OLEH :
YULIA APRILIANA
2010306108
AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
Disusun oleh :
Yulia Apriliana
2010306108
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh :
Pembimbing :
Tanda tangan:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik,
dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus Ulkus post op cancer
mammae” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu
makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat
waktu,
Yogyakarta.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini,
namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
A. Asessment Fisioterapi................................................................
B. Rencana Intervensi.....................................................................
C. Intervensi....................................................................................
D. Diagnosis Fisioterapi..................................................................
A. Implikasi Klinis..........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
suatu kanker yang terbentuk di sel-sel payudara. Kanker payudara dapat terjadi pada
wanita dan jarang pada pria. Gejala kanker payudara termasuk benjolan di payudara,
keluarnya cairan berdarah dari puting, dan perubahan bentuk atau tekstur puting atau
payudara. Penanganan tergantung pada stadium kanker. Penanganan dapat terdiri dari
Kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering ditemukan di kalangan
wanita sedunia dengan sejumlah 1,38 juta kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya dan
merepresentasikan sekitar 23% dari seluruh kasus kanker pada wanita. Insiden dan
mortalitas kanker payudara berbeda di setiap ras dan umur.1 saat ini kanker payudara
menduduki tempat kedua sebagai penyebab mortalitas pada wanita setelah kanker paru –
paru dan sedikitnya 40.000 meninggal per tahunnya karena penyakit ini di seluruh
dunia.2,3 di indonesia sendiri berdasarkan data sistem informasi rumah sakit tahun 2007,
kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit
di indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).4 kanker payudara pada
wanita remaja dan dewasa muda didefinisikan sebagai keganasan payudara pada rentang
umur per 100.000 wanita6 menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan menempati 7%
luka kanker atau dikenal sebagai fungating wound merupakan kerusakan integritas
kulit yang disebabkan oleh infiltrasi sel maligna. Luka kanker adalah salah satu luka kronik
yang berhubungan dengan kanker stadium lanjut. Luka kanker terjadi ketika kanker yang
tumbuh dibawah kulit merusak lapisan kulit sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan
kanker, luka kanker juga akan menyebabkan penghambatan dan merusak pembuluh dara
tipis, dimana daerah tersebut hipoksia yang akan menyebabkan kulit dan jaringan menjadi
nekrosisi.
lingkungan dan reproduksi yang saling berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks
reproduksi berhubungan dengan risiko kanker payudara pada perempuan (kelsey et al.,
1997; haile et al., 2006). Faktor-faktor risiko reproduksi untuk kanker payudara meliputi
nuliparitas atau tidak pernah melahirkan, kehamilan pertama aterm yang terlambat,
menarke atau menstruasi pertama pada usia dini, serta menopause terlambat (mcpherson et
al., 2000; kubba, 2003). Di samping merupakan faktor risiko untuk kanker payudara, faktor
reproduksi juga merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium dan endometrium.
dan kanker payudara dapat disimpulkan bahwa hormon steroid endogen memiliki peran
penting di dalam etiologi kanker payudara. Mekanisme umum yang berlangsung untuk
ketiga jenis kanker adalah adanya paparan hormon estrogen yang berlangsung lama dan
siklis terhadap jaringan yang sensitif, seperti jaringan payudara, ovarium dan endometrium
payudara sering menunjukan disregulasi hormon hgf dan onkogen met, serta ekspresi
a. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh
c. Fase promosi pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh 17 promosi. Karena itu diperukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.
d. Fase metastasis metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada
1. Eksudat banyak
3. Nyeri
4. Mudah berdarah
5. Gatal-gatal
7. Infeksi lokal
BAB II
PROSES FISIOTERAPI
A. Assesment fisioterapi
dikelompokkan menjadi :
a. Anamnesis umum pada anamnesis umum didapatkan data berupa ; (1) nama (2)
umur : (3) agama (4) pekerjaan (5) alamat (6) no.catatan medik
1) Keluhan utama
keluhan utama pasien pada kasus ini adalah adanya odeam pada bagian yang
mengalami luka bakar, nyeri dan dalam beberapa kasus terjadi kontraktur.
tempat tinggal.
6) Riwayat keluarga
c. Anamnesis system
1) Kepala dan leher dalam anamnesis pasien apakah ada mengeluh pusing dan kaku
leher.
2) Kardiovaskuler dalam anamnesis pasien apakah ada keluhan nyeri dada dan
jantung berdebardebar.
4) Gastrointestinalis apakah ada keluhan mual, muntah, bab lancar dan terkontrol.
penggerak dan keterbatasan pada area yang terkena atau anggota gerak lainnya
2. Pemeriksaan obyektif
a. Vital sign terdiri dari ; (1) tekanan darah, (2) nadi,(3) pernapasan, (3) temperatur,
(4) tinggi badan, (5) berat badan.
b. Inspeksi dari pemeriksaan inspeksi statis apakah ada atropi pada tungkai atau
kontraktur, sedangkan inspeksi secara dinamis dapat diamati bahwa pada saat
c. Palpasi palpasi pada kasus ini untuk menentukan apakah ada odeam, spasme, nyeri
3. Pemeriksaan gerak pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak aktif dan
a. Pemeriksaan gerak aktif pada kasus ini pemeriksaan gerak aktif dilakukan mandiri
b. Pemeriksaan gerak pasif pada kasus ini mengukur rom pada anggota gerak atas
c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan pada kasus ini pasien di minta untuk
menggerakan anggota gerak dengan di beri tahanan pada bagian distal dengan
memori pasien bagus, pasien mampu memahami dan mengikuti instruksi terapis
a. Fungsional dasar pada kasus ini apakah pasien mengalami kesulitan atau gangguan
saat melakukan aktifitas fungsional dasar seperti berdiri keduduk serta duduk
keberdiri.
b. Aktivitas fungsional : pada kasus ini, apakah pasien mampu berjalan dan naik turun
C. Akivitas fungsional berupa makan, berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan
berjalan ditempat datar (jika tidak mampu jalan melakukannya dengan kursi roda), naik
bak.
