Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

CA OVARIUM

Dosen pembimbing: Ns. Mariza Elvira S. Kep M. Kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

1. Rahma Sunatul Kharima ( 20334089 )


2. Salsabila Gustin ( 20334106 )
3. Shakira Zahratul Jannah ( 20334111 )

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Kewirausahaan,saya menyadari makalah ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan saya memohon maaf.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Penulis

Pariaman, 6 feruari 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... 2

Daftar IsI

BAB I Pembukaan

a. Latar belakang.......................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
c. Tujuan....................................................................................................... 4

BAB II Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar
a. Pengertian........................................................................................... 5
b. Etiologi................................................................................................. 7
c. Patofisiologi dan woc.......................................................................... 11
d. Manifestasi Klinis................................................................................. 14
e. Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 14
f. Komplikasi........................................................................................... 16
g. Penatalaksanaan................................................................................ 17
h. Penatalaksanaan medis...................................................................... 19
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORISTIS
a. Pengkajian........................................................................................... 20
b. Diagnosis Keperawatan...................................................................... 29
BAB III
a. Kesimpulan ......................................................................................... 38
b. Saran .................................................................................................. 38
BAB I

PENDAHULUAN

Kanker ovarium merupakan kanker yang tumbuh pada ovarium yang dapat
mengakibatkan kematian pada penderitanya dan merupakan salah satu kanker ganas
sehingga menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Berdasarkan hasil pencatatan kanker ovarium tahun 2018, terdapat total kasus
8.622.539 serta kasus kematian 4.169.387, dimana (4,4%) adalah kasus baru dan
184799 (1%) kematian. Jumlah kasus di Asia terbaru menempati urutan tertinggi kasus
kanker ovarium sebayak sebayak 15.3075 (51,8%) dan kasus kematian 9.2527
(50,01%). Kejadian kanker ovarium tertinggi di dunia masing- masing berada di Serbia
(16,6 per 100.000), Brunei (16 per 100.000), dan Belarusia (15,4 per 100.000), Samoa
(12 per 100.000), Kepulauan Solomon (8,4 per 100.000) dan Polandia (8,7 per 100.000)
(Goodarzi, 2018).

Kanker ovarium di negara maju seperti Amerika Serikat pada tahun 2018, ada
sekitar 22.240 kasus baru kanker ovarium yang terdiagnosis dan 14.070 kematian
akibat kanker ovarium di AS (American Cancer Society, 2018) sedangkang di Indonesia
memiliki angka kejadian yang terus meningkat. Penderita kanker ovarium di tahun 2008
ditemukan sebanyak 2.314 kasus dan menurut WHO Angka kejadian kanker ovarium di
Indonesia pada tahun 2018 menempati urutan ketiga dari semua jenis kanker pada
wanita sebanyak 13.310 kasus baru. Angka kejadian pada beberapa rumah sakit di
Indonesia pada RS Dharmais pada tahun 2010 sampai dengan 2013 mencapai 536
kasus dan meninggal sebanyak 126 orang, di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2011
tercatat sebanyak 391 kasus kanker ovarium (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data
dan Informasi Kesehatan, 2015; The Internasional Agency For Research On Cancer,
2019; Yanti, 2016) sedangkan data yang laporkan di Jogja Cancer Registry (2018) dari
data RSUP dr. Sardjito kanker ovarium menempati posisi ke lima dengan angka
kejadian 6,8% atau 692 kasus pada periode tahun 2016-2018.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar dari ca ovarium?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teoritis ca ovarium?

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari ca ovarium.

2. Umtuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis dari ca ovarium


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR
A. Pengertian

Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab


pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening
awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda- tanda awal yang
pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan
bengkak (Digitulio, 2014).

Kanker ovarium adalah kanker ganas yang berasal dari ovarium dengan
berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih
banyak dijumpai pada penderita berusia <20 tahun, sedangkan tumor sel epitel
lebih banyak pada wanita usia >50 tahun (Manuaba, 2013)..

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Factor resiko
terjadinya kanker ovarium (Manuaba, 2013) sebagai berikut :

Faktor lingkungan

Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi dinegara industr

Faktor reproduksi

Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko menderita


kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epiteliel ovarium. Induksi ovulasi
dengan menggunakan clomipen sitrat meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.
Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko terjadinya
kanker. Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama lima
tahun atau lebih. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI

Faktor genetic
5-10% adalah herediter, angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara
dan meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.

C. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Patofisiologi

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namunnmultifaktoral. Resiko


berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan factor lingkungan, reproduksi dan
genetik. Faktor- faktor lingkungan yang berkaitan dengan dengan kanker ovarium
epitel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi di
industri barat. Kebiasaan makan, minum kopi, dan merokok, dan penggunaan bedak
talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau
lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen- gen
supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting
pada beberapa keluarga.

Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi


telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk
menderita kanker ovarium. Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah
diidentifikasi. Kanker ovarium dikelompokkan dalam 3 kategori besar :

1. Tumor- tumor epiteliel,

2. Tumor stroma gonad, dan

3. Tumor-tumor sel germinal.

Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenoma karsinoma serosa.


Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari permukaan epitelium, atau
serosa ovarium. Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur
yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami
cairan perinetoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya
dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau
tanda spesifik. Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang,
dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen,
beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala
keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan
dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin. Pada perempuan pramenopause,
kebanyakan massa adneksa yang teraba bukanlah keganasan tetapi merupakan
kista korpus luteum atau folikular. Kista fungsional ini akan hilang dalam satu
sampai tiga siklus menstruasi.

Namun pada perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa


berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin
juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang
digunakan untuk menentukan diagnosis, cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan,
sonografi abdomen dan pelvis) sering dapat membantu menentukan stadium dan
luasnya penyebaran. Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor
stroma gonad, 2 % dari jumlah ini menjadi keganasanovarium. WHO (World Health
Organization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan
subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 % hingga 33 % tardiri
dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari bagian kista dermoid.
Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua tumor ovarium, dengan tindak
lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.

Pathway
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan
meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan
panggul, kembung, nyeri punggung, konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih,
dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens. peningkatan ukuran pinggang, nyeri
tungkai, nyeri panggul.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat
bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi. Pemeriksaan praoperasi dapat
mencakup enema barium atau kolonoskopi, serangkaian pemeriksaan GI atas,
MRI, foto ronsen dada, urografi IV, dan pemindaian CT.Scan. Uji asam
deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang abnormal. Penanda atau
memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium, antigen
karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau menurun yang
mengarah ke komplikasi.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi kanker ovarium kerap terjadi, karena gejala kanker ovarium pun sulit
untuk dikenali. Padahal jika bisa ditangani lebih dini, penderitanya pasti bisa segera
disembuhkan. Bagi yang parah, setidaknya separuh penderita bisa bertahan 5 tahun
dan sepertiganya bisa bertahan selama 10 tahun. Delapan puluh persen kasus
kanker ovarium adalah kanker sel epitel. Sayangnya lagi, kanker sel epitel memiliki
angka kesembuhan sangat rendah dibanding kanker sel germinal dan sel stroma.
Hingga komplikasi kanker ovarium seperti penyumbatan usus atau obstruksi usus,
asites, peritonitis, dan lain sebagainya bisa terjadi.

Asites merupakan komplikasi kanker ovarium yang menyerang perut. Asitesis


terjadi karena ada penumpukan cairan berlebih di perut. Penyebab utamanya
karena tekanan dari tumor atau sel kanker ovarium itu sendiri. Tumor ini akan terus
tumbuh dan terbentuk dari sel-sel kanker yang terus membelah dan menumpuk.
Ada sekitar 28% penderita kanker ovarium yang mengalaminya. Hingga membuat
penderitanya mengalami mual, muntah, dan kelelahan terus-menerus. Hal yang
perlu diwaspadai, adanya asites menandakan bahwa kanker ovarium sudah pada
stadium lanjut. Sel kanker sudah sampai menyerang dan menyebar ke area perut,
seperti usus besar. Pada kondisi ini, tindakan pembedahan untuk mengeluarkan
cairan atau paracentesis perlu dilakukan. Penyebab kanker ovarium memang tidak
diketahui, tapi penyebab kanker secara umum adalah mutasi DNA dalam sel. Mutasi
ini membuat sistem perintah sel dalam DNA jadi rusak sehingga membuat sel
berfungsi abnormal. Sel akan terus membelah tanpa kendali dan inilah membuat
penyakit kanker dapat menyebar dari satu area ke area lainnya dengan cepat.
Penyebaran sel kanker ini pada akhirnya akan membuat gejala kanker ovarium
semakin parah dan menyebabkan komplikasi. Penentuan komplikasi tidak hanya
diamati lewat gejalanya saja, tapi juga berdasarkan hasil tes kesehatan yang tidak
berbda jauh dengan tes untuk diagnosis kanker ovarium.

Menurut studi lama yang Journal Of Pain And Symptom Management,


komplikasi akibat penyakit kanker ovarium yang umumnya terjadi, antara lain:

1. Tubuh kelelahan ekstrem


Tubuh kelelahan yang tidak biasa merupakan gejala sekaligus komplikasi akibat
kanker, termasuk kanker ovarium. Hampir 75% pasien kanker ovarium mengalami
kondisi ini. Munculnya rasa lelah yang parah ini disebabkan oleh perubahan tubuh
akibat adanya sel kanker dalam tubuh. Sel kanker dapat merangsang tubuh untuk
melepaskan protein sitokin yang nantinya memicu tubuh kelelahan. Sel kanker yang
sudah merusak organ tertentu, melemahkan otot, dan mengubah kadar hormon tubuh
juga membuat kebutuhan energi jadi semakin besar, padahal kebanyakan pasien
kanker tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi (bahan bakar energi) dengan baik.

2. Mual, muntah, dan sembelit kronis

Sama seperti tubuh yang kelelahan, mual, muntah, dan sembelit kronis juga
merupakan komplikasi akibat penyakit kanker ovarium. Data menunjukkan sekitar 71%
pasien mengalami mual dan muntah terus-menerus serta 49% mengalami konstipasi
alias sembelit.

3. Pembengkakan (edema)

Edema adalah pembengkakan tubuh akibat penumpukan cairan di jaringan.


Komplikasi kanker ovarium ini terjadi akibat tertahannya air atau garam yang
seharusnya dibuang oleh tubuh.

G. PENATALAKSANAAN
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kenker ovarium meliputi
pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan
mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan
klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
komplikasi (Reeder dkk, 2013).
Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya
keluarga komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk meghadapi masalah.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium sampai stadium IIA
dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan
dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopouse. Kanker ovarium dengan
diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan
kemoradiasi dari pada operasi. Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari
1%. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia
kandung kemih yang membutuhkan katerisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa
antagonis.

(2) Radioterapi

Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium II B
sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk
pembedahan. Penambahan cisplatin selama radio terapi whole pelvic dapat
memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50%.

(3) Kemoterapi

Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi lanjutan atau untuk


terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah ciplastin.
Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin.

2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian Keperawatan

a. Anamnesis

1) Identitas pasien

meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua. Keganasan kanker
ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche atau di atas 45 tahun (Manuaba,
2010).

2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama

Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada wanita usia


subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk stadium awal (Hutahaean,
2009). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran massa yang disertai asites
(Reeder, dkk. 2013).

b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011) yaitu :

(1) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau

merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan menetap

(2) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi
abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada abdomen.

c) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara dan kanker
endometrium (Reeder, dkk. 2013).

d) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan kanker
ovarium yang beresiko 50 % (Reeder, dkk. 2013).

e) Riwayat haid/status ginekologi

Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi gangguan
siklus menstruasi (Hutahaean, 2009).

f) Riwayat obstetri

Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan sistem hormonal
dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia > 35 tahun (Padila, 2015).

g) Data keluarga berencana


Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral sementara karena
kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker ovarium yang ganas (Reeder, dkk.
2013).

h) Data psikologis

Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus asa,
menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).

i) Data aktivitas/istirahat

Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan istirahat
karena mengalami nyeri dan ansietas.

j) Data sirkulasi

Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.

k) Data eliminasi

Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang menekan pelvis.

l) Data makanan/cairan

Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau dibiarkan maka
akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga akan mengalami gangguan
gastrointestinal.

m) Data nyeri/kenyamanan

Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.

n) Pemeriksaan fisik

(1) Kesadaran

Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien sadar, tekanan
darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan dyspnea.
(2) Kepaladanrambut

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom dan rambut
tidak rontok.

(3) Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada lesi.

(4) Wajah

Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+, pada hidung
tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi mukosa tidak pucat dan tidak
ada sariawan.

(5) Leher

Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid.

(6) Thoraks

Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.

