KANKER PAYUDARA
OLEH :
KELOMPOK 4
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan pasien
dengan Kanker Payudara ”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunanTuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar - besarnya kepadasemua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwadalam proses penulisan makalahini masihjauhdari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik danoleh karenanya, saya dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini
(Penyusun)
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kanker payudara,
diantaranya yaitu usia, usia melahirkan anak pertama, menarche dini,
menopause terlambat, riwayat menderita tumor jinak payudara, riwayat
menyusui, riwayat melahirkan, paparan radiasi, penggunaan hormon, riwayat
keluarga, obesitas, kanker pada salah satu payudara, konsumsi makanan tinggi
lemak, alkohol, merokok, dan kepadatan payudara (Bray, 2018).
Dampak yang terjadi pada penderita kanker payudara menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Pemahaman tentang dampak kanker payudara
terhadap berbagai aspek kehidupan Klien khususnya aspek psikologis penting
untuk dimiliki oleh tenaga kesehatan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup Klien (Husni,
Romadoni & Rukiyati, 2015).
Kualitas hidup Klien kanker payudara stadium dini berbeda dengan
kanker payudara stadium lanjut. Pengobatan yang diberikan kepada Klien
kanker payudara stadium awal hanya berupa terapi hormon sehingga
mempunyai kualitas hidup yang baik, sedangkan Klien kanker payudara
stadium lanjut dengan kemoterapi mempunyai kualitas hidup yang rendah,
karena adanya gangguan pada fungsi fisik, sosial serta seksual (Gokgoz,
2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnyakurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram saat menyusui 800 gram. Setiap payudara
merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit pada
dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan
melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat (Wahyuningsih &
Kusmiyati, 2017).
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu korpus, areola, dan
papilla atau putting. Korpus (badan) adalah bagian yang membesar. Korpus
terdiri atas alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI
disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)
(Wahyuninsih & Kusmiyati, 2017).
Areola merupakan bagian yang kehitaman di tengah.Sinus laktiferus,
yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam
3
puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-
saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksidapat memompa ASI keluar
(Wahyuingsih & Kusmiyati, 2017).
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa (Price, 2012).
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan
vena supervisial yang menuju vena kava superior. Aliran limfatik dari bagian
sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral
menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
4
3. Fisiologi Payudara
4. Etiologi
Secara konseptual penyebab kanker payudara belum dapat diketahui
secara pasti, akan tetapi terdapat faktor risiko yang diduga berhubungan dengan
kejadian kanker payudara yaitu: riwayat penyakit, riwayat keluarga, usia, usia
menarche, usia menopause, usia melahirkan anak pertama, riwayat kontrasepsi
hormonal, riwayat menyusui, dan obesitas.
8
a. Usia
Usia adalah masa hidup responden yang ditandai dengan ulang tahun
terakhir. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan risiko
ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause
b. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Wanita yang memilikiriwayat keluarga dengan
risiko kanker payudara berisiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang
terkena bukan saudara perempuan maka risiko menjadi 6 kali lebih tinggi
c. Riwayat kontraspepsi hormonal
Kadar hormonal yang berlebihan akan menumbuhkan sel-sel genetic yang
rusak yang akan menyebabkan kanker payudara.
d. Riwayat menyusui
Menyusui dapat memberikan proteksi terhadap ibu, meningkatkan
kesehatan bayi dan juga dapat menghindarkan ibu dari kanker payudara
Pada wanita yang tidak menyusui produksi susu akan berhenti, namun
produksi air susu tidak mudah berhenti begitu saja sehingga menyebabkan
terjadinya pembengkakan payudara yang sering menimbulkan rasa nyeri.
e. Riwayat penyakit
Penderita pernah memiliki riwayat penyakit yang sama yaitu kanker
payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan pengangkatan
kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang sehat.
f. Obesitas
Obesitas mempunyai efek perangsang pada perkembangan kanker
payudara. Estrogen disimpan dalam jaringan adiposa). Beberapa kanker
payudara adalah reseptor estrogen positif (ER+), artinya bahwa estrogen
menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Maka, makin banyak
jaringan adiposa, makin banyak estrogen yang mengikat ER+ sel-sel kanker
g. Usia menarche
Jika seorang wanita mengalami menstruasi di usia dini, sebelum 12 tahun
wanita akan memiliki peningkatan risiko kanker payudara (Brunner &
9
Suddrath, 2013). Hal tersebut dikarenakan semakin cepat seorang wanita
mengalami menarche dini maka makin panjang pula jaringan payudaranya
dapat terkena oleh unsur unsur berbahaya yang menyebabkan kanker seperti
bahan kimia, esterogen, ataupun radiasi (Desen, 2013).
h. Usia memiliki anak pertama
Melahirkan anak pertamanya <30 tahun. Semakin tua memiliki anak
pertama, semakin besar risiko untuk terkena kanker payudara. Pada usia
30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak risiko terkena kanker
payudara juga akan meningkat. Wanita yang belum pernah melahirkan
diatas usia 30 tahun 3 kali berpontensi terkenakanker payudara (Mulyani,
2013).
5. Stadium Kanker Payudara
Klasifikasi Definisi
Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak didapatkan
T0 Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Duktal karsinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular karsinoma in situ
Tis (Paget) Paget’s disease tanpa adanya tumor
T1 Ukuran tumor <2 cm
T1 Mic Microinvasif >0,1 cm
T1 a Tumor >0,1 - <0,5 cm
T1 b Tumor >0,5 - <1 cm
T1 c Tumor >1 - <2 cm
T2 Tumor >2- < 5 cm
10
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan
adanya perlekatan pada dinding thoraks atau kulit
T4 a Melekat pada dinding dada, tidak termasuk M. Pectoralis
Major
T4 b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit
T4 c Gabungan antara T4a dan T4b
T4 d Inflamasi karsinoma
Kelenjar Limfe
Regional
Nx Kelenjar limfe regional tidak didapatkan
N0 Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
N1 Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, bersifat
mobile
N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksila ipsilateral, tidak
dapat digerakkan (fixed)
N3 Metastasis pada kelenjar limfe infraklavikular, atau
mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar
limfe supraklavikular
Metastasis
Mx Metastasis jauh tidak didapatkan
M0 Tidak ada bukti adanya metastasis
M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ
11
T3 N1,N2 M0
IIIB T4 N apapun M0
IIIC T apapun N3 M0
IV T apapun N apapun M1
TNM Tumor Nodus Metastasis
12
8. Stadium IV
Ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada lokasiyang
jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.
6. Patofisiologi
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara
akanmengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan
ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus,
sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu
terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Wahyuningsih &
Kusmiati, 2017).
Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing
yang masuk dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif,
oksidan atau karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma , yang dikenal dengan
nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju
fasia otot pektoralis atau daerah kulityang menimbulkan 19 perlengketan-
perlengketan. Pada kondisi demikian tumor dikategorikanstadium lanju
inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan
tumbuh dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun
13
supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor
menyebar ke organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi
dari penelitian para pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi
tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang
dihasilkannya dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru
dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh karena itu penderita kanker
payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening
lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver danparu-paru sebagai kanker
metastasisnya.
14
8. PATHWAYS
15
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker payudara menurut
Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2015) adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis serta Tes Tumor marker (carsino Embrionyk
Antigen/CEA) dalam serum atau plasma.
b. Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun,
namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia > 40tahun. Pemeriksaan
Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari
pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak
nyaman pada wanita pada waktu di kompresi danakan memberi hasil yang
optimal.
c. Ultrasonografi
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya
sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
modalitas skrining oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal
menunjukan efikasinya.
d. MRI dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skriningkarena biaya
mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI
dapat dipertimbangkan pada wanita muda denganpayudara yang padat atau
pada payudara dengan implant, dipertimbangkan Klien dengan risiko tinggi
untuk menderita kanker payudara.
e. Biopsi kelenjar sentinel
Biopsi kelenjar sentinel (Sentinel lymph node biopsy) adalah prosedur
pengangkatan kelenjar getah bening aksila sentinel sewaktu operasi.
Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar getah bening yang pertama
16
kali menerima aliran limfatik dari tumor, menandakan mulainya terjadi
penyebaran dari tumor primer. Biopsi kelenjar getah bening sentinel
dilakukan menggunakan blue dye, radiocolloid, maupun kombinasi
keduanya.
f. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan patologi pada kanker payudara
meliputi pemeriksaan sitologi, morfologi (histopatologi), pemeriksaan
immunohistokimia, in situ hibridisasi dan gene array (hanya dilakukan pada
penelitian dan kasus khusus). Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa
cairan akan menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang
lebih dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan. Yang bisa
diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah bantuan penentuan jinak/ganas.
Tru-cut biopsy dan core biopsy akan menghasilkan penilaian histopatologi.
Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan
jarum khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari core biopsi sama
sahihnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.
g. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam
membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
17
1) Mastektomi
Mastektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker
payudara. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara
para ahli, namun dikatakan mastektomi mempunyai angka harapan
hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.
Tindakan ini dilakukan pada kanker payudara dengan metastasis kulit,
paru, hati, dan payudara kontralateral. Pada metastasis otak,
metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih kontroversi.
2) Mastektomi Radikal Modifikasi
Mastektomi Radikal Modifikasi adalah tindakan pengangkatan tumor
payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola,
disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II.
Indikasi MRM adalah kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.
Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelahterapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor.
3) Mastektomi Radikal Klasik
Mastektomi Radikal Klasik adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Indikasi
Mastektomi radikal klasik adalah kanker payudara stadium IIIb yang
masih bisa dioperasi dan tumor dengan infiltrasi ke muskulus
pektoralis mayor.
4) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
5) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
6) Mastektomi Subkutan
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringanpayudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau
18
tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
7) Breast Conserving Therapy (BCT)
Breast Conserving Therapy adalah pembedahan atas tumor payudara
dengan mempertahankan bentuk payudara, dibarengi atau tanpa
dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjargetah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi
tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara
dan fungsi sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal
kanker payudara stadium awal.
8) Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium
dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopi, baik dilakukan secara
terbuka ataupun melalui laparaskopi. Indikasi Salfingo ovariektomi
adalah karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
b. Terapi Sistemik
1) Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan
kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau
otot pectoralis, radang tenggorokan
2) Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit
3) Manipulasi Hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy.
Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
19
11. Konsep Kemoterapi
a. Pengertian kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu tipe terapi kanker yang menggunakan obat
untuk mematikan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan menghentikan
atau memerlambat perkembangan sel-sel kanker, yang berkembang dan
memecah belah secara cepat. Namun, terapi tersebut juga dapat merusak
sel-sel sehat yang memecah belah secara cepat, seperti sel pada mulut dan
usus atau menyebabkan gangguan pertumbuhan rambut. Kerusakan
terhadap sel-sel sehat merupakan efek samping dari terapi ini. Seringkali,
efek samping tersebut membaik atau menghilang setelah proses kemoterapi
telahselesai (National Cancer Institute, 2015).
21
6) Oral, kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat ditelan.
2. Nutrisi – Metabolik
3. Eliminasi
23
6. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,
malu, dankehilangan haknya sebagai wanita normal.
8. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9. Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
10. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputusasaan.
11. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada
d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, palpasi
a. Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya
bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
b. Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban
c. Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Konjungtiva agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret
tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
24
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
kelainan
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi
atau tanda-tanda radang.
i. Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara
digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan
pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda
tumor ganas secara USG :
- Lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur
- Struktur echo internal lemah dan heterogen
- Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai
tidak ada
- Adanya perbedaan besar tumor secara klinis danUSG
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
26
sarana prasarana yang sesuai. Intervensi Keperawatan dilakukan
berdasarakan Standar (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
27
depresi(tertekan) 9. Monitor efek
menurun samping penggunaan
11. perasaan takut analgetik
mengalami cedera Terapeutik
berulang menurun 10. Berikan teknik
12. anoreksia menurun nonfarmakologis untuk
13. perineum terasa mengurangi rasa nyeri (mis.
tertekan menurun TENS, hypnosis,
14. uterus teraba akupressur, terapi musik,
membulat menurun biofeedback, terapi pijat,
15. ketegangan otot aromaterapi, teknik
menurun imajinasi terbimbing,
16. pupil dilatasi menurun kompres hangat/dingin,
17. muntah menurun terapi bermain)
mual menurun 11. Kontrol lingkungan yang
18. frekuensi nadi memperberat rasa nyeri
membaik (mis.suhu ruangan,
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
28
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik
29
9. Diaphoresis menurun Terapeutik
(5)
1. Berikan teknik
10. Perasaan depresi
nonfarmakologis untuk
menurun (5)
mengurangi rasa nyeri (mis.
