Anda di halaman 1dari 75

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

KANKER PAYUDARA

OLEH :

KELOMPOK 4

Ni Made Tri Ardiyani (223221320)

Luh Putu Merta Tejayanti (223221317)


Desak Putu Dita Pranila (223221322)
Ida Ayu Puspayani (223221324)
Ni Made Merry Wara Cahyani (223221325)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan pasien
dengan Kanker Payudara ”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunanTuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepadasemua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwadalam proses penulisan makalahini masihjauhdari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik danoleh karenanya, saya dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini

Denpasar, Oktober 2022

(Penyusun)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI… ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah… ........................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian… ............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kanker Payudara........................................................... 4

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................... 22

2.3 Kasus Askep Kanker Payudara .......................................................... 44

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ........................................................................................... 71

3.2 Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah kanker. Kanker


payudara menempati urutan tertinggi dalam jumlah kasus kanker sekaligus
menjadi penyebab kematian terbesar akibat kanker di dunia setiap tahunnya.
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Kemenkes RI, 2015).
Menurut WHO (2012) prevalensi kanker payudara sebesar 1.677.000
kasus, dimana kanker ini paling banyak diderita oleh kaum wanita. Terdapat
794.000 kasus di negara berkembang dan menyebabkan 324.000 kematian
akibat kanker payudara. Insiden penyakit ini diperkirakan semakin tinggi di
seluruh dunia. Sedangkan menurut data GLOBOCAN tahun 2012, diketahui
bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus
baru tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian akibat kanker
payudara sebesar 12,9%2 (Kemenkes RI, 2015).
Menurut data World Health Organization (WHO), pengidap kanker
payudara di Indonesia mencapai 40 per 100.000 penduduk di tahun 2012.
Kanker payudara memiliki persentase kasus baru paling tinggi sebesar
43,3%. Sedangkan pada tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia
adalah adalah sebesar 61.682 kasus (Indrayani, 2020).
Profil Kesehatan Kota Balikpapan (2018) mengungkapkan, dari 2.714
wanita berusia 30-50 tahun yang melakukan pemeriksaan leher rahim dan
payudara di 27 puskesmas yang berada di Balikpapan, 109 orang atau 4%
diantaranya dicurigai mengidap kanker payudara. Di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Kota Balikpapan pada tahun 2020, ditemukan 90 kasus kanker
payudara. Sementara pada bulan Januari sampai Maret pada tahun 2021,
ditemukan sebanyak 102 kasus kanker payudara. (RSKD Balikpapan, 2021).
Menurut Global Cancer Statistic (2018), penyebab kanker payudara termasuk
multifaktorial yang penyebab utamanya belum diketahui dengan jelas. Ada

1
beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kanker payudara,
diantaranya yaitu usia, usia melahirkan anak pertama, menarche dini,
menopause terlambat, riwayat menderita tumor jinak payudara, riwayat
menyusui, riwayat melahirkan, paparan radiasi, penggunaan hormon, riwayat
keluarga, obesitas, kanker pada salah satu payudara, konsumsi makanan tinggi
lemak, alkohol, merokok, dan kepadatan payudara (Bray, 2018).
Dampak yang terjadi pada penderita kanker payudara menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Pemahaman tentang dampak kanker payudara
terhadap berbagai aspek kehidupan Klien khususnya aspek psikologis penting
untuk dimiliki oleh tenaga kesehatan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup Klien (Husni,
Romadoni & Rukiyati, 2015).
Kualitas hidup Klien kanker payudara stadium dini berbeda dengan
kanker payudara stadium lanjut. Pengobatan yang diberikan kepada Klien
kanker payudara stadium awal hanya berupa terapi hormon sehingga
mempunyai kualitas hidup yang baik, sedangkan Klien kanker payudara
stadium lanjut dengan kemoterapi mempunyai kualitas hidup yang rendah,
karena adanya gangguan pada fungsi fisik, sosial serta seksual (Gokgoz,
2011).
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana proses asuhan keperawatan pasien dengan Kanker Payudara?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pasien dengan kanker Payudara

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kanker Payudara

1. Pengertian

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang


dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Kemenkes RI, 2015).
Sedangkan menurut Nurarif & Kusuma (2016), Carsinoma mammae
merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah.
2. Anatomi Payudara

Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnyakurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram saat menyusui 800 gram. Setiap payudara
merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit pada
dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan
melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat (Wahyuningsih &
Kusmiyati, 2017).
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu korpus, areola, dan
papilla atau putting. Korpus (badan) adalah bagian yang membesar. Korpus
terdiri atas alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI
disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)
(Wahyuninsih & Kusmiyati, 2017).
Areola merupakan bagian yang kehitaman di tengah.Sinus laktiferus,
yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam

3
puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-
saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksidapat memompa ASI keluar
(Wahyuingsih & Kusmiyati, 2017).
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa (Price, 2012).
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan
vena supervisial yang menuju vena kava superior. Aliran limfatik dari bagian
sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral
menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

Sumber : Coad, 2001 dalam Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017

4
3. Fisiologi Payudara

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh


hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara
akanmengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. (Wahyuningsih
& Kusmiyati, 2017).
Pada usia kehamilan trimester 1, payudara (mamae) akan membesar
dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan
tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropisistem
saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinuspula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktralbumin dan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan
untuk laktasi. (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017). Kolostrum mulai muncul
pada trimester II, warnanya bening kekuning-kuningan. Pertumbuhan
payudara pun lebih besar lagi karenadipengaruhi oleh kelenjar mamae. Pada
Trimester III, Mammae semakintegang dan membesar sebagai persiapan
untuk laktasi akibat pengaruhsomatotropin, estrogen dan progesteron. Pada
payudara wanita terdapat striae karena adanya peregangan lapisan kulit. Hal
ini terjadi pada 50 %wanita hamil. Selama trimester ini pula sebagian
wanita mengeluarkan kolostrum secara periodik (Wahyuningsih & Kusmiyati,
2017).

4. Etiologi
Secara konseptual penyebab kanker payudara belum dapat diketahui
secara pasti, akan tetapi terdapat faktor risiko yang diduga berhubungan dengan
kejadian kanker payudara yaitu: riwayat penyakit, riwayat keluarga, usia, usia
menarche, usia menopause, usia melahirkan anak pertama, riwayat kontrasepsi
hormonal, riwayat menyusui, dan obesitas.

8
a. Usia
Usia adalah masa hidup responden yang ditandai dengan ulang tahun
terakhir. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan risiko
ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause
b. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Wanita yang memilikiriwayat keluarga dengan
risiko kanker payudara berisiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang
terkena bukan saudara perempuan maka risiko menjadi 6 kali lebih tinggi
c. Riwayat kontraspepsi hormonal
Kadar hormonal yang berlebihan akan menumbuhkan sel-sel genetic yang
rusak yang akan menyebabkan kanker payudara.
d. Riwayat menyusui
Menyusui dapat memberikan proteksi terhadap ibu, meningkatkan
kesehatan bayi dan juga dapat menghindarkan ibu dari kanker payudara
Pada wanita yang tidak menyusui produksi susu akan berhenti, namun
produksi air susu tidak mudah berhenti begitu saja sehingga menyebabkan
terjadinya pembengkakan payudara yang sering menimbulkan rasa nyeri.
e. Riwayat penyakit
Penderita pernah memiliki riwayat penyakit yang sama yaitu kanker
payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan pengangkatan
kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang sehat.
f. Obesitas
Obesitas mempunyai efek perangsang pada perkembangan kanker
payudara. Estrogen disimpan dalam jaringan adiposa). Beberapa kanker
payudara adalah reseptor estrogen positif (ER+), artinya bahwa estrogen
menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Maka, makin banyak
jaringan adiposa, makin banyak estrogen yang mengikat ER+ sel-sel kanker
g. Usia menarche
Jika seorang wanita mengalami menstruasi di usia dini, sebelum 12 tahun
wanita akan memiliki peningkatan risiko kanker payudara (Brunner &

9
Suddrath, 2013). Hal tersebut dikarenakan semakin cepat seorang wanita
mengalami menarche dini maka makin panjang pula jaringan payudaranya
dapat terkena oleh unsur unsur berbahaya yang menyebabkan kanker seperti
bahan kimia, esterogen, ataupun radiasi (Desen, 2013).
h. Usia memiliki anak pertama
Melahirkan anak pertamanya <30 tahun. Semakin tua memiliki anak
pertama, semakin besar risiko untuk terkena kanker payudara. Pada usia
30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak risiko terkena kanker
payudara juga akan meningkat. Wanita yang belum pernah melahirkan
diatas usia 30 tahun 3 kali berpontensi terkenakanker payudara (Mulyani,
2013).
5. Stadium Kanker Payudara

Stadium kanker payudara perlu ditentukan sebelum memulai


pengobatan. Pada umumnya, stadium ditentukan berdasarkan klasifikasi TNM
dari The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) Cancer Staging Manual,
6th Editon pada tahun 2913 . Dalam penentuan stadium, kanker
diklasifikasikan berdasarkan tahap T ( tumor), N (nodul), dan M (metastasis)
seperti pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara


Berdasarkan AJCC Cancer Staging
Manual, 6th Editon, 2013.

Klasifikasi Definisi
Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak didapatkan
T0 Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Duktal karsinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular karsinoma in situ
Tis (Paget) Paget’s disease tanpa adanya tumor
T1 Ukuran tumor <2 cm
T1 Mic Microinvasif >0,1 cm
T1 a Tumor >0,1 - <0,5 cm
T1 b Tumor >0,5 - <1 cm
T1 c Tumor >1 - <2 cm
T2 Tumor >2- < 5 cm

10
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan
adanya perlekatan pada dinding thoraks atau kulit
T4 a Melekat pada dinding dada, tidak termasuk M. Pectoralis
Major
T4 b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit
T4 c Gabungan antara T4a dan T4b
T4 d Inflamasi karsinoma
Kelenjar Limfe
Regional
Nx Kelenjar limfe regional tidak didapatkan
N0 Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
N1 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat
mobile
N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral, tidak
dapat digerakkan (fixed)
N3 Metastasis pada kelenjar limfe infraklavikular, atau
mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar
limfe supraklavikular
Metastasis
Mx Metastasis jauh tidak didapatkan
M0 Tidak ada bukti adanya metastasis
M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

Adapun Stadium Klinis Berdasarkan Klasifikasi TNM Kanker


Payudara Berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual, 6th Edition tersaji pada
tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Stadium Klinis Berdasarkan
Klasifikasi TNM KankerPayudara Berdasarkan
AJCC Cancer Staging Manual, 6th Edition, 2013

Stadium Ukuran tumor Metastasis kelenjar Metastasis


limfe jauh
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0

11
T3 N1,N2 M0
IIIB T4 N apapun M0
IIIC T apapun N3 M0
IV T apapun N apapun M1
TNM Tumor Nodus Metastasis

Dijelaskan lebih rinci tentang stadium cancer mammae, yaitu :


1. Stadium 0
Disebut Ductal Carcinoma In Situ atau Noninvasive Cancer yaitu kanker
yang tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar-
kelenjar (lobulus) susu pada payudara.
2. Stadium 1
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada
pembuluh getah bening.
3. Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
pada titik-titik saluran getah bening di ketiak.
4. Stadium IIB
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm, telah
menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan diameter
tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
5. Stadium IIIA
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada titik- titik
di pembuluh getah bening ketiak.
6. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara dapat didiagnosis sebagai
infalammatory breast cancer. Dapat juga sudah atau bisa juga belum
menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan
atas, tetapi tidak menyebar ke bagianlain dari organ tubuh.
7. Stadium IIIC
Seperti stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik padapembuluh
getah bening dalam group N3.

12
8. Stadium IV
Ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada lokasiyang
jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.

6. Patofisiologi
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara
akanmengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan
ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus,
sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu
terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Wahyuningsih &
Kusmiati, 2017).
Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing
yang masuk dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif,
oksidan atau karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma , yang dikenal dengan
nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju
fasia otot pektoralis atau daerah kulityang menimbulkan 19 perlengketan-
perlengketan. Pada kondisi demikian tumor dikategorikanstadium lanju
inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan
tumbuh dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun

13
supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor
menyebar ke organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi
dari penelitian para pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi
tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang
dihasilkannya dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru
dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh karena itu penderita kanker
payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening
lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver danparu-paru sebagai kanker
metastasisnya.

7. Tanda dan Gejala


Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas,
mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan
elips, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik,
inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk
adanya metastase. Adapun tanda dan gejala kanker payudara adalah sebagai
berikut:
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus-
menerus) atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit
jeruk (peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit)
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).
f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada
awal-awalnya tidak terasa sakit.
i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu
payudara
j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payuda

14
8. PATHWAYS

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiper plasia pada sel mammae

Mendesak Mendesak Mendesak


jaringan sekitar Sel syaraf Pembuluh darah

Interupsi sel saraf


Menekan jaringan Aliran darah
Mensuplai pada mammae terhambat
nyeri
nutrisi ke
jaringan ca Peningkatan
konsistensi hipoxia
mammae
Hipermetabolis ke
jaringan Necrose
Mammae Ukuran jaringan
membengkak mammae
Suplai nutrisi abnormal
Bakteri Patogen
jaringan lain Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar Mammae Kurang
Berat badan turun Resiko Infeksi
asimetrik pengetahuan
Perfusi jaringan
terganggu
Nutrisi kurang dari Gg body
kebutuhan image cemas
Infiltrasi pleura Ulkus
parietale

Expansi paru Gg integritas kulit/


menurun jaringan
Gg pola nafas

15
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker payudara menurut
Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2015) adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis serta Tes Tumor marker (carsino Embrionyk
Antigen/CEA) dalam serum atau plasma.
b. Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun,
namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia > 40tahun. Pemeriksaan
Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari
pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak
nyaman pada wanita pada waktu di kompresi danakan memberi hasil yang
optimal.
c. Ultrasonografi
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya
sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
modalitas skrining oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal
menunjukan efikasinya.
d. MRI dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skriningkarena biaya
mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI
dapat dipertimbangkan pada wanita muda denganpayudara yang padat atau
pada payudara dengan implant, dipertimbangkan Klien dengan risiko tinggi
untuk menderita kanker payudara.
e. Biopsi kelenjar sentinel
Biopsi kelenjar sentinel (Sentinel lymph node biopsy) adalah prosedur
pengangkatan kelenjar getah bening aksila sentinel sewaktu operasi.
Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar getah bening yang pertama

16
kali menerima aliran limfatik dari tumor, menandakan mulainya terjadi
penyebaran dari tumor primer. Biopsi kelenjar getah bening sentinel
dilakukan menggunakan blue dye, radiocolloid, maupun kombinasi
keduanya.
f. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan patologi pada kanker payudara
meliputi pemeriksaan sitologi, morfologi (histopatologi), pemeriksaan
immunohistokimia, in situ hibridisasi dan gene array (hanya dilakukan pada
penelitian dan kasus khusus). Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa
cairan akan menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang
lebih dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan. Yang bisa
diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah bantuan penentuan jinak/ganas.
Tru-cut biopsy dan core biopsy akan menghasilkan penilaian histopatologi.
Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan
jarum khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari core biopsi sama
sahihnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.
g. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam
membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.

10. Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis yang dapat dilaksanakan pada Klien dengan
kanker payudara menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2015)
adalah sebagai berikut.
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
kanker payudara.

17
1) Mastektomi
Mastektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker
payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara
para ahli, namun dikatakan mastektomi mempunyai angka harapan
hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.
Tindakan ini dilakukan pada kanker payudara dengan metastasis kulit,
paru, hati, dan payudara kontralateral. Pada metastasis otak,
metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih kontroversi.
2) Mastektomi Radikal Modifikasi
Mastektomi Radikal Modifikasi adalah tindakan pengangkatan tumor
payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola,
disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II.
Indikasi MRM adalah kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.
Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelahterapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor.
3) Mastektomi Radikal Klasik
Mastektomi Radikal Klasik adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Indikasi
Mastektomi radikal klasik adalah kanker payudara stadium IIIb yang
masih bisa dioperasi dan tumor dengan infiltrasi ke muskulus
pektoralis mayor.
4) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
5) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
6) Mastektomi Subkutan
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringanpayudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau

18
tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
7) Breast Conserving Therapy (BCT)
Breast Conserving Therapy adalah pembedahan atas tumor payudara
dengan mempertahankan bentuk payudara, dibarengi atau tanpa
dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjargetah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi
tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara
dan fungsi sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal
kanker payudara stadium awal.
8) Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium
dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopi, baik dilakukan secara
terbuka ataupun melalui laparaskopi. Indikasi Salfingo ovariektomi
adalah karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
b. Terapi Sistemik
1) Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan
kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau
otot pectoralis, radang tenggorokan
2) Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit
3) Manipulasi Hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy.
Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

19
11. Konsep Kemoterapi
a. Pengertian kemoterapi

Kemoterapi adalah salah satu tipe terapi kanker yang menggunakan obat
untuk mematikan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan menghentikan
atau memerlambat perkembangan sel-sel kanker, yang berkembang dan
memecah belah secara cepat. Namun, terapi tersebut juga dapat merusak
sel-sel sehat yang memecah belah secara cepat, seperti sel pada mulut dan
usus atau menyebabkan gangguan pertumbuhan rambut. Kerusakan
terhadap sel-sel sehat merupakan efek samping dari terapi ini. Seringkali,
efek samping tersebut membaik atau menghilang setelah proses kemoterapi
telahselesai (National Cancer Institute, 2015).

b. Penggunaan klinis kemoterapi


Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus dipertimbangkan hal-
hal berikut, Tentukan tujuan terapi. Kemoterapi memiliki beberapa tujuan
berbeda, yaitu kemoterapi kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi
neoadjuvan, kemoterapi investigatif.
1) Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitif yang kurabel, misalnya leukimia limfositik akut,
limfoma maligna, kanker testis, karsinoma sel kecil paru, dapat dilakukan
kemoterapi kuratif. Skipper melalui penelitian atas galur tumor L1210
dari leukimia mencit menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti
aturan 'kinetika orde pertama', yaitu dengan dosis tertentu obat
antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai konstan
tertentu sel kanker.
2) Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi
radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari operasi kuratif. Karena
banyak tumor pada waktu pra-operasi sudahmemiliki mikrometastasis
di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa
akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada
umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan sernakin
tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai diterapi
20
semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu,
terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efentivitas
meningkat, kemungkinan resistensi obat berkurang, peluang
kesembuhan bertambah.
3) Kemoterapi neoadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum
operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan
operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu
kemoterapi 2-3 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan
darah, berguna. bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya.
4) Kemoterapi investigative
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan30 regimen
kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan
obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas rendah,
penelitian memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yang
jelas, rancangan pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian
yang rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika kedokteran.
Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical
practice' (GCP).
c. Cara pemberian kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara (Controversies
&Obstetrics, 2013) :

1) Suntikan, kemoterapi diberikan melalui suntikan ke dalam otot lengan,


paha, atau pinggul, atau di bawah lemak kulit pada lengan, tungkai,
atau perut.
2) Intra-arterial (IA), kemoterapi dimasukkan langsung ke pembuluh
darah nadi (arteri) yang memberi makan sel-sel kanker.
3) Intraperitoneal (IP), kemoterapi dimasukkan ke rongga peritoneal
(area yang berisi organ seperti usus, perut, hati, dan indung telur).
4) Intravenous (IV), kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh darah
balik (vena).
5) Topikal, kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.

21
6) Oral, kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat ditelan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada Klien/Klien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima
tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu
sama lain (Budiono, 2015).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah langkah awal proseskeperawatan,
yaitu dengan melakukan pengumpulan data Klien. Data yang digunakan
dan dikumpulkan dapat diperoleh dari berbagai sumberbaik sebagai
data subjektif, maupun data objektif. Pengkajian merupakan
pemikiran dasar yang memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi,
mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan Klien.
Pengkajian ini secara khusus dibuat untuk memaparkan pentingnya
melakukan pengkajian keperawatan sebagai langka awal dan kunci
kesuksesan proses keperawatan (Lingga, 2019). Hal yang perlu dikaji
pada Klien dengan kanker payudara adalah :
a. Pengkajian Identitas
1. Identitas Klien
2. Identitas penanggung jawab
b. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit
(perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor
etiologi/ resiko.
2. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran
22
pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-
obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat
menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
3. Alergi
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks. keluarga yang
6. Diagnosa Medis dan therapy
c. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang


terasa pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu
hanya benjolan biasa.

2. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,


muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

3. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami


melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik

23
6. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,
malu, dankehilangan haknya sebagai wanita normal.
8. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
10. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputusasaan.
11. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada

d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, palpasi
a. Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya
bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
b. Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban
c. Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Konjungtiva agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret
tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

24
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
kelainan
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi
atau tanda-tanda radang.
i. Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara
digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan
pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda
tumor ganas secara USG :
- Lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur
- Struktur echo internal lemah dan heterogen
- Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai
tidak ada
- Adanya perbedaan besar tumor secara klinis danUSG

2. Biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2


Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat
dibedakan antara kistik atau padat . biopsi untuk pemeriksaan
histopatologi dapat berupa eksisional (seluruh masa di angkat)
atau insisional (sebagian dari masa dibuang). Analisis
makroskopis dari spesimen menyatakan adatidaknya keganasan.
3. Mammografi,
4. Sinar X dada (radiologi)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respon Klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
25
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon Klien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (SDKI, 2017). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada Klien dengan kanker payudara adalah sebagai berikut :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf (D.0078)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan
pembedahan (D.0083)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
edema limfatik (D.0129)
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas(D.005)
6. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
(D.0142)
7. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019)

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan merupakan


segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, pemulihan kesehatan Klien individu, keluarga dan
komunitas. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat berwenang merencanakan dan melaksanakan
tindakan keperawatan, melakukan tujuan, memberikan tindakan, gawat
darurat, memberikan konsultasi dan penyuluhan (PPNI 2018).

Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan


pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari
tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Rencana asuhan keperawatan
memiliki karakteristik yaitu disusun berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah
(rasional) dan kondisi Klien, di gunakan untuk menciptakan situasi yang
aman dan terapeutik, menciptakan situasi pengajaran dan menggunakan

26
sarana prasarana yang sesuai. Intervensi Keperawatan dilakukan
berdasarakan Standar (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri kronis Tingkat Manajemen
berhubungan dengan Nyeri Nyeri (I.08238)
penekanan saraf (L.08066)
(D.0078) Observasi
Tujuan : 1. Identifikasi lokasi,
Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, dan
selama 2x24 jam, tingkat intensitas nyeri
nyeri menurun. 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi respons nyeri
1. kemampuan non verbal
menuntaskan aktivitas 4. Identifikasi faktor yang
meningkat memperberat dan
2. keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
3. meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan

4. sikap protektif keyakinan tentang nyeri

menurun 6. Identifikasi pengaruh

5. gelisah menurun budaya terhadap respon


nyeri
6. kesulitan tidur
7. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun
terhadap kualitas hidup
7. menarik diri menurun
8. Monitor keberhasilan
8. berfokus pada diri
terapi
sendiri menurun
komplementer yang
9. diaforesis menurun
sudah
10. perasaan
diberikan

27
depresi(tertekan) 9. Monitor efek
menurun samping penggunaan
11. perasaan takut analgetik
mengalami cedera Terapeutik
berulang menurun 10. Berikan teknik
12. anoreksia menurun nonfarmakologis untuk
13. perineum terasa mengurangi rasa nyeri (mis.
tertekan menurun TENS, hypnosis,
14. uterus teraba akupressur, terapi musik,
membulat menurun biofeedback, terapi pijat,
15. ketegangan otot aromaterapi, teknik
menurun imajinasi terbimbing,
16. pupil dilatasi menurun kompres hangat/dingin,
17. muntah menurun terapi bermain)
mual menurun 11. Kontrol lingkungan yang
18. frekuensi nadi memperberat rasa nyeri
membaik (mis.suhu ruangan,

19. pola nafas membaik pencahayaan, kebisingan)


12. Fasilitasi istirahat dan tidur
20. tekanan darah

membaik 13. Pertimbangkan jenis dan

21. proses berpikir


sumber nyeri dalam

membaik pemilihan strategi


meredakan nyeri
22. fokus membaik
Edukasi
23. fungsi berkemih
14. Jelaskan penyebab, periode,
membaik
dan pemicu nyeri
24. perilaku membaik
15. Jelaskan strategi meredakan
25. nafsu makan membaik
nyeri
26. pola tidur membaik
16. Anjurkan memonitor nyeri

secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan

28
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri I. 08238


dengan agen pencedera keperawatan selama
Obervasi
fisik (D.0077) ....x… jam di harapkan
tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,

dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas
SLKI
nyeri.
TINGKAT NYERI
2. Identifikasi skala nyeri
L. 08066
3. Identifikasi respons nyeri non
1. Kemampuan
verbal.
menuntaskan aktivitas
4. Identifikasi faktor yang
meningkat (5)
memperberat dan
2. Keluhan nyeri menurun
memperingan nyeri.
(5)
5. Identifikasi pengetahuan dan
3. Meringis menurun (5)
keyakinan tentang nyeri.
4. Sikap protektif
6. Identifikasi pengaruh budaya
menurun (5)
terhadap respon nyeri.
5. Gelisah menurun (5)
7. Identifikasi pengaruh nyeri
6. Kesulitan tidur
pada kualitas hidup
menurun (5)
8. Monitor keberhasilan terapi
7. Menarik diri menurun
komplementer yang sudah
(5)
diberikan.
8. Berfokus pada diri
9. Monitor efek samping
sendiri menurun (5)
penggunaan analgetik.

29
9. Diaphoresis menurun Terapeutik
(5)
1. Berikan teknik
10. Perasaan depresi
nonfarmakologis untuk
menurun (5)
mengurangi rasa nyeri (mis.
11. Perasaan takut
TENS, hipnosis, akupressur,
mengalami cedera
terapi musik, terapi pijat,
berulang menurun (5)
aroma terapi, teknik imajinasi
12. Anoreksia menurun
terbimbing, kompres
(5)
hangat/dingin, terapi
13. Perineum terasa
bermain)
tertekan menurun (5)
2. Kontrol lingkungan yang
14. Uterus teraba
memperberat rasa nyeri
membulat menurun
(misal suhu ruangan,
(5)
pencahayaan, kebisingan)
15. Ketegangan otot
Edukasi
menurun (5)
16. Pupil dilatasi 1. Jelaskan penyebab nyeri
menurun (5) 2. Anjurkan memonitor nyeri

17. Muntah menurun (5) secara mandiri

18. Mual menurun (5) 3. Ajarkan teknik

19. Frekuansi nadi nonfarmakologis untuk

membaik (5) mengurangi rasa nyeri

20. Pola napas membaik Kolaborasi


(5) 1. Kolaborasi pemberian
21. Tekanan darah analgetik, jika perlu.
membaik (5)
22. Proses berpikir Pemberian Analgesik I. 08243
membaik (5)
Observasi
23. Fokus membaik (5)
24. Fungsi berkemih 1. Identifikasi karakteristik
membaik (5) nyeri (mis. pencetus, pereda,
25. Perilaku membaik (5) kualitas, lokasi, intensitas,

30
26. Nafsu makan frukuensi, durasi)
membaik (5) 2. Identifikasi riwayat alergi
27. Pola tidur membaik obat
(5) 3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. narkotika,
non-narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri.
4. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik.
5. Monitor efektifitas analgesik.
Terapeutik

6. Diskusikan jenis analgesik


yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu.
7. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum.
8. Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien.
9. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan.
Edukasi

10. Jelaskan efek terapi dan efek


samping obat.

31
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian dosis


dan jenis analgesik, sesuai
indikasi.

3 Gangguam Citra Tubuh Setelah dilakukan asuhan Promosi Citra Tubuh I.09305
berhubungan dengan keperawatan selama ....x…
Observasi
hilangnya salah satu jam di harapkan citra tubuh
anggotatubuh; payudara meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi harapan citra
hasil : tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
SLKI
2. Identifikasi budaya, agama,
Citra Tubuh
jenis kelamin, dan umur
L.09067
terkait citra tubuh
1. Melihat bagian tubuh
3. Identifikasi perubahan citra
meningkat (5)
tubuh yang mengakibatkan
2. Menyentuh bagian
isolasi social
tubuh meningkat (5)
4. Monitor frekuensi pernyataan
3. Verbalisasi kecacatan
kritik terhadap diri sendiri
bagian tubuh meningkat
5. Monitor apakah pasien bisa
(5)
melihat bagian tubuh yang
4. Verbalisasi kehilangan
berubah
bagian tubuh meningkat
Terapeutik
(5)

32
5. Verbalisasi perasaan 1. Diskusikan perubahan tubuh
negatif tentang dan fungsinya
perubahan tubuh 2. Diskusikan perbedaan
menurun (5) penampilan fisik terhadap
6. Verbalisasi harga diri
kekhawatiran pada 3. Diskusikan perubahan akibat
penolakan/reaksi orang pubertas, kehamilan dan
lain menurun (5) penuaan
7. Verbalisasi perubahan 4. Diskusikan kondisi stress
gaya hidup menurun (5) yang mempengaruhi citra
8. Menyembunyikan tubuh (mis. luka, penyakit,
bagian tubuh berlebihan pembedahan)
menurun (5) 5. Diskusikan cara
9. Menunjukkan bagian mengembangkan harapan
tubuh berlebihan citra tubuh secara realistis
menurun (5) 6. Diskusikan persepsi pasien
10. Fokus pada bagian dan keluarga tentang
tubuh menurun (5) perubahan citra tubuh
11. Fokus pada penampilan Edukasi
masa lalu menurun (5)
1. Jelaskan kepada keluarga
12. Fokus pada kekuatan
tentang perawatan perubahan
masa lalu menurun (5)
citra tubuh
13. Respon nonverbal pada
2. Anjurkan mengungkapkan
perubahan tubuh
gambaran diri terhadap citra
membaik (5)
tubuh
14. Hubungan social
3. Anjurkan menggunakan alat
membaik (5)
bantu (mis. pakaian, wig,
kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis.
kelompok sebaya)

33
5. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
6. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
7. Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
Promosi Koping I.09312

Observasi

1. Identifikasi kegiatan jangka


pendek dan Panjang sesuai
tujuan
2. Identifikasi kemampuan yang
dimiliki
3. Identifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi
tujuan
4. Identifikasi pemahaman
proses penyakit
5. Identifikasi dampak situasi
terhadap peran dan hubungan
6. Identifikasi metode
penyelesaian masalah
7. Identifikasi kubutuhan dan
keinginan terhadap dukungan
social
Terapeutik

1. Diskusikan perubahan peran


yang dialami

34
2. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3. Diskusikan alasan mengkritik
diri sendiri
4. Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
5. Diskusikan tidak
menggunakan rasa bersalah
dan rasa malu
6. Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
7. Fasilitasi dalam memperolehh
informasi yang dibutuhkan
8. Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
9. Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistiis
10. Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
11. Hindari mengambil keputusan
saat pasien beradaa di bawah
tekanan
12. Motivasi terlibat dalam
kegiatan social
13. Motivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia

35
14. Damping saat berduka (mis.
penyakit kronis, kecacatan)
15. Perkenalkn dengan orang atau
kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
16. Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
17. Kurangi rangsangan
lingkungan yang mengancam
Edukasi

1. Anjurkan menjalin hubungan


yang memiliki kepentingan
dan tujuan sama
2. Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4. Anjurkan keluarga terlibat
5. Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
6. Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
7. Latih penggunaan Teknik
relaksasi
8. Latih keterampilan social,
sesuai kebutuhan
Latih mengembangkan penilaian
obyektif

36
4. Gangguan integritas Integritas Kulit dan Perawatan luka (I.14564)
kulit/jaringan Jaringan (L.14125) Observasi
berhubungan dengan Tujuan : 1. Monitor karakteristik luka
edema limfatik (D.0129) Setelah dilakukan 2. Monitor tanda-tanda infeksi
tindakan keperawatan Terapeutik
diharapkan integritas kulit 3. Lepaskan balutan dan
dan jaringan meingkat. plester secara perlahan
Kriteria hasil : 4. Cukur rambut di sekitar
1. Elastisitas meningkat daerah luka, jika perlu 32
2. Hidrasi meningkat 5. Bersihkan dengan cairan
3. Perfusi NaCl atau pembersih
jaringan meningkat nontoksik sesuai kebutuhan
4. Kerusakan 6. Bersihkan jaringan nekrotik
jaringan menurun 7. Berikan salep yang sesuai
5. Kerusakan lapisan ke kulit/lesi, jika perlu
kulit menurun 8. Pasang balutan sesuai jenis
6. Nyeri menurun luka

7. Perdarahan menurun 9. Pertahankan teknik steril

8. Kemerahan menurun saat melakukan perawatan

9. Hematoma menurun luka


10. Ganti balutan sesuai jumlah
10. Pigmentasi
eksudat dan drainase
abnormal menurun
11. Jadwalkan perubahan posisi
11. Jaringan parut
setiap 2 jam atau sesuai
menurun
kondisi Klien
12. Nekrosis menurun
12. Berikan diet dengan kalori
13. Abrasi kornea
30-35 kkal/kgBB/hari dan
menurun
protein 1,25- 1,5
14. Suhu kulit membaik
gram/kgBB/hari
15. Sensasi membaik
13. Berikan suplemen vitamin
16. Tekstur membaik
dan mineral
17. Pertumbuhan

37
rambut membaik 14. Berikan terapi tens, jika perlu

Edukasi
15. Jelaskan tanda dan gejala

infeksi
16. Anjurkan

mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
17. Ajarkan prosedur

perawatan luka secara


mandiri

Kolaborasi
18. Kolaborasi

prosedur debridement, jika


perlu
19. Kolaborasi pemberian

antibiotik, jika perlu


5. Pola nafas tidak efektif Pola Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan Napas (I.01011)
hambatan upaya napas (L.01004)
(D.005) Tujuan: Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
tindakan keperawatan 2. Monitor bunyi napas
diharapkan pola napas 3. Monitor sputum
membaik. Terapeutik
Kriteria Hasil :
9. Pertahankan kepatenan jalan
1. Ventilasi napas dengan Head-tilt dan
semenit Chin-lift
meningkat 10. Posisikan semi-fowler
2. Kapasitas vital atau fowler
meningkat 11. Berikan minum air hangat

38
3. Diameter thoraks 12. Lakukan fisioterapi dada,

anterior- posterior jika perlu


meningkat 13. Lakukan penghisapan

4. Tekanan lender kurang dari 15 detik


ekspirasi meningkat 14. Lakukan

5. Tekanan hiperoksigenasi sebelum


inspirasi meningkat penghisapan endotrakeal
6. Dispnea menurun 15. Keluarkan sumbatan benda

7. Penggunaan otot padat dengan forcep


bantu napas menurun 16. Berikan oksigen jika perlu

8. Pemanjangan fase Edukasi


ekspirasi menurun 17. Anjurkan asupan cairan 200

ml/hari, jika tidak ada


kontraindikasi
18. Ajarakan teknik batuk efektif

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran dan
mukolitik, jika perlu

39
6. Risiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan (L.14137) (I.14539)
efek prosedur invasif
(D.0142) Tujuan : Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan keperawatan infeksi lokal dan sistemik
diharapkan tingkat infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung
menurun. Terapeutik
Kriteria Hasil : 3. Berikan perawatan kulit
1. Kebersihan pada area edema
tangan meningkat 4. Cuci tangan sebelum dan
2. Kebersihan sesudah kontak dengan
badan meningkat Klien dan lingkungan Klien
3. Nafsu makan 5. Pertahankan teknik aseptik
meningkat pada Klien berisiko tinggi
4. Demam menurun Edukasi
5. Kemerahan menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala
6. Bengkak menurun infeksi

7. Vesikel menurun 7. Ajarkan cara mencuci

8. Cairan berbau busuk tangan

menurun dengan benar

menuru 8. Ajarkan etika batuk

9. Sputum berwarna 9. Ajarkan cara memeriksa

hijau menurun kondisi luka atau luka

10. Drainase purulen operasi

menurun 10. Anjurkan meningkatkan

11. Piuria menurun


asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan
12. Periode malaise
asupan cair
menurun
Kolaborasi
13. Periode
12. Kolaborasi pemberian
menggigil menurun

40
14. Letargi menurun antibiotik, jika perlu
15. Gangguan

kognitif menurun
16. Kadar sel darah

putih membaik
17. Kultur darah membaik

18. Kultur urine membaik

7 Defisit nutrisi Status Manajemen Nutrisi (I.03119)


berhubungan dengan Nutrisi
peningkatan kebutuhan (L.03030) Observasi
metabolisme (D.0019) 1.Identifikasi status nutrisi
Tujuan : 2.Identifikasi alergi dan
Setelah dilakukan intoleransi makanan
tindakan Identifikasi makanan yang
keperawatan diarapkan disukai
status nutrisi membaik 4.Identifikasi kebutuhan kalori
dengan Kriteria Hasil : dan jenis nutrient
1. Kekuatan otot 5.Identifikasi perlunya
mengunyah mingkat penggunaan selang nasogastrik
2. Kekuatan otot 6.Monitor asupan makanan
menelan meningkat 7.Monitor berat badan
3. Serum albumin 8.Monitor hasil pemeriksaan
meningkat laboratorium
4. Verbalisasi keinginan Teraputik
untuk meningkatkan 9.Lakukan oral hygiene sebelum

41
nutrisi meningkat makan, jika perlu
5. Pengetahuan tentang 10. Fasilitasi menentukan
pilihan makananyang pedoman
sehat meningkat diet (mis. piramida makanan)
6. Pengetahuan tentang 11. Sajikan makanan secara
pilihan minuman menarik dan suhu yang sesuai
yang sehat meningkat 12. Berikan makanan tinggi
7. Pengetahuan tentang serat untuk mencegah konstipasi
standar asupan 13. Berikan makanan tinggi
nutrisi yang tepat kalori dan tinggi protein
meningkat 14. Berikan suplemen makanan,
8. Penyiapan dam jika perlu
penyimpanan minuman 15. Hentikan pemberian
yang aman meningkat makannmelalui selang
9. Sikap terhadap nasogastrik jika asupan oral dapat
makanan/minuman ditoleransi
sesuai dengan tujuan Edukasi
Kesehatan dengan 16. Anjurkan posisi duduk,
tujuan kesehatan jika mampu
meningkat 17. Anjurkan diet yang
10. Perasaan cepat diprogramkan
kenyang menurun Kolaborasi
11. Nyeri abdomen
18. Kolaborasi pemberian
menurun
medikasi sebelum makan
12. Sariawan menurun (mis. pereda nyeri,
13. Rambut rontok antiemetik), jika perlu
menurun 19. Kolaborasi dengan ahli gizi
14. Diare menurun untuk menentukan jumlah
15. Berat badan membaik kalori dan jenis nutrien yang
16. Indeks Massa dibutuhkan, jika perlu
Tubuh (IMT)

42
membaik
17. Frekuensi

makan membaik
18. Nafsu makan membaik

19. Bising usus membaik

20. Tebal lipatan kulit

trisep membaik
21. Membran mukosa

membaik

4. Implementasi Keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

43
2.3 Kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Payudara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN


CANCER MAMMAE DI RUANG MAWAR
RSU PDR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

2.3.1 Pengkajian

A. Identitas

Nama : Ny. R

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Mayor Ruslan nomor 1580 RT. 21 RW. 05


Kelurahan 20 Ilir 1Kecamatan Ilir Timur 1Palembang

Suku Bangsa :Madura/Indonesia

Status Marital : Menikah

Tanggal Masuk RS : 12 Juni 2014

Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2014, pukul 10.00 WIBNo. Register: RI 14015940

No. Medrec 0000755095

Nama suami/ PJ : Tn. S Umur : 50 Tahun


Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jalan Mayor Ruslan nomor 1580 RT. 21 RW. 05
Kelurahan 20 Ilir 1Kecamatan Ilir Timur 1Palembang
Suku/ Bangsa : Madura/ Indonesia

44
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Pasien mengatakan terdapatbenjolan pada payudara dekstra, dan
mengeluarkan nanah.
2. Keluhan saat pengkajian:
Pasien mengatakan bahwa terdapat luka yang belum sembuh dan nodul
yang mengeluarkan nanah pada payudara dekstra, serta nyeri bila tertekan.
3. Riwayat perjalanan penyakit:
8 tahun yang lalu, pasien mengalami tumor pada axila dekstra, namun
pasien hanya berobat ke pengobatan alternatif dan tumor bermetastase ke
payudara dekstra. 1 bulan yang lalu, pasien berobat ke YK Madira, namun
tidak mengalami perkembangan dan dirujuk ke RSMH Palembang.
Setelah dirawat di RSMH, pasien pernah menjalani simple mastektomi dan
kemoterapi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang parah
sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki keluarga yang mengalami kanker.

C. Riwayat sosial

1. Hubungan dengan anggota keluarga

Pasien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga baik. Suami dan


anaknya sering datang dan membawakan makanan yang sehat, serta
memberikan dukungan untuk Ny. R.

2. Pembawaan secara umum

Pasien tampak tenang dan jarang berinteraksi dengan teman sekamarnya.

3. Lingkungan rumah

Pasien mengatakan rumahnya berada di pinggir jalan dan terdapat banyak


asap kendaraan.
41
D. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

No. Kebutuhan Dasar Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Nutrisi
Makan
• Frekuensi 5x/ hari 3x/ hari
• Madekstra yang Sate, jeroan, dandaging- Sayur-sayuran dan
disukai dagingan buah, ikan
• Madekstra Tidak ada Tidak ada
pantangan
Minum
• Frekuensi
7x/ hari 5x/ hari
• Jumlah
3 LiterAir es 3 Liter
• Jenis minuman
Air mineral
2. Eliminasi
BAK
• Frekuensi 4-5x/ hari Kuning 4-5x/ hari Kuning
• Warna jernihTidak ada jernihTidak ada
• Keluhan
BAB
• Frekuensi
1x/ hari
• Warna 1x/ hari
Kuning kecoklatan
• Keluhan Kuning kecoklatan
Tidak ada
Tidak ada
3. Istirahat
• Lama tidur 8 jam 12 jam
malam
• Lama tidur siang 3 jam 4 jam

• Kebiasaan Menonton televisi Tidak ada


sebelum tidur
Tidak ada
• Keluhan waktu Sering terjaga di

tidur malam hari


4. Kebersihan diri
• Frekuensi 2x/ hari 2x/ hari
mandi
• Frekuensi sikat 2x/ hari 2x/ hari
gigi
• Frekuensi 2x/ hari 2x/ hari

mengganti
pakaian

E. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg TB : 154 cm


Denyut nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,3º C

Pernafasan : 20 x/ menit BB : 60,5 kg


sekarang

Wajah Hidung

Bentuk : Simetris - Bentuk : Simetris


Oedema : Tidak ada - : Tidak ada
Perdarahan

Mata - Polip : Tidak ada

– Bentuk : Simetris - Sinusitis : Tidak ada

– Oedema : Tidak ada Mulut

– Conjungtiva : Anemis - Bentuk : Simetris

– Sclera : Putih - Warna : Merah

-Kelembaban : Lembab
Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada

Peningkatan JVP : Tidak ada

Thorak Payudara
- Bentuk payudara:
Asimetris, payudara dekstra telah dilakukan mastektomi dan terdapat
nodul- nodul yang bernanah. Bentuk payudara sinistra cembung ke
depan.
- Puting susu:
Puting susu sinistra keluar dan putting susu dekstra sudah tidak ada
puting.
- Hiperpigmentasi:
Areola dan puting payudara sinistra mengalami hiperpigmentasi, dan
payudaradekstra sudah dilakukan mastektomi.
- Kebersihan:
Payudara sinistra tampak bersih, namun payudara dekstra
mengeluarkan nanahyang keluar dari nodul-nodul.
- Benjolan abnormal:
Terdapat nodul-nodul yang mengeluarkan nanah pada payudara
dekstra. Padapayudara sinistra tidak terdapat benjolan abnormal.
- Lain-lain:
- Terdapat nyeri tekan pada payudara dekstra, dengan skala nyeri 4.
Pada payudara sinistra tidak terdapat gangguanlainnya.
Paru-paru
Inspeksi (inspirasi/ ekspirasi) : Pengembangan dinding dada kiri = kanan
Palpasi : Fremitus raba normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler normal
Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Tidak terdapat pembesaran jantung

Perkusi : Redup regular

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II ()

Abdomen

- Inspeksi
Bekas luka operasi : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Aasites : Tidak ada
- Palpasi
Massa : Massa tidak teraba
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi
Bunyi Normal Abdomen : Timpani
- Auskultasi
Bising usus : Terdapat bising usus (10 x/ menit)
Hepar
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati
Perkusi : Timpani
Limpha
– Palpasi : Limpha tidak teraba
– Perkusi : Timpani

Genitalia

Vulva dan vagina

– Varises : Tidak ada


– Luka : Tidak ada
– Kemerahan : Tidak ada
– Nyeri : Tidak ada
– Kebersihan : Bersih
Perineum

– Luka parut : Tidak ada


– Lain-lain : Tidak ada
Periksa Dalam (data sekunder)
– Serviks : Tidak terdapat kelainan
– Vagina : Tidak terdapat kelainan
Ekstremitas
Aksila
– Pembesaran Kelenjar : Tidak ada
Ekstremitas Atas
– Oedema tangan/ jari : Tidak ada
Ekstremitas Bawah
– Oedema kaki : Tidak ada
– Varises : Tidak ada
– Pembengkakan kelenjar : Tidak ada

F. Pengkajian Faktor Predisposisi

– Obesitas : Pasien mengalami obesitas,

BB = 60,5 kg, dan TB = 154 cm

– Status pernikahan : Menikah

– Jumlah anak : 5 orang

– Usia ketika melahirkan anak : 17 tahun pertama

– Pemberian ASI : Pasien mengatakan menyusui 5 orang anaknya


sampai usia ± 2 tahun pada kedua payudara

– Penggunaan KB : Pasien mengatakan menggunakan KB suntik setiap


3 bulan sejak anak pertama sampai sekarang
– Konsumsi rokok : Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi rokok

– Riwayat tumor : Pasien mengatakan pernah memiliki tumor sebesar


biji kacang hijau pada bagian aksila dekstra 8 tahun yang lalu

– Riwayat keluarga penderita : Pasien mengatakan tidak memiliki kanker


anggota keluarga yang menderita kanker


G. Pengkajian Psikososial

1. Konsep Diri

Pasien mengatakan bahwa ia merasa malu dan cemas dengan keadaannya,


terutama karena payudara telah dilakukan mastektomi. Ia merasa ada yang
hilang dari tubuhnya.

2. Kognitif

Pasien mengatakan belum tahu penyebab cancer mammae dan faktor-


faktor yang dapat memicu cancer mammae.

3. Behavior

Pasien tampak tenang dan malu untuk berinteraksi dengan teman


sekamarnya.

4. Mekanisme koping

Pasien mengatakan bahwa ia berdoa dan bercerita kepada keluarga setiap


mendapat masalah.

5. Peran

Pasien mengatakan bahwa perannya sebagai istri dan orang-tua berkurang


karena ia dirawat di rumah sakit.

6. Support sistem

Pasien mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya mendukung untuk


kesembuhan dirinya.
H. Pemeriksaan Diagnostik

No. Pemeriksaan Hasil Nilai normal


1. Darah Rutin

– Eritrosit 3,8 x 106 μL 4,0 – 5,0 x 106 μL (P)


4,5 – 5,5 x 106 μL (L)

15,0 x 103 μL 5,0 – 10,0 x 103 μL


– Leukosit
32 % 40 – 50 % (P)
– Hematokrit
45 – 55 % (L)
321 x 103 gr/mm3 150 – 400 x 103
– Trombosit
gr/mm3
– Haemoglobin 12,0 – 14,0 g/ dL (P)
10,7 gr/ dL
13,0 – 16,0 g/dL (L)

– LED 14 mm/ jam < 15 mm/ jam


< 10 mm/ jam

70 -115 mg/ dL
– Glukosa 111 mg/ dL

2. Kimia Darah
141 mmol/L 135 – 145 mmol/ L
– Natrium
3,7 mmol/L 3,5 – 5,0 mmol/ L
– Kalium
3. Urinalisa : Tidak diperiksa

4. USG : Tidak diperika

5. Rontgen : Masih terdapat nodul pada payudara yang


telahdilakukan mastektomi
6. Terapi : - Amoxicillin oral 500 mg 3 x 1 hari

- Ultracet oral 500 mg 3 x 1 hari


2.3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1 Ds : Pasien mengatakan Nodul-nodul pada
nyeri pada nodul- payudara

nodul di payudara
dekstra.
Mendesak sel syaraf
Do : Terdapat nyeri tekan Nyeri AKut
pada nodul-nodul
pada payudara Menekan sel syaraf
dekstra. Skala nyeri
6. Nyeri Akut
2 Ds : Pasien mengatakan Krisis Situasi
cemas akan kondisinya (Tindakan operasi)
Ansietas
saat ini
Do : Pasien tampak gelisah
Ansietas
3 Ds : Pasien mengatakan
tidak tahu tentang
penyakitnya. Pasien
mengatakan selama
ini hanya periksa ke
Kurang Terpapar Defisit
pengobatan
Informasi Pengetahuan
alternatif.
Do : Pasien tidak mampu
menjawab
pertanyaan tentang
penyakitnya
4 Ds : Pasien mengatakan Kanker pada payudara
bahwa ia merasa malu Gangguan Citra
dengan keadaannya, Mastektomi Tubuh
terutama karena
payudara telah Hilangnya bagian
dilakukan mastektomi. tubuh

Ia merasa ada yang


hilang dari tubuhnya. Timbul rasa malu

Do : Pasien tampak jarang


bersosialisasi dengan Gangguan citra tubuh

teman sekamarnya.
5 Ds : Pasien mengatakan luka Nodul-nodul
operasinya yang Mendesak pembuluh
robek terbuka dan darah
Mengeluarkan
nanah.
Aliran Darah
Do : Luka tampak
terhambat Resiko Infeksi
merah,
mengeluarkan
nanah. Suhu = Prosedur invasif
36,3℃ Leukosit = (tindakan operasi)
15 x 103 μL

Resiko Infeksi

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan pendesakan oleh nodul pada payudara

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur tindakan operasi).

3. Defisit Pengetahuan kurang paparan informasi.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota


tubuh; payudara.

5. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan operasi


2.3.4 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:


berhubungan keperawatan selama ....x…
Manajemen Nyeri (I.08238):
dengan pendesakan jam di harapkan tingkat nyeri
oleh nodul pada menurun dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi,

payudara hasil : karakteristik, durasi,


frekuensi,kulaitas nyeri,
SLKI
skala nyeri, intensitas
TINGKAT NYERI nyeri
2. Identifikasi respon nyeri
L. 08066
non verbal.
1. Keluhan nyeri menurun
3. Identifikasi factor yang
(5)
memperberat dan
2. Meringis menurun (5)
memperingan nyeri.
3. Sikap protektif menurun
4. Berikan Teknik non
(5)
farmakologis untuk
4. Gelisah menurun (5)
mengurangi rasa nyeri.
5. Kesulitan tidur menurun
(5) 5. Fasilitasi istirahat dan
6. Menarik diri menurun (5) tidur
7. Uterus teraba membulat 6. Kontrol lingkungan
menurun (5) yang memperberat rasa
8. Ketegangan otot nyeri.
menurun (5)
7. Jelaskan strategi
9. Pupil dilatasi menurun
meredakan nyeri
(5)
8. Kolaborasi
10. Frekuansi nadi membaik
pemberian
(5)
analgetic jika
11. Pola napas membaik (5)
perlu
12. Tekanan darah membaik
Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas I.09314
berhubungan keperawatan selama ....x…
Observasi
dengan krisis jam diharapkan tingkat
situasi (prosedur ansietas menurun dengan 1. Identifikasi saat tingkat

tindakan operasi) kriteria hasil : ansietas berubah (mis.


kondisi, waktu, stressor)
SLKI
2. Identifikasi kemampuan
Status Nutrisi mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda
L.09093
ansietas (verbal dan
1. Verbalisasi kebingungan nonverbal)
menurun (5) Terapeutik
2. Verbalisasi khawatir
1. Ciptakan suasana
akibat kondisi yang
terapeutik untuk
dihadapi menurun (5)
menumbuhkan
3. Perilaku gelisah menurun
kepercayaan
(5)
2. Temani pasien untuk
4. Keluhan pusing menurun
mengurangi kecemasan,
(50
jika memungkinkan
5. Anoreksia menurun (5)
3. Pahami situasi yang
6. Palpitasi menurun (5)
membuat ansietas
7. Frekuensi pernafasan
4. Dengarkan dengan penuh
menurun (5)
perhatian
8. Frekuensi nadi menurun
5. Gunakan pendekatan yang
(5)
tenang dan meyakinkan
9. Tekanan darah menurun
6. Tempatkan barang pribadi
(5)
yang memberikan
10. Diaphoresis menurun(5)
kenyamanan
11. Tremor menurun (5)
7. Motivasi mengidentifikasi
12. Pucat menurun (5)
situasi yang menicu
13. Konsentrasi membaik (5)
kecemasan
14. Pola tidur membaik (5)
15. Perasaan keberdayaan 8. Diskusikan perencanaan
membaik (5) realistis tentang peristiwa
16. Kontak mata membaik yang akan datang
(5) Edukasi
17. Pola berkemih membaik
1. Jelaskan prosedur
(5)
termasuk sensasi yang
18. Orientasi membaik (5)
mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisma pertahanan diri
yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi
Terapi Relaksasi

Observasi

1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi Teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudah Latihan
5. Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik

1. Ciptakan lingkungan
tenang tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur Teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambar dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat,


Batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, nafas dalam,
relaksasi otot progresig)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
Teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih
Teknik relaksasi (mis. nafas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Defisit
keperawatan selama Observasi
Pengetahuan
….x…jam maka diharapkan a. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan
tingkat pengetahuan kemampuan menerima
dengan kurang
meningkat, dengan kriteria informasi
paparan informasi.
hasil: b. Identifikasi faktor-faktor
yang dapat
Tingkat Pengetahuan
meningkatkan dan
(L.12111)
menurunkan motivasi
1. Perilaku sesuai
perilaku hidup bersih dan
anjuran meningkat (5)
sehat
2. Verbalisasi minat dalam
Terapeutik
belajar meningkat (5)
3. Kemampuan a. Sediakan materi dan
menjelaskan media pendidikan
pengetahuan tentang kesehatan
suati topik meningkat b. Jadwalkan pendidikan
(5) kesehatan sesuai
4. Kemampuan kesepakatan
menggambarkan c. Berikan kesempatan untuk
pengalaman sebelumnya bertanya
yang sesuai dengan topik Edukasi
meningkat (5) a. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Gangguam Citra Setelah dilakukan asuhan Promosi Citra Tubuh I.09305
Tubuh keperawatan selama ....x…
Observasi
berhubungan jam di harapkan citra tubuh
dengan hilangnya meningkat dengan kriteria 6. Identifikasi harapan citra

salah satu anggota hasil : tubuh berdasarkan tahap

tubuh; payudara perkembangan


SLKI
7. Identifikasi budaya, agama,
Citra Tubuh
jenis kelamin, dan umur
L.09067
terkait citra tubuh
15. Melihat bagian tubuh
8. Identifikasi perubahan citra
meningkat (5)
tubuh yang mengakibatkan
16. Menyentuh bagian tubuh
isolasi social
meningkat (5)
9. Monitor frekuensi
17. Verbalisasi kecacatan
pernyataan kritik terhadap
bagian tubuh meningkat
diri sendiri
(5)
10. Monitor apakah pasien bisa
18. Verbalisasi kehilangan
melihat bagian tubuh yang
bagian tubuh meningkat
berubah
(5)
Terapeutik
19. Verbalisasi perasaan
negatif tentang perubahan 7. Diskusikan perubahan

tubuh menurun (5) tubuh dan fungsinya

20. Verbalisasi kekhawatiran 8. Diskusikan perbedaan

pada penolakan/reaksi penampilan fisik terhadap

orang lain menurun (5) harga diri

21. Verbalisasi perubahan 9. Diskusikan perubahan

gaya hidup menurun (5) akibat pubertas, kehamilan

22. Menyembunyikan bagian dan penuaan

tubuh berlebihan menurun 10. Diskusikan kondisi stress

(5) yang mempengaruhi citra

23. Menunjukkan bagian tubuh (mis. luka, penyakit,

tubuh berlebihan menurun pembedahan)

(5)
24. Fokus pada bagian tubuh 11. Diskusikan cara
menurun (5) mengembangkan harapan
25. Fokus pada penampilan citra tubuh secara realistis
masa lalu menurun (5) 12. Diskusikan persepsi pasien
26. Fokus pada kekuatan dan keluarga tentang
masa lalu menurun (5) perubahan citra tubuh
27. Respon nonverbal pada Edukasi
perubahan tubuh
8. Jelaskan kepada keluarga
membaik (5)
tentang perawatan
28. Hubungan social
perubahan citra tubuh
membaik (5)
9. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
10. Anjurkan menggunakan
alat bantu (mis. pakaian,
wig, kosmetik)
11. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis.
kelompok sebaya)
12. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
13. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
14. Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
Promosi Koping I.09312

Observasi
8. Identifikasi kegiatan jangka
pendek dan Panjang sesuai
tujuan
9. Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
10. Identifikasi sumber daya
yang tersedia untuk
memenuhi tujuan
11. Identifikasi pemahaman
proses penyakit
12. Identifikasi dampak situasi
terhadap peran dan
hubungan
13. Identifikasi metode
penyelesaian masalah
14. Identifikasi kubutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan social
Terapeutik

18. Diskusikan perubahan


peran yang dialami
19. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
20. Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
21. Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku
sendiri
22. Diskusikan tidak
menggunakan rasa bersalah
dan rasa malu
23. Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
24. Fasilitasi dalam
memperolehh informasi
yang dibutuhkan
25. Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
26. Motivasi untuk
menentukan harapan yang
realistiis
27. Tinjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan keputusan
28. Hindari mengambil
keputusan saat pasien
beradaa di bawah tekanan
29. Motivasi terlibat dalam
kegiatan social
30. Motivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia
31. Damping saat berduka
(mis. penyakit kronis,
kecacatan)
32. Perkenalkn dengan orang
atau kelompok yang
berhasil mengalami
pengalaman sama
33. Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan
yang tepat
34. Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancam
Edukasi

9. Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
10. Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
11. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
12. Anjurkan keluarga terlibat
13. Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
14. Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
15. Latih penggunaan Teknik
relaksasi
16. Latih keterampilan social,
sesuai kebutuhan
Latih mengembangkan
penilaian obyektif
Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
berhubungan keperawatan selama (I.14539)
dengan prosedur ….x…jam maka diharapkan Observasi
tindakan operasi tingkat infeksi menurun, 13. Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
Tingkat Infeksi 14. Batasi jumlah pengunjung
L.14137 Terapeutik
1. Kebersihan tangan
15. Berikan perawatan kulit
meningkat (5)
pada area edema
2. Kebersihan badan
16. Cuci tangan sebelum dan
meningkat (5)
sesudah kontak dengan
3. Nafsu makan Meningkat
Klien dan lingkungan
(5)
Klien
4. Demam menurun (5)
17. Pertahankan teknik
5. Kemerahan menurun (5)
aseptik pada Klien
6. Nyeri menurun (5)
berisiko tinggi
7. Bengkak menurun (5)
Edukasi
8. Vesikel menurun (5)
18. Jelaskan tanda dan gejala
9. Cairan berbau busuk
infeksi
menurun (5)
19. Ajarkan cara mencuci
10. Sputum berwarna hijau
tangan
menurun (5)
dengan benar
11. Drainase purulent
20. Ajarkan etika batuk
menurun (5)
21. Ajarkan cara memeriksa
12. Periode menggigil
kondisi luka atau luka
menurun (5)
operasi
13. Letargi menurun (5)
22. Anjurkan meningkatkan
14. Kadar sel darah putih
asupan nutrisi
membaik (5)
23. Anjurkan meningkatkan
15. Kultur darah membaik (5)
asupan cair
16. Kultur urine membaik (5)
Kolaborasi
17. Kultur sputum membaik
(5) 1. Kolaborasi pemberian
18. Kultur area luka membaik antibiotik, jika perlu
(5)

3.2.5 Implementasi Keperawatan


Hari/tgl/j Dx
Implementasi Evaluasi
am
Senin, Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri  P: Pasien mengatakan
14/7/14 secara komprehensif, nyeri pada nodul-nodul
Pkl meliputi: lokasi, kualitas, dipayudara dekstra
10.00 intensitas nyeri, onset nyeri. Q: terasa tersayat-sayat,
R: dada kiri,
S: Skala nyer5,
T: terus menerus
2. Mengobservasi  Pasien tampak meringis
reaksi nonverbal dari nyeri. menahan sakit

3. Mengajarkan  Pasien berlatih Teknik


teknik nonfarmakologis nafas dalam
(relaksasi).
4. Memberikan injeksi  Obat sudah diberikan