(7) Paru-paru

(a) Inspeksi :Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.

(b) Palpasi :Fremitus kiri dan kanan sama.

(c) Perkusi :Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.

(d) Auskultasi Vesikuler.

8) Jantung

Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada saat
pemeriksaan di jantung
(a) Inspeksi :Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.

(b) Palpasi :Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.

(c) Perkusi Pekak.

(d) Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah penutupan
bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2 adalah penutupan katup
aorta dan pulmanalis secara bersamaan.

9) Payudara/mamae

Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae menonjol, dan
tidak ada pembengkakan.

10) Abdomen

(a) Inspeksi : Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat adanya asites dan
perbesaran massa di abdomen

(b) Palpasi : Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa seperti karet atau
batu massa di abdomen

(c) Perkusi :Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang telah
bermetastase ke organ lain

(d) Auskultasi :Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit

11) Genitalia

Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat hiperplasia dan
hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium lanjut akan dijumpai tidak ada
haid lagi.

12) Ekstremitas
Tidak ada udema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada stadium lanjut akan
ditandai dengan kaki udema.

o) Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :

(a) Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yangabnormal

(b) Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium, antigen
karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau menurun yang mengarah ke
komplikasi.

2) Pencitraan

USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor. Pada stadium awal
tumor berada di ovarium, stadium II sudah menyebar ke rongga panggul, stadium III
sudah menyebar ke abdomen, dan stadium IV sudah menyebar ke organ lain seperti
hati, paru-paru, dan gastrointestinal

3) Prosedur diagnostik

Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada stadium III kanker
ovarium cairan asites positif sel kanker.

4) Pemeriksaan lain

Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi tumor, dibutuhkan
untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium berapa kanker ovarium tersebut.

C. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul

Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker ovarium
menurut adalah sebagai berikut :
1) Pre operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi serabut saraf

b. Konstipasi berhubungan dengan tumor

c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis

d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan

diafragma

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan

tubuh

g. Kesiapan meningkatkan harapan berhubungan dengan keyakinan

h. Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan

kesembuhan

i. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun

j. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

2) Post operasi :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit

c. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan

e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyaki


BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada ovarium.
Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium seringkali sulit
dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis. Tindakan keperawatan secara
komperensif ini menunjukkan bahwa tindakan ini sangat di perlukan untuk proses pada
pasien ca ovarium stadium III yang sedang atau telah menjalani kemoterapi dengan
adanya kerjasama tim kesehatan, pasien, dan keluarga.

Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium menduduki peringkat
kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada wanita. Sekitar 22.280 kasus baru
kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita meninggal karena kanker ovarium di
Amerika Serikat. Penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun beberapa factor
yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit ini antara lain : factor reproduksi,
factor haid, factor lingkungan, dan factor gentik (Kampono N, dkk, 2011). Mayoritas
kanker ovarium adalah jenis sel epitel yang berasal dari epitel ovarium. Kelompok
lainnya yaitu non epithelial, termasuk diantaranya ialah sel tumor germinal, dan tumor
sex-cord stromal.

B. SARAN

Marilah kita bersama- sama belajar dengan sungguh- sungguh di dalam dunia
pendidikan tinggi keperawatan supaya menghasilkan tenaga keperawatan professional
yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan
keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, dkk. 2016. Hubungan Antara Menyusui Dengan Risiko Kanker Ovarium.
Indonesian Jurnal of Cancer. Diakses dalam
http://Indonesianjurnaofcancer.or.id/ejournal/index.php/ijoc/article/down load/437/232
diakses tanggal 5 Desember 2018

Arania&Windarti. 2016. Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr. H.


Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2009-2013 volume 5 nomor 9.
Diakses dalam http://download,portalgaruda.org/article.php?
article=328303&val=5503
&title=karakteristikpasienkankerovariumdirumahsakitDr.H.AbdulMoelo
ekBandarLampungTahun2019-2013. Diakses tanggal 4 Desember 2018

Ayu Chandranita, Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC

Ayu Chandranita, Manuaba, dkk. 2013. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri
Ginekologi-Sosial. Jakarta : EGC

Brunner & Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC Digiulo,
dkk. 2014. Keperawatan Medikal bedah. Jogjakarta : Rapha Publishing

Herdman. H. T & Kamitsuru. S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC

Huda Amin. N & Hardhi. K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaaction Publishing

Hutahean & Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai