Anda di halaman 1dari 25

i

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA MAMMAE DI RUANG
ANGGREK RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA (DKT)

Oleh

Mutiara Dwi Elvandi


NIM 162310101181

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Aplikasi Klinis I yang dibuat oleh :


Nama : Mutiara Dwi Elvandi
NIM : 162310101181
Judul : Laporan Pendahuluan Aplikasi Klinis Pada Pasien Ca Mammae Di Ruang
Anggrek Rumah Sakit Baladhika Husada (DKT)

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :


Hari : Minggu
Tanggal : 13 Januari 2018

Penyusun,

(Mutiara Dwi Elvandi)


NIM 162310101181

Tim Pembimbing,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

(………………………..) (Ns. Retno Purwandari, S.Kep., M.Kep)


NIP NIP198203142006042002
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Konsep Penyakit............................................................................ 1
1. Review Anatomi Fisiologi Payudara ..................................... 1
2. Definisi Ca Mammae.............................................................. 2
3. Epidemiologi Ca Mammae..................................................... 3
4. Etiologi Ca Mammae.............................................................. 3
5. Klasifikasi Ca Mammae.......................................................... 4
6. Patofisiologi Ca Mammae...................................................... 8
7. Manifestasi Klinis Ca Mammae............................................. 9
8. Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae..................................... 10
9. Penatalaksanaan Faramakologi dan Non-Farmakologi Ca
Mammae................................................................................. 11
B. Clinical Pathways...........................................................................
C. Nursing Care Plan.......................................................................... 17
D. Discharge Planning........................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22
1

LAPORAN PENDAHULUAN

B. Konsep Teori tentang Penyakit


1. Review Anatomi Fisiologi Payudara
1.1.1 Anatomi Payudara
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar
fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot
dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia
superficialis yang meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara meluas
sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke axilla.
Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II–IV. Secara umum
payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang
membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus.
Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar putting.
Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola
(Price, 2012).
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena
supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran limfatik dari bagian
sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral
menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar (Sloane dalam Riduan, 2016)
1.1.2 Fisiologi Payudara
Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi.
Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara wanita
mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon.
2

Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang
menyebabkan pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan
kelenjar dan deposit lemak. Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi,
yaitu selama menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar
sehingga menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan
nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.
Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus
alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Selama kehamilan tua dan setelah
melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon
prolaktin dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian
melalui duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak
beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun
akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung
(Price, 2012).

2. Definisi Ca Mammae
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia (Kemenkes RI, Tanpa Tahun).
Kanker payudara bermula ketika sel-sel pada payudara mulai tumbuh tidak
terkendali. Sel-sel ini biasanya membentuk tumor yang seringkali dapat terlihat
pada x-ray atau dirasakan sebagai sebuah benjolan. Tumor tersebut adalah
malignan (kanker) apabila sel-sel tersebut dan tumbuh (menginvasi) pada
jaringan-jaringan disekitar atau menyebar (bermetastase) pada daerah yang jauh
pada tubuh. Kanker payudara terjadi hampir seluruhnya pada wanita, namun pria
juga dapat mengalaminya. Sel-sel pada hampir bagian tubuh mana saja dapat
menjadi kanker dan menyebar ke daerah lain di tubuh. Kanker payudara dapat
bermula dari bagian yang berbeda pada payudara. Sebagian besar kanker payudara
bermula dari saluran yang membawa susu menuju puting susu (ductal cancer).
3

Beberapa bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu (lobular cancer).
Terdapat juga jenis-jenis lain kanker payudara yang lebih jarang terjadi (American
Cancer Society, 2016)
Kanker payudara dapat bermetastase pada organ sekitarnya seperti paru.
Metastase tersebut dapat menimbulkan hipoksia jaringan. Hipoksia pada tempat
metastase tersebut diakibatkan karena adanya hambatan pembuluh darah oleh
kumpulan trombosis yang disebabkan oleh penyebaran sel-sel tumor utama
sehingga dapat menyebabkan gangguan pola nafas dan terjadi intoleransi aktivitas
pada orang dengan Ca Mammae.

3. Epidemiologi Ca Mammae
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker
paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar
kematian akibat kanker setiap tahunnya. Menurut Organisasi Penanggulangan
Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia, diperkirakan terjadi peningkatan
kejadian kanker di dunia 300 persen pada tahun 2030, dan mayoritas terjadi di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut (Kemenkes RI, 2013)
bahwa kanker payudara memiliki angka kejadian cukup tinggi setelah kanker
serviks dengan estimasi jumlah absolut penderita kanker payudara di Indonesia
adalah sebanyak 61.682 atau sekitar 0,5%. Di Jawa Timur sendiri terdapat 9.688
penderita kanker payudara.

4. Etiologi Ca Mammae
Menurut Moningkey dan Kodim (2004), penyebab spesifik kanker payudara
masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
a) Faktor reproduksi: diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama
dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara
4

b) Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya


kanker payudara. Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita
yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause
c) Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada
hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali
d) Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk
tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause
e) Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
risiko terjadinya kanker payudara
f) Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara
g) Riwayat keluarga: Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting
dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker
payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara
h) Faktor Genetik: Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa
faktor genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor
genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang
berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
i) Umur: Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker
payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di
atas 40 tahun

5. Klasifikasi Ca Mammae
Kanker payudara dapat diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan Sistem
Klasifikasi TNM menurut (American Joint Committee on Cancer (AJCC), 2010)
dalam Kemenkes RI (2017), untuk Kanker Payudara, yaitu:
5

Stadium Tumor Metastase Metastase Jauh


Limfonodi

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium IA T1 N0 M0

Stadium IB T0 N1mic M0

T1 N1mic M0

Stadium IIA T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1-N2 M0

Stadium IIIB T4 N1-N2 M0

Stadium IIIC Semua T N3 M0

Stadium 4 Semua T Semua N M1

Kategori T (Tumor)

TX Tumor primer tidak bisa diperiksa

T0 Tumor primer tidak terbukti

Tis Karsinoma in situ

Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ

Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ


6

Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor

T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar

T1mi Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar


c

Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
T1a
terbesar

T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar

T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar

T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar

T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar

T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis

Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite
T4b
skin nodules pada payudara yang sama

T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)

Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)

N0 Tak ada metastasis KGB regional

Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
N1
digerakkan

pN1m Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm


i

pN1a 1-3 KGB aksila

KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node


pN1b
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
7

T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis mikro
pN1c
melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis

Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
N2 KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.

Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
N2a
(matted) atau terfiksir pada struktur lain

pN2a 4-9 KGB aksila

Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara


N2b
klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.

pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila

Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa


keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang
N3 terdekteksi secara klinis dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.

N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral

pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula

N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila

KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3
pN3b KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis

N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral

pN3c KGB supraklavikula

Metastasis Jauh (M)

Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Terdapat Metastasis jauh


8

6. Patofisiologi Ca Mammae
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kirakira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh
adalah paru, pleura, dan tulang (Price, 2012).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat
mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan
terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman
operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif.
Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh
dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan
banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan
syock akan terjadi. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di
metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan
suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein
9

yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan


dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal

7. Manifestasi Klinis Ca Mammae


Tanda dan gejala kanker payudara menurut American Cancer Society tahun
2016, yaitu:
1. Terdapat benjolan baru
2. Bengkak pada sebagian atau seluruh payudara (bahkan jika tidak ada benjolan
yang diarasakan)
3. Iritasi kulit atau lesung kulit
4. Nyeri pada payudara atau puting susu
5. Retraksi puting susu
6. Kemerahan, bersisik, atau penebalan puting susu atau kulit payudara
7. Discharge/keluarnya cairan dari puting susu (selain ASI)
Kemenkes RI (2017) membagi tanda adanya kanker payudara menjadi dua,
yaitu tanda primer dan tanda sekunder. Berikut tanda primer dan sekunder kanker
payudara:
1. Tanda primer:
a) Densitas yang meninggi pada tumor
b) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnta atau batas yang tidak jelas (komet sign)
c) Gambaran translusen di sekitar tumor
d) Gambaran stelata
e) Adanya mikrokalsifikasi sesuai criteria Egan (klasifikasi dengan lokasi di
parenkim payudara, ukuran kurang dari 0,5 mm, jumlah dari 5, dan
bentuk stelata)
f) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis
2. Tanda sekunder:
a) Retraksi kulit atau penebalan kulit
b) Bertambahnya vaskularisasi
c) Perubahan posisi putting
10

d) Kelenjar getah bening aksila (+)


e) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
f) Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas
8. Pemeriksaan Penunjang Ca Mammae
Menurut Kemenkes RI dalam Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Mamografi payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun,
namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda primer yang dapat
dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor, batas tumor yang tidak teratur
oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak
jelas (komet sign), gambaran translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran
klinis tumor lebih besar dari radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah
retraksi kulit atau penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
putting, kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk
utas.
2. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran
USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya Permukaan tidak rata,
Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo interna heterogen, Vaskularisasi
meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat.
3. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa
4. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
5. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara khususnya
massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan sulit diperiksa
dengan mammografi
11

6. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat.


Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara, hanya
dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran lesi dapat
lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5 mHZ hingga 10
mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.

9. Penatalaksanaan Faramakologi dan Non-Farmakologi Ca Mammae


Penatalaksanaan medis menurut Kemenkes RI dalam Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara yang diterapkan di Indonesia sesuai stadium
kanker payudara, yaitu:
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS/T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel (Stadium I dan II)
Dilakukan tindakan operasi:
a) Breast Conserving Therapy (BCT), tumor tidak boleh lebih dari 3 cm
b) Kemoterapi adjuvant
c) Radiasi
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (III A)
1) Mastektomi simpel dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
2) Mastektomi radikal modifikasi dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
3) Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simpel, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
b) Inoperabel (III B)
1) Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi, kemoterapi, hormonal terapi
2) Kemoterapi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi, kemoterapi,
radiasi, terapi hormonal, dengan/tanpa terapi target
12

3) Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi,


dengan/tanpa kemoterapi, dengan/tanpa terapi target.
4. Kanker payudara stadium lanjut
a) Sifat terapi paliatif
b) Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
c) Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan
Hospice home care
13

C. Clinical Pathways
v dan resiko tinggi
Faktor Predisposisi Mendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf
hiperplasia pada sel mammae
Nyeri Kronis

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke jaringan Ca Mendesak pembuluh darah

Menekan jaringan pada Hipermetabolisme ke jaringan Aliran darah terhambat


mammae

Hipermetabolisme ke jaringan Hipoksia


Peningkatan konsistensi menurun – BB turun
mammae
Nekrosis jaringan - Bakteri
Ketidakseimbangan Nutrisi:
Kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko infeksi

Memerlukan O2 dan
Mammae bengkak Ukuran mammae abnormal Ansietas
nutrisi untuk
(CA Mammae)
perkembangan tumor
Mammae) Mammae asimetrik
Aliran O2 ke Massa tumor mendesak ke
seluruh tubuh jaringan luar
Gangguan Citra Tubuh

Metabolisme
anaeorob Infiltrasi pleura parietal

Produksi ATP
Ekspansi paru menurun

Intoleransi Aktivitas
Ketidakefektifan pola napas

Sumber: Nurarif & Kusuma, 2015


14

D. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas
meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50
tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
2. Keluhan utama
adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan
penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
3. Konsep diri
mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer mammae.
4. Pemeriksaan klinis
mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor hormon
antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi
± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke
samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang sama tinggi.
5. Inspeksi
a. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan)
b. Kelainan papilla: Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
6. Palpasi
a. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil
b. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
c. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
d. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh
e. Stadium kanker (system TNM UICC)
7. Mamografi payudara
a. Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka
15

hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Tanda
primer yang dapat dilihat berupa densitas yang meninggi pada tumor,
batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign), gambaran
translusen disekitar tumor, gambaran stelata, ukuran klinis tumor lebih
besar dari radiologis. Sedangkan tanda sekundernya adalah retraksi kulit
atau penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
putting, kelenjar getah bening aksila (+), keadaan daerah tumor dan
jaringan fibroglandular tidak teratur, dan kepadatan jaringan sub areolar
yang berbentuk utas.
b. USG Payudara: Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya Permukaan tidak rata, Taller than wider, Tepi hiperekoik, Echo
interna heterogen, Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke
dalam tumor membentuk sudut 90 derajat.
c. Biopsi payudara: memberikan diagnosa definitive terhadap massa
d. Foto thoraks : dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
e. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit pada payudara
khususnya massa yang lebih besar, tumor kecil, payudara mengeras dan
sulit diperiksa dengan mammografi
f. Ultrasonografi : membantu dalam membedakan antara massa padat.
Ultrasonografi Memeriksa berdasarkan pemantulan gelombang suara,
hanya dapat membedakan lesi / tumor yang solid dan kistik dan ukuran
lesi dapat lebih akurat. Alat yang digunakan sebaiknya berfrekuensi 7,5
mHZ hingga 10 mHZ bahkan lebih dari 10 mHZ.

B. Diagnosa yang Sering Muncul


1) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor ditandai dengan pasien
terlihat meringis atau mengerang, kehilangan nafsu makan, mual, dan
mengeluarkan keringat
16

2) Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan Hipermetabolisme jaringan ditandai dengan nyeri abdomen,
kurang minat terhadap makanan, mual dan muntah
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi ATP
ditandai dengan pasien merasa lemas, sakit kepala, kehilangan selera
makan, dan kelesuan
17

C. Nursing Care Plan


DIAGNOSIS
NO. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Pengobatan
menunjukkan kriteria hasil: 1. Tentukan obat yang diperlukan
2. Identifikasi jumlah dan jenis obat yang
Tingkat Nyeri digunakan
Tujuan 3. Informasikan terhadap pasien dan keluarga
No. Indikator Awal mengenai cara pemberian obat yang sesuai
1 2 3 4 5
NIC: Manajemen Nyeri
Nyeri yang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
1.
dilaporkan komprehensif
2. Observasi tanda nonverbal mengenai
Menggosok area ketidaknyamanan
2.
sekitar nyeri 3. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa
lalu
Mengerang dan 4. Bantu keluarga mencari dukungan
3.
menangis 5. Berikan informasi mengenai nyeri, sepert
penyebab nyeri, berapa lama nyeri
4. Ekspresi nyeri wajah dirasakan, dan antisipasi ketidaknyamanan
akibat prosedur
Tidak bisa 6. Kurangi faktor yang menyebabkan nyeri
5.
beristirahat 7. Ajarkan prinsip manajemen nyeri

6. Mengerinyit NIC: Aplikasi Panas/Dingin


1. Jelaskan penggunaan panas, alasan
Mengeluarkan perawatn, dan bagaimana hal tersebut
7.
keringat dapat mempengaruhi gejala
2. Pilih metode stimulasi yang nyaman dan
18

Kehilangan nafsu tersedia


8. 3. Pilih area stimulasi
makan
4. Bungkus perangkat panas dengan alat
9. Mual terlindung kain yang sesuai
5. Tentukan durasi
10. Intoleransi makanan 6. Evaluasi keadaan umum , keamanan dan
kenyamanan setelah perawatan
Keterangan:
1. Tidak pernah NIC: Monitor Tanda-Tanda Vital
2. Jarang 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
3. Kadang-kadang status pernafasan
4. Sering 2. Catat gaya dan fluktuasi tekanan darah
5. Selalu 3. Monitor nadi dan kekuatannya
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernafasan

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien NIC: Penahapan Diet
nutrisi: kurang dari menunjukkan hasil: 1. Berikan nutrisi per oral, sesuai kebutuhan
kebutuhan tubuh 2. Kolaborasikan dengan tenaga kesehatan
Status Nutrisi : Asupan Makanan dan Cairan lain untuk meningkatkan dietsecepat
mungkin jika tidak ada komplikasi
Tujuan 3. Tawarkan makan 6x dengan porsikecil
No. Indikator Awal 4. Tingkatkan diet dari cairan jernih,cair dan
1 2 3 4 5
lembut
Asupan makan 5. Monitor toleransi peningkatan diet
1. 6. Ciptakan lingkungan yang memungkinkan
secara oral
makanan disajikan sebaik mungkin
Asupan Cairan 7. Monitor kesadaran pasien dan juga reflek
2. menelan
secara oral
19

Asupan Cairan NIC : Terapi Nutrisi


3. 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
secara intravena
2. Monitor intake makanan/cairandan hitung
Keterangan ; masukan kalori perhari
1. Tidak adekuat 3. Tentukan jumlah kalori dan tipenutrisi
2. Sedikit adekuat yang diperlukan untuk memenuhi
3. Cukup adekuat kebutuhan nutrisi denganberkolaborasi
4. Sebagian besar adekuat dengan ahli gizi
5. Sepenuhnya adekuat 4. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan
6. Sesuai batas diet yang dianjurkan

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Energi
menunjukkan kriteria hasil:
1. Kaji fisiologi pasien yang menyebabkan
Tingkat kelelahan kelelahan
2. Tentukan persepsi keluarga tentang
No Indikator Aw Tujuan penyebab kelelahan
. al 3. Monitor intake/ asupan nutrisi
4. Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara
1 2 3 4 5 meningkatkan asupan energy dari makanan
1. Kelelahan 5. Monitor lokasi dan sumber nyeri yang
dialami pasien
2. Kehilangan selera 6. Tingkatkan tirah baring
makan

3. Sakit kepala
20

5. Kelesuan

Keterangan:

1. berat
2. cukup berat
3. sedang
4. ringan
5. Tidak ada
21

D. Discharge Planning
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) Discharge planning untuk klien dengan Ca
Mammae adalah
1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin
2. Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar, yang terdiri dari:
a. menggunakan sabun ringan dengan penggoskan minimal
b. hindari sabun berparfum atau berdeodoran
c. gunakan lotion hidrofilik untuk keringanan
d. gunakan sabun aveno jika terjadi pruritus
e. hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan suhu yang
berlebihan atau cahaya ultraviolet.
3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan shampo ringan untuk
menghindari kerontokan
4. Biarkan rambut mengering secara alami dan jangan menyikat rambut
5. Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
6. Istirahat cukup dan olahraga secara teratur
7. Makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh
8. Jika mengingkan kehamilan konsultasikan dengan dokter karena kebanyakan
diminta menunggu selama 2 tahun
22

DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2016. Breast Cancer Signs and Symptoms.
https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/breast-cancer-signs-and-
symptoms.html (Diakses pada 08 Januari 2019)

Kemenkes RI (Tanpa tahun). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.


http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf (Diakses pada 8
Januari 2019)

Kemenkes RI (2013). Situasi Penyakit Kanker.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf (Diakses pada 08 Januari 2019)

Kodim, Nasrin & Moningkey, Shirley Ivonne. (2004). Epidemiologi Kanker


Payudara. Himpunan Badan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
FKM UI.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Riduan, Ria Janita. (2016). Hubungan Status Estrogen Receptor (ER), Progesteron
Receptor (PR), dan Human Epidermal Growth Factor Receptor–2 (her–2)
dengan Derajat Keganasan Kanker Payudara di RSUD Abdoel Moeloek
Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/20642/15/BAB%20II.pdf (Diakses pada 09 Januari
2018)

Anda mungkin juga menyukai