Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER

PAYUDAARA (CA MAMMAE)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah maternitas
Dosen pengampu : Ns. Anindita P. Azuma, MMR.

Disusun Oleh :

Dina Febriyana NIM : 2020270008

FAKULTAS ILMU KESEHATAN S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN WONOSOBO
JAWA TENGAH
2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul kanker payudara (ca mammae) ini tepat pada waktunya .

Adapun tujuan dan penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ns. Anindita P. Azuma, MMR. .Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kanker payudara (ca mammae) kepada mahasiswa
yang baru saja memulai praktikum dengan memahami langkah- langkah yang sudah
kami tuliskan pada laporan ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ns. Anindita P. Azuma, MMR.


selaku dosen mata kuliah maternitas yang sudah membimbing kami dan mengajarkan
ilmunya sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini.Kami menyadari, laporan yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembibimbing yang akan kami nantikan guna
menyempurnakan laporan ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………
A. Latar belakang…………………………………………………………………
B. Tujuan ……………………………………………………………………………
BAB II ANATOMI
FISIOLOGI……………………………………………………….
BAB II KONSEP DASAR
BAB III RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
PATHWAYS

3
BAB 1

ANATOMI FISIOLOGI

1. Anatomi

Gambar 1.1 Anatomi Payudara

(Sumber : Irmayanti, 2016)

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam. Perluasan
kauda ( ekor ) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada masa lemak dan nifas dini saat jaringan tersebut membengkak. Konstituen
utama payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan
jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atau lobus
oleh septum fibrosa,yang berjalan dari belakang putting payudara kearah otot
pektoralis. Septum ini penting untuk melokalisasi infeksi, yang sering terlihat
sebagai meradang di permukaan payudara.( dunstall, 2007 ).
Payudara adalah salah satu organ krusial bagi wanita. Organ ini terbentuk sejak
pubertas dan berperan penting dalam aktivitas seksual dan produksi air susu ibu
(ASI).

4
Seperti apakah anatomi payudara wanita dan masing-masing fungsinya?

 Areola
Areola adalah area gelap di bagian tengah buah dada. Anatomi payudara ini
merupakan jalan keluar ASI.Areola memiliki kelenjar kecil bernama kelenjar
Montgomery, yang akan menghasilkan cairan lubrikasi pada puting susu saat
seorang ibu menyusui buah hati.
 Puting susu
Puting susu merupakan pusat dari areola. Ketika mengalami rangsangan, puting
susu bisa mengalami ereksi. Misalnya, saat menyusui, terpapar udara dingin, atau
melakukan aktivitas seksual.
 Lobus dan lobules
Payudara wanita umumnya memiliki 15 hingga 20 lobus. Di dalam tiap lobus,
terdapat struktur yang lebih kecil bernama lobulus.Lobulus tersebut dikenal
dengan istilah kelenjar glandular, yang berfungsi memproduksi ASI selama
seorang wanita menyusui.
 Duktus
Duktus termasuk anatomi payudara berupa saluran yang menghubungkan lobus
dan lobulus. Saluran ini berperan menyalurkan ASI yang telah diproduksi.Duktus-
duktus kecil akan bergabung dan membentuk duktus besar. Duktus berukuran
besar ini kemudian menyalurkan ASI ke puting ibu.
 Jaringan ikat dan ligament
Jaringan ikat dan ligamen berperan menyokong dan memberikan bentuk pada
payudara seorang wanita.
 Jaringan adipose
Jaringan adiposa atau jaringan lemak adalah salah satu unsur pembentuk utama
payudara. Jaringan lemak ini tidak hanya terdapat pada payudara, tapi juga di
sekitar buah dada. Misalnya, di lengan bagian bawah, tulang selangka, hingga di
sekitar tulang rusuk.
 Sistem limfatik dan vaskuler
Payudara juga mempunyai pembuluh darah, serabut saraf, kelenjar getah bening,
dan pembuluh limfe. Limfe atau getah bening adalah cairan yang mengalir melalui
sistem limfatik. Limfe membawa sel yang membantu tubuh dalam melawan
infeksi.Saluran getah bening pun mengalirkan limfe ke kelenjar getah bening,
yang juga termasuk bagian dari sistem limfatik. Kelenjar getah bening terletak
pada ketiak, dada, dan di bawah tulang selangka. Pada kondisi kanker payudara,
sel-sel kanker yang sudah mencapai kelenjar ini akan menandakan bahwa kanker
sudah menyebar ke bagian tubuh lain.Selain di tubuh bagian atas, kelenjar getah
bening juga dapat ditemukan pada perut dan selangkangan.

5
A. Fisiologi
Menurut Soetrisno 2010 menjelaskan Secara fisiologi, unit fungsional terkecil
jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan
komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA
dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam
perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar
endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior
memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang
paling sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang,
membesar atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa pramenopause dan
perimenopause sistem keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga
beresiko terhadap perkembangan dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan
parenkim atrofi diganti jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kista kecil
dalam susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging. Dimana