Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Prevalensi Kanker di Indonesia
dan Dunia, 2014).
Kanker payudara menjadi salah satu penyeb ab kematian utama di dunia dan
di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita
umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun
(KEMENKES RI, 2014). Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun
2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker
Payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua
kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus meningkat, dengan 9 juta orang
diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada
tahun 2030 (Parkway Cancer Centre, 2011).
Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% kanker
payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6% diantaranya kurang
dari 40 tahun. Pada tahun 2008, 48.034 orang di Inggris didiagnosis dengan kanker
payudara dan 11.728 orang meninggal karena kanker payudara pada 2009 (Cancer
Research UK, 2011). Kasus tertinggi di dunia pada tahun 2008 terdapat di Perancis
dengan tingkat kejadian sebesar 99,7% atau sebanyak 51.012 kasus (ChartBin, 2011).
Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar 36,2%
atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 penduduk
(ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan
pada bulan April 2011, kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai
20.052 atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000
penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di dunia (Indonesia Health Profile,
2011). 1
2

Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi Jawa Tengah,
sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker
yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204 kasus lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca.
servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae 12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026
(8,37%), dan Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar
0,637% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang
memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Deteksi
dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya
penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri
(SADARI). Keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena
kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara (Indonesian
Cancer Fondation, 2011).
Pada tahun 2014 dilaporkan terdapat 1.119 pasien kanker payudara, diamana
pasien tersebut berusia > 15 tahun, yang terdiri dari .104 orang pasien perempuan dan
15 orang pasien laki-lki. Pada tahun 2015 dilaporkan terdapat 901 pasien Kanker
payudara yang berusia rata-rata > 15 dengan jumlah pasien perempuan 868 orang dan
laki-laki 33 orang. Selain itu menurut laporan dari ruang Edelweis RSUD Ulin
Banjarmasin tercatat ada 1.018 pasien dengan kanker payudara yang mengikuti
kemoterapi dengan metastase ataupun non metestase pada tahun 2015. Berdasarkan
data kelompok memilih untuk melakukan Asuhan Keperawatan pasien Kanker
Payudara.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
3

Untuk melakukan Asuhan Keperawatan pasien dengan Kanker Payudara di


Ruang Edelweis RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pasien dengan Kanker
Payudara.
b. Untuk melakukan Diagnosa Keperawatan pasien dengan Kanker Payudara
c. Untuk melakukan Intervensi Asuhan Keperawatan pasien dengan Kanker
Payudara
d. Untuk melakukan Implementasi Asuhan Keperawatan pasien dengan Kanker
Payudara
e. Untuk melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan pasien dengan Kanker
Payudara
f. Untuk melakukan Dokumentasi Asuhan Keperawatan pasien dengan Kanker
Payudara
C. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kanker Payudara?

BAB II
KONSEP TEORI

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Payudara
Payudara (Mammae) adalah kelenjar aksesoris kulit yang berfungsi
menghasilkan air susu. Papilla mammaria kecil dan di kelilingi oleh daerah
yang berwarna gelap, disebut areola mammae. Jaringan payudara tersusun
atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan
4

penyambung dan bermuara di daerah areola. Dasar payudara terbentang dari


dari iga kedua sampai keenam dan dari pinggir lateral sternum sampai linea
axillaries media. Sebagian besar glandula mammaria terletak di dalam fascia
superficialis.
Sebagian kecil, yang disebut processus axillaris, meluas ke atas dan
lateral, menembus fascia profunda pada pinggir caudal musculus pectoralis
major, dan sampai ke axilla. Setiap payudara terdiri dari 15 - 20 lobus, yang
tersusun radier dan berpusat pada papilla mammaria, dan mempunyai ampulla
yang melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar papilla mammaria dikelilingi
oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh kelenjar
areola di bawahnya. Lobus-lobus kelenjar dipisahkan oleh septa fibrosa. Septa
dibagian atas kelenjar berkembang dengan baik dan terbentang dari kulit
sampai ke fascia profunda, dan berfungsi sebagai ligamentum suspensorium.
Glandula mammaria dipisahkan dari fascia profunda yang membungkus otot-
otot di bawahnya oleh spatium retromammaria yang berisi jaringan ikat
jarang. Di antara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan
kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
cooper yang memberi rangka untuk payudara. Payudara terletak di dalam fasia
superfisialis di daerah pectoral antara sternum dan aksila yang melebar dari
kira-kira iga kedua atau ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh. Bentuk
payudara cembung ke depan dengan putting di tengahnya, yang terdiri atas
kulit, jaringan erektil, dan berwarna tua. Payudara berdiameter 10-12 cm dan
4
berat 200 gr (saat tidak hamil/menyusui). Sel kelenjar disertai duktus terkait
serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi adalah
konsistuen utama payudara (Astutik, 2014).
Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan
payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastic yang bersifat jinak
maupun ganas. Yang bersifat ganas dapat berupa kanker. Kanker payudara
dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada
5

kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat


(Mulyani, 2013).
2. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopouse. Pengaruh
esterogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Kemudian glandula mammaria membesar dan akan berbentuk setengah
lingkaran. Salurannya memanjang, meskipun demikian pembesaran kelenjar
terutama disebabkan karena penimbunan lemak.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar
hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena
kontras terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Lalu terjadi sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-
sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu. Perubahan patologi dan fungsional payudara tampak sesuai dengan
pertambahan umur, dari masa pubertas, hamil, melahirkan sampai usia lanjut.
Payudara merupakan organ tubuh wanita yang paling peka terhadap gangguan
keseimbangan hormonal akibatnya payudara menjadi bagian organ tubuh yang
paling sering terpengaruh berbagai kondisi patologis yang ada hubungannya
dengan hormon terutrama esterogen. Jika hormon estrogen menjadi tidak
terkendali baik maka yang dapat terjadi adalah mitosi/pembelahan sel pada
jaringan (termasuk payudara) menjadi berlebihan dan mudah termutasi yang
bersifat jinak (benigna) maupun ganas (maligna). Selain itu, efek yang
6

berbahaya jika wanita mengalami obesitas. Pertemuan kolesterol dan hormon


estrogen dalam tubuh dapat menyebabkan produksi senyawa leptin, dimana
senyawa ini memiliki efek negatif yang menyebabkan penggumpalan pada
setiap sel yang ditemuinya (Wikipedia, 2013; Sehat Alami, 2013).
3. Definisi
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010). Tumor
mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel /
jaringan di dalam mammae dimanba ia tumbuh secara liar dan tidak bias
dikontol ( Dr.Iskandar,2007 ). Kanker payudara adalah pertumbuhan yang
tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. Dengan
demikian, kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi
bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh
lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun
di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
4. Klasifikasi
a. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan
b. Tumor ganas
Kanker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap
kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak
5. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara. Sebaliknya,
serangkaian factor gemetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunujkkan bahwa perubahan genetic berkaitan dengan kanker payudara.
Namun apa yang menyebabkan perubahan genetic masih belum diketahui.
Perubahan genetic ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen hormonal
7

dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan


kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium yang
mempunyai peranan penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium
utama esterogen dan progesteron mengalami perubahan dan lingkungan
seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.

Faktor-Faktor Resiko

Menurut Junaedi (2007). Sampai saat ini, penyebab pasti kanker mammae
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :
a. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita kanker
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita mammae.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan
dengan pria. Prevalensi mammae pada pria hanya 1% dari seluruh
mammae.
c. Menarke Dini
Resiko kanker payudara meningkat pada waktu yang mengalami
menstruasi sebelum 12 tahun. Menopause pada usia lanjut. Setelah usia 50
tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
perbandingan, wanita yang menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia
35 tahun mempunyai resiko sepertiganya
d. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang mempunyai kanker payudara disertai perubahan epitel
proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara; wanita dengan hiperflasia tipikal mempunyai resiko untuk
mengalami penyakit ini
e. Obesitas
Resiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun wanita
gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi
8

f. Kontraseptif oral, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko


tinggi untuk mengalami kanker payudara.
g. Terapi penggantian hormon.
Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan esterogen suplemen dan
menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10-15 tahun) dapat
mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesterone
terhadap penggantian esterogen meningkatkan insiden kanker
endometrium.
h. Masukan alkohol
Sedikit peningktan resiko ditemukan pada wanita yang megkonsumsi
alcohol, bahkan dengan hanya sekali minum dalm sehari resikonya dua
kali lipat diantara wanita yang minum alcohol tiga kali sehari
6. Epidemiologi
Pada tahun 2014 dilaporkan terdapat 1.119 pasien Kanker Payudara,
dimana pasien tersebut berusia > 15 tahun, yang terdiri dari 1.104 orang
pasien perempuan dan 15 orang pasien laki-laki. Pada tahun 2015 dilaporkan
terdapat 901 pasien Kanker Payudara yang berusia rata-rata > 15 tahun
dengan jumlah pasien perempuan 868 orang dan laki-laki 33 orang. Selain itu
menurut laporan dari Ruang Edelweis RSUD Ulin Banjarmasin tercatat ada 1.
018 pasien dengan Kanker Payudara yang mengikuti pengobatan kemoterapi
dengan metastase ataupun non-metastase di pada tahun 2015.
7. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti
fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak teratur,
batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker
payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara
terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya
lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur,
keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada
saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Namun nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan
9

kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut. Meningkatnya penggunaan


mammografi lebih banyak wanitayang mencari bantuan medis pada penyakit
tahap awal. Wanita wanita ini bisa saja tidak mempunyai gejala dengan tidak
mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi
pada pemeriksaan mammografi. Banyak wanita dengan penyakit lanjut
mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan, sebagai
contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling pada
kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfotik
pada dinding dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis di kulit dapat
dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda
tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada
tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada
setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan (Smeltzer &
Bare, 2002). Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai
berikut :

a. Stadium I (stadium dini)


Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat
penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I
ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk
memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus
diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada
kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk
sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker.
Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-
sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker
yang tertinggal.
c. Stadium III
10

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh,
dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara
sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan
penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel
kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat
bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat
proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan
penderitaan penderita semaksimal mungkin ( Smeltzer &Bare, 2002 )

Dan klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah :

T : tumor primer

TX : tumor primer tidak dapat di tentukan


T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 : tumor < 2 cm
T2 : tumor 2-5 cm
T3 : tumor > 5 cm
T4 : tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit
dengan tanda odem,
N : kelenjar getah bening regional
NX : kelenjar regional tidak dapat di tentukan
N0 : tidak teraba kelenjar aksila
N1 : teraba kelenjar aksila
N2 : teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
M : metastase jauh
MX : tidak dapat di tentukan metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
11

8. Patofisiologi
Tumor payudara tergantung pada jaringan payudara yang terkena,
ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas
sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa
menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda
dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa tumor yang dikenal
sebagai estrogen dependent mengandung reseptor yang mengikat estradiol,
suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor
ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan
dysplasia. Kehadiran tumor Estrogen Receptor Assay (ERA) pada jaringan
lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker
ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy,
oophorectomy, atau adrenalectomy) (Smeltzer, dkk, 2002).

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-


ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari
sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh (Dixon M,
dkk, (2005)

Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam


intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah
terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antar sel-sel normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

a. Fase induksi: 15-30 tahun: Sampai saat ini belum dipastikan sebab
terjadinya kanker, tapi factor lingkungan mungkin memegang peranan
besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
12

membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan


displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen,
lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain,
kerentanan jaringan dan individu.
b. Fase insitu: 1-5 tahun: pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi
suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga
mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di payudara.
c. Fase invasi: Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi
meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta
limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa
minggu sampai beberapa tahun.
d. Fase diseminasi: 1-5 tahun: Bila tumor makin membesar maka
kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah
9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologis
a. Mammografi / USG mamma yaitu pemeriksaan yang dapat melihat
struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor
atau kanker.
b. X-foto thoraks.
c. Kalau perlu :
1) Galaktografi.
2) USG Abdomen (Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk
membedakan tumor sulit dengan kista)
3) CT-scan (dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma
payudara pada organ lain).
4) Tulang-tulang.
5) Bone scan.
2. Pemeriksaan Laboratoriun
a. Rutin : darah lengkap, urin.
b. Gula darah : puasa dan 2 jam pp.
c. Enzym : alkali fosfatase, LDH.
13

d. Petanda tumor : CEA, MCA, AFP.


e. Hormon reseptor : ER, PR.
f. Kalau perlu : aktivitas estrogen/vaginal smear.
3. Pemeriksaan Sitologis :
a. FNA dari tumor.
b. Cairan kista.
c. Cairan pleura.
d. Sekret putting susu.
4. Pemeriksaan /patologis
a. Durante operase : Vries coupe.
b. Pasca operasi : dari spesimen operasi
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ca Mammae/kanker payudara

a. Pembedahan
1) Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif
2) Jenis terapi : lokal /lokoregional
3) Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan
4) Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :

a) Modified radikal mastektomi


b) Breast conversing treatment (BCT) rekontruksi payudara
c) Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi
diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I,
dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker
payudara secara makroskopis dan masih meninggalkan sel kanker secara
mikroskopis dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV dan juga untk
mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah tulang dan
pengobatan ulkus.
Tipe-tipe pembedahan untuk membuang ca mammae
Lympectomi
14

Pembuangan sederhana benjolan tumor


Mastektomi parsial
Pembuangan tumor dan 2,5 7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitarnya
ubcutaneous.
Mastektomy
Pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara ,
meninggalkan /membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting intact).
Mastectomy sederhana
menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
Modifikasi mastektomy radikal
menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor)
menghilangkan beberapa axilla lympa nodes
Mastectoy radikal
menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris muscle
(besar atau kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan.
2. Radioterapi
Pegobatan radioterapi adalah untu penobatanlokal /lokoregional yang
sifatnya bisa kuratif ataupaliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama ,
misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai
terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan bersama dengan terapi bedah dan
kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA . Pengobatan kemoterapi
umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding pemberian
pengobatan monofaramasi / monoterapi.

3. Hormon terapi

Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk


meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti esterogen, pemberian
hormon aromatase inhibitor, antiGn RH, ovorektomi. Pemberian hormon ini
sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada pasiien yangreceptor
15

hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan sebagai terapi p[ravelensi
kanker payudara.

4. Terapi Paliatif dan pain

Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien,


untuk tujuan perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif
(pemberian obat-obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi paliatif dan
pembedahan paliatif)

5. Immunoterapi dan ioterapi

Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon,


modified molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi
adjuvan untuk mendukung keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya.

Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi


genetik untuk mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.

6. Rehabilitasi fisik dan psikis

Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan


konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya
dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akiabt
treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk mendorong
semangat hidup yang lebh baik.

7. Kemoterapi

Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sisitemik yang mengguanakan


obat-obat sitostatika melalui aliran sisitemik, sebagai terapi utama pada
kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambahan.

11. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
16

1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Ke

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian
dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
17

Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda


infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
Dada : adanya kelainan kulit berupa peau dorange, dumpling, ulserasi
18
atau tanda-tanda radang.
Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
Ekstremitas : biasanya tidak ada
c. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.
2) Nutrisi Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
6) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan
akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9) Reproduksi dan Seksual
18

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada


tingkat kepuasan.
10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputusasan.
11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.
B. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah
jaringan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan pola nafas berhubungan dengan Expansi paru menurun

Diagnosa 1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kerusakan integritas kulit


pasien teratasi dengan kriteria hasil:

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,


temperatur, hidrasi, pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
19

3. Perfusi jaringan baik


4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera berulang
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
6. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
10. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
11. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi traktus
12. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
13. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
14. Cegah kontaminasi feses dan urin
15. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
16. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

Diagnosa 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas denganKriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Intervensi
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
20

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien


7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda.
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Diagnosa 3

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Pasien menunjukan


keefektifan pola napas, dibuktikan dengan :

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)

3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

Intervensi
21

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
4. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5. Berikan bronkodilator
6. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
7. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
8. Monitor respirasi dan status O2
9. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
10. Pertahankan jalan nafas yang paten
11. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
12. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
13. Monitor vital sign
14. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
15. Ajarkan bagaimana batuk secara efektif
16. Monitor pola nafas

C. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB IV
22

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama klien : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
No.RM : 118xxx
Usia : 56 Tahun
Tgl MRS : 21 Desember 2016
Tgl pengkajian : 21 Desember 2016
Alamat : Pulau Alalak, Banjarmasin
Status pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Banjar/ Indonesia (WNI)
Pendidikan terakhir : SR
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnosa medik : Ca Mammae dengan Osteoblastic Os.
Clavicula Sinistra, Terapi Bifosfonat ke 1
2. Riwayat penyakit
Keluhan utama : Pasien mengatakan rasanya ni sakit dari dada
muka sampai tambus belakang, ke bahu kiri, jar
dokter sakitnya ni menjalar

Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang, terpasang infuse


NaCl 0,9% divena radialis dextra, TTV : TD :
110/80mmHg; P: 86x/menit; R :20x/menit; T :
36,0 C

Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan Kurang lebih setahun yang


lalu (2015) ulun operasi payudara sebelah kiri,
sudah diangkat, tapi sebelumnya sudah
kemoterapi 4 kali, gasan payudara ni jua pang. ni
24
sudah mulai dari bulan semalam ada pulang
sakitnya dibahu kiri sampai belakang, semalam
diperiksa lagi sudah seberataan payudara ulun ni
kena sampai ketulang ujar dokternya, melanjut
akan ai nah beobat, mudahan ai mau ampih
garing ni.
23

Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan ulun pernah operasi diangkat


payudara ni tanggal 09 desember 2016 semalam
tu

a. Kecelakaan : Tidak pernah


b. Operasi :Ya, Jenis operasi: Simple Mastektomi, tanggal:
09 desember 2016, tempat: RSUD Ulin
Banjarmasin.
c. Alergi obat : Tidak ada
d. Alergi makanan : Udang, reaksi gatal pada bibir.
e. Alergi lain lain : Tidak ada
f. Merokok : Tidak pernah
g. Alkohol : Tidak pernah
h. Kopi : Tidak pernah
i. Lain lain : Tidak pernah
j. Obat obatan yang sering digunakan : paracetamol, obat flu dan batuk.

Riwayat keluarga
X X
X X

X X X X

Keterangan:
24

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Pasien

: Garis keturunan : Meninggal dunia

Catatan: Pasien mengatakan Dari keluarga ulun kada yang garing kaya
ulun ni, hanyar ulun ni yang bisa kayaini

3. Pola Gordon
a. Pola aktivitas latihan

No Aktivitas SMRS (skor) MRS (skor)


1 Makan/minum 0 0
2 Mandi 0 0
3 Berpakaian/berdandan 0 0
4 Toileting 0 0
5 Berpindah 0 0
6 Berjalan 0 0
7 Naik tangga 0 0
Ket:
0: mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain
4: tidak mam
pu
Alat bantu: tongkat/splint/brace/kursi/roda/pispot/kacamata/dan lain lain

b. Pola nutrisi-metabolik

NO Keterangan SMRS MRS


1 Jenis makanan diet Makan biasa saja, Tidak ada
tidak adaa perubahan penurunan nafsu
nafsu makan makan, makan
seperti biasa saja
2 Frekuensi 3 x/Sehari teratur 3x/Sehari teratur
3 Posisi yang di habiskan 1 piring 1 piring
4 Komposisi menu Nasi, lauk-pauk, buah, Nasi, lauk-pauk,
roti, gorengan buah.
5 Pantangan Makanan Makanan
berpengawet berpengawet
25

6 Nafsu makan Normal Normal


7 Fluktuasi BB 6 bln 51 Kg 51 kg
trakhir
8 Sukar menelan Tidak
9 Riw.penyembuhan luka Cepat Cepat

c. Pola Eliminasi
No SMRS MRS
Buang Air Besar
1 Frekuensi 1x/hari 1x/hari
2 Warna Kuning coklat Kuning coklat
3 Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada
Upaya Mengatasi: -
Buang Air Kecil
4 Frekuensi 5-6x/hari 5-6x/hari
5 Jumlah 250 cc 250 cc
6 Warna Kuning Kuning
7 Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
Upaya Mengatasi: -

d. Pola Tidur-Istirahat

No. Kegiatan SMRS MRS


1 Tidur Siang - -
2 Tidur Malam - -
3 Kebiasaan Sebelum - -
Tudur
4 Kesulitan Tidur - -
Upaya Mengatasi :

e. Pola Kebersihan Diri


No Keterangan SMRS MRS
1 Mandi 2x/hari, -
mengunakan
sabun
2 Handuk Ya, handuk -
26

keluarga
3 Keramas 1x/2 hari , -
mengunakan
shampo
4 Gosok Gigi 2-3x/hari,
mengunakan
pasta gigi dan
sikat gigi punya
pribadi
5 Kesulitan - -
Keterangan setelah MRS: Pasien mengatakan Ni kulit rasanya gatal-
gatal

f. Pola Toleransi-koping Stress


1) Pengambil keputusan : Diri sendiri dibantu oleh keluarga
2) Masalah utama terkait dengan perawatan di RS / penyakit : Terasa
jenuh karna harus terus bolak-balik berobat ke rumah sakit rutin
sesuai jadwal yang sudah diberikan rumah sakit.
3) Hal yang biasa dilakukan jika mengalami stress/masalah : dibawa
sholat, jalan-jalan dan berincang-bincang dengan keluarga.
4) Harapan setelah menjalani perawatan : sembuh dan tidak kembali
lagi ke RS
5) Perubahan yang dirasakan setelah sakit : lebih sabar dan banyak
berdoa.

g. Pola peran hubungan


1) Peran dalam keluarga : Sebagai ibu rumah tangga yang mengurus
segala keperluan dari suami dan anak.
2) Sistem mendukung : Suami dan anak
3) Masalah peran hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS
: Saat berada dalam pengobatan pasien kurang dapat melakukan
aktifitas seperti biasa dilakukan sehari-hari, sekarang kegiatan
sudah sangat terbatas dan cepat lelah.
4) Upaya untuk mengatasi : Pasien mencoba perlahan-lahan berobat
dan memperbaiki kualitas kesehatan.

h. Pola komunikasi
1) Bahasa utama : Daerah : Banjar
2) Bicara : Normal
27

3) Afek : Ramah
4) Tempat tinggal : Sendiri

i. Pola seksualitas
1) Masalah hubungan seksual selama sakit :
- Saat melakukan hubungan suami istri pasien mengeluh sakit
- Pasien sudah tidak menstruasi semenjak menjalani kemoterapi
- Pasien memiliki 2 orang anak perempuan
2) Upaya mengatasi : -

j. Pola nilai dan kepercayaan


1) Apakah Tuhan, agama penting untuk anda : Sangat penting, karena
sebagai kepercayaan.
2) Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : Terkadang berdoa
di tempat tidur
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
1) Kepala
Keluhan : Pasien mengatakan semalam tu setiap
habis kemoterapi ni pasti pusing pang
kepala
Infeksi : Simetris
Distribusi rambut : Distribusi rambut tidak merat
Warna kulit kepala : Normal
Kebersihan kulit kepala : Cukup bersih
Palpasi : Nyeri tekan (-)
2) Mata
Visus : Normal
Inspeksi : bentuk bulat
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, edema tidak ada,
lesi tidak ada, perdarahan tidak ada, pupil normal, reaksi terhadap
cahaya kiri/kanan (+/+), isokor kiri/kanan (+/+), tidak ada tanda
peradangan, fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan alat
bantu.
3) Hidung
28

Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada lesi, warna normal


Perdarahan : Tidak ada perdarahan
Palpasi : Tidak ada palpitasi dan tidak ada nyeri
4) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi
Warna bibir : Merah muda/normal
Mukosa bibir : Kering
Gigi : Utuh
Lidah : Normal, bersih
Warna lidah : Merah muda/normal
Pembangkakan tonsil : Tidak ada
Sakit tenggorokan : Tidak ada
Gangguan bicara : tidak ada
5) Telinga
Inspeksi:
Bentuk : Simetris dan tidak ada lesi
Warna : Seperti warna kulit/normal
Posisi : Sejajar
Perdarahan : Tidak ada perdarahan dan tidak ada masa
Serumen : Ada sedikit dan kering
Aroma : Berbau tetapi tidak amis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat
bantu.
6) Leher
Inspeksi/palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada pemberasan
vena jugularis, tidak ada nyeri tekan,
Kekakuan : Tidak ada
JVD : Tidak ada pembesaran
Deviasi trakea : Tidak ada
Pembesaran kelj, tyroid : Tidak ada
Pembesaran kelj. Limfe : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
b. Dada/ Thorax
Inpeksi :
Bentuk dada : Asimetris
Warna kulit : Hiperpigmentasi
Kondisi kuli dada : Ada bercak-bercak kehitaman, pruritus,
turgor kulit baik tapi keadaannya kasar dan
kering.
Ekspansi dinding dada: Simetris
Tanda peradangan : Tidak ada
29

