Anda di halaman 1dari 17

FISIOTERAPI PADA ULKUS POST OP CANCER MAMMAE

OLEH :

YULIA APRILIANA

2010306108

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

AISYIYAH YOGYAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

KASUS ULKUS POST OP CANCER MAMMAE

MAKALAH

Disusun oleh :

Yulia Apriliana

2010306108

Makalah Ini Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Stase Integumen

Program Studi Profesi Fisioterapi

Fakultas Ilmu Kesehatan

di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing :

Tanggal : 22 Januari 2021

Tanda tangan:
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik,

dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun

isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus Ulkus post op cancer

mammae” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga

makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat

waktu,

2. Bapak/Ibu pembimbing lahan RS PKU Muhammadiyah Petanahan

3. Bapak/Ibu pembimbing kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah

Yogyakarta.

Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini,

namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.

Kebuman, 22 Januari 2021


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iv

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi cancer mamae..............................................................1

B. Etiologi cancer mammae...........................................................2

C. Patologi cancer mammae..........................................................3

D. Tanda dan gejala ulkus post op cancer mamae......................4

BAB II PROSES FISIOTERAPI

A. Asessment Fisioterapi................................................................

B. Rencana Intervensi.....................................................................

C. Intervensi....................................................................................

D. Diagnosis Fisioterapi..................................................................

BAB III PENUTUP

A. Implikasi Klinis..........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi cancer mamae

suatu kanker yang terbentuk di sel-sel payudara. Kanker payudara dapat terjadi pada

wanita dan jarang pada pria. Gejala kanker payudara termasuk benjolan di payudara,

keluarnya cairan berdarah dari puting, dan perubahan bentuk atau tekstur puting atau

payudara. Penanganan tergantung pada stadium kanker. Penanganan dapat terdiri dari

kemoterapi, radiasi, dan operasi.

Kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering ditemukan di kalangan

wanita sedunia dengan sejumlah 1,38 juta kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya dan

merepresentasikan sekitar 23% dari seluruh kasus kanker pada wanita. Insiden dan

mortalitas kanker payudara berbeda di setiap ras dan umur.1 saat ini kanker payudara

menduduki tempat kedua sebagai penyebab mortalitas pada wanita setelah kanker paru –

paru dan sedikitnya 40.000 meninggal per tahunnya karena penyakit ini di seluruh

dunia.2,3 di indonesia sendiri berdasarkan data sistem informasi rumah sakit tahun 2007,

kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit

di indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).4 kanker payudara pada

wanita remaja dan dewasa muda didefinisikan sebagai keganasan payudara pada rentang

umur per 100.000 wanita6 menduduki 14% dari seluruh kasus kanker dan menempati 7%

dari seluruh diagnosis kanker payudara pada seluruh umur

luka kanker atau dikenal sebagai fungating wound merupakan kerusakan integritas

kulit yang disebabkan oleh infiltrasi sel maligna. Luka kanker adalah salah satu luka kronik

yang berhubungan dengan kanker stadium lanjut. Luka kanker terjadi ketika kanker yang
tumbuh dibawah kulit merusak lapisan kulit sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan

kanker, luka kanker juga akan menyebabkan penghambatan dan merusak pembuluh dara

tipis, dimana daerah tersebut hipoksia yang akan menyebabkan kulit dan jaringan menjadi

nekrosisi.

B. Etiologi cancer mammae

etiologi kanker payudara bersifat multifaktor yang mencakup faktor-faktor genetik,

lingkungan dan reproduksi yang saling berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks

(kubba, 2003). Hasil penelitian dengan konsisten menunjukkan bahwa faktor-faktor

reproduksi berhubungan dengan risiko kanker payudara pada perempuan (kelsey et al.,

1997; haile et al., 2006). Faktor-faktor risiko reproduksi untuk kanker payudara meliputi

nuliparitas atau tidak pernah melahirkan, kehamilan pertama aterm yang terlambat,

menarke atau menstruasi pertama pada usia dini, serta menopause terlambat (mcpherson et

al., 2000; kubba, 2003). Di samping merupakan faktor risiko untuk kanker payudara, faktor

reproduksi juga merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium dan endometrium.

Berdasarkan beberapa penelitian tentang adanya hubungan antara faktor-faktor reproduksi

dan kanker payudara dapat disimpulkan bahwa hormon steroid endogen memiliki peran

penting di dalam etiologi kanker payudara. Mekanisme umum yang berlangsung untuk

ketiga jenis kanker adalah adanya paparan hormon estrogen yang berlangsung lama dan

siklis terhadap jaringan yang sensitif, seperti jaringan payudara, ovarium dan endometrium

yang dipengaruhi oleh ovulasi terus-menerus (kubba, 2003).

C. Patologi cancer mammae

patofisiologi menurut (hasdianah & suprapto, 2014:63) beberapa jenis kanker

payudara sering menunjukan disregulasi hormon hgf dan onkogen met, serta ekspresi

berlebihan enzim ptk-6.

a. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut

transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.


b. Fase inisiasi pada tahap inisiasi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang

memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh

suatu agen yang disebut karsinogen.

c. Fase promosi pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan

berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh

oleh 17 promosi. Karena itu diperukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.

d. Fase metastasis metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada

kanker payudara. Beberapa diantaranya disertai dengan komplikasi lain.

D. Tanda dan gejala ulkus post op cancer mamae

1. Eksudat banyak

2. Bau tidak sedap

3. Nyeri

4. Mudah berdarah

5. Gatal-gatal

6. Ekskoriasi kulit sekitar luka

7. Infeksi lokal
BAB II

PROSES FISIOTERAPI

A. Assesment fisioterapi

1. Anamnesis pada kasus ini

anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien (auto anamnesis). Anamnesis

dikelompokkan menjadi :

a. Anamnesis umum pada anamnesis umum didapatkan data berupa ; (1) nama (2)

umur : (3) agama (4) pekerjaan (5) alamat (6) no.catatan medik

b. Anamnesis khusus informasi yang diperoleh dari anamnesis khusus berupa :

1) Keluhan utama

keluhan utama pasien pada kasus ini adalah adanya odeam pada bagian yang

mengalami luka bakar, nyeri dan dalam beberapa kasus terjadi kontraktur.

2) Riwayat penyakit sekarang

riwayat penyakit sekarang yaitu gambaran singkat perjalanan pasien saat

mengalami kasus tersebut hingga treatment yang sudah di jalankan.

3) Riwayat penyakit dahulu

gambaran singkat mengenai pasien apakah pernah mengalami kasus yang

sama di masa lampau atau adakah riwayat medis lain.

4) Riwayat penyakit penyerta.

gambaran singkat mengenai riwayat penyakit penyerta pasien apakah pasien

sedang mengalami peyakit lainnya.


5) Riwayat pribadi

gambaran mengenai identitas pasien baik pekerjaan, aktifitas atau lingkungan

tempat tinggal.

6) Riwayat keluarga

Gambaran mengenai keluarga apakah menderita penyakit yang sama

c. Anamnesis system

dilakukan untuk mengetahui tentang ada tidaknya keluhan atau gangguan

yang berhubungan dengan system yang lain didalam tubuh.

1) Kepala dan leher dalam anamnesis pasien apakah ada mengeluh pusing dan kaku

leher.

2) Kardiovaskuler dalam anamnesis pasien apakah ada keluhan nyeri dada dan

jantung berdebardebar.

3) Respirasi apakah ada keluhan sesak napas dan batuk.

4) Gastrointestinalis apakah ada keluhan mual, muntah, bab lancar dan terkontrol.

5) Urogenetalis bak apkah lancar atau terkontrol.

6) Muskuloskeletal apakah mengalami pengecilan, penurunan kekuatan otot

penggerak dan keterbatasan pada area yang terkena atau anggota gerak lainnya

7) Nervorum apakah ada keluhan kesemutan

2. Pemeriksaan obyektif

pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

a. Vital sign terdiri dari ; (1) tekanan darah, (2) nadi,(3) pernapasan, (3) temperatur,
(4) tinggi badan, (5) berat badan.

b. Inspeksi dari pemeriksaan inspeksi statis apakah ada atropi pada tungkai atau

kontraktur, sedangkan inspeksi secara dinamis dapat diamati bahwa pada saat

berjalan tidak normal/pincang dan badan membungkuk.

c. Palpasi palpasi pada kasus ini untuk menentukan apakah ada odeam, spasme, nyeri

dan suhu local pada sisi yang

d. Perkusi pada kondisi ini perkusi tidak dilakukan.

e. Auskultasi pada kasus ini auskultasi tidak dilakukan.

3. Pemeriksaan gerak pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak aktif dan

pemeriksaan gerak pasif.

a. Pemeriksaan gerak aktif pada kasus ini pemeriksaan gerak aktif dilakukan mandiri

oleh pasien dengan posisi ternyaman pasien.

b. Pemeriksaan gerak pasif pada kasus ini mengukur rom pada anggota gerak atas

maupun bawah dengan endfeel

c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan pada kasus ini pasien di minta untuk

menggerakan anggota gerak dengan di beri tahanan pada bagian distal dengan

tahanan minimal maupun maksimal oleh trapis.

4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal pemeriksaan kognitif apakah

memori pasien bagus, pasien mampu memahami dan mengikuti instruksi terapis

dengan baik. Pemeriksaan intrapersonal apakah mempunyai semangat untuk cepat

sembuh. Pemeriksaan interpersonal apakah pasien mampu berkomunikasi dan

berinteraksi dengan terapis dan lingkungan asrama.

5. Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas pemeriksaan fungsional dan aktivitas


meliputi :

a. Fungsional dasar pada kasus ini apakah pasien mengalami kesulitan atau gangguan

saat melakukan aktifitas fungsional dasar seperti berdiri keduduk serta duduk

keberdiri.

b. Aktivitas fungsional : pada kasus ini, apakah pasien mampu berjalan dan naik turun

tangga meski dengan atau tanpa bantuan.

6. Pemeriksaan spesifik pemeriksaan fisik ini meliputi :

A. Pemeriksaan lingkup gerak sendi

B. Pemeriksaan panjang tungkai

C. Akivitas fungsional berupa makan, berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan

sebaliknya/termasuk duduk ditempat tidur, kebersihan diri (mencuci muka, menyisir,

mencukur dan menggosok gigi), aktifitas ditoilet (menyemprot, mengelap), mandi,

berjalan ditempat datar (jika tidak mampu jalan melakukannya dengan kursi roda), naik

turun tangga , berpakaian (termasuk mengenakan sepatu), mengontrol bab, mengontrol

bak.

B. Diagnosis fisioterapi

diagnosis adalah penentuan suatu jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala

yangditemukan dalam proses pemeriksaan. Diagnosis merupakan kesimpulan dari

anamnesis,pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang lainnya.diagnosis fisioterapi

adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasiadanya gangguan ataupun

potensi timbulnya gangguan, keterbatasan fungsi danketidakmampuan atau kecacatan.

Diagnosis ft dihasikan dari pemeriksaan dan evaluasiyang dapat menunjukkan adanya

disfungsi gerak dan dapat mencangkup.

1. Gangguan/kelemahan (impairment)
2. Limitasi fungsi (functional limitations)

3. Ketidakmampuan(disabilities )

4. Sindrom( syndromes ).

pada penegakan diagnosis, fisioterapis terkadang membutuhkan informasitambahan

(informasi yang diluar dari pengetahuan, pengalaman, dan kemampuanfisioterapis) yang

berupa kerjasama dengan profesi lain, misalnya dengan bagian radiologi. Adapun

tujuan dari penegakan diagnosis dalam proses ft ini adalah :

1. Untuk membantu menggambarkan kondisi atau jenis penyakit yang diderita

olehpasien.

2. Untuk menuntun menentukan prognosis

3. Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan

bermanfaat.

berikut adalah beberapa jenis diagnosis, yaitu :

1. Diagnosis topik : diagnosis ini mencakup topik apa yang mengalami

masalah.misalnya : muskulo, neuro, dll.

2. Diagnosis klinik : diagnosis ini mencakup gejala dan keluhan seperti apa

yangtimbul. Misalnya : nyeri, stiffness, iritasi, dll.

3. Diagnosis kerja : diagnosis ini mencakup kegiatan atau pekerjaan apa

yangmenyebabkan timbulnya masalah. Misalnya : kecelakaan lalu lintas,

olahraga,trauma, dll.

4. Diagnosis fungsi : diagnosis ini mencakup mengenai fungsi apa yang

terganggu.misalnya : gangguan fungsi gerak knee, gangguan adl, gangguan

koordinasi, dll.

pada umumnya, diagnosis ft hanya terkait pada diagnosis fungsi. Namun,

agar terciptanya kemandirian dan kemitraan profesi fisioterapi maka harus dilengkapi


dengan diagnosis topik, diagnosis klinik, dan diagnosis kerja. Diagnosis fungsi ft dapat

saja berubah dalam topik dan klinik yang sama karena adanya perubahan patofisiologi

C. Rencana intervensi

1. Tujuan jangka pendek.

a. Mengurangi pembengkakan.

b. Mengurangi nyeri

c. Meningkatkan lgs

d. Mencegah kontraktur.

2. Tujuan jangka panjang.

Mengembalikan aktivitas fungsional.

D. Intervensi

fisioterapi bertujuan untuk mencegah, mengurangi atau menghilangkan akibat buruk

dari intervensi pembedahan, dan sebagai hasilnya untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien setelah pembedahan kanker payudara. Oleh karena itu, ini merupakan komponen

yang sangat diperlukan dalam proses rehabilitasi mereka

Periode rawat jalan awal.

Dalam beberapa sumber juga disebut sebagai periode awal pasca rumah sakit.

Penatalaksanaan fisioterapi berfokus pada: 

 Profilaksis anti-edema,

 Peningkatan jangkauan pergerakan sendi ekstremitas atas pada sisi mastektomi, 


 Peningkatan kinerja keseluruhan pasien,  

 Pemeliharaan kekuatan otot.

Selama periode ini, pijat limfatik pada ekstremitas atas yang dioperasi dan pijat fasia

ke area bedah dilakukan untuk membuat jahitan pasca operasi lebih fleksibel. Untuk latihan

dari periode pertama, latihan pada cycloergometer, latihan umum dan latihan korektif

(terutama memperkuat otot punggung) dan pendidikan ulang postural ditambahkan. Latihan

lambat aktif dari sendi korset bahu harus dilakukan di bidang sagital, frontal dan

transversal. Menurut pedoman praktis untuk rehabilitasi kanker payudara, peregangan aktif

(latihan peregangan) dapat dilakukan setelah satu minggu operasi, yang harus digunakan

selama 6-8 minggu atau sampai diperoleh mobilitas penuh pada anggota tubuh yang lemah.

Selain itu, pasien harus dilatih untuk melakukan pijatan pada tungkai atas dari sisi yang

dioperasi yang mendukung aliran getah bening, yang harus dilakukan pada pagi dan sore

hari selama 10 menit. Sebagian besar, pasien melakukan latihan sendiri di rumah sesuai

dengan petunjuk fisioterapis. Jika terjadi keterbatasan mobilitas yang signifikan pada

ekstremitas  atas pada sisi yang dioperasi, latihan dengan mencapai batas nyeri dan pir

(teknik relaksasi latihan pasca isometrik) dilaksanakan. Fisioterapis pada tahap rehabilitasi

ini harus membiasakan pasien dengan norma konduksi dalam kehidupan sehari-hari seperti

menghindari pemuatan dalam waktu lama, mengangkat dan membawa benda berat atau

mengukur tekanan arteri pada tungkai atas yang dioperasi. 

Periode rawat jalan terlambat 

Tujuan dari periode terakhir perawatan rehabilitasi adalah: 

 Mempertahankan mobilitas yang tepat dari ekstremitas atas pada sisi yang

dioperasi,  

 Mempertahankan fungsi dan kebugaran,  


 Mencegah atau mengurangi edema yang ada,

 Mempertahankan postur tubuh yang benar, 

 Memperbaiki psikofisik keadaan pasien. 

Berdasarkan tujuan tersebut, latihan dari periode sebelumnya dilanjutkan dan bentuk

gerakan lainnya diperkenalkan dalam bentuk aktivitas di kolam renang, bersepeda, berjalan

kaki atau berjalan ala nordik. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sedang yang

berlangsung sekitar 30 menit di sebagian besar hari mingguan. Dalam sebuah studi yang

dilakukan pada tahun 2009 di klub świętokrzyski "amazons" di kielce, dampak dari latihan

kinesitherapeutic rutin pada fungsi tungkai atas diperiksa bersama dengan penggunaan pijat

limfatik pada wanita satu tahun setelah mastektomi. Satu kelompok secara sistematis

berpartisipasi dalam program kelas, sekitar tiga kali seminggu, dan kelompok lainnya

kurang dari sekali dalam seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang

melakukan latihan secara sistematis, meningkatkan kondisi fungsional tungkai atas mereka

secara signifikan dan risiko limfedema pada sisi yang dioperasi berkurang. Oleh karena itu,

sangat penting bagi pasien untuk melanjutkan program rehabilitasi secara rutin juga setelah

sembuh dari kanker payudara. 

Untuk menambah kekuatan otot, latihan beban digunakan oleh wanita pasca operasi

kanker payudara. Dalam studi terbaru, telah terbukti bahwa latihan beban yang dilakukan

dengan intensitas rendah atau sedang dengan perkembangan yang relatif lambat secara

signifikan meningkatkan kekuatan tungkai atas dan tungkai bawah dan membantu

mempertahankan berat badan yang tepat tanpa meningkatkan risiko limfedema pada

ekstremitas atas [24 ]. Dalam pedoman praktis untuk rehabilitasi wanita setelah perawatan

bedah kanker payudara, dianjurkan untuk melatih latihan ketahanan progresif dari minggu

ke-4 atau ke-6 setelah operasi


BAB 3

PENUTUP

A. Implikasi klinis

Fisioterapi pada wanita setelah operasi kanker payudara merupakan proses yang

kompleks dan berjangka panjang. Metode fisioterapi efektif selama pengobatan komplikasi

setelah operasi kanker payudara. Oleh karena itu, diperlukan pembaharuan pengetahuan

secara terus menerus tentang fisioterapi pada wanita pasca operasi kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai