BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Prevalensi Kanker di Indonesia
dan Dunia, 2014).
Kanker payudara menjadi salah satu penyeb ab kematian utama di dunia dan
di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita
umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun
(KEMENKES RI, 2014). Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun
2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker
Payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua
kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus meningkat, dengan 9 juta orang
diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada
tahun 2030 (Parkway Cancer Centre, 2011).
Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% kanker
payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6% diantaranya kurang
dari 40 tahun. Pada tahun 2008, 48.034 orang di Inggris didiagnosis dengan kanker
payudara dan 11.728 orang meninggal karena kanker payudara pada 2009 (Cancer
Research UK, 2011). Kasus tertinggi di dunia pada tahun 2008 terdapat di Perancis
dengan tingkat kejadian sebesar 99,7% atau sebanyak 51.012 kasus (ChartBin, 2011).
Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar 36,2%
atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 penduduk
(ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan
pada bulan April 2011, kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai
20.052 atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000
penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di dunia (Indonesia Health Profile,
2011). 1
2
Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi Jawa Tengah,
sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker
yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204 kasus lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca.
servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae 12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026
(8,37%), dan Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar
0,637% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang
memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Deteksi
dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya
penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri
(SADARI). Keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena
kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara (Indonesian
Cancer Fondation, 2011).
Pada tahun 2014 dilaporkan terdapat 1.119 pasien kanker payudara, diamana
pasien tersebut berusia > 15 tahun, yang terdiri dari .104 orang pasien perempuan dan
15 orang pasien laki-lki. Pada tahun 2015 dilaporkan terdapat 901 pasien Kanker
payudara yang berusia rata-rata > 15 dengan jumlah pasien perempuan 868 orang dan
laki-laki 33 orang. Selain itu menurut laporan dari ruang Edelweis RSUD Ulin
Banjarmasin tercatat ada 1.018 pasien dengan kanker payudara yang mengikuti
kemoterapi dengan metastase ataupun non metestase pada tahun 2015. Berdasarkan
data kelompok memilih untuk melakukan Asuhan Keperawatan pasien Kanker
Payudara.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
3
BAB II
KONSEP TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Payudara
Payudara (Mammae) adalah kelenjar aksesoris kulit yang berfungsi
menghasilkan air susu. Papilla mammaria kecil dan di kelilingi oleh daerah
yang berwarna gelap, disebut areola mammae. Jaringan payudara tersusun
atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan
4
Faktor-Faktor Resiko
Menurut Junaedi (2007). Sampai saat ini, penyebab pasti kanker mammae
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :
a. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita kanker
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita mammae.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan
dengan pria. Prevalensi mammae pada pria hanya 1% dari seluruh
mammae.
c. Menarke Dini
Resiko kanker payudara meningkat pada waktu yang mengalami
menstruasi sebelum 12 tahun. Menopause pada usia lanjut. Setelah usia 50
tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
perbandingan, wanita yang menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia
35 tahun mempunyai resiko sepertiganya
d. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang mempunyai kanker payudara disertai perubahan epitel
proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara; wanita dengan hiperflasia tipikal mempunyai resiko untuk
mengalami penyakit ini
e. Obesitas
Resiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun wanita
gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi
8
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh,
dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara
sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan
penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel
kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat
bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat
proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan
penderitaan penderita semaksimal mungkin ( Smeltzer &Bare, 2002 )
T : tumor primer
8. Patofisiologi
Tumor payudara tergantung pada jaringan payudara yang terkena,
ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas
sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa
menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda
dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa tumor yang dikenal
sebagai estrogen dependent mengandung reseptor yang mengikat estradiol,
suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor
ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan
dysplasia. Kehadiran tumor Estrogen Receptor Assay (ERA) pada jaringan
lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker
ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy,
oophorectomy, atau adrenalectomy) (Smeltzer, dkk, 2002).
a. Fase induksi: 15-30 tahun: Sampai saat ini belum dipastikan sebab
terjadinya kanker, tapi factor lingkungan mungkin memegang peranan
besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
12
a. Pembedahan
1) Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif
2) Jenis terapi : lokal /lokoregional
3) Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan
4) Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :
3. Hormon terapi
hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan sebagai terapi p[ravelensi
kanker payudara.
7. Kemoterapi
11. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
16
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Ke
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian
dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
17
Diagnosa 1
Diagnosa 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas denganKriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Intervensi
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
20
Diagnosa 3
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
pernafasan)
Intervensi
21
C. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB IV
22
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama klien : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
No.RM : 118xxx
Usia : 56 Tahun
Tgl MRS : 21 Desember 2016
Tgl pengkajian : 21 Desember 2016
Alamat : Pulau Alalak, Banjarmasin
Status pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Banjar/ Indonesia (WNI)
Pendidikan terakhir : SR
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnosa medik : Ca Mammae dengan Osteoblastic Os.
Clavicula Sinistra, Terapi Bifosfonat ke 1
2. Riwayat penyakit
Keluhan utama : Pasien mengatakan rasanya ni sakit dari dada
muka sampai tambus belakang, ke bahu kiri, jar
dokter sakitnya ni menjalar
Riwayat keluarga
X X
X X
X X X X
Keterangan:
24
: Perempuan : Pasien
Catatan: Pasien mengatakan Dari keluarga ulun kada yang garing kaya
ulun ni, hanyar ulun ni yang bisa kayaini
3. Pola Gordon
a. Pola aktivitas latihan
b. Pola nutrisi-metabolik
c. Pola Eliminasi
No SMRS MRS
Buang Air Besar
1 Frekuensi 1x/hari 1x/hari
2 Warna Kuning coklat Kuning coklat
3 Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada
Upaya Mengatasi: -
Buang Air Kecil
4 Frekuensi 5-6x/hari 5-6x/hari
5 Jumlah 250 cc 250 cc
6 Warna Kuning Kuning
7 Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Upaya Mengatasi: -
d. Pola Tidur-Istirahat
keluarga
3 Keramas 1x/2 hari , -
mengunakan
shampo
4 Gosok Gigi 2-3x/hari,
mengunakan
pasta gigi dan
sikat gigi punya
pribadi
5 Kesulitan - -
Keterangan setelah MRS: Pasien mengatakan Ni kulit rasanya gatal-
gatal
h. Pola komunikasi
1) Bahasa utama : Daerah : Banjar
2) Bicara : Normal
27
3) Afek : Ramah
4) Tempat tinggal : Sendiri
i. Pola seksualitas
1) Masalah hubungan seksual selama sakit :
- Saat melakukan hubungan suami istri pasien mengeluh sakit
- Pasien sudah tidak menstruasi semenjak menjalani kemoterapi
- Pasien memiliki 2 orang anak perempuan
2) Upaya mengatasi : -
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin Colorimetr
10.3* 12.00-15.60 g/dl
ic
Leukosit 4.9 4.65-10.3 ribu/ul Impedance
Eritrosit 3.34* 4.00-5.30 juta/ul Impedance
Hematokrit Analyzer
30.4* 37.00-47.00 vol%
Calculates
Trombosit 218 150-356 ribu/ul Impedance
RDW-CV Analyzer
13.1 12.1-14.0 %
Calculates
MCV, MCH, MCHC
MCV Analyzer
91.1 75.0-96.0 fl
Calculates
MCH Analyzer
30.8 28.0-32.0 pg
Calculates
MCHC Analyzer
33.8 33.0-37.0 %
Calculates
Hitung Jenis
Gran% 69.3 50.0-70.0 % Impedance
Limfosit% 26.0 25.0-40.0 % Impedance
MID% 4.7 40.0-11.0 % Impedance
Gran# 3.40 2.50-4.0 ribu/ul Impedance
Limfosit# 1.3 1.25-4.0 ribu/ul Impedance
MID# 0.2 ribu/ul Impedance
KIMIA
Kimia Darah
31
GLUKOSA
91 70-105 mg/dl GOD-PAP
Darah Puasa
HATI
SGOT 27 0-46 U/l IFCC
SGPT 20 0-45 U/l IFCC
GINJAL
Ureum Modif-
32 10-50 mg/dl
Berhelot
Creatinin 1.0 0.6-1.2 mg/dL Jaffe
6. Data Fokus:
DS:
a. Pasien mengatakan nyeri dibagian daerah dada, bahu sampai tembus
kebelakang
b. Pasien mengatakan Tangan kiri sakit sampai kebelakang punggung atas,
amun digaraki banar, kada kawa
DO:
7. Analisa Data
DO:
- Rontgen (2/12/16): Resiko fraktur patologis
Tampak lesi
osteoblastik os.
Clavicula sinistra,
metastase breast
cancer
Pre terapi Zometa : Ca Mammae
DS : Pasien mengatakan
Tangan kiri sakit
Metastase os. Clavikula
sampai kebelakang Hambatan mobilitas
punggung atas, amun fisik
digaraki banar, kada
Osteoblastik
kawa
DO :
Merangsang reseptor
- Pasien tampak
nyeri
meringis kesakitan
saat tangan kiri
disentuh atau
Sensasi nyeri
digerakkan
- Pasien tampak lebih
banyak beraktivitas
dengan tangan
kanan
- Skala ADL 2 .
33
dibantu keluarga
B. Diagnosa Keperawatan :
1. Pre terapi zometa:
Resiko fraktur patologis dengan faktor risiko metastase breast cancer ke
clavicula kiri
2. Pre terapi zometa:
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan kiri
ditandai dengan pasien mengatakan Tangan kiri sakit sampai kebelakang
34
punggung atas, amun digaraki banar, kada kawa Pasien tampak meringis
kesakitan saat tangan kiri disentuh atau digerakkan, pasien tampak lebih
banyak beraktivitas dengan tangan kanan, skala ADL 2 (dibantu keluarga),
skala kekuatan otot 5555 3333
5555 5555
3. Intra terapi zometa:
Risiko anafilaktik dengan faktor risiko agen terapi Bisphosphonate.
4. Post terapi Zometa:
Risiko kelebihan volume cairan dengan faktor risiko asupan cairan dan
terapi : 1850 cc, BB: 51 kg, TB: 145 cm.
35
Tujuan dan
Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan 1. Imobilisasi 1. Untuk mencgah 1. Mengimobilisasi S:
asuhan keperawatan area metastase tejadinya fraktur bahu kiri area Pasien mengatakan sakit ai ni
selama 1x10 jam breast cancer pada area metastase breast sus bahu kiri ulun, tapi kawa aja
masalah keperawatan metastase cancer masih menahani
resiko fraktur
patologis tidak terjadi 2. Posisi dan 2. Mencegah 2. Meletakkan O:
dengan kriteria hasil: topang area gerakan yang tak bantal untuk - Keadaan umum pasien tampak
a. Tidak terjadi clavicula perlu dan menopang bahu sakit sedang
fraktur perubahan posisi kiri pasien - Pasien tampak sulit
b. Mempertahankan 3. Pasang 3. Mencegah pasien menggerakkan bahu kirinya
stabilitas area pengaman sisi terjatuh dari 3. Memasang - Pasien tampak kesakitan saat
clavicula kiri tempat pasien tempat tidur pagar pengaman bahunya di gerakkan
c. Menunjukkan sisi tempat tidur - Terpasang zometa 42
mekanika tubuh 4. Ajarkan cara 4. Mencegah kiri dan kanan tetes/menit
yang berpindah terjadinya fraktur pasien
meningkatkan posisi yang pada area
stabilitas area benar metastase A:
metastase. 5. Kolaborasi: 5. Terapi zometa di 4. Mengajarkan - Resiko Fraktur patologis
Pemberian berikan untuk cara berpindah dengan faktor risiko metastase
Terapi SOD mencegah posisi dan breast cancer ke clavicula
Zometa perkembangan meminimalkan
patah tulang dan penggunaan P:
kompresi sumsum bahu kiri untuk 1. Imobilisasi area metastase
tulang belakang menopang breast cancer
39
36
I:
1. Mengimobilisasi bahu kiri area
metastase breast cancer
2. Meletakkan bantal untuk
menopang bahu kiri pasien
3. Memasang pagar pengaman
sisi tempat tidur kiri dan kanan
pasien
4. Mengajarkan cara berpindah
posisi dan meminimalkan
penggunaan bahu kiri untuk
menopang badan saat