Ketorolac 30mg IV
5. Monitor tanda-tanda vital  TD: 130/80mmHg, N:
pasien. 88x/mernit, RR:
20x/menit, S: 37oC.
6. Menganjurkan pasien untuk  Pasien istirahat namun
istirahat. selalu terbangun
Senin, Ansietas 1. Melakukan pendekatan yang  Pasien mengatakan
14/7/14 tenang. sangat khawtir dengan
Pkl kondisinya saat ini
10.30 2. Menjelaskan prosedur  Pasien mengerti
tindakan dan apa yang penjelasan yang
dirasakan selama tindakan. diberikan
3. Memberikan informasi  Pasien perlahan
tentang diagnosa, menerima informasi
tindakan dan terkait kondisi yang
prognosis. dialami saat ini
4. Menyarankan pasien untuk  Pasien mampu
relaksasi nafas dalam. melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
dengan perlahan
5. Memfasilitasi  Lingkungan aman
lingkungan yang tenang dana nyaman

6. Mendorong keluarga untuk  Pasien didampingi


mendampingi pasien untuk oleh keluarga
mengurangi kecemasan

Senin, Defisit 1. Mengkaji tingkat  Pasien mengatakan


14/7/14 Pengetahua pengetahuan pasien proses mengerti tentang
Pkl 11.00 n penyakitnya. proses penyakitnya
dan bersedia mengikuti
pengobatan medis
2. Menjelaskan tentang proses  Pasien mampu
penyakitnya pada pasien menjawab pertanyaan
setelah diberikan
pendidikan kesehatan

3. Melibatkan keluarga saat  Pasien dan keluarga


paham setelah
pemberian pendidikan diberikan penjelasan
kesehatan.
4. Menjelaskan kemungkinan  Pasien mengatakan
komplikasi dan perdarahan, mengerti
resiko yang akan terjadi, dan
nyeri.
5. Mendorong keluarga untuk
 Keluarga akan
membantu pasien dalam
membantu pasien
merubah perilaku hidup
sehat
Senin, Ganggua 1. Mengkaji secara verbal dan  Pasien mengatakan
14/7/14 citra tubuh non verbal respon pasien payudara kiri sudah
Pkl terhadap perubahan rusak dan terasa berat
11.30 tubuhnya sebelah dan tidak
2. Memotivasi pasien untuk seimbang.
mengungkapkan  Pasien berusaha
perasaannya menutupi dada kiri,
tidak mau melihat
bagian dadanya.
3. Memberikan informasi  Pasien dan keluarga
tentang pengobatan, paham
perawatan, kemajuan dan
prognosis
4. Membantu pasien untuk  Pasien mampu
mengidentifikasi tindakan- mengidentifikasi
tindakan yang akan Tindakan untuk
meningkatkan penampilan. meningkatkan
penampilan

5. Mendorong keluarga untuk  Keluarga perlahan


memberikan dukungan dan memberikan dukungan
selalu mendampingi pasien. kepada pasien.
Senin, Risiko 1. Mengajarkan teknik cuci  Pasien dan keluarga
14/7/14 infeksi tangan kepada pasien dan mampu melakukan
Pkl keluarga. teknik cuci tangan
12.00 dengan baik dan benar
2. Menerapkan universal  Masih terpasang drain,
precaution. Balutan luka tidak
rembes, tidak ada tanda
infeksi pada iv line
 Luka sudah terawat
3. Menerapkan prinsip
steril saat
melakukan perawatan luka.  Pasien mau makan

4. Mendorong pasien sesuai diit yang

untuk meningkatkan diberikan

nutrisi.
5. Membatasi pengunjung.  Keluarga paham

6. Memonitor tanda infeksi  Balutan luka tidak


rembes, tidak ada
tanda infeksi pada iv
line
TD: 120/70mmHg, N:
76x/menit, RR:
18x/menit, S:36,3oC.
3.2.6 Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal Evaluasi
Dx

1 Senin,14/7/14 S: Pasien mengatakan nyeri pada nodul-nodul di


payudara dekstra
Pkl 10.00
O: P: nyeri pada payudara dextra
Q: terasa tersayat-sayat,
R: dada kiri, S: VAS; 5,
T: terus menerus setelahoperasi.
TD: 130/80mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S:
37oC.
Pasien terlihat meringis menahan sakit.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
 Evaluasi pengkajian nyeri
 Evaluasi kemampuan relaksasi
 Pemberian anti nyeri
2 Senin,14/7/14 S: Pasien merasa Khawatir akan kondisinya saat ini
O: wajah tampak tegang, cemas,pasien terlihat gelisah,
Pkl 10.30
pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

3 Senin,14/7/14 S :Pasien mengatakan mengerti tentang proses


penyakitnya saat ini dan bersedia menjalankan
Pkl 11.00
pengobatan medis .
O: Pasien mampu menjawab pertanyaan setelah diberikan
pendidikan kesehatan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
4 Senin,14/7/14 S: Pasien mengatakan payudara kiri sudah rusak dan terasa
berat sebelah dan tidak seimbang.
Pkl 11.30 O: Pasien berusaha menutupi dada kiri, tidak mau melihat
bagian dadanya.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
5 Senin,14/7/14 S: Pasien mengatakan mampu melakukan prosedur cuci
tangan dengan baik dan benar
Pkl 12.00
O: Masih terpasang drain, Balutan luka tidak rembes, tidak
ada tanda infeksi pada iv line
TD: 120/70mmHg, N: 76x/menit, RR: 18x/menit,
S:36,3oC.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Carsinoma mammae
merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah.
Dampak yang terjadi pada penderita kanker payudara menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Pemahaman tentang dampak kanker payudara
terhadap berbagai aspek kehidupan Klien khususnya aspek psikologis penting
untuk dimiliki oleh tenaga kesehatan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup Klien

3.2 SARAN

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk pembaca,


masyarakat dan tenaga kesehatan pada khususnya agar lebih memahami hal-
hal yang terkait dengan kanker payudara sehingga dapat memberikan
penatalaksaan yang tepat terkait masalah tersebut dan diharapkan pula dapat
mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada penderita kanker payudara.
Pada akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R. (2015). Peran Derajat Differensiasi Histopatologik dan Stadium Klinis


Pada Rekurensi Kanker Payudara. Journal Majority Volume 4Nomor 7
Juni 2015. Hal 129 – 134.

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1461
Bray, F. (2018). Global Cancer Statistics 2018: GLOBOCAN Estimates of
Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries.
CLIN 2018; 68:394–424. https://doi.org/10.3322/caac.21492
Desmawati. (2019). Teori Model Konseptual Keperawatan.
Distinarista, H., Wuriningsih A. Y., & Laely, A. J. (2020). Potret Kecemasan Pada
Klien Kanker Payudara. Jurnal Unissula, 2(1) / 2020.
http://dx.doi.org/10.26532/unc.v2i1.15453
DKK Balikpapan. (2018). Profil Kesehatan Kota Balikpapan Tahun
2018. Balikpapan : Dinas Kesehatan Kota.
Husni, M., Romadoni, S., & Rukiyati, D. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kualitas Hidup Klien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 2(2) Juli 2015, 77-83.
Indrayani, E., Mutoharoh, S., & Astutiningrum, D. (2020). Deteksi Dini Kanker
Payudara Dengan Sadanis Dan Kanker Serviks Dengan Iva Di
Kecamatan Sempor. Stikes Muhammadyah Gombong.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1060
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2015). Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara. Jakarta : Kemenkes RI.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
Kristin, L. (2017). WOC (Web of Causation) Kanker
Payudara. https://id.scribd.com/document/348608933/WOC-KANKER-
PAYUDARA
Nadiva, D.H & Muafiro, A. (2019). Deskripsi Perkembangan Keadaan Luka
Kanker Payudara Post Mastektomi Setelah Perawatan Luka. Jurnal
Keperawatan Vol.XII No.1 April 2019. Hal- 49-56.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018) .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2019) .Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Rampi, P., Assa, Y., & Mewo, Y. (2017). Gambaran Kadar Asam Urat Serum pada
Mahasiswa dengan Indeks Massa Tubuh ≥23 kg/m 2 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm),Volume
5, Nomor 2, Juli-Desember 2017.
https://doi.org/10.35790/ebm.v5i2.18511
Sari, M., Dewi, Y. I., & Utami, A. ( 2012). Hubungan Dukungan KeluargaTerhadap
Motivasi Klien Kanker Payudara dalam Menjalankan Kemoterapi di
Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad ProvinsiRiau. Jurnal Ners
Indonesia, 2(2), Maret 2012, 158-166.
http://dx.doi.org/10.31258/jni.2.2.158-166
Utama, Y. A. (2021). Analisis Kualitas Hidup Klien Kanker Payudara. Jurnal
Aisyiyah Medika. 6(1), Februari 2021, 218-119. Wahyuningsih, H. P., &
Kusmiyati, Y. (2017). Bahan Ajar Kebidanan : Anatomi Fisiologi. Jakarta
: PPSDM Kemenkes RI.
Widikusumo, A. (2016). Radiasi Paliatif sebagai Tatalaksana Nyeri pada Metastasis
Tulang : Suatu Laporan Kasus pada Kanker Payudara. Jurnal Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. Vol.1 No.3 September2016. Hal 229-
234

Anda mungkin juga menyukai