Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TUMOR MAMAE DI RSUD


KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4C

INDRAWAN PRAYUDA : 031STYC18

DITA ARDIANA : 010STYC18

YULIA PASHA TIRANI : 065STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan pendahulan ini tepat pada
waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu Pembimbing yang telah ikut
serta dalam memberikan tugas laporan pendahulan. Laporan Pendahulan ini kami
susun berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal yang telah kami peroleh. Kami
berusaha menyajikan laporan ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan laporan pendahulan ini.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan pendahulan ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki. Semoga laporan pendahulan ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.Aamiin.

Mataram, 29 Desember 2021

Kelompok 4C
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Konsep Dasar Tumor Mamae 3

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Tumor Mamae 15

BAB III PENUTUP 25

3.1 Kesimpulan 25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Payudara merupakan organ yang terdapat pada wanita dan terletak dekat
dengan kelenjar limfe. Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan
simbol feminitas wanita. Setelah melahirkan, payudara menghasilkan Air Susu
Ibu (ASI) yang sangat dibutuhkan oleh bayi. (Prawirohardjo, 2012).
Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajalalela pada kalangan
wanita khususnya pada wanita yang baru pertama kali hamil. Penyakit yang
menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada penyakit lain
yang tak kalah berbahaya, yaitu abses payudara. Abses payudara ini biasanya
diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Kondisi ini bisa terjadi
pada satu atau kedua payudara sekaligus. Abses payudara biasanya terjadi pada
wanita menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan (Mitayani, 2009 dalam Riadi, 2019 ).
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak
memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar dan
bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh sempurna,
sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyusup ke jaringan
sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut.
Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang sering ditemukan, pada kelainan ini
terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada
wanita usia muda 10-30 tahun (www.depkes.go.id)
Di seluruh dunia 8,2 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat kanker.
Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah orang meninggal dunia akibat kanker
meningkat menjadi 11,5 juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan
pengendalian yang efektif. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency
for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker mammaeadalah kanker

1
dengan persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase kematian tertinggi
(12,9%) pada perempuan di dunia. Di Indonesia berdasarkan data sensus tahun
2014- 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Selain itu BPS
menunjukkan dari total tersebut penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa dan
perempuan sebanyak 126, 8 juta jiwa. Ketua Yayasan Kanker Mammae Indonesia
(YLKPI), Linda Gumelar mengatakan kanker mammaemerupakan jenis kanker
tertinggi pada klien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia.
Pada tahun 2010 jumlah klien kanker mammae28,7 persen dari total penderita
kanker. Secara umum prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi.
Menurut data riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi kanker di Indonesia adalah
1,4% dari 1000 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Di Indonesia kasus baru
kanker mammaemenjadi kasus kematian tertinggi dengan angka 21,5% pada
setiap 100.000 penduduk, sekitar 70% kasus klien kanker mammae baru datang
ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja Konsep Dasar Penyakit Tumor Mamae ?
1.2.2 Apa saja Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Tumor Mamae ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja Konsep Dasar Penyakit Tumor Mamae.
1.3.2 Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada Kasus Tumor Mamae.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit Abses Mamae
2.1.1 Definisi
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS,
2010).Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembangbiak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Kusuma, 2015).
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara (Mamae)
1. Anatomi Payudara (Mamae)
Anatomi Payudara (mamae) Sistem reproduksi wanita meliputi
organ reproduksi dan proses ogenesis, fertilisasi, kehamilan dan
persalinan. Organ reproduksi atau organ kelamin wanita terdiri dari
organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Kedua organ
reproduksi tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya, namun saling
berhubungan (Irianto, 2012).
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot
dada, sebagai pelengkap organ reproduksi wanita yang fungsinya
memproduksi dan mengeluarkan air susu untuk nutrisi bayi (Sunarti,
2013).
Payudara (Latin: mammae) adalah organ tubuh bagian atas dada
dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk manusia.
Payudara adalah bagian tubuh yang paling penting bagi seorang
wanita, karena fungsi utamanya adalah memberikan nutrisi dalam
bentuk air susu bagi bayi atau balita (Astutik, 2014).
a. Letak Payudara
Payudara terletak dalam fasia superfisialis membentang antara
sternum dan aksila, melebar dari iga ke dua sampai iga ke tujuh.

3
b. Bagian-bagian Payudara
1) Struktur makroskopis
Gambar 2.1
Anatomi Payudara

Sumber : Astutik (2014)

Ada tiga bagian utama payudara yaitu : 1). Korpus (badan),


yaitu bagian yang membesar. 2). Areola yaitu bagian yang
kehitaman ditengah. 3). Papilla atau puting, yaitu bagian yang
menonjol dipuncak payudara.
a) Korpus mamae dalam korpus terdapat alveolus, yaitu unit
kecil yang memproduksi air susu. Alveolus terdiri dari
beberapa sel acini, jaringan lemak, sel otot polos dan
pembuluh darah. Beberapa alveolus berkelompok
membentuk lobulus, kemudian beberapa lobulus
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari
alveolus ASI disalurkan kedalam saluran kecil (duktus lus),
kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus) dan selanjutnya
bermuara kedalam puting susu.

4
b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah yang
merupakan daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmesntasi. Ukurannya
bermacam-macam dengan diameter 2,5 cm. Pada areola
terdapat kelenjar montgomery, fungsi kelenjar montgomery
adalah untuk melindungi dan meminyaki puting susu
selama menyusui.
c) Papilla, yaitu bagian yang menonjol di puncak areola
payudara dengan panjang ±6 mm. Papilla tersusun atas
jaringan erektil berpigmen dan merupakan jaringan yang
sangat peka. Papilla terletak di pusat areola mamae setinggi
iga keempat, serta mempunyai warna dan tekstur yang
berbeda dari kulit disekelilingnya. Warnanya bermacam-
macam dari yang merah muda pucat sampai hitam dan
gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Teksturnya
bermacam-macam antara sangat halus sampai berkerut dan
bergelombang. Puting susu biasanya menonjol keluar dari
permukaan payudara.
Gambar 2.2
Bentuk-bentuk Puting Susu

Sumber : Sunarti (2013)

5
Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk
normal/umum, pendek/datar, pnjang, dan terbenam/terbalik
(inverted). Namun, bentuk-bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi. Dalam proses laktasi yang
penting adalah puting susu dan areola dapat ditarik
sehingga membentuk tonjolan atau dot kedalam mulut bayi.
Kadang dapat terjadi pada puting normal, tetapi bayi tidak
dapat menyusu dengan baik. Pada papilla dan areola
terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk reflex
menyusui. Bila puting dihisap, terjadilah rangsangan saraf
yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian
merangsang produksi dan pengeluaran ASI.

2) Struktur mikroskopis
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus dari jaringan
kelenjar. Banyaknya jaringan lemak pada payudara bergantung
pada faktor, termasuk usia, presentase lemak tubuh, dan
keturunan. Struktur didalamnya menyerupai segmen buah
anggur atau buah jeruk yang dibelah. Setiap lobus terbuat dari
ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini.
a) Alveoli
Alveoli Merupakan bagian yang mengandung sel-sel yang
menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel
yang menyekresi air susu yang disebut acini. Acini
menyekresi faktor-faktor dari darah yang penting untuk
pembentukan air susu. Di sekeliling alveolus terdapat sel-
sel miopitel yang kadang disebut sel keranjang (basket cell)

6
atau sel laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini
dirangsang oleh oksitosin, maka akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer.
b) Tubulus laktifer
Merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c) Duktus laktifer
Merupakan saluran sentral yang merupakan muara
beberapa tubulus laktifer. Lanjutan masing-masing duktus
laktifer meluas dari ampulla sampai muara papilla
mammae.
d) Ampulla
Bagian dari duktus laktifer yang melebar dan merupakan
tempat untuk menyimpan air susu. Ampulla terletak
dibawah areola.

Gambar 2.4
Struktur Mikroskopis Payudara

Sumber : Pollard, 2012


Selain bagian-bagian diatas, ada bagian-bagian lain yang
berperan dalam payudara, diantaranya sebagai berikut:
a) Vaskularisasi

7
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteri
mammaria interna, arteri mammaria eksterna dan arteria-
arteria intercostalis superior. Drainase vena melalui
pembuluh-pembuluh yang sesuai dan akan masuk kedalam
vena mammaria interna dan vena aksilaris.
b) Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama ke dalam kelenjar aksilaris yang
sebagian akan dilarikan ke dalam fisura portae hepar dan
kelenjar mediasanum. Pembuluh limfatik dari masing-
masing payudara berhubungan satu sama lain.
c) Persarafan
Fungsi payudara terutama dipengaruhi oleh aktivitas
hormon. Pada kulit terdapat cabang-cabang nervus
thoracalis. Selain itu, terdapat sejumlah saraf simpatis,
terutama disekitar areola dan papilla mammae. (Astutik,
2014)
2. Fungsi Payudara (Mamae)
a. Fungsi payudara sebagai sekresi ASI, pada anak perempuan
payudara berkembang pada saat pubertas dibawah pengaruh dua
hormon, estrogen dan progesterone. Pada kehamilan hormon
prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari ke dua
atau ke tiga setelah melahirkan, kadar estrogen menurun drastis,
sehingga pengaruh prolactin sangat dominan dan saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Payudara pada laki-laki bersifat rudimenter.
b. Fungsi payudara sebagai laktasi, dalam proses laktasi ada dua
reflek yang bekerja yaitu ; 1) Reflek prolactin dan 2) Reflek aliran
yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh isapan bayi.
Laktasi ada dua faktor yang diatur oleh hormon dalam proses
laktasi :

8
1) Produksi air susu (Reflek prolactin), fisiologi laktasi, prolactin
merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh kelenjar
hipopise
depan yang penting untuk produksi air susu ibu. Kadar hormon
ini meningkat selama kehamilan, pada kehamilan minggu ke
16 mulai terjadi sekresi cairan bening dalam saluran kelenjar
payudara yang disebut kolostrum yang kaya protein. Kerja
hormon ini dihambat oleh plasenta, dengan lepasnya plasenta
pada proses persalinan maka kadar estrogen dan progesterone
berangsur-angsur turun. Setelah bayi dan plasenta lahir,
pengeluaran kolostrum, air susu ibu dirangsang oleh hormon
prolactin. Bila ada rangsangan puting susu, timbul impuls yang
menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipopise bagian
depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan prolactin. Hormon
inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli,
sehinga makin seringnya rangsangan makin banyak pula
produksi ASI.
2) Pengeluaran air susu/reflek aliran (let down reflek)
Perangsangan puting susu oleh bayi tidak diteruskan sampai ke
kelenjar hypopisis depan, tetapi juga ke kelenjar hypopisis
bagian belakang, yang mengeluarkan hormon oxytosin.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding disaluran payudara, sehingga ASI
dipompa keluar. Semakin sering menyusui, pengosongan ASI
di alveolus dan salurannya makin baik, sehingga kemungkinan
terjadi bendungan sangat kecil dan menyusui akan makin
lancar.
2.1.3 Etiologi

9
Menurut Iskandar (2010) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah terid
entifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor mammae.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae.
c. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu,
gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan
resiko terjadinya kanker mammae.
d. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat mening
katkan resiko terjadinya tumor mammae.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dib
andingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
mammae. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

10
2.1.4 Manifestasi Klinis
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi tumor mammae masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
a. Terdapat massa utuh (kenyal)Biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi
(tidak dapat digerakkan)
b. Nyeri pada daerah massa
c. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mammae.Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat
distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae
dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu
didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
d. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papilla mammae .
f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya
cairan secara spontan kadang disertai darah.
g. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
2.1.5 Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,
pleura, tulang dan hati.
2.1.6 Patofisiologi
Tumor merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya.Neoplasma yang maligna terdiri dari
sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama

11
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-
sel ganas di antar sel-sel normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker
ada 4 fase:
a. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
factor lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia.Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau
kokarsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
b. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi
precancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut,
paruparu, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di mammae.
c. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta
limfe.Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa
minggu sampai beberapa tahun.
d. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.

12
2.1.7 WOC

Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015)


2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium meliputi:
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati

13
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5) Pemeriksaan sitologis
b. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluarspontan dari putting mammae, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi.
c. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak.
d. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
e. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplaydarah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
f. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
g. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengancara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif
terhadap massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi, pentahapan
dan seleksi terapi .

14
h. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma mammae pada
organ lain.
i. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
2.1.9 Penatalaksanaan
Ada beberapa penanganan tumor mammae, antara lain:
a. Mastektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3
jenis mastektomi, yaitu:
1) Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
mammae, jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak.
2) Total (simple) mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh
mammae saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.
3) Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian
darimammae. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada bagian yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
mammae.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
2.1.10 Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di mammaenya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan
sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, mammae agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
mammae. Biasanya kedua mammae tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat

15
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
mammae.
c. Bungkukkan badan hingga mammae tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah mammae kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
mammae. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri. Periksa dan rabalah puting susu dan
sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak
jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada
tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar
1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan,
semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan
hal yang sama untuk mammae dan ketiak kanan.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama/ Inisial, No. MR, Umur, Agama, Status Perkawinan,
Pendidikan, Alamat, Perkerjaan, Jenis Kelamin, Suku, Diagosa Mesis,
Tanggal masuk RS, Tanggal Pengkajian, Sumber Informasi.
Penanggung Jawab
Nama, Umur, Agama, Alamat, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Hubungan
dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:

16
Keluhan adalah untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien
tersebut bisa memperberat keadaan klien atau tidak misal pada
kasus abses payudara ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat,
keluar nanah dan badan terasa panas, dingin (Retna, 2008 dalam
Riadi, 2019).
b. Riwayat penyakit sekarang:
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya (Retna, 2008 dalam Riadi, 2019).
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, kaji adakah riwayat
klien menderita penyakit atau keluhan pada payudaranya seperti
adakah riwayat peradangan payudara dan abses payudara atau
penyakit pada sistem reproduksi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, tanyakan adakah
anggota keluarga yang pernah atau mengalami penyakit abses
payudara.
3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon
(11 pola)
a. Pola perspsi dan tatalaksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan kurangnya kebersihan diri
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Tida adanya terjadi perubahan pada pola nutrisi, karena tida
adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, kembung, dan nafsu
makan menurun
c. Pola eliminasi
Pola eliminasi tidak mengalami gangguan,baik BAK maupun
BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan

17
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi
e. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang pola tidurnya, tidur dan istirahat
menjadi kurang pulas dan nyaman karena merasakan nyeri
f. Pola sensori, persepsi dan kognitif
g. Konsep diri
h. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan
dalam menjalankan perannya seperti semula.
i. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat
terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien sebagai
pasangan suami dan istri.
j. Pola penaggulangan stress
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat
mengatasi masalahnya namun sebaliknya bagi pasien yang tidak
bagus kopingnya maka pasien dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjuan dari ujung rambut sampai
ujung kaki (head to toe) pada setiap sistem tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk

18
membuat penilaian klinis. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh
klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap
perlu untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif,
memastikan atau membuktikan hasil anamnesis, menentukan masalah,
serta merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien
(Evania, 2013).
Sementara itu menurut Meyering (2014) hasil dari pemeriksaan fisik
pada klien dengan radang payudara adalah sebagai berikut :
a. Sistem pernafasan
Pada sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan gangguan pola
nafas.
b. Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler terdapat takikardi, karena pasien
dengan post operasi abses payudara mengalami nyeri yang
disebabkan karena adanya luka pada payudara.
c. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan tidak ditemukan rasa mual, muntah tidak
terjadi, biasanya tidak disertai dengan nyeri tekan dibagian
abdomen.
d. Sistem Reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem genitourinaria. Terdapat edema
dan rasa berat pada payudara. Terdapat bercak eritema dan
inflamasi setempat pada payudara dengan kemungkinan guratan di
permukaan payudara.
e. Sistem endokrin
Terdapat pembesaran pada kelenjar getah bening (KGB), terdapat
pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.
f. Sistem persyarafan
Biasanya tidak ditemukan keluhan pada klien dengan peradangan
payudara.

19
g. Sistem integument
Suhu tubuh meningkat (38,4 atau lebih), terdapat luka terbuka
didaerah payudara dan terdapat rasa mengigil.
h. Sistem musculoskeletal
Biasanya ditemukan adanya rasa pegal dan nyeri pada otot daerah
payudara.
i. Sistem penglihatan
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan klien.
j. Wicara dan THT
Bentuk bibir simetris, klien dapat menjawab pertanyaan perawat
dengan baik dan jelas, bahasa mudah dimengerti, berbicara jelas.
Bentuk telinga simetris, tidak ada lesi, daun telinga tidak terasa
keras (tulang rawan), tidak terdapat nyeri pada daun telinga, pasien
tidak menggunakan alat batu pendengaran, pendengaran klien baik
dibuktikan dengan klien menyimak, mendengarkan, dan merespon
pembicaraan dengan baik, tidak terdapat serumen.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Lab darah
Pada peradangan dalam taraf permulaan ibu hanya merasa nyeri
setempat, suhu sedikit meningkat, dan pemeriksaan darah
menunjukan ke arah radang (Mitayani, 2009 dalam Riadi, 2019).
b. Kultur kuman
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspirasi nanah,
differensial diagnosis galactoele, fibroadenoma, dan carcinoma.
(Purwoastuti dan Walyani, 2015).
c. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan X-Ray khusus untuk
menilai jaringan payudara seseorang, proses pemeriksaan payudara
menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7mSv).

20
Mammografi digunakan untuk melihat beberapatipe tumor dan
kista.
d. USG payudara
Abses dapat didiagnosa secara ultrasound, yang terlihat sebagai
sebuah kantong berisi cairan.
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa utama yang muncul pada klien abses mamae menurut
(SDKI, 2017) adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (mis. Abses)
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
2.2.3 Intervensi

Hari/ DX Tujuan & Kriteria Intervensi


Tgl/Jam Hasil
1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi :
3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
KH: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi sekala
2. Meringis menurun nyeri
3. Sikap protektif 3. Identifikasi faktor
sedang yang memperberat dan
4. Gelisah menurun memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur 4. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
6. Frekuensi nadi Terapeutik :

21
membaik 1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. Kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Anjurkan
menggunakan anlgetik
secara tepat
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat
1x24 jam diharapkan tingkat ansietas
berubah (mis kondisi,

22
Tingkat ansietas menurun waktu, stresor)
KH: 2. identifikasi
1. Verbalisasi kemampuan
kebingungan mengambil keputusan
menurun Terapeutik :
2. Verbalisasi khawatir 1. iptakan suasana
akibat kondisi yang terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan
3. Perilaku gelisah keperayaan
menurun 2. temani pasien untuk
4. Perilaku tegang mengurangi
menurun keemasan, jia
5. Konsentrasi pola memungkinkan
tidur membaik 3. dengarkan dengan
penuh perhatian
Edukasi :
1. jelakan prosedur,
termasuk sensasiyang
mungkin dialami
2. anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
3. anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
4. latih tehnik relaksasi
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika

23
perlu
3 Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan Observasi :
3x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda dan
Tingkat infeksi menurun gejala infeksi local dan
KH: sistemik
1. Demam menurun Terapeutik :
2. Kemerahan menurun 1. Batasi jumlah
3. Nyeri menurun pengunjung
4. Bengkak menurun 2. Berikan perawatan
5. Kadar sel darah kulit pada area
putih membaik 3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
Kolaborasi :
1. Anjurkan pemberian
imunisasi, jika perlu

24
1.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan
lain untuk membantu masalah keperawatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan (Potter & Perry, 2010 dalam Riadi, 2019).
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak dkk, 2011 dalam
Riadi, 2019).

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

25
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS,
2010).Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembangbiak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Kusuma, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

26
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes
RI
Eva Agustina, Fariani Syahrul. 2017. Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap Infeksi
pada Klien Operasi Bersih Terkontaminasi. Fakultas kesehatan masyarakat
Fitria Nita. 2011. Terapi Psikospiritual. Http: //arsipnitafitria.wordpress. diakses 17
Juli 2018
Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, Mulyadi. 2017. Pengaruh Teknik
Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Post Operasi di RSUP Prof. Dr.
D. Kandau dan RS TK III R. W. Mongisidi Teling Manado. Jurnal Keperawatan
Volume 5 no. 1 Februari 2017
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Intervensi. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

27

Anda mungkin juga menyukai