berpindah posisi
5. Pemberian terapi SOD zometa
E:
S:
- keadaan umum pasien
tampak sakit sedang
- pasien istrahat berbaring di
atas tempat tidur
40
37
A:
- Resiko Fraktur patolgis
dengan faktor risiko
metastase breast cancer ke
clavicula tidak terjadi
Diagnosa 2 41
38
O:
- Pasien tampak meringis saat
tangan digerakkan
- Pasien tampak memegang
area yang sakit
- Pasien tampak sulit
menggerakkan tangan krinya
Diagnosa 3 44
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Hasil
Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. TTV merupakan 1. Mengkaji TTV S:
41
kemoterapi.
E:
S: Pasien mengatakan:
alhamdulillah dari siang tadi
sampai ini kadada pang rasa
mual, pusing, muntah,
manggah, aman aja dah
O: Dari jam 10.00 WITA sampai
jam 15.00 WITA tidak ada
tampak muntah, sesak nafas,
pusing, penurunan kesadaran,
tetapi saat beru tiba sampai 30
menitan tampak mual dan
menutup hidung, tetapi selsma
jalan/obat masuk tidak terjadi
mual. TTV pulang: temp: 36
C, pulse: 86x/menit, resp: 20
x/menit, BP: 110/80 mmHg.
A: Resiko syok anafilaksis dengan
faktor resiko agen farmasi
kemoterappi tidak terjadi.
P:Intervensi
47
Diagnosa 4
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Hasil
Setelah dilakukan 1. Kaji derajat 1. Perpindahan 1. Mengkaji derajat S:
44
E: 49
S: Pasien mengatakan batis ulun
kadada bengkak nih, 3 kali sudah
46
O:
Pitting edem (-)
Pasien tidak ada mengeluh
sesak
BB: 51 kg
TB: 145 cm
50
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenerative yang endemic
pada wanita hampir diseluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam
faktor, diantaranya faktor lifestyle dan gizi. setiap orang didunia ini memiiliki
risiko unttuk terkena kanker payudara, walaupun wanita lebih berresiko
daripada laki-laki. oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan dini dimulai
dari diri sendiri SADARI, memperbaiki pola makan/gizi dan gaya
hidup/lifestyle. Karena menurut penelitian World Cancer Research Fund
(WCRF), memperbaiki gizi dan lifestyle dapat mencegah kanker payudara
hingga 42%.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa
sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara
pendeteksian dini agar mengurangi risiko terkena kanker payudara. Lalu
perawat juga bisa memberi asuhan seperti:
1. Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik
pada pasien yang mengalami kanker payudara sehingga dapat menentukan
diagnosa dan intervensi yang tepat bagi pasien.
2. Setiap perawat diharapkan mampu melakukan pendokumentasian hasil
asuhan secara sistematis.
3. Perawat mampu memotivasi untuk kesembuhan dan peningkatan
kesehatan bagi pengidap kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA
51
48
Brunner and Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3
Volume 8. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne c. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth. Ed.8.Jakarta.EGC
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
EGC
49
DRUG STUDI
53
Nama obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping Konsiderasi perawat