Otot bantu nafas : Tidak ada mengunakan oto bantu nafas


Retraksi suprasental : -
Palpasi:
Masa abnormal : Tidak ada,
Krepitasi : Tidak ada
Nyeri tekan : Ada, di bagian klavikula sinistra
Auskultasi
JANTUNG
S1 S2 Tunggal
PARU
Suara nafas vesikuler/normal
Perkusi
JANTUNG
Pekak
PARU
Sonor
c. Payudara dan axial
Inspeksi
Ukuran dan bentuk : Asimetris
Putting susu : Dextra menonjol
Kondisi kulit : Bersih tapi kering
Palpasi
edema : Tidak ada
Masa abnormal : Tidak ada
Nyeri : Nyeri tekan di bagian bekas operasi
payudara sebelah kiri
d. Abdominal
Inspeksi :
Bentuk : Normal
Warna kulit : Normal
Bayangan vena abnormal (caput medussae) : Tidak ada
Auskultasi:
Bising usus : (+) = 30/menit
Palpasi:
Penegangan dinding abdomen : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Masa abnormal : Tidak ada
Perkusi : Tympani
e. Genetalalia
- Sudah tidak menstruasi semenjak kemoterapi
f. Rektum
Defekasi : Normal, 1x/hari
g. Ekstremitas
30

Kontaraktur : Tidak ada


Deformitas : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Nyeri/nyeri tekan : Tidak ada
Kekuatan otot : R 5555|5555 S
5555|5555
Babinski: kiri/kanan (+/+)
h. Kulit dan kuku
Kulit : Gatal
Tekstur: Kasar
Jaringan parut : Ada sedikit dibagian bokong kiri kanan
Turgor kulit : turgor kulit baik tapi keadaannya kasar dan kering.
Kuku, warna : Menghitam
CRT : Kembali sebelum 2 detik
5. Pemeriksaan Penunjang

Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin Colorimetr
10.3* 12.00-15.60 g/dl
ic
Leukosit 4.9 4.65-10.3 ribu/ul Impedance
Eritrosit 3.34* 4.00-5.30 juta/ul Impedance
Hematokrit Analyzer
30.4* 37.00-47.00 vol%
Calculates
Trombosit 218 150-356 ribu/ul Impedance
RDW-CV Analyzer
13.1 12.1-14.0 %
Calculates
MCV, MCH, MCHC
MCV Analyzer
91.1 75.0-96.0 fl
Calculates
MCH Analyzer
30.8 28.0-32.0 pg
Calculates
MCHC Analyzer
33.8 33.0-37.0 %
Calculates
Hitung Jenis
Gran% 69.3 50.0-70.0 % Impedance
Limfosit% 26.0 25.0-40.0 % Impedance
MID% 4.7 40.0-11.0 % Impedance
Gran# 3.40 2.50-4.0 ribu/ul Impedance
Limfosit# 1.3 1.25-4.0 ribu/ul Impedance
MID# 0.2 ribu/ul Impedance
KIMIA
Kimia Darah
31

GLUKOSA
91 70-105 mg/dl GOD-PAP
Darah Puasa
HATI
SGOT 27 0-46 U/l IFCC
SGPT 20 0-45 U/l IFCC
GINJAL
Ureum Modif-
32 10-50 mg/dl
Berhelot
Creatinin 1.0 0.6-1.2 mg/dL Jaffe

Rontgen Shoulder Joint


2 Desember 2016
Kesimpulan:
Tampak lesi osteoblastik os. Clavicula sinistra, metastase breast
cancer.
Celah sendi normal

Laboratorium Patologi Anatomi


Makrokospis:
Dilakukan pemeriksaan ER/PR/HER2 dari sediaan HN.1512012
Kesimpulan:
ER = Positif / PR = Positif / HER2 = Negatif

6. Data Fokus:
DS:
a. Pasien mengatakan nyeri dibagian daerah dada, bahu sampai tembus
kebelakang
b. Pasien mengatakan Tangan kiri sakit sampai kebelakang punggung atas,
amun digaraki banar, kada kawa

DO:

a. kesadaran : Compos mentis


b. GCS : E4, V5,M 6
c. K/U sakit sedang
d. Skala nyeri 6
e. Dampingi pasien selama perawatan
f. Infus terpasang NACL 20 tpm
g. Pasien tampak meringis kesakitan saat tangan kiri disentuh atau
digerakkan
32

h. Pasien tampak lebih banyak beraktivitas dengan tangan kanan


i. Skala ADL 2 . dibantu keluarga

j. Skala kekuatan otot 5555 3333


5555 5555
k. P : 80 x/menit
l. R : 18 x/menit
m. T : 36,6 C / axial
n. TD : 120/80 mmHg
o. Rontgen (2/12/16): Tampak lesi osteoblastik os. Clavicula sinistra,
metastase breast cancer.

7. Analisa Data

Data Etiologi Problem


Pre terapi Zometa :

DO:
- Rontgen (2/12/16): Resiko fraktur patologis
Tampak lesi
osteoblastik os.
Clavicula sinistra,
metastase breast
cancer
Pre terapi Zometa : Ca Mammae

DS : Pasien mengatakan
Tangan kiri sakit
Metastase os. Clavikula
sampai kebelakang Hambatan mobilitas
punggung atas, amun fisik
digaraki banar, kada
Osteoblastik
kawa

DO :
Merangsang reseptor
- Pasien tampak
nyeri
meringis kesakitan
saat tangan kiri
disentuh atau
Sensasi nyeri
digerakkan
- Pasien tampak lebih
banyak beraktivitas
dengan tangan
kanan
- Skala ADL 2 .
33

dibantu keluarga

- Skala kekuatan otot


5555 3333
5555 5555

Intra terapi Zometa :


Risiko Anafilaktik
DO:
- Agen terapi
Bisphosphonates
Post terapi Zometa:
Risiko kelebihan
DO: volume cairan

- Asupan cairan dan


terapi : 1850 cc
- BB: 51 kg
- TB: 145 cm

B. Diagnosa Keperawatan :
1. Pre terapi zometa:
Resiko fraktur patologis dengan faktor risiko metastase breast cancer ke
clavicula kiri
2. Pre terapi zometa:
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan kiri
ditandai dengan pasien mengatakan Tangan kiri sakit sampai kebelakang
34

punggung atas, amun digaraki banar, kada kawa Pasien tampak meringis
kesakitan saat tangan kiri disentuh atau digerakkan, pasien tampak lebih
banyak beraktivitas dengan tangan kanan, skala ADL 2 (dibantu keluarga),
skala kekuatan otot 5555 3333
5555 5555
3. Intra terapi zometa:
Risiko anafilaktik dengan faktor risiko agen terapi Bisphosphonate.
4. Post terapi Zometa:
Risiko kelebihan volume cairan dengan faktor risiko asupan cairan dan
terapi : 1850 cc, BB: 51 kg, TB: 145 cm.
35

