Tipe histologik
karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan musinosa)
lebih baik dibandingkan dengan tipe histologik karsinoma duktal.

2.1.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium
lanjut atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang
rusuk menjadi kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk
menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan
adekuat karena nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat.

2.1.11. Pencegahan

Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko


dan mengetahui cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar
hari ke-8 menstruasi, obat profilaksis untuk keganasan payudara seperti
tamoksifen dan mamografi sebagai screening kanker payudara yang dapat
dilakukan setiap tahun sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan
pada perempuan yang telah menopause atau usia 50 tahun ke atas.

Selain itu, kejadian kanker payudara dapat dicegah dengan


26
menyusui lebih dari 2 tahun, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan,
indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25 kg/m , menghindari konsumsi
alkohol, konsumi makanan seimbang, dan olahraga yang teratur.
27

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
28

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai