Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN KOMPREHENSIF 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA MAMAE

DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

oleh

Eka Mei Dianita 152310101053

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS KEPERAWATAN

2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus komprehensif 1 yang dibuat oleh:

Nama : Eka Mei Dianita

Nim : 152310101053

Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien Ca Mamae di ruang Flamboyan Rumah


SAAkit Tingkat III Baladhika Husada

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 11 Januari 2018

Jember, 11 Januari 2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Muhammad Zulfatul A’la.S.Kep.,M.Kep


NIP198805102015041002 NIP.............................

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................iii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT .......................................................................................... 1
1.1 Anatomi Fisiologi Payudara ............................................................................................. 1
1.2 Definisi Penyakit................................................................................................................ 3
1.3 Epidemiologi ...................................................................................................................... 3
1.4 Etiologi ............................................................................................................................... 4
1.5 Klasifikasi........................................................................................................................... 5
1.6 Patofisiologi ........................................................................................................................ 7
1.7 Manifestasi Klinik ............................................................................................................. 8
1.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................... 9
1.9 Penatalaksanaan kanker payudara ............................................................................... 10
1.10 Komplikasi ....................................................................................................................... 13
BAB II CLINICAL PATHWAY .................................................................................................... 14
2.1 Pathway ............................................................................................................................ 14
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CA MAMAE ................................ 15
3.1 Pengkajian ............................................................................................................................. 15
3.2 Diagnosa ................................................................................................................................. 20
3.3 Perencanaan Keperawatan................................................................................................... 20
3.4 Implementasi ................................................................................................................... 29
BAB IV. DISCHARGE PLANNING ............................................................................................. 33
4.1 Discharge Planning ......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 38

iii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Payudara


Anatomi payudara
Payudara adalah alat tubuh yang letaknya di permukaan, sehingga apabila terjadi
kelainan mudah diketahui oleh penderita sendiri atau dokter yang memeriksa. Namun
dekimian, karena kanker payudara pada stadium awal tidak menimbulkan rasa sakit dan
adanya benjolan kecil pada payudara sering tidak diperhatikan, maka biasanya tumor/
kanker payudara diketahui setelah mencapai stadium lanjut. (Purwoastuti, 2008)
Konstituen utama payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan
lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atau
lobus oleh septum fibrosa,yang berjalan dari belakang putting payudara kearah otot
pektoralis. Septum ini penting untuk melokalisasi infeksi, yang sering terlihat sebagai
meradang di permukaan payudara (Dunstall, 2007). Payudara nonlaktasi mempunyai
berat antara 150 sampai 225 gram, sedangkan payudara laktasi bisa lebih dari 500 gram.
(Sabiston, 1995)

Gambar 1 Lobulus dan duktus payudara


(Zuiedema, 1999)
Keterangan:
A. Duktus pembesaran
B. Lobulus A. sel-sel normal

1
C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu B. membrane sel
D. putting susu C. lumen
E. Jaringan lemak
F. Otot pektoralis mayor
G. Dinding dada
Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase
lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper menghubungkan dinding dada pada
kulit payudara dan memberikan bentuk payudara dan keelatisannya.( Long, 2000 ).

Gambar 2 payudara
(Zuidema, 1999)
Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang
dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul

2
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga
terjadi waktu hamil dan menyusui. (Sjamsuhidajat, 2004)

1.2 Definisi Penyakit


Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah. (Kusuma & Nurarif, 2015)
Kanker payudara atau Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak
terkendali pada kelenjar penghasil susu (lobular) saluran kelenjar dari lobular ke putting
payudara (duktus), dan jaringan penunjang payudara yang mengelilingi lobular, duktus,
pertumbuhan darah dan pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara. (American
Cancer Society, 2014)
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara yang
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara
terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi
sehingga sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan (Mardiana,
2004).

1.3 Epidemiologi
Jumlah penderita kanker payudara diseluruh dunia terus mengalami peningkatan,
baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara Barat maupun pada insiden
rendah seperti di banya daerah di Asia. (Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker
Payudara Terpadu Paripurna, 2002).
Merupakan penyebab utama dalam hal ini insiden dan kematian yang terjadi akibat
kanker pada wanita. Pada tahun 2000 insiden kanker payudara di Indonesia berdasarkan
ASR adalah sebesar 20,6 (20,6 per 100.000 penduduk) dengan mortalitas sebesar 10,1

3
(10,1 per 100.000 penduduk) atau se anyak 10.753 orang. Sedangkan pada tahun 2005
mortalitas akibat kanker payudara menurut ASR adalah sebesar 10,9 per 100.000
penduduk dengan jumlah kematian sebanyak 12.352 orang. Kanker payudara merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena mortalitas dan mortalitas yang tinggi.
(Budiman., Khambri & Bchtiar, 2013)
Kanker payudara merupakan kanker ke dua terbanyak setelah kanker leher rahin pada
wanita di Indonesia. Insiden kanker payudara di Indonesia berdasarkan ASR adalah
sebesar 26 per 100.000 penduduk wanita dengan mortalitas mencapai 11,3 per 100.000
penduduk wanita. (Globocan, 2002)

1.4 Etiologi

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap jenis kanker mempunyai banyak
faktor dan tahapan yang mengarah pada terjadinya perubahan sel normal menjadi sel
kanker. Pengamatan pada penderita, hubungan kebiasaan hidup pada kelompok penderita
kanker tertentu yang dibandingkan dengan kelompok orang sehat. Sekitar 5-10% dari
kanker terjadi akibat adanya kelainan genetic yang diturunkan. Anggota keluarga dengan
faktor genetic ini mempunyai risiko yang meningkatkan untuk timbulya tipe tertentu
kanker. (Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara, 2002)
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi beberapa faktor telah
ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetic. Kanker payudara memperlihatkan
proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lous payudara. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormon steroid
yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara.
(Brunner & Suddarth).
Faktor resiko terjadinya kaker payudara: (Brunner & Suddarth)
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita
dengan kanker payudara

4
3. Manarker dini
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
5. Monopouse pada usia lanjut
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
beresiko hampir 2 kali lipat
8. Obesitas-resiko terendah diantara wanita pascamonopouse
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi pergantian hormone
11. Masukan alkohol

1.5 Klasifikasi
Berdasarkan ketentuan dari American Joint Committee On Cancer (AJCC:1992),
mengklasifikasikan kanker payudara dengan sistem TNM (T=Tumor Size, N=Node,
M=Metastase). Sistim TNM dinilai tiga faktor utama yaitu Tumor size yaitu ukuran
tumor, Node yaitu kelenjar getah bening regional dan Metastase atau penyebaran jauh
(Price & Lorraine, 2006).

Klasifikasi & Stadium Kanker Payudara

5
1. T (Tumor size) atau ukuran tumor

T 0: tidak ditemukan tumor primer.


T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm.
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
2. N (Node) atau kelenjar getah bening regional (KGB)
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla.
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb
di mammary interna di dekat tulang sternum
Stadium Kanker Payudara
1. Stadium 0
Stadium 0 adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menjelaskan adanya sel
yang abnormal, dimana sel tersebut bukanlah kanker invasif. Pada stadium ini
terapi yang dapat dipilih antara lain lumpectomy dengan radiasi atau mastektomi
sederhana. Pada stadium 0, ukuran TNM adalah T0 N0 M0.
2. Stadium 1
Stadium 1 merupakan stadium awal pada kanker payudara infasif dimana sel
kanker telah menyerang jaringan payudara di sekitar tempat kanker tersebut
berawal tetapi belum menyebar ke organ lain atau kelenjar getah bening. Ukuran
tumor tidak lebih dari 2 cm. Pada stadium ini, mastektomi parsial disertai radiasi

6
dapat dilakukan untuk penatalaksanaan lanjutan. Pada stadium 1, ukuran TNM
adalah T1 N0
3. Stadium 2
kuran tumor pada stadium 2 antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ
lain maupun kelenjar getah bening. Pada stadium ini terapi radiasi disarankan
sebelum dan sesudah pembedahan, selain itu terapi dengan menggunakan hormon
dan kemoterapi (terapi adjuvan sistemik) juga dapat dilakukan. Pada stadium 2
A, ukuran TNM adalah T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0 sedangkan stadium 2
B adalah T2 N1 M0 / T3 N0 M0.
4. Stadium 3
Ukuran tumor pada stadium ini 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar
ketiak, intra dan supraklavikular, infiltrasi ke fasia pectoralis. Pada stadium ini
akan dilakukan kemoterapi atau radiasi untuk memperkecil ukuran tumor, setelah
itu baru dilakukan mastektomi. Pada stadium 3 A, ukuran TNM adalah T0 N2 M0
/ T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0. Sedangkan Stadium 3 B,
ukuranya adalah T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0.
5. Stadium 4
Kanker payudara pada stadium ini sudah metastase ke bagian yang jauh,
contohnya ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru dan hati. Pada stadium ini,
terapi sistemik merupakan terapi yang utama. Kemoterapi dan terapi hormon
dapat memperkecil tumor, memperbaiki gejala dan membantu pasien hidup lebih
lama. Pada stadium 4, ukuran TNM adalah Tx Nx M1.

1.6 Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik.
Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu

7
kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).

1.7 Manifestasi Klinik


Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma atau
penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan
tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja
dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar
jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri.
Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur,
keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat
menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri yang
jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus
yang lebih lanjut. ( Smeltzer & Bare, 2002 )
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak terdapat tanda
dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara

8
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran) uas, maka tanda
dan gejala yang biasa muncul adalah:
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
3. Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk
yang sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paru
paru dengan dinding dada sehingga akan menimbulkan kesulitan
dalam bernafas.
4. Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5. Fungsi hati abnormal.

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Scan (Misal: MRI,CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostic,
identifikasi metastatic dan evaluasi.
2. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan deteksi dini
kanker / tumor. Dilakukan pada wanita berusia diatas 20 tahun
3. Mamografi, pemeriksaan sinar-x payudara untuk mengidentifikasi kanker sebelum
benjolan pada payudaraa diraba dianjurkan untuk 40 tahun keatas.
4. Pemeriksaan USG untuk membedakan lesi/ tumor
5. Pemeriksaan USG untuk histopatologis yang dilakukan dengan:
1. Biopsy eksisi, dengan menganggkut seluruh jaringan tumor beserta sedikit
jaringan sehat disekitarnya bila tumor 2 cm
2. Bipsis insisi, dengan mengangkat sebagai jaringan tumor dan sedikit jaringan
sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm
6. Termografi adalah cara pemeriksaan menggunakan sinar infared
7. Ultrasonografo adalah memeriksa berdasarkan menggunakan sinar infared

9
8. Ultrasonografi adalah memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya
dapat membedakan lesi/tumor yang solit dan kistik dan ukuran lesi dapat lebih akurat.
Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 Mhz hingga 10 Mhz bahkan lebih
dari 10 Mhz
9. Xerografi adalah suatu “fotoelectri imaging system” berdasarkan pengetahuan
xerograf.
10. Seintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan
radio isotope Tc 99 sestamibi yang dilabel dengan keloid dengan ukuran 50-200 nm
karena akan mempengaruhi jalannya radio isotope ke sel getah bening.

1.9 Penatalaksanaan kanker payudara


Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara adalah
1. Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal:
a. Mastektomi radiasi yang modifikasi
b. Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi, limfektomi
(pengangkatan jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan
kulit lapisan atas tetap di tempatnya).
2. Mastektomi
Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh payudara dan beberapa
nodus limfe. Tujuannya : untuk menghilangkan tumor payudara dengan membuang
payudara dan jaringan yang mendasari.
3. Rekontruksi / pembedahan
Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan tindakan pembedahan tergantung pada
stadium 1 dan 11 lakukan mastektomi radikal, bila ada metastasis dilanjutkan dengan
radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat juga dilakukan mastektomi simplek
yang harus di ikuti radisi tumor bed.Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran
sentral.

10
4. Terapi Hormonal
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan sekresi hormon esterogen.
5. Tranplantasi sumsum tulang
Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di lakukan adalah
pengangkatan sumsum tulang dan memberikan kemoterapi dosis tinggi, sumsum
tulang pasien yang di pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan ke
IV.
6. Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryani & Sukaca (2009) Menjelaskan bahwa
penatalaksanaan cancer mammae tergantung tipe dan stadium yang dialami penderita.
Salah satunya dengan Kemoterapi:
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker yang dapat
diberikan secara oran atau intervenous, cara pemberian obat secara:
a. Secara oral
Diberikan secara berseri (biasanya diminum selama 2 minggu, istirahat 1
minggu).
b. Secara intravenous
Diberikan dalam 6 kai kemo yang berjarak 3 minggu untuk full dosis.

Kemoterapi adjuvant, diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis cancer


mammae yang belum menyebar dengan tujuan mengurangi risiko timbulnya kembali
cancer mammae. Sel-sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor payudara asal dan
menyebar melalui aliran darah. Sel-sel ini tidak menyebabkan gejala dan tidak
muncul pada sinar-x serta tidak dapat dirasakan pada pemeriksaan fisik. Namun
memiliki peluang untuk tumbuh dan membentuk tumor baru di tempat lain di tubuh.
Kemoterapi adjuvant ini dapat diberikan untuk mencari dan membunuh sel-sel ini.
Mulyani & Nuryani (2013)
Neoadjuvant kemoterapi merupakan kemoterapi yang diberikan sebelum operasi
dan bermanfaat mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga cukup kecil
untuk melakukan lumpectomy. Mulyani & Nuryani (2013)

11
Efek samping yang umumnya dirasakan adalah:
a. Rambut rontok
b. Kuku dan kulit menghitam dan kering
c. Mual dan mutah
d. Anoreksia
e. Perubahan siklus menstruasi
f. Mudah lelah
Oba-obat kemoterapi yang biasaa digunakan pada kanker payudara adalah:
a. Cyclophosphamid (cytoxan, neosar).
b. Methotrexate.
c. Fluorouracil (5-Fu, Adrucil).
d. Paclitaxel (Taxol).
e. Docetaxel (Taxotere).
f. Vinorelbine (Navelbine).
g. Gemcitabine (Gemzar), dll.
Contoh kombinasi obat:
a. CMF (cyclophosphamide, methotrexate, dan 5-Fu).
b. FAC (5-Fu, doxorubicin, cyclophosphamide)
c. TAC (docetaxel, doxorubicin, cyclophosphamide)
d. GT (gemcitabine dan paclitaxel)
Perawatan pasien dengan post kemoterapi: Mulyani & Nuryani (2013)
a. Anoreksia
Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan kepada pasien
cara mengatur makanan: Kebutuhan karbohidrat, sebagai sumber energi harus
dikonsumsi secara teratur. Kebutuhan protein, penting karena banyak
mengandung vitamin dan mineral. Untuk menambah masukan protein bisa
juga dengan makan telur rebus, daging, yoghurt.

12
b. Perubahan indra pengecap
Hindari makanan yang pahit, makanan lunak berprotein ( susu, ikan, ayam ),
pertahankan rasa manis, konsumsi makanan tambahan, lakukan tes
pengecapan.
c. Mual dan muntah
Untuk mencegah mual dan muntah
1. Makan makanan yang dingin karena makanan panas meningkatkan
sensasi mual.
2. Minum segelas jus apel, lemon, teh untuk meredakan mual.
3. Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas
4. Hindari makan dan minum 1-2 jam sebelum dan setelah kemoterapi
5. Gunakan teknik distraksi (Musik, radio, televisi)
6. Gunakan untuk tidur saat terasa mual
d. Diare
Hindari makanan yang mengiritasi lambung, seperti: sereal, roti dari tepung,
kacang, biji-bijian, coklat, buah segar atau yang dikeringkan, jus buah
(pisang, avocado, apel dan anggur diperbolehkan.

1.10 Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

13
BAB II CLINICAL PATHWAY
2.1 Pathway

Sumber: Nurul, A.H & Kusuma, H (2013)

14
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CA MAMAE
3.1 Pengkajian
Menurut Wijaya & Putri (2013), data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang
dikumpulkan melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan
diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik
adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, anaisa data dan diagnose
keperawatan.
a. Identitas
Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50 tahun ke
atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
b. Riwayat kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit : adanya benjolan pada payudara dan keluar
nanah
2. Keluhan saat pengkajian : terdapat luka yang belum sembuh dan nodul
yang keluar nanah pada payudara, serta nyeri.
3. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit tidak pernah menderita
penyakit yang parah sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga : Kanker payudara dapat disebabkan oleh
keturunan dari anggota keluarga yang mengidap kanker payudara
c. Riwayat sosial
1. Hubungan dengan anggota kelaurga
Hubungan dengan anggota keluarga. Suami, anak dan anggota yang lain. Saling
memberikan dukungan untuk pasien dengan membawakan makanan yang sehat.
2. Pembawaan secara umum
Pasien tampak jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar
3. Lingkungan rumah
Kondisi rumah pasien dekat jalan raya atau terdapat banyak asap kendaraan.

15
d. Pemenuhan kebutuhan dasar

16
e. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital Hidung
TD : 130/80 Bentuk : simetris
N : 80 X/menit Perdarahan : -
RR : 20x/ menit Polip :-
TB : - Sinusitis :-
S :-
BB sekarang : -
Wajah Mulut
Bentuk : simetris Bentuk : Simetris
Oedema : - Warna : Merah
Conjungtiva : Anemis Kelembapan : Lembab
Sclera : Putih
Leher Paru-paru
Pembesaran konjungtiva : - 1. Inspeksi : pengembangan dinding
Peningkatan JVP :- dada kiri=kanan
2. Palpasi : fremitus raba normal
3. Perkusi : sonor
4. Auskultasi : vesikuler normal
Payudara Jantung
1. Bentuk payudara : Asimetris, 1. Inspeksi : ictus cordis tidak terihat
payudara nodu-nodul yang bernanah. 2. Palpasi : tidak terdapat pembesaran
2. Putting susu : sudah tidak ada putting jantung
susu 3. Perkusi : Redup
3. Hiperpigmentasi : areola dan putting 4. Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan II
payudara mengalami hiperpigmentasi (regular)

17
4. Kebersihan : Payudara
mengeluarkan nanah yang
keluar dari nodul-nodu;
5. Benjolan abnormal : terdapat
nodul-nodul yang mengeluarkan
nanah pada payudara
6. Lain-lain : terdapat nyeri tekan
pada payudara dengan skala
nyeri 5

f. Pengkajian faktor predisposisi


- Obesitas : -
- Status pernikahan : nikah
- Jumlah anak :-
- Usia ketika melahirkan anak pertama : -
- Pemberian ASI : Pasien menyusi anaknya
- Penggunaan KB : pasien menggunakan KB suntik setiap 3 bulan sekali
- Konsumsi rokok : pasien tidak mengonsumsi rokok
- Riwayat tumor :-
- Riwayat keluarga penderita kanker :pasien tidak memiliki anggota keluatga
yang menderika kanker
g. Pengkajian psikososial
- Konsep diri
Pasien merasa malu dengan keadaanya, terutama payudara yang telah dilakukan
mastektomi. Merasa ada yang hilang dari tubuhnya
- Kognitif
Pasien belum tahu penyebab kanker payudara dan faktor yang dapat memicu
kanker payudara

18
- Behavior
Pasien malu untuk berinteraksi dengan teman sekitarnya
- Mekanisme koping
Pasien berdoa dan bercerita kepada keluarga setiap masalah
- Peran
Perannya sebagai istri dan orang tua berkurang karena dirawat di rumah sakit
- Support sistem
Pasien mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya mendukung untuk sembuh
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang klinis
a. Pemeriksaan radiologist
1. Mammografi/ USG Mamma
2. X-foto thoraks
3. Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen,
bone scan, CT scan.
b. Pemeriksaan laboraturium
1. Darah lengkap, urin
2. Gula darah puasa dan 2 jpp
3. Enxym alkali sposphate, LDH
4. CEA, MCA, AFP
5. Hormon reseptor ER, PR
6. Aktivitas estrogen/ vaginal smear.
c. Pemeriksaan sitologis
1. FNA dari tumor.
2. Cairan kista dan efusi pleura.
3. Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal
seperti darah atau nanah

19
3.2 Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien cancer
mammae adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
2. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Mastektomi
6. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetabolisme ke jaringan

3.3 Perencanaan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1.Lakukan 1.Informasi
dengan adanya intervensi keperawatan pengkajian nyeri memberikan data
penekanan massa selama 3 x 24 jam secara dasar untuk
tumor diharapkan nyeri berkurang komprehensif, mengevaluasi
atau dapat mentolerir nyeri. termasuk lokasi, kebutuhan/keefektifan
Dengan kriteria hasil: karakteristik, intervensi.
1. Klien mampu mengontrol durasi, frekuensi,
rasa nyeri. maupun kualitas.
2. Melaporkan bahwa nyeri 2.Berikan 2.Memungkinkan
berkurang dengan pengalihan seperti pasien untuk
menggunakan reposisi dan berpartisipasi secara
manajemen nyeri. aktivitas aktif dan
menyenangkan

20
3. Mampu mengenali nyeri seperti meningkatkan rasa
(skala, intensitas, mendengarkan control.
frekuensi, dan tanda music atau
nyeri). menonton TV.
4. Menyatakan merasa 3.Evaluasi 3.Evaluai dilakukan
nyaman setelah nyeri keefektifan setelah mengajarkan
berkurang control nyeri teknik pengalihan ,
sehingga mengetahui
kebutuhan pasien.
4. Kolaborasi dalam 4. Nyeri adalah
pemberian komplikasi sering dari
anakgesik kanker, meskipun
respon individu
berbeda. Saat
perubahan penyakit/
pengobatan terjadi,
penilaian akan
diperlukan
2 Cemas Setelah dilakukan 1.Gunakan 1. Pasien yang cemas
berhubungan intervensi keperawatan pendekatan yang memerlukan teman
dengan perubahan selama 1 x 24 jam menenangkan dan ketenangan daam
gambaran tubuh diharapkan cemas mengungkapkan
berkurang. kecemasannya
Dengan kriteria hasil
1.Klien mampu 2. Jelaskan semua 2. Prosedur, dampak
mengidentifikasi dan prosedur dan apa dan segala yang

mengungkapkan gejala yang dirasakan berkaitan dengan

cemas. selama prosedur terapi diberikan.

21
2.Mengidentifikasi, Hal ini membuat
mengungkapkan, dan pasien tahu
menunjukkan teknik mengenai
mengontrol cemas. dampaknya, dan
3.Vital sign dalam batas dapat mengambil
normal. keputusan yang

4.Postur tubuh, ekspresi tepat.

wajah, bahasa tubuh dan


3.Dorong pasien 3. Memberikan
tingkat aktivitas
untuk kesempatan untuk
menunjukkan
mengungkapkan memeriksa rasa
berkurangnya kecemasan
perasaan, takut realistis serta
ketakutan, kesalahan konsep
persepsi tentang diagnosis.

3.
4. Bantu pasien atau 4. Keterampilan
orang terdekat koping sering rusak
dalam mengenali setelah diagnosis
dan dan selama fase
mengklasifikasi pengobatan yang
rasa takut untuk berbeda. Dukungan
memulai dan konseling
mengembangkan sangat diperlukan
strategi koping untuk individu
untuk mengenal dan
menghadapi rasa menghadapi rasa
takut takut.

22
5. Memungkinkan
5. Jelaskan semua
pasien membuat
prosedur dan apa
keputusan sesuai
yang dirasakan
realita
selama prosedur

3 resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan 1. Lingkungan yang


nosokomial intervensi keperawatan lingkungan bersih
berhubungan selama 3 x 24 jam setelah dipakai meminimalkan
dengan diharapkan infeksi tidak pasien lain jumlah bakteri
lingkungan operasi terjadi.
Kriteria hasil: 2. Cuci tangan 2. Lindungi pasien
1. Klien bebas dari sebelum tindakan. dari sumber-
tanda dan gejala Pengunjung juga sumber infeksi,
infeksi dianjurkan seperti
2. Jumllah leukosit melakukan hal pengunjung dan
berada pada batas yang sama staf yang
normal mengalami ISK
3. Klien mampu
3. Memonitor 3. Peningkatan suhu
mengidentifikasi
temperature terjadi karena
dan berpartisipasi
berbagai faktor,
dalam tindakan
misanya efek
pencegahan infeksi
samping
kemterapi, proses
penyakit atau
infeksi

23
4. Tindakan istirahat 4. Membatasi
adekuat/ periode keletihan,
atihan mendorong
gerakan yang
cukup untuk
mencegah
komplikasi

5. Kolaborasi daam 5. Diberikan secara


pemberian profilaktik pada
antibiotik pasien dengan
imunosupresi
4 Setelah dilakukan Setelah dilakukan intervensi 1. Berikan penilaian 1. Memvalidasi
intervensi keperawatan selama 1 x 24 tentang tingkat tingkat
keperawatan jam diharapkan pasien pengetahuan pemahaman saat
selama 3 x 24 jam dapat mengetahui tentang pasien tentang ini, dan
diharapkan infeksi penyakitnya. proses penyakit memberikan dasar
tidak terjadi Dengan kriteria hasil: yang spesifik pengetahuan
1. Pasien dan keluarga dimana pasien
menyatakan membuat
pemahaman tentang keputusan
penyakit, kondisi, berdasarkan
prognosis dan program informasi
pengobatan. 2. Informasi akurat
2. Jelaskan
2. Pasien dan keuarga dan mendetail
patofisiologi dari
mampu melaksanakan dapat membantu
penyakit dan
prosedur yang menghiangkan
hubungannya
dijelaskan secara benar ansietas dan
dengan anatomi

24
3. Pasien dan keluarga fisiologi dengan membuat
mampu menjelaskan cara yang tepat keputusan
kembali apa yang 3. Diskusikan 3. Gaya hidup
dijelaskan perawat/ tim perubahan gaya memberi pengaruh
kesehatan lainnya. hidup yang yang penting
mungkin Dallam mencegah
diperlukan untuk kompikasi
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang

4. Minta pasien 4. Kesaahan konsep


untuk umpan baik tentang kanker

verbal, dan lebih mengganggu

perbaiki dari kenyataan dan

kesalahan konsep mempengaruhi

tentang tipe pengobatan

kanker dan
pengobatan
5. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji balutan/ luka 1. Penggunaan
integritas Kulit intervensi keperawatan untuk balutan tergantung
berhubungan selama 3x24 jam waktu karakteristik luas pembedahan
dengan penyembuhan kulit drainase. Monitor dan penutupan
pengangkatan meningkat. jumlah edema, luka. Drainaase
bedah kulit/ Dengan kriteria hasil: kemerahan, dan terjadi ketika
jaringan 1. Perfuusi jaringan nyeri pada insisi trauma prosedur
baik dan manipuasi

25
2. Menunjukkan dan lengan, serta banyak pembuluh
pemahaman dalam suhu. darah dan limfatik
proses perbaikan pada area tersebut.
kulit dan mencegah 2. Tempatkan pada 2. Membantu
terjadinya cedera posisi semifowler drainase cairan
berulang melalui grafitasi
3. Mampu melindungi 3. Jangan meakukan 3. Meningkatkan
kulit dan pengukuran TD, potensial
mempertahankan injeksi obat pada konstriksi ,
kelembaban kulit llengan yang sakit infeksi, dan
dan perwatan alami limfedema pada
posisi yang
sakit

4. Anjurkan untuk 4. Menurunkan


memakai pakaian tekanan pada
yang tidak sempit/ jaringan yang
ketat, perhiasan terkena, yang
atau jam tangan dapat
pada tangan yang memperebaiki
sakit sirkulasi/
penyembuhan

6. Gangguan Setelah dilakukan 1.Kaji secara verbal 1. Dapat menyatakan


gambaran tubuh intervensi keperawatan dan non verbal

26
berhubungan selama 1 x 24 jam citra respon klien bagaimana
dengan tubuh kembali efektif. terhadap tubuhnya pandangan diri
mastektomi Denagn kriteria hasil: pasien pada
1. Gambaran tubuh perubahan
positif. 2. Jelaskan tentang 2. Dapat menyatakan
2. Mampu Pengobatan, masalh penyakit
mengidentifikasi perawatan, sehingga
kekuatan personal. kemajuan dan membantu
3. Mendiskripsikan prognosis penyakit. dalam mengambil
secara factual keputusan.
perubahan fungsi
tubuh. 3. Kehilangan bagian
3. Dorong klien
4. 4. Mempertahankan tubuh, menerima
mengungkapkna
interaksi sosial. kehilanga hasrat
perasaannya
seksual sehingga
pasien
membuat rencana
untuk masa depan.

4. Fasilitasi kontak
4. Memberikan
dengan
tempat untuk
individu lain
pertukaran
dalam
masalah dan
kelompok keci
perasaan dengan
orang lain
yang mengalami
pengalaman yang
sama dan

27
mengidentifikasi
cara orang
terdekat dapat
memudahkan
penyembuhan
pasien.
7. ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Pantau masukan 1. Mengidentifikasi
nutrisi kurang dari intervensi keperawatan makanan setiap kekuatan/ definisis
kebutuhan selam 3 x 24 jam, hari nutrisi
tubuh berhubungan diharapkan nutrisi terpenuhi 2. Ukur tinggi badan 2. Menentukan daam
dengan atau adekuat. , berat badan dan identifikasi
hipermetabolisme Dengan kriteria hasil: ketebaan lipatan manutrisi protein-
pada jaringan 1. Tidak ada tanda- kulit trisep kaori, khususnya
tanda malnutrisi bila berat badan
2. Menunjukkan dan hasil
peningkatan fungsi antropometrik
pengecapan dari kurang dari normal
menelan 3. Ciptakan suasana 3. Membuat waktu
3. Tidak terjadi makan yang makan ebih
penurunan berat menyenangkan menyenangkan,
badan yang berarti yang dapat
meningkatkan
masukan
4. Dorong 4. Membuat waktu
komunikasi makan lebih
terbuka mengenai menyenangkan ,
masalah anoreksi yang dapat

28
meningkatkan
5. Kolaborasi masukan
dengan ahlli gizi 5. Memberikan
untuk rencana diet khusus
menentukan untuk memenuhi
jumah kaori dan kebutuhan individu
nutrisi yang dan menurunkan
dibutuhkan pasien masalah berkenaan
dengan malnutrisi
protein/ kaori dan
defisiensi
mikronutrien

3.4 Implementasi
No Diagnosa Implementasi Ttd
1 Nyeri berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
dengan adanya komprehensif, termasuk lokasi,
penekanan massa tumor karakteristik, durasi, frekuensi, RE
maupun kualitas.
2. Memberikan pengalihan seperti
reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti
mendengarkan music atau
menonton TV.
3. Mengevaluasi keefektifan control
nyeri
4. Berkolaborasi dalam pemberian
anakgesik

29
2 Cemas berhubungan 1. Gunakan pendekatan yang
dengan perubahan menenangkan
gambaran tubuh 2. Jelaskan semua prosedur dan apa RE
yang dirasakan selama prosedur
3.Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
4. Bantu pasien atau orang terdekat
dalam mengenali dan
mengklasifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi
koping untuk menghadapi rasa
takut
5. Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur

3 resiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan setelah


nosokomial dipakai pasien lain
berhubungan dengan 2. Mencuci tangan sebelum tindakan. RE
lingkungan operasi Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama
3. Memonitor temperature
4. Tindakan istirahat adekuat/ periode
atihan
5. Berkolaborasi dan pemberian
antibiotik

30
4 Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang tingkat
intervensi keperawatan pengetahuan pasien tentang proses
selama 3 x 24 jam penyakit yang spesifik RE
diharapkan infeksi tidak 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
terjadi dan hubungannya dengan anatomi
fisiologi dengan cara yang tepat

3. Diskusikan perubahan gaya hidup


yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang
4. Minta pasien untuk umpan baik
verbal, dan perbaiki kesalahan
konsep tentang tipe kanker dan
pengobatan
5 Kerusakan integritas 1. Mengkaji balutan/ luka untuk
Kulit berhubungan karakteristik drainase. Monitor
dengan pengangkatan jumlah edema, kemerahan, dan
bedah kulit/ jaringan nyeri pada insisi dan lengan, serta
suhu.
2. Menempatkan pada posisi
semifowler
3. Tidak melakukan pengukuran TD,
injeksi obat pada llengan yang sakit
4. Menganjurkan untuk memakai
pakaian yang tidak sempit/ ketat,
perhiasan atau jam tangan pada
tangan yang

31
sakit
6 Gangguan gambaran 1. Kaji secara verbal dan non verbal
tubuh berhubungan respon klien terhadap tubuhnya
dengan mastektomi 2. Jelaskan tentang Pengobatan, RE
perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit.
3. Dorong klien mengungkapkna
perasaannya.
4. Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil.
7 ketidakseimbangan 1. Pantau masukan makanan setiap
nutrisi kurang dari hari
kebutuhan tubuh 2. Ukur tinggi badan , berat badan RE
berhubungan dengan dan ketebaan lipatan kulit trisep
hipermetabolisme pada 3. Ciptakan suasana makan yang
jaringan menyenangkan
4. Dorong komunikasi terbuka
mengenai masalah anoreksi
5. Kolaborasi dengan ahlli gizi untuk
menentukan jumah kaori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien

32
BAB IV. DISCHARGE PLANNING
4.1 Discharge Planning
1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin
2. Lakukan pemeliharaan kulit/ diri sendiri dengan benar (menggunakan sabun ringan
dengan penggosokan minimal, hindari sabun berparfum atau berdeodoran, gunakan
lotion hidrofilik untuk kekeringan, gunakan sabun aveno jika terjadi pruritus, dan
hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat peyangga, dan suhu yang
berlebihan atau cahaya ultraviolet.
3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan sampo ringan untuk menghindari
kerontokan
4. Biarkan rambut mongering secara alami dan jangan menyikat rambuut
5. Konsultasi dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
6. Makan makanan yang bergizi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh
7. Istirahat cukup dan oahraga secara teratur
8. Jika menginginkan kehamilan konsultasi dengan dokter karena kebanyakan diminta
menunggu selama 2 tahun

Tata cara periksa payudara sendiri

Menurut Depkes RI (2009), cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)


dapat dilakukan dengan cara:

1. Melihat perubahan payudara di hadapan cermin

Gambar 3.SADARI dengan melihat payudara

33
a. Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau
tidak)
b. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta
kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri teggak depan cermin, posisi kedua
lengan lurus ke bawah disamping badan.

Gambar 4. SADARI degan mengangkat kedua tangan


c. Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk
melihat retraksi kkulit perlekatan tumor terhadap otot atu fascia dibawah.

Gambar 5. SADARI dengan tangan di samping


d. Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

Gambar 7. SADARI

34
e. Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang atau tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla
2. Memeriksa prubahan bentuk payudara dengan posisi berbaring

Gambar 8. SADARI dengan posisi berbaring


a. Dimulai dari payudara kanan
b. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut dengan
meletakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah
kanan untuk menaikkan bagian yang akan diperiksa.
c. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala.
d. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.
e. Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan
3. Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan pemutaran

Gambar 9. SADARI
a. Memeriksa seluruh bagian payudara vertical, dari tulang selangka di bagian atas
ke batas bawah payudara, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah
bagian ketiak.
b. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan
tekan kuat untuk merasakan benjolan.

35
c. Gerakkan tangan dengan perlahan-lahan ke batas bawah payudara dengan putaran
ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian batas bawah payudara, bergerak
kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan
memutar dan menekan payudara.
d. Bergeraklah ke atas dank e bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian
yang ditunjuk
4. Memeriksa payudara dengan secara pemutaran

Gambar 10. SADARI secara pemutaran


a. Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar
b. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar
biasa.
c. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara.
d. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan
tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
5. Pemeriksaan cairan di putting payudara

Gambar 11. SADARI dengan memeriksa putting susu


Menggunakan kedua tangan, kemudia tekan payudara untuk melihat adanya cairan
abnormal dari putting payudara.
6. Memeriksa Ketiak

36
Gambar 12 . SADARI dengan memeriksa ketiak
Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti, apakah teraba
benjolan abnormal atau tidak

37
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2014). Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta: American
Cancer Society

Bare & Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi
8 Vol 3. Jakarta: EGC

Budiman, Arid., Khambri, Daan & Bachtiar, Hafni. (2013). Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Berobat Pasien yang Diterapi Tamoxifen Setelah Operasi Kanker Payudara.
Jurnal Fakultas Kedokteran Andalas. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/60/55

Dusnstall, Coad. (2007). Anatomi & Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC. Retrieved from
https://books.google.com/

Globocan. Database Descriptive Epidemiology Group, IARC. (2002). Retrieved from


http://www-dep.iarc.fr/GLOBOCAN_frame.htm

Kusuma, Hardhi & Nurarif, Amin Huda Nurarif. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Media Action

Mardiana. (2004). Kanker Pada Wanita Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman
Obat. Penebar Swadaya. Jakarta. Retrieved from https://books.google.com/

Mulyani, N.S, & Nuryani. (2013). Waspadai 4 kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta:
Nuha Medika. Retrieved from https://books.google.com/

Nurarif H, Amin & Kusuma, Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-
NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Prince, S & Lorraine M.(2006). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC

38
Prince, Sylvia. A & Lorraine, M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, edisi 1. Jakarta: EGC

Purwoastuti, Endang. (2008). Kanker Payudara Pencegahan Deteksi Dini. Yogyakarta:


Kanisius. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=56n7wtKMUPcC&printsec=frontcover&dq=kanke
r+payudara&hl=ban&sa=X&ved=0ahUKEwjT3uiIgsjYAhWHQI8KHeTrCxgQ6AEIM
TAC#v=onepage&q=kanker%20payudara&f=false

Romaui, C & Vindari, A. (2011). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medik.


Retrieved from https://books.google.com/

R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sabiston, David C. (1995). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=qgdPlhd-
lc0C&pg=PA387&dq=kanker+payudara&hl=ban&sa=X&ved=0ahUKEwjT3uiIgsjYA
hWHQI8KHeTrCxgQ6AEIPjAF#v=onepage&q=kanker%20payudara&f=false

Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong. (2004). Buku Ajar Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Retrieved from https://books.google.com/

Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna. (2002).


Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini/Tim Penang-gulangan & Pelayanan Kanker
Payudara. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=XY_1DQAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kan
ker+payudara&hl=ban&sa=X&ved=0ahUKEwjT3uiIgsjYAhWHQI8KHeTrCxgQ6AEI
JDAA#v=onepage&q=kanker%20payudara&f=false

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yefri Mariza. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu:
Nuhun Medika. Retrieved from https://books.google.com/

39
Zuidema P.J. (1995). Kumpulan Kuliah Penyakit-penyakit Jantung. Jakarta: Nur Cahaya.
Retrieved from https://books.google.com/

40

Anda mungkin juga menyukai