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa 1

Tujuan dan
Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan 1. Imobilisasi 1. Untuk mencgah 1. Mengimobilisasi S:
asuhan keperawatan area metastase tejadinya fraktur bahu kiri area Pasien mengatakan sakit ai ni
selama 1x10 jam breast cancer pada area metastase breast sus bahu kiri ulun, tapi kawa aja
masalah keperawatan metastase cancer masih menahani
resiko fraktur
patologis tidak terjadi 2. Posisi dan 2. Mencegah 2. Meletakkan O:
dengan kriteria hasil: topang area gerakan yang tak bantal untuk - Keadaan umum pasien tampak
a. Tidak terjadi clavicula perlu dan menopang bahu sakit sedang
fraktur perubahan posisi kiri pasien - Pasien tampak sulit
b. Mempertahankan 3. Pasang 3. Mencegah pasien menggerakkan bahu kirinya
stabilitas area pengaman sisi terjatuh dari 3. Memasang - Pasien tampak kesakitan saat
clavicula kiri tempat pasien tempat tidur pagar pengaman bahunya di gerakkan
c. Menunjukkan sisi tempat tidur - Terpasang zometa 42
mekanika tubuh 4. Ajarkan cara 4. Mencegah kiri dan kanan tetes/menit
yang berpindah terjadinya fraktur pasien
meningkatkan posisi yang pada area
stabilitas area benar metastase A:
metastase. 5. Kolaborasi: 5. Terapi zometa di 4. Mengajarkan - Resiko Fraktur patologis
Pemberian berikan untuk cara berpindah dengan faktor risiko metastase
Terapi SOD mencegah posisi dan breast cancer ke clavicula
Zometa perkembangan meminimalkan
patah tulang dan penggunaan P:
kompresi sumsum bahu kiri untuk 1. Imobilisasi area metastase
tulang belakang menopang breast cancer
39
36

dan mengurangi badan saat 2. Posisi dan topang area


ekskresi kalsium. berpindah posisi clavicula
5. Pemberian 3. Pasang pengaman sisi tempat
terapi zometa pasien
4. Ajarkan cara berpindah posisi
yang benar
5. Kolaborasi terapi Zometa

I:
1. Mengimobilisasi bahu kiri area
metastase breast cancer
2. Meletakkan bantal untuk
menopang bahu kiri pasien
3. Memasang pagar pengaman
sisi tempat tidur kiri dan kanan
pasien
4. Mengajarkan cara berpindah
posisi dan meminimalkan
penggunaan bahu kiri untuk
menopang badan saat
berpindah posisi
5. Pemberian terapi SOD zometa

E:
S:
- keadaan umum pasien
tampak sakit sedang
- pasien istrahat berbaring di
atas tempat tidur
40
37

- Pasien tampak sulit


menggerakkan bahu kirinya
- Pasien tampak kesakitan saat
bahunya di gerakkan
- Terpasang zometa 60 kali
tetes/menit

A:
- Resiko Fraktur patolgis
dengan faktor risiko
metastase breast cancer ke
clavicula tidak terjadi

P : Stop intervensi, lanjut


discharge planning
1. Imobilisasi area metastase
breast cancer
2. Libatkan keluarga dalam
berpindah posisi untuk
mencegah kelebihan tumpuan
berat badan
3. Anjurkan pasien untuk
minum dan makan
mengandung kalsium yang
tinggi

Diagnosa 2 41
38

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Hasil
setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk melihat 1. Mengkaji S:
tindakan keperawatan kemampuan batasan kemampuan Pasien mengatakan tangan kiri
selama 1x10 jam, pasien untuk kemampuan pasien untuk masih susah untuk digerakan
diharapkan masalah melakukan pasien dalam melakukakan
keperawatan hambatan aktivitas melakukan aktivitas secara O:
mobilitas fisik teratasi secara aktivitasnya mandiri - Tampak mengeluh sakit saat
dengan kriteria hasil: mandiri secara mandiri menggerakan lengan kiri
- Pasien melaporkan 2. Atur posisi 2. Untuk 2. Mengatur posisi - Pasien tampak berbaring di
bahwa sudah bisa pasien atau meminimalisir pasien atau tempat tidur
menggerakan bagian tubuh terjadinya cidera bagian tubuh - Pasien tampak belum bisa
lengan kirinya pasien secara pasien secara mengerakan lengan sebelah kiri
- Pasien mampu perlahan perlahan untuk - Pasien tampak masih dibantu
menyangga berat untuk meningkatkan orang lain saat merubah posisi
badan meningkatka kesejahteraan
- Melakukan n fisiologis atau
aktivitas sehari- kesejahteraan psikologis A : Hambatan mobilitas fisik
hari secara mandiri fisiologis
berhubungan dengan imobilisasi
- Mampu mengubah atau
posisi secara psikologis 3. Membantu lengan kiri
mandiri tanpa 3. Bantu pasien 3. Untuk pasien untuk P:
bantuan alat atau untuk meningkatkan melakukan 1. Kaji kemampuan pasien untuk
orang lain. melakukan kemampuan aktivitasnya melakukan aktivitas secara
aktivitasnya pasien untuk secara bertahap mandiri
secara memnuhi 2. Atur posisi pasien atau bagian
bertahap kebutuhan tubuh pasien secara perlahan
42
aktivitas secara untuk meningkatkan
optimal 4. Menganjurkan kesejahteraan fisiologis atau
39

4. Anjurkan 4. Melatih pasien pasien untuk psikologis


pasien untuk untuk melakukan 3. Bantu pasien untuk melakukan
melakukan melakukan aktivitasnya aktivitasnya secara bertahap
aktivitasnya aktivitasnya sesuai batas 4. Anjurkan pasien untuk
sesuai batas secara mandiri toleransi melakukan aktivitasnya sesuai
toleransi 5. Berolaborasi batas toleransi
5. Kolaborasi 5. Meningkatkan untuk melakukan 5. Kolaborasi untuk melakukan
untuk kualitas terapi ROM terapi ROM
melakukan pergerakan sendi
terapi ROM pasien I:
1. Mengkaji kemampuan pasien
untuk melakukakan aktivitas
secara mandiri
2. Mengatur posisi pasien atau
bagian tubuh pasien secara
perlahan untuk meningkatkan
kesejahteraan fisiologis atau
psikologis
3. Membantu pasien untuk
melakukan aktivitasnya secara
bertahap
4. Menganjurkan pasien untuk
melakukan aktivitasnya sesuai
batas toleransi
5. Berolaborasi untuk melakukan
terapi ROM
43
E:
S: Pasien mengatakan tangan
40

ulun masih ja ni sakit, jadi ngalih


digarak akan

O:
- Pasien tampak meringis saat
tangan digerakkan
- Pasien tampak memegang
area yang sakit
- Pasien tampak sulit
menggerakkan tangan krinya

A: Hambatan mobilitas fisik


belum teratasi

P : Lanjutkan discharge planning:


- Minta keluarga mengatur
posisi pasien atau bagian tubuh
pasien secara perlahan untuk
meningkatkan kesejahteraan
fisiologis atau psikologis
- Minta keluarga antu pasien
memenuhi ADL

Diagnosa 3 44
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Hasil
Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. TTV merupakan 1. Mengkaji TTV S:
41

asuhan keperawatan status pasien Pasien mengatakan tadi ada mual


selama 1x7 jam, hemodinamik (Temperatur, pas hanyar sampai di ruangan ini,
masalah keperawatan tubuh Pukse, Respirasi, tapi lama-lama terbiasa, kalau
resiko syok anafilaksis dan Tekanan muntah kadada pang, pusing ada
tidak terjadi dengan Darah) bila habis kemo ini
kriteria hasil: 2. Kaji tanda-tanda 2. Syok anafilaktik 2. Mengkaji tanda-
a. Tanda-tanda syok syok anafilaktik dapat dikenali dari tanda syok O:
tidak ada, seperti: tanda dan gejala anafilaktik (pusing, Pasien tampak sakit sedang,
sesak nafas,wajah khasnya dimana sakit kepala,sesak pasien tampak terbaring di tempat
merah, perasaan pasien mengalami nafas, mual, tidur di temani anak
panas tiba-tiba, rasa dispnea, sensasi muntah, diare, perempuannya, TTV datang:
debar detak jantung, ada benda menutup bunyi nafas stridor, Temp: 35.7 C, pulse: 80x/menit,
mual, muntah, diare, tenggorokan (edem dll. resp: 22x/menit, BP: 110/70
pusing,edem laring, laring), dll. mmHg.
penurunan 3. Kaji respon 3. Respon verbal 3. Mengkaji respon
kesadaran. verbal pasien menandakan verbal pasien A: Resiko syok anafilaktik dengan
b. Tanda-tanda vital terhadap pasien mampu terhadap faktor resiko agen farmasi
normal, seperti: kemoterapi memahami tanda kemoterapi dengan kemoterapi.
Temp: 36-37.5 C, syok/alergi diskusi perasaan
Pulse: 60-100 dan keluhan pasien P:
x/menit, Resp: 12- selama kemoterapi. 1. Kaji TTV
24 x/menit, BP: 4. Jelaskan tanda- 4. Pemberian 4. Menjelaskan 2. Kaji tanda-tanda syok
120/80 mmHg tanda syok informasi akan tanda-tanda syok anafilaktik
anafilaktik membatu pasien anafilaktik dengan 3. Kaji respon verbal pasien
paham efek menggunakan terhadap kemoterapi
samping dan cara metode visualisasi. 4. Jelaskan tanda-tanda syok 45
5. Minta pasien mengatasi. anafilaktik
melaporkan jika 5. Laporan pasien 5. Meminta pasien 5. Minta pasien melaporkan jika
tanda syok terhadap respon melaporkan jika tanda timbul
42

timbul syok membantu tanda syok yang 6. Minta keluarga mendampingi


menentukan telah dijelaskan pasien
6. Minta keluarga intervensi. timbul. 7. Kolaborasi pemberian anti
mendampingi 6. Keluarga inflamasi SOD.
pasien merupakan orang 6. Meminta keluarga
terdekat pasien dan mendampingi
diharapkan mampu pasien dan tidak I:
menjadi rekan jauh dari pasien 1. Mengkaji TTV pasien
perawat dalam selama kemoterapi. (Temperatur, Pukse, Respirasi,
memberi asuhan dan Tekanan Darah)
7. Kolaborasi keperawatan 2. Mengkaji tanda-tanda syok
pemberian anti 7. Anti inflamasi anafilaktik (pusing, sakit
inflamasi SOD akan bekerja untuk kepala,sesak nafas, mual,
mengurangi respon 7. Berkolaborasi muntah, diare, bunyi nafas
tubuh dalam dalam pemberian stridor, dll.
menandai dosis anti infalamasi: 3. Mengkaji respon verbal pasien
berat preparat Dexamethason 1 terhadap kemoterapi dengan
kemoterapi. amp IV diskusi perasaan dan keluhan
pasien selama kemoterapi.
4. Menjelaskan tanda-tanda syok
anafilaktik dengan
menggunakan metode
visualisasi.
5. Meminta pasien melaporkan
jika tanda syok yang telah
46
dijelaskan timbul.
6. Meminta keluarga
mendampingi pasien dan tidak
jauh dari pasien selama
43

kemoterapi.

E:
S: Pasien mengatakan:
alhamdulillah dari siang tadi
sampai ini kadada pang rasa
mual, pusing, muntah,
manggah, aman aja dah
O: Dari jam 10.00 WITA sampai
jam 15.00 WITA tidak ada
tampak muntah, sesak nafas,
pusing, penurunan kesadaran,
tetapi saat beru tiba sampai 30
menitan tampak mual dan
menutup hidung, tetapi selsma
jalan/obat masuk tidak terjadi
mual. TTV pulang: temp: 36
C, pulse: 86x/menit, resp: 20
x/menit, BP: 110/80 mmHg.
A: Resiko syok anafilaksis dengan
faktor resiko agen farmasi
kemoterappi tidak terjadi.
P:Intervensi
47
Diagnosa 4
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Hasil
Setelah dilakukan 1. Kaji derajat 1. Perpindahan 1. Mengkaji derajat S:
44

tindakan keperawatan 1 perifer/edema cairan pada perifer/edema Pasien mengatakan kadada