11. Perasaan takut
TENS, hipnosis, akupressur,
mengalami cedera
terapi musik, terapi pijat,
berulang menurun (5)
aroma terapi, teknik imajinasi
12. Anoreksia menurun
terbimbing, kompres
(5)
hangat/dingin, terapi
13. Perineum terasa
bermain)
tertekan menurun (5)
2. Kontrol lingkungan yang
14. Uterus teraba
memperberat rasa nyeri
membulat menurun
(misal suhu ruangan,
(5)
pencahayaan, kebisingan)
15. Ketegangan otot
Edukasi
menurun (5)
16. Pupil dilatasi 1. Jelaskan penyebab nyeri
menurun (5) 2. Anjurkan memonitor nyeri
30
26. Nafsu makan frukuensi, durasi)
membaik (5) 2. Identifikasi riwayat alergi
27. Pola tidur membaik obat
(5) 3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. narkotika,
non-narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri.
4. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik.
5. Monitor efektifitas analgesik.
Terapeutik
31
Kolaborasi
3 Gangguam Citra Tubuh Setelah dilakukan asuhan Promosi Citra Tubuh I.09305
berhubungan dengan keperawatan selama ....x…
Observasi
hilangnya salah satu jam di harapkan citra tubuh
anggotatubuh; payudara meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi harapan citra
hasil : tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
SLKI
2. Identifikasi budaya, agama,
Citra Tubuh
jenis kelamin, dan umur
L.09067
terkait citra tubuh
1. Melihat bagian tubuh
3. Identifikasi perubahan citra
meningkat (5)
tubuh yang mengakibatkan
2. Menyentuh bagian
isolasi social
tubuh meningkat (5)
4. Monitor frekuensi pernyataan
3. Verbalisasi kecacatan
kritik terhadap diri sendiri
bagian tubuh meningkat
5. Monitor apakah pasien bisa
(5)
melihat bagian tubuh yang
4. Verbalisasi kehilangan
berubah
bagian tubuh meningkat
Terapeutik
(5)
32
5. Verbalisasi perasaan 1. Diskusikan perubahan tubuh
negatif tentang dan fungsinya
perubahan tubuh 2. Diskusikan perbedaan
menurun (5) penampilan fisik terhadap
6. Verbalisasi harga diri
kekhawatiran pada 3. Diskusikan perubahan akibat
penolakan/reaksi orang pubertas, kehamilan dan
lain menurun (5) penuaan
7. Verbalisasi perubahan 4. Diskusikan kondisi stress
gaya hidup menurun (5) yang mempengaruhi citra
8. Menyembunyikan tubuh (mis. luka, penyakit,
bagian tubuh berlebihan pembedahan)
menurun (5) 5. Diskusikan cara
9. Menunjukkan bagian mengembangkan harapan
tubuh berlebihan citra tubuh secara realistis
menurun (5) 6. Diskusikan persepsi pasien
10. Fokus pada bagian dan keluarga tentang
tubuh menurun (5) perubahan citra tubuh
11. Fokus pada penampilan Edukasi
masa lalu menurun (5)
1. Jelaskan kepada keluarga
12. Fokus pada kekuatan
tentang perawatan perubahan
masa lalu menurun (5)
citra tubuh
13. Respon nonverbal pada
2. Anjurkan mengungkapkan
perubahan tubuh
gambaran diri terhadap citra
membaik (5)
tubuh
14. Hubungan social
3. Anjurkan menggunakan alat
membaik (5)
bantu (mis. pakaian, wig,
kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis.
kelompok sebaya)
33
5. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
6. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
7. Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
Promosi Koping I.09312
Observasi
34
2. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3. Diskusikan alasan mengkritik
diri sendiri
4. Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
5. Diskusikan tidak
menggunakan rasa bersalah
dan rasa malu
6. Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
7. Fasilitasi dalam memperolehh
informasi yang dibutuhkan
8. Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
9. Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistiis
10. Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
11. Hindari mengambil keputusan
saat pasien beradaa di bawah
tekanan
12. Motivasi terlibat dalam
kegiatan social
13. Motivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia
35
14. Damping saat berduka (mis.
penyakit kronis, kecacatan)
15. Perkenalkn dengan orang atau
kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
16. Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
17. Kurangi rangsangan
lingkungan yang mengancam
Edukasi
36
4. Gangguan integritas Integritas Kulit dan Perawatan luka (I.14564)
kulit/jaringan Jaringan (L.14125) Observasi
berhubungan dengan Tujuan : 1. Monitor karakteristik luka
edema limfatik (D.0129) Setelah dilakukan 2. Monitor tanda-tanda infeksi
tindakan keperawatan Terapeutik
diharapkan integritas kulit 3. Lepaskan balutan dan
dan jaringan meingkat. plester secara perlahan
Kriteria hasil : 4. Cukur rambut di sekitar
1. Elastisitas meningkat daerah luka, jika perlu 32
2. Hidrasi meningkat 5. Bersihkan dengan cairan
3. Perfusi NaCl atau pembersih
jaringan meningkat nontoksik sesuai kebutuhan
4. Kerusakan 6. Bersihkan jaringan nekrotik
jaringan menurun 7. Berikan salep yang sesuai
5. Kerusakan lapisan ke kulit/lesi, jika perlu
kulit menurun 8. Pasang balutan sesuai jenis
6. Nyeri menurun luka
37
rambut membaik 14. Berikan terapi tens, jika perlu
Edukasi
15. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
16. Anjurkan
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
17. Ajarkan prosedur
Kolaborasi
18. Kolaborasi
38
3. Diameter thoraks 12. Lakukan fisioterapi dada,
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran dan
mukolitik, jika perlu
39
6. Risiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan (L.14137) (I.14539)
efek prosedur invasif
(D.0142) Tujuan : Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan keperawatan infeksi lokal dan sistemik
diharapkan tingkat infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung
menurun. Terapeutik
Kriteria Hasil : 3. Berikan perawatan kulit
1. Kebersihan pada area edema
tangan meningkat 4. Cuci tangan sebelum dan
2. Kebersihan sesudah kontak dengan
badan meningkat Klien dan lingkungan Klien
3. Nafsu makan 5. Pertahankan teknik aseptik
meningkat pada Klien berisiko tinggi
4. Demam menurun Edukasi
5. Kemerahan menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala
6. Bengkak menurun infeksi
40
14. Letargi menurun antibiotik, jika perlu
15. Gangguan
kognitif menurun
16. Kadar sel darah
putih membaik
17. Kultur darah membaik
41
nutrisi meningkat makan, jika perlu
5. Pengetahuan tentang 10. Fasilitasi menentukan
pilihan makananyang pedoman
sehat meningkat diet (mis. piramida makanan)
6. Pengetahuan tentang 11. Sajikan makanan secara
pilihan minuman menarik dan suhu yang sesuai
yang sehat meningkat 12. Berikan makanan tinggi
7. Pengetahuan tentang serat untuk mencegah konstipasi
standar asupan 13. Berikan makanan tinggi
nutrisi yang tepat kalori dan tinggi protein
meningkat 14. Berikan suplemen makanan,
8. Penyiapan dam jika perlu
penyimpanan minuman 15. Hentikan pemberian
yang aman meningkat makannmelalui selang
9. Sikap terhadap nasogastrik jika asupan oral dapat
makanan/minuman ditoleransi
sesuai dengan tujuan Edukasi
Kesehatan dengan 16. Anjurkan posisi duduk,
tujuan kesehatan jika mampu
meningkat 17. Anjurkan diet yang
10. Perasaan cepat diprogramkan
kenyang menurun Kolaborasi
11. Nyeri abdomen
18. Kolaborasi pemberian
menurun
medikasi sebelum makan
12. Sariawan menurun (mis. pereda nyeri,
13. Rambut rontok antiemetik), jika perlu
menurun 19. Kolaborasi dengan ahli gizi
14. Diare menurun untuk menentukan jumlah
15. Berat badan membaik kalori dan jenis nutrien yang
16. Indeks Massa dibutuhkan, jika perlu
Tubuh (IMT)
42
membaik
17. Frekuensi
makan membaik
18. Nafsu makan membaik
trisep membaik
21. Membran mukosa
membaik
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
43
2.3 Kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Payudara
2.3.1 Pengkajian
A. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
44
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Pasien mengatakan terdapatbenjolan pada payudara dekstra, dan
mengeluarkan nanah.
2. Keluhan saat pengkajian:
Pasien mengatakan bahwa terdapat luka yang belum sembuh dan nodul
yang mengeluarkan nanah pada payudara dekstra, serta nyeri bila tertekan.
3. Riwayat perjalanan penyakit:
8 tahun yang lalu, pasien mengalami tumor pada axila dekstra, namun
pasien hanya berobat ke pengobatan alternatif dan tumor bermetastase ke
payudara dekstra. 1 bulan yang lalu, pasien berobat ke YK Madira, namun
tidak mengalami perkembangan dan dirujuk ke RSMH Palembang.
Setelah dirawat di RSMH, pasien pernah menjalani simple mastektomi dan
kemoterapi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang parah
sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki keluarga yang mengalami kanker.
C. Riwayat sosial
3. Lingkungan rumah
mengganti
pakaian
E. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Wajah Hidung
-Kelembaban : Lembab
Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Thorak Payudara
- Bentuk payudara:
Asimetris, payudara dekstra telah dilakukan mastektomi dan terdapat
nodul- nodul yang bernanah. Bentuk payudara sinistra cembung ke
depan.
- Puting susu:
Puting susu sinistra keluar dan putting susu dekstra sudah tidak ada
puting.
- Hiperpigmentasi:
Areola dan puting payudara sinistra mengalami hiperpigmentasi, dan
payudaradekstra sudah dilakukan mastektomi.
- Kebersihan:
Payudara sinistra tampak bersih, namun payudara dekstra
mengeluarkan nanahyang keluar dari nodul-nodul.
- Benjolan abnormal:
Terdapat nodul-nodul yang mengeluarkan nanah pada payudara
dekstra. Padapayudara sinistra tidak terdapat benjolan abnormal.
- Lain-lain:
- Terdapat nyeri tekan pada payudara dekstra, dengan skala nyeri 4.
Pada payudara sinistra tidak terdapat gangguanlainnya.
Paru-paru
Inspeksi (inspirasi/ ekspirasi) : Pengembangan dinding dada kiri = kanan
Palpasi : Fremitus raba normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler normal
Jantung
Abdomen
- Inspeksi
Bekas luka operasi : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Aasites : Tidak ada
- Palpasi
Massa : Massa tidak teraba
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi
Bunyi Normal Abdomen : Timpani
- Auskultasi
Bising usus : Terdapat bising usus (10 x/ menit)
Hepar
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hati
Perkusi : Timpani
Limpha
– Palpasi : Limpha tidak teraba
– Perkusi : Timpani
Genitalia
–
G. Pengkajian Psikososial
1. Konsep Diri
2. Kognitif
3. Behavior
4. Mekanisme koping
5. Peran
6. Support sistem
70 -115 mg/ dL
– Glukosa 111 mg/ dL
2. Kimia Darah
141 mmol/L 135 – 145 mmol/ L
– Natrium
3,7 mmol/L 3,5 – 5,0 mmol/ L
– Kalium
3. Urinalisa : Tidak diperiksa
nodul di payudara
dekstra.
Mendesak sel syaraf
Do : Terdapat nyeri tekan Nyeri AKut
pada nodul-nodul
pada payudara Menekan sel syaraf
dekstra. Skala nyeri
6. Nyeri Akut
2 Ds : Pasien mengatakan Krisis Situasi
cemas akan kondisinya (Tindakan operasi)
Ansietas
saat ini
Do : Pasien tampak gelisah
Ansietas
3 Ds : Pasien mengatakan
tidak tahu tentang
penyakitnya. Pasien
mengatakan selama
ini hanya periksa ke
Kurang Terpapar Defisit
pengobatan
Informasi Pengetahuan
alternatif.
