Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara
1. Konsep Payudara
a. Pengertian
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan di atas otot dada,
tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri, payudara manusia berbentuk kerucut
tapiseringkali berukuran tidak sama, payudara dewasa beratnya kira-kira 200
gram, yang umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara
membesar mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram
(Fauziah, 2017).
Payudara (mammae) adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies
mamalia berjenis kelamin betina, termasuk manusia. Payudara merupakan bagian
tubuh yang paling penting bagi seorang wanita, karena fungsiutamanya adalah
memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi dan balita (Hartati, 2019).
b. Bagian-Bagian Payudara
Menurut Siboro (2017), bagian-bagian payudara yaitu sebagai berikut:
1) Korpus Mammae
Badan payudara seutuhnya, didalamnya berisi jaringan ikat, kelenjar
lemak, saraf, pembuluh darah, kelenjar getah bening, kelenjar payudara yang
berisi sel-sel dan kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
2) Areola
Area yang gelap yang mengelilingi puting susu, warnanya ini
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit. Parubahan
warna pada aerola tergantung pada warna kulit dan adanya kehamilan. Selama
kehamilan warna aerola akan menjadi lebih gelap dan menetap. Pada daerah
ini didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang akan
membesar selama kehamilan, kelenjar ini akan mengeluarkan suatu bahan
yang dapat melicinkan areola selama menyusui. Pada areola terdapat duktus
laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
3) Papilla Mammae atau Puting Susu
Letaknya bervariasi sesuai ukuran payudara, terdapat lubang-lubang
kecil di puting yang merupakan muara dari duktus laktiferus (tempat

10
11

penampungan ASI). Pada puting juga didapatkan ujung-ujung saraf dan


pembuluh darah.

Gambar 2.1 Bagian-bagian payudara

Diantara areola dan puting terdapat serat-serat otot polos yang tersusun
melingkar, sehingga apabila ada kontraksi ketika bayi menghisap, maka duktus
laktiferus akan memadat dan menyebebkan puting susu yang merupakan
muara ASI bekerja, serta-serat otot polos yang tersusun sejajar akan menarik
kembali puting susu (Hadrianti, 2017).
c. Fisiologi Payudara
Menurut Kebayantini (2019), payudara mengalami 3 macam perubahan yang
dipengaruhi hormon yaitu:
1) Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang dipengaruhi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
2) Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi,
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal, kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara
menjadi tegang dan nyeri, begitu menstruasi mulai semuanya berkurang.
3) Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul, duktus
alveolus berploliferasi dan hipofise anterior memicu laktasi. Air susu di
produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu (Anik Puji Rahayu, 2016).
12

2. Kanker Payudara
a. Pengertian
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker bisa mulai tumbuh di
dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada
payudara yang merupakan kanker nomor dua yang terjadi pada perempuan
(Nurhidayati, 2018).
Kanker payudara (Carcinoma mammae) merupakan suatu penyakit yang
ganas dan berasal dari kelompok parencgyma. Kanker payudara ini merupakan
salah satu jenis tumor ganas yang telah tumbuh dalam jaringan payudara (Niron,
2019).
Kanker payudara adalah penyakit yang sangat menakutkan dan berbahaya,
tapi bukan berarti akan mati jika terkena penyakit ini, banyak wanita bertahan
hidup bertahun-tahun setelah didiagnosis kanker payudara, dan sejumlah wanita
sembuh seutuhnya (Lestari, 2019).
b. Faktor Resiko Kanker Payudara
Menurut Krisdianto (2019), kanker payudara penyebabnya tidak diketahui,
tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi
lebih mungkin menderita kanker payudara. Berberapa factor resiko tersebut
adalah:
1) Usia. Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko
terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2) Pernah menderita kanker payudara. Wanita yang pernah menderita kanker in
situ atau kanker invasive memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker
payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya
kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1% pertahun.
3) Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Wanita yang ibu, saudara
perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar
untuk menderita kanker payudara.
4) Pernah menderita penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker
payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit
payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air
susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiper plasia atipik).
13

Menurut Rahmadiliyani (2015), penyebab kanker payudara sampai


sekarang belum diketahui namun semua itu dikaitkan dengan estrogen yang tinggi
pada wanita. Faktor resiko kanker payudara yaitu:
1) Kanker endometrial atau ovarium.
2) Terapi estrogen, antihipertensif, makanan kaya akan lemak, dan obesitas.
3) Paparan radiasi ion tingkat rendah.
4) Riwayat kanker payudara dikeluarga.
5) Kehamilan pertama usia 31 tahun.
6) Tidak pernah hamil.
7) Menstruasi yang lama: mulai menstruasi lebih awal dan menopouse terlambat.
8) Kanker payudara unilateral.
c. Tanda Dan Gejala
Menurut Nurhidayati (2018), untuk mendeteksi gejala dan tanda-tanda kanker
payudara, dapat dilakukan dengan cara, antara lain
1) Terdapat sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan yang
ada pada payudara dan sekitarnya. Benjilan ini tidak menimbulkan rasa nyeri
dan biasanya juga memiliki bentuk pinggiran yang tidak teratur.
2) Pada penderita kanker payudara yang masih pada tahap awal, benjolan yang
ada bisa digerak-gerakan dan dapat juga didorong dengan jari tangan.
3) Adanya benjolan atau massa diketiak penderita, perubahan bentuk dan ukuran
payudara penderita, serta keluarnya cairan yang abnormal dari putting susu
(berdarah, atau berwarna kuning, hijau atau mungkin bernanah).
4) Perubahan pada tekstur dan warna pada kulit disekitar payudara.
5) Payudara tampak berwarna kemerahan.
6) Kulit disekitar payudara bersisik.
7) Putting susu tertarik ke dalam dan terasa gatal.
8) Nyeri pada payudara atau pembengkakan pada salah satu payudara.
d. Bentuk
Pada payudara terdapat jaringan penyangga payudara (ligament corpus) yang
fungsinya memperkuat payudara dan menyangga payudara. Bila jaringan
penyangga tersebut tidak kuat dan tidak terlalu regang, maka payudara akan tetap
berbentuk agak seperti kerucut melekatnya secara longgar ligament corpus pada
fasia diatas otot. Hal ini memungkinkan payudara mudah bergerak pada dinding
dada. perubahan posisi akanmenyebabkan payudara bergeser sedikit dari
14

kedudukan semula. Biasanya pergeseran ini simetris. tanda-tanda simetris dalam


gerakpayudara dianggap sesuatu yang tidak normal (Nurhidayati, 2018).
e. Klasifikasi
Menurut Nurhidayati (2018), kanker payudara diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Non-Invasif Karsinoma.
Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara
alveolus reproduksi susu) dan putting payudara}. Dalam bahasa kedokteran
disebut „ductal carcinoma in situ‟ (DCIS), yang mana kanker belum menyebar
kebagian luar jaringan kantung susu.
a) Non-Invasif Ductal Karisnoma
b) Lobular Karsinoma In Situ
2) Invasif Karsinoma.
Kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang
jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase)
kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran
darah.
a) Invasif Ductal karsinoma: papilobular karsinoma, solid-tubular karsinoma,
scirrehous karsinoma, special types, mucinous karsinoma, medule
karsinoma.
b) Invasif Lobular Karsinoma: adenoid cystic karsinoma, karsinoma sel
squamous, karsinoma sel spindle, apocrine karsinoma, karsinoma dengan
metaplasia kartilago atau metaplasia, tubular karsinoma, sekretori
karsinoma, lainnya paget‟s disease.
f. Strategi Pencegahan
Menurut Nurhidayati (2018), pada prinsipnya, strategi pencegahan
dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan,
pada pejamu, dan melistone. Hampir setiap episodemiolok sepakat bahwa
pencegahan yang paling efektif bagi pencegahan kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakuakan antara lain berupa:
1) Pencegahan primer
a) Penceghan primer pada pencegahan kanker payudara merupakan salah
satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang ‟sehat‟
15

melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor


risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
b) Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksakan SADARI
(Pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa
memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara ini.
2) Pencegahan sekunder
a) Pencegahan skunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker ayudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risik dari kanker payudara.
b) Pencegahan skunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa
metode deteksi dini ini terus mengalami perkembangan.
3) Pencegahan tersier
a) Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderiata kanker payudara.
b) Penanganan yang tepat penderita kanker payudar sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita.
g. Perkembangan Kanker Payudara
Menurut Nurhidayati (2018), penyebaran penyakit kanker payudara terbagi
beberapa stadium, antara lain:
1) Stadium I (Stadium Awal) Besarnya tumor tidak lebih dari 2 – 2,25 cm d tidak
terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada
stadium ini kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk
memeriksa ada atau tidaknya metastase pada bagian tubuh lain harus
dilakukan di laboraturium.
2) Stadium II (Stadium lanjut) Kanker sudah lebih besar dari sebelumnya dan
terjadi metastase pada bagian ketiak. Pada stadium ini kemungkinan untuk
sembuh hanya 30-40% tergantung pada luasnya penyebaran kanker. Pada
stadium I dan II dapat dilakukan operasi untuk mengangkat sel kanker yang
ada pada seluruh bagian penyebaran, yang kemudian dilakukan penyinaran
untuk memastikan ada atau tidaknya sel kanker yang tertinggal.
3) Stadium III (Stadium lanjut) Sel kanker cukup besar dan telah menyebar
keseluruh tubuh. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh sangat kecil.
Pengobatan pada stadium ini sudah tidak ada artinya lagi tetapi biasanya
16

pengobatan yang dilakukan adalah penyinaran dan kemoterapi, yaitu


pemberian obat melalui cairan infus yang dapat membunuh sel kanker. Cara
lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mengangkat payudara yang sudah
parah melalui operasi.
4) Stadium IV Pada stadium ini, sel-sel kanker sudah menyerang bagian tubuh
penderita yang lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, atau otak. atau juga
bahkan bisa menyerang kelenjar kulit dan kelenjar limfa yang ada pada batang
leher penderita sama seperti waktu kanker berada pada stadium III, tindakan
yang hanya bisa untuk dilakukan adalah pengangkatan payudara penderita
yang sudah terkena kanker.
3. Deteksi Dini Kanker Payudara
Pemeriksaan payudara sendiri adalah suatu upaya pendeteksi dini terjadinya
kanker payudara. Pencegahan untuk deteksi dini ada tidaknya kanker payudara lebih
baik daripada mengobati pada saat keadaan kanker payudara pada stadium lanjut dan
menjadi lebih berat penanganannnya. Perempuan seharusnya menyadari arti
pentingnya mencegah sesuatu penyakit kanker payudara dengan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) (Niron, 2019).
a. Pengertian Sadari (Memeriksa Payudara Sendiri)
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah upaya atau pemeriksaan
payudara sendiri secara manual yang dilakukan wanita untuk mendeteksi lebih dini
kanker payudara. Tujuan SADARI adalah untuk mengetahui apakah terdapat
benjolan pada payudara atau tidak, dimana benjolan merupakan tanda awal
penyakit kanker payudara, jika cepat diketahui maka akan cepat pula diobati.
Waktu melakukan SADARI dianjurkan pada 7-10 hari setelah menstruasi karena
pada saat itu pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga konsistensi
payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi, sedangkan pada wanita
yang menopause SADARI dilakukan setiap bulannya ditanggal yang sama
(Hadrianti, 2017)
b. Program Deteksi Dini Kanker Payudara
Menurut Hartati (2019), program deteksi dini kanker payudara yang dianjurkan
oleh American Cancer Society adalah sebagai berikut:
1) Umur 20-25 tahun: SADARI satu bulan sekali
2) Umur 25-35 tahun: SADARI satu bulan sekali dan pemeriksaan dokter
1 tahun sekali.
17

3) Umur 35 tahun: basaline mammografi


4) Umur >35-50 tahun: SADARI satu bulan sekali, pemeriksaa dokter 6 bulan
sekali dan mammografi sesuai anjuran dokter.
5) Usia > 50 tahun: SADARI satu bulan sekali, pemeriksaa dokter 6 bulan sekali
dan mammografi satu tahun sekali.
c. Tujuan
Tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mengetahui apakah terdapat benjolan
pada payudara atau tidak dan untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di
payudara (Marbun, 2020).
d. Waktu SADARI
Menurut Hartati (2019), waktu SADARI yaitu sebagai berikut:
1) Haid teratur: waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid.
2) Haid tidak teratur: setiap 6 bulan sekali, saat baru selesai menstruasi.
3) Waktu: 10 menit setiap bulan periksa payudara.

e. Cara Melakukan SADARI


Prosedur pemeriksaan payudara sendiri terbagi dua cara, yaitu dengan cara
berbaring dan berdiri di depan cermin (Marbun, 2020).
1) Berdiri di depan cermin.
a) Di depan cermin perhatikan payudara dengan teliti. Dalam pemeriksaaan
ini dianjurkan tidak berpakaian dengan posisi kedua lengan lurus ke
bawah. Perhatikan ada tidaknya benjolan atau perubahan bentuk pada
payudara. Amati dengan teliti seluruh payudara.
b) Kedua telapak tangan di letakkan di belaknang kepala, sementara kedua
tangan di tarik kebelakang.
c) Kedua tangan diletakan di pinggang dan badan agak condong kearah
cermin, tekan bahu dan siku kearah depan perhatikan perubahan dan
kontur payudara.
d) Angkat kedua tanggan dan cermati perubahan yang ada pada payudara.
Lalu angkatlah lengan kiri dan turunkan lengan kana. Dengan mengunakan
tiga atau empat jari tangan kanan, telusur payudara kiri. Gerakkan jari-jari
tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling
payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai
18

ke punting susu. Tekan secara berlahan rasakan setiap benjolan atau masa
dibawah kulit. lakukan hal ini yang sama terhadap payudara kanan dengan
cara mengangkat lengan kanan dengan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dengan ketiak.
e) Tekan punting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan
dari punting susu (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning,
atau bercampur darah) lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri
dan kanan.
2) Cara berbaring.
a) Berbaring miring dan tempatkan lengan kanan di belakang kepala.
Pemeriksaan dilakukan ketika berbaring, bukan bediri. Sebab, ketika
berbaring jaringan payudarah menyebar searah dinding dada dan
serenggang mungkin yang membuat lebih mudah untuk merasakan semua
jaringan payudara.
b) Gunakan telapak tangan dari tiga jari tengah pada tangan kiri untuk
merasakan berbagai benjolan pada payudara kanan, gunakan
gerakanmemutar ke atas dan ke bawah menggunakan tapak jari tangan
utuk merasakan jaringan payudara.
c) Gunakan tiga tingkat tekanan yang berbeda untuk merasakan semua
jaringan yang paling dekat dengan kulit. Tekanan sedang untuk merasakan
sedikit lebih dalam, dan tekanan kuat untuk merasakan jaringan yang
paling dekat dengan dada dan tulang rusuk.
d) Gerakkan tangan pada payudara dengan pola gerak ke atas dan ke bawah
untuk memulai baris bayangan yang tergambar luurus ke bawah sisi dari
bawah lengan dan bergerak melintasi payudara ketengah tulang dada
(tulang dada atau sternum).
e) Ulangi pemeriksaan payudarah kiri dengan menggunakan tapak jaritangan
kanan.
19

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

B. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan yang ada didalam pikiran seseorang sebagai hasil
dari penggunaan panca indera. Pengetahuan juga dapat diartikan segala apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat seseorang. Pengetahuan
merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat sesuatu kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja, terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap obyek tertentu
(Rahmadiliyani, 2015).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya), dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo,
2018).
Pengetahuan adalah kesan yang ada didalam pikiran seseorang sebagai hasil
20

dari penggunaan panca indera. Pengetahuan juga dapat diartikan segala apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat seseorang. Pengetahuan
merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat sesuatu kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja, terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap obyek tertentu
(Wawan & Dewi, 2018).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan
yang telah dipelajari atau dari rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan juga dapat menginterpretasi dari materi
tersebut secara benar. Seseorang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkannya.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan suatu materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau keadaan yang riil atau
sebenarnya serta menggunakan suatu metode, rumus dan prinsip dalam
konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih
termasuk di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintetis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk secara keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru
21

dari formulasi-formulasi yang ada.


f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan adanya suatu kemampuan untuk melakukan
justrifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-
penilaian tersebut berdasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
3. Sumber Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2018), sumber-sumber pengetahuan sebagai berikut
:
a. Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama.
Berbentuk norma dan kaidah buku yang berlaku didalam kehidupan sehari
hari. Didalam norma dan kaidah itu tergantung pengetahuan yang
kebenarannya tidak dapat dilakukan secara rasional dan empris, tetapi sulit
dikritik untuk địubah.
b. Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain.
Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai
adalah orang, tua, guru, ulama, orang yang dituakan dan sebagianya. Apapun
yang mereka katakan benar atau tidaknya pada umumnya diikuti dan
menjalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena kebanyakan orang telah
mempercayai mereka sebagai orang yang berpengalaman dan berpengetahuan
tinggi dan luas.
c. Pengalaman.
Bagi manusia pengalaman adalah pelajaran dalam hidup. Dengan mata,
telinga, hidung, lidah dan kulit orang bisa menyaksikan secara langsung dan
bisa pula melakukan kehidupan.
d. Akal pikiran.
Berbeda dengan panca indera, akal pikiran sifat lebih rohani. Akal pikiran
mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual abstrak, universal yang
seragam dan bersifat tetap.
e. Intuisi.
Berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi sangat bersifat spiritual
melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman.
Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalam batin yang
bersifat langsung. Maksunya, tanpa melalui sentuhan indera maupum pikiran.
22

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Sayidah (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain.
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keperibadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Pendidikan tinggi seseorang akan mendapatkan informasi baik dari orang
lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan
menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut (Fitriani N, 2015).
2) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi cara mencari nafkah
yang mempunyai tantangan. Bekerja umunya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga. Indikator pekerjaan yaitu, IRT, Pegawai Swasta dan
PNS.
3) Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediate impact),
sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan
teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana
komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan
lain-lain pempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang.
23

4) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Bertambahnya umur akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap
seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak. Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Kategori umur :
1) <20 tahun
2) 20-35 tahun
3) >35 tahun
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu
atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh
dari sikap dalam menerima informasi.
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Notoatmojo, 2012), ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan
yaitu cara tradisional dan modern. Cara tradisional terbagi menjadi cara coba
salah, cara kekuasaan dan otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi dan jalan
pikiran.
a. Cara tradisional
1) Cara coba salah
Cara yang paling tradisional adalah melalui coba-coba dengan kata
yang mudah di kenal trial and error. Cara coba-coba ini di lakukan dengan
melakukan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, di coba kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan dan otoritas
Pengetahuan di peroleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan pada
tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu
pengetahuan
24

3) Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi juga dapat di gunakan sebagai upaya
memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran dalam
memperoleh pengetahuan.

b. Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah cara ini di sebut metode penelitian ilmiah.
6. Kriteria Penilaian Tingkat Penegtahuan
Menurut Arikunto (2017), pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %
b. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
c. Pengetahuan Kurang : < 56 %
7. Pengertian Ibu
Ibu adalah posisi sebagai istri, pemimpin, dan pemberi asuhan kesehatan. Ibu
adalah sebutan untuk seorang perempuan yang telah menikah dan melahirkan,
sebutan wanita yang telah bersuami (Effendi, 2014).
8. Peran Dan Fungsi Ibu
Ibu sebagai istri, ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan dalam
mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dalam peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu ibu berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
Seorang ibu bersama keluarga mempunyai peran dan fungsi-fungsinya sebagai
berikut:
a. Fungsi fisiologis: berperan dalam reproduksi, pengasuh anak, pemberian
makanan, pemelihara kesehatan dan rekreasi.
b. Fungsi ekonomi: menyediakan cukup untuk mendukung fungsi lainya,
menentukan alokasi sumber dana, menjamin keamanan vital keluarga.
25

c. Fungsi pendidik: mengajarkan ketrampilan, tingkah laku, dan pengetahuan


berdasarkan fungsi lainnya.
d. Fungsi psikologis: memberikan lingkungan yang mendukung fungsi alamiah
setiap individu, menawarkan perlindungan psikologis yang optimal dan
mendukung untuk membentuk hubungan dengan orang lain.
e. Fungsi sosial budaya dengan meneruskan nilai-nilai budaya, sosialisasi, dan
pembentukan norma-norma, tingkah laku pada tiap tahap perkembangan anak
serta kehidupan keluarga (Puspitasari, 2013).
26

C. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai landasan
berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk
mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji
permasalahan (Notoatmodjo, 2018). Kerangka teori dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:

Wanita Usia Subur

Perkembangan Fisik Perkembangan Psikologis


1. Sistem cardiovaskular Faktor yang menyebabkan ketidaksuburan
2. Sistem reproduksi wanita (menolak kehamilan dalam jangka
3. Sistem muskuloskeletal panjang, menopause dini, kerusakan saluran
4. Sistem eliminasi telur, rintangan tiroid, total sperma tidak
5. Sistem syaraf optimal, umur dan keputihan).

Payudara
Organ tubuh bagian atas dada dari spesies
mamalia berjenis kelamin betina, termasuk
manusia. Payudara merupakan bagian tubuh
yang paling penting bagi seorang wanita, karena
fungsi utamanya adalah memberikan nutrisi
dalam bentuk air susu bagi bayi dan balita.

Faktor-Faktor Penyebab
1. Faktor internal Kanker Payudara
a. Pendidikan Suatu penyakit yang ganas dan
berasal dari kelompok
b. Pekerjaan parencgyma. Kanker payudara ini
c. Informasi merupakan salah satu jenis tumor
d. Usia ganas yang telah tumbuh dalam
2. Faktor Eksternal jaringan payudara.
a. Lingkungan
b. Sosial budaya

Deteksi Dini Kanker Pengetahuan


Payudara Dengan SADARI
1. Baik
1. Berdiri di depan cermin 2. Cukup
2. Cara berbaring 3. Kurang

Bagan 2.3 Kerangka Teori


Sumber : (Arikunto, 2017), (Hartati, 2019), (Niron, 2019), (Marbun, 2020).

Anda mungkin juga menyukai