x 10 jam, masalah jaringan sebagai bengkak ulun nih
risiko kelebihan akibat retensi
volume cairan dengan natrium dan air, O:
faktor risiko asupan penurunan Pitting edem (-)
cairan pelaksaan albumin, dan Pasien tidak ada mengeluh
kemoterapi tidak terjadi penurunan ADH sesak
dengan kriteria hasil: 2. Ukur masukan 2. Menunjukkan 2. mengukur Cairan:intake-output:
Tidak terjadi edema dan haluaran, status volume masukan dan 1850 cc ml-1500ml:
pada pasien catat sirkulasi, haluaran, catat 350ml
Keseimbangan keseimbangan terjadinya/perbaik keseimbangan BB: 51 kg
haluaran dan asupan positif an perpindahan positif (timbang TB: 145 cm
dalam 24 jam (timbang berat cairan, dan respon berat badan pasien
Fungsi ginjal pasien badan pasien terhadap terapi. juka terdapat A: Masalah risiko kelebihan
adekuat juka terdapat pemasukan volume cairan dengan faktor
pemasukan melebihi risiko asupan cairan pelaksaan
melebihi pengeluaran). kemoterapi
pengeluaran).
3. Beritahu pasien 3. Pasien memahami 3. Memberitahu P:
tentang tentang penyebab pasien tentang 1. Kaji derajat perifer/edema
penyebab dan dan cara penyebab dan cara 2. Ukur masukan dan haluaran,
cara mengatasi mengatasi edema. mengatasi edema catat keseimbangan positif
edema pembatasan diet (timbang berat badan pasien
( pembatasan dan penggunaan juka terdapat pemasukan
diet dan dosis dan efek melebihi pengeluaran).
penggunaan samping obat yang 3. Beritahu pasien tentang
dosis dan efek diprogramkan. 48
penyebab dan cara mengatasi
samping obat edema ( pembatasan diet dan
yang penggunaan dosis dan efek
45

diprogramkan. samping obat yang


4. Tinggikan 4. Meningkatkan 4. Meninggikan diprogramkan.
ekstremitas aliran balik vena ekstremitas pasien. 4. Tinggikan ekstremitas pasien
pasien dan mengurangi 5. Kolaborasi pemberian obat
edema diuretik
5. Kolaborasi 5. Obat diuretik 5. Berkolaborasi
pemberian obat mampu pemberian obat I:
diuretik meningkatkan laju diuretik 1. Mengkaji derajat
aliran urin yang perifer/edema
selanjutnya 2. Mengukur masukan dan
meningkatkan haluaran, catat keseimbangan
produksi urin positif (timbang berat badan
sehingga cairan pasien juka terdapat
dalam tubuh. pemasukan melebihi
pengeluaran).
3. Memberitahu pasien tentang
penyebab dan cara mengatasi
edema pembatasan diet dan
penggunaan dosis dan efek
samping obat yang
diprogramkan.
4. Meninggikan ekstremitas
pasien.
5. Berkolaborasi pemberian obat
diuretik

E: 49
S: Pasien mengatakan batis ulun
kadada bengkak nih, 3 kali sudah
46

ulun bekamih nih

O:
Pitting edem (-)
Pasien tidak ada mengeluh
sesak
BB: 51 kg
TB: 145 cm

A: Masalah risiko kelebihan


volume cairan dengan faktor
risiko asupan cairan pelaksaan
kemoterapi tidak terjadi

P: Lanjutkan intervensi discharge


planning:
Ajarkan pasien tentang
penyebab dan cara mengatasi
edema
Tinggikan ekstremitas pasien

50
47

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenerative yang endemic
pada wanita hampir diseluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam
faktor, diantaranya faktor lifestyle dan gizi. setiap orang didunia ini memiiliki
risiko unttuk terkena kanker payudara, walaupun wanita lebih berresiko
daripada laki-laki. oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan dini dimulai
dari diri sendiri SADARI, memperbaiki pola makan/gizi dan gaya
hidup/lifestyle. Karena menurut penelitian World Cancer Research Fund
(WCRF), memperbaiki gizi dan lifestyle dapat mencegah kanker payudara
hingga 42%.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa
sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara
pendeteksian dini agar mengurangi risiko terkena kanker payudara. Lalu
perawat juga bisa memberi asuhan seperti:
1. Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik
pada pasien yang mengalami kanker payudara sehingga dapat menentukan
diagnosa dan intervensi yang tepat bagi pasien.
2. Setiap perawat diharapkan mampu melakukan pendokumentasian hasil
asuhan secara sistematis.
3. Perawat mampu memotivasi untuk kesembuhan dan peningkatan
kesehatan bagi pengidap kanker payudara.

DAFTAR PUSTAKA
51
48

Brunner and Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3
Volume 8. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne c. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth. Ed.8.Jakarta.EGC

Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
EGC
49

DRUG STUDI

53
Nama obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping Konsiderasi perawat

Infus Nacl 0,9 % Untuk Hypernatremia, - Reaksi yang mungkin


250/500 ml mengembalikan asidosis, hipokalemia terjadikarena larutannya atau 50
keseimbangan cara pemberiannya, termasuk
timbulnya panas, infeksi pada
elektrolit pada
tempat penyuntikan, thrombosis
dehidrasi vena atau flebitis yang meluas
dari tempat penyuntikan,
ekstravasasi.
Dexamethasone 1 Digunakan untuk Ibu hamil dan o Badan terasa lelah dan lemas
amp menangani menyusui, memiliki o Gangguan pola tidur sakit
berbagaikondisi, gangguan fungsi hati kepala
misalnya penyakit dan ginjal o Vertigo
auto imunseperti o Keringat berlebihan
o Jerawat
sarcoidosis dan
o Kulit kering dan menipis serta
lupus, penyakit
gampang memar
inflamasiusus, o Pertumbuhan rambut yang
seperti ulcerative tidak biasa
colitis, dan o Perubahan suasana hati seperti
penyakitcrohn, depresi dan mudah tersinggung
beberapa penyakit o Mudah haus
kanker dan alergi. o Sering buang air kecil
o Nyeri otot 54
o Nyeri pada sendi dan tulang
o Sakit perut atau perut terasa
kembung
o Rentanterhadapinfeksi
Zometa 4 mg Pencegahan Hamil dan laktasi, o Anemia
kondisi yang hipersensitif terhadap o Sakit kepala
berhubungan bisfosfonat. o Konjungtivitis
dengan skeletal o Mual
( fraktur patologis, o Muntah
kompresi spinal, o Anoreksia
o Nyeri tulang
radiasi/operasi
o Mialgia
tulang atau
o Nyeri yang bersifat
hiperkalsemia yang
menyeluruh
di induksi oleh o Gangguan ginjal
tumor) o Demam
o Hipokalsemia
51

Anda mungkin juga menyukai