Do : Pasien tidak mampu
menjawab
pertanyaan tentang
penyakitnya
4 Ds : Pasien mengatakan Kanker pada payudara
bahwa ia merasa malu Gangguan Citra
dengan keadaannya, Mastektomi Tubuh
terutama karena
payudara telah Hilangnya bagian
dilakukan mastektomi. tubuh
teman sekamarnya.
5 Ds : Pasien mengatakan luka Nodul-nodul
operasinya yang Mendesak pembuluh
robek terbuka dan darah
Mengeluarkan
nanah.
Aliran Darah
Do : Luka tampak
terhambat Resiko Infeksi
merah,
mengeluarkan
nanah. Suhu = Prosedur invasif
36,3℃ Leukosit = (tindakan operasi)
15 x 103 μL
Resiko Infeksi
Observasi
1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi Teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudah Latihan
5. Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur Teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambar dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
(5)
24. Fokus pada bagian tubuh 11. Diskusikan cara
menurun (5) mengembangkan harapan
25. Fokus pada penampilan citra tubuh secara realistis
masa lalu menurun (5) 12. Diskusikan persepsi pasien
26. Fokus pada kekuatan dan keluarga tentang
masa lalu menurun (5) perubahan citra tubuh
27. Respon nonverbal pada Edukasi
perubahan tubuh
8. Jelaskan kepada keluarga
membaik (5)
tentang perawatan
28. Hubungan social
perubahan citra tubuh
membaik (5)
9. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
10. Anjurkan menggunakan
alat bantu (mis. pakaian,
wig, kosmetik)
11. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (mis.
kelompok sebaya)
12. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
13. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan)
14. Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
Promosi Koping I.09312
Observasi
8. Identifikasi kegiatan jangka
pendek dan Panjang sesuai
tujuan
9. Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
10. Identifikasi sumber daya
yang tersedia untuk
memenuhi tujuan
11. Identifikasi pemahaman
proses penyakit
12. Identifikasi dampak situasi
terhadap peran dan
hubungan
13. Identifikasi metode
penyelesaian masalah
14. Identifikasi kubutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan social
Terapeutik
9. Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
10. Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
11. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
12. Anjurkan keluarga terlibat
13. Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
14. Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
15. Latih penggunaan Teknik
relaksasi
16. Latih keterampilan social,
sesuai kebutuhan
Latih mengembangkan
penilaian obyektif
Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
berhubungan keperawatan selama (I.14539)
dengan prosedur ….x…jam maka diharapkan Observasi
tindakan operasi tingkat infeksi menurun, 13. Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
Tingkat Infeksi 14. Batasi jumlah pengunjung
L.14137 Terapeutik
1. Kebersihan tangan
15. Berikan perawatan kulit
meningkat (5)
pada area edema
2. Kebersihan badan
16. Cuci tangan sebelum dan
meningkat (5)
sesudah kontak dengan
3. Nafsu makan Meningkat
Klien dan lingkungan
(5)
Klien
4. Demam menurun (5)
17. Pertahankan teknik
5. Kemerahan menurun (5)
aseptik pada Klien
6. Nyeri menurun (5)
berisiko tinggi
7. Bengkak menurun (5)
Edukasi
8. Vesikel menurun (5)
18. Jelaskan tanda dan gejala
9. Cairan berbau busuk
infeksi
menurun (5)
19. Ajarkan cara mencuci
10. Sputum berwarna hijau
tangan
menurun (5)
dengan benar
11. Drainase purulent
20. Ajarkan etika batuk
menurun (5)
21. Ajarkan cara memeriksa
12. Periode menggigil
kondisi luka atau luka
menurun (5)
operasi
13. Letargi menurun (5)
22. Anjurkan meningkatkan
14. Kadar sel darah putih
asupan nutrisi
membaik (5)
23. Anjurkan meningkatkan
15. Kultur darah membaik (5)
asupan cair
16. Kultur urine membaik (5)
Kolaborasi
17. Kultur sputum membaik
(5) 1. Kolaborasi pemberian
18. Kultur area luka membaik antibiotik, jika perlu
(5)
Ketorolac 30mg IV
5. Monitor tanda-tanda vital TD: 130/80mmHg, N:
pasien. 88x/mernit, RR:
20x/menit, S: 37oC.
6. Menganjurkan pasien untuk Pasien istirahat namun
istirahat. selalu terbangun
Senin, Ansietas 1. Melakukan pendekatan yang Pasien mengatakan
14/7/14 tenang. sangat khawtir dengan
Pkl kondisinya saat ini
10.30 2. Menjelaskan prosedur Pasien mengerti
tindakan dan apa yang penjelasan yang
dirasakan selama tindakan. diberikan
3. Memberikan informasi Pasien perlahan
tentang diagnosa, menerima informasi
tindakan dan terkait kondisi yang
prognosis. dialami saat ini
4. Menyarankan pasien untuk Pasien mampu
relaksasi nafas dalam. melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
dengan perlahan
5. Memfasilitasi Lingkungan aman
lingkungan yang tenang dana nyaman
nutrisi.
5. Membatasi pengunjung. Keluarga paham
3.2 SARAN
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1461
Bray, F. (2018). Global Cancer Statistics 2018: GLOBOCAN Estimates of
Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries.
CLIN 2018; 68:394–424. https://doi.org/10.3322/caac.21492
Desmawati. (2019). Teori Model Konseptual Keperawatan.
Distinarista, H., Wuriningsih A. Y., & Laely, A. J. (2020). Potret Kecemasan Pada
Klien Kanker Payudara. Jurnal Unissula, 2(1) / 2020.
http://dx.doi.org/10.26532/unc.v2i1.15453
DKK Balikpapan. (2018). Profil Kesehatan Kota Balikpapan Tahun
2018. Balikpapan : Dinas Kesehatan Kota.
Husni, M., Romadoni, S., & Rukiyati, D. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kualitas Hidup Klien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 2(2) Juli 2015, 77-83.
Indrayani, E., Mutoharoh, S., & Astutiningrum, D. (2020). Deteksi Dini Kanker
Payudara Dengan Sadanis Dan Kanker Serviks Dengan Iva Di
Kecamatan Sempor. Stikes Muhammadyah Gombong.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1060
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2015). Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara. Jakarta : Kemenkes RI.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
Kristin, L. (2017). WOC (Web of Causation) Kanker
Payudara. https://id.scribd.com/document/348608933/WOC-KANKER-
PAYUDARA
Nadiva, D.H & Muafiro, A. (2019). Deskripsi Perkembangan Keadaan Luka
Kanker Payudara Post Mastektomi Setelah Perawatan Luka. Jurnal
Keperawatan Vol.XII No.1 April 2019. Hal- 49-56.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018) .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2019) .Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Rampi, P., Assa, Y., & Mewo, Y. (2017). Gambaran Kadar Asam Urat Serum pada
Mahasiswa dengan Indeks Massa Tubuh ≥23 kg/m 2 di Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm),Volume
5, Nomor 2, Juli-Desember 2017.
https://doi.org/10.35790/ebm.v5i2.18511
Sari, M., Dewi, Y. I., & Utami, A. ( 2012). Hubungan Dukungan KeluargaTerhadap
Motivasi Klien Kanker Payudara dalam Menjalankan Kemoterapi di
Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad ProvinsiRiau. Jurnal Ners
Indonesia, 2(2), Maret 2012, 158-166.
http://dx.doi.org/10.31258/jni.2.2.158-166
Utama, Y. A. (2021). Analisis Kualitas Hidup Klien Kanker Payudara. Jurnal
Aisyiyah Medika. 6(1), Februari 2021, 218-119. Wahyuningsih, H. P., &
Kusmiyati, Y. (2017). Bahan Ajar Kebidanan : Anatomi Fisiologi. Jakarta
: PPSDM Kemenkes RI.
Widikusumo, A. (2016). Radiasi Paliatif sebagai Tatalaksana Nyeri pada Metastasis
Tulang : Suatu Laporan Kasus pada Kanker Payudara. Jurnal Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. Vol.1 No.3 September2016. Hal 229-
234