B. Diagnosis fisioterapi
adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasiadanya gangguan ataupun
1. Gangguan/kelemahan (impairment)
2. Limitasi fungsi (functional limitations)
3. Ketidakmampuan(disabilities )
4. Sindrom( syndromes ).
olehpasien.
3. Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan
bermanfaat.
olahraga,trauma, dll.
koordinasi, dll.
saja berubah dalam topik dan klinik yang sama karena adanya perubahan patofisiologi
C. Rencana intervensi
a. Mengurangi pembengkakan.
b. Mengurangi nyeri
c. Meningkatkan lgs
d. Mencegah kontraktur.
D. Intervensi
dari intervensi pembedahan, dan sebagai hasilnya untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien setelah pembedahan kanker payudara. Oleh karena itu, ini merupakan komponen
Dalam beberapa sumber juga disebut sebagai periode awal pasca rumah sakit.
Profilaksis anti-edema,
Selama periode ini, pijat limfatik pada ekstremitas atas yang dioperasi dan pijat fasia
ke area bedah dilakukan untuk membuat jahitan pasca operasi lebih fleksibel. Untuk latihan
dari periode pertama, latihan pada cycloergometer, latihan umum dan latihan korektif
(terutama memperkuat otot punggung) dan pendidikan ulang postural ditambahkan. Latihan
lambat aktif dari sendi korset bahu harus dilakukan di bidang sagital, frontal dan
transversal. Menurut pedoman praktis untuk rehabilitasi kanker payudara, peregangan aktif
(latihan peregangan) dapat dilakukan setelah satu minggu operasi, yang harus digunakan
selama 6-8 minggu atau sampai diperoleh mobilitas penuh pada anggota tubuh yang lemah.
Selain itu, pasien harus dilatih untuk melakukan pijatan pada tungkai atas dari sisi yang
dioperasi yang mendukung aliran getah bening, yang harus dilakukan pada pagi dan sore
hari selama 10 menit. Sebagian besar, pasien melakukan latihan sendiri di rumah sesuai
dengan petunjuk fisioterapis. Jika terjadi keterbatasan mobilitas yang signifikan pada
ekstremitas atas pada sisi yang dioperasi, latihan dengan mencapai batas nyeri dan pir
(teknik relaksasi latihan pasca isometrik) dilaksanakan. Fisioterapis pada tahap rehabilitasi
ini harus membiasakan pasien dengan norma konduksi dalam kehidupan sehari-hari seperti
menghindari pemuatan dalam waktu lama, mengangkat dan membawa benda berat atau
Mempertahankan mobilitas yang tepat dari ekstremitas atas pada sisi yang
dioperasi,
Berdasarkan tujuan tersebut, latihan dari periode sebelumnya dilanjutkan dan bentuk
gerakan lainnya diperkenalkan dalam bentuk aktivitas di kolam renang, bersepeda, berjalan
kaki atau berjalan ala nordik. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sedang yang
berlangsung sekitar 30 menit di sebagian besar hari mingguan. Dalam sebuah studi yang
dilakukan pada tahun 2009 di klub świętokrzyski "amazons" di kielce, dampak dari latihan
kinesitherapeutic rutin pada fungsi tungkai atas diperiksa bersama dengan penggunaan pijat
limfatik pada wanita satu tahun setelah mastektomi. Satu kelompok secara sistematis
berpartisipasi dalam program kelas, sekitar tiga kali seminggu, dan kelompok lainnya
kurang dari sekali dalam seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang
melakukan latihan secara sistematis, meningkatkan kondisi fungsional tungkai atas mereka
secara signifikan dan risiko limfedema pada sisi yang dioperasi berkurang. Oleh karena itu,
sangat penting bagi pasien untuk melanjutkan program rehabilitasi secara rutin juga setelah
Untuk menambah kekuatan otot, latihan beban digunakan oleh wanita pasca operasi
kanker payudara. Dalam studi terbaru, telah terbukti bahwa latihan beban yang dilakukan
dengan intensitas rendah atau sedang dengan perkembangan yang relatif lambat secara
signifikan meningkatkan kekuatan tungkai atas dan tungkai bawah dan membantu
mempertahankan berat badan yang tepat tanpa meningkatkan risiko limfedema pada
ekstremitas atas [24 ]. Dalam pedoman praktis untuk rehabilitasi wanita setelah perawatan
bedah kanker payudara, dianjurkan untuk melatih latihan ketahanan progresif dari minggu
PENUTUP
A. Implikasi klinis
Fisioterapi pada wanita setelah operasi kanker payudara merupakan proses yang
kompleks dan berjangka panjang. Metode fisioterapi efektif selama pengobatan komplikasi
setelah operasi kanker payudara. Oleh karena itu, diperlukan pembaharuan pengetahuan
secara terus menerus tentang fisioterapi pada wanita pasca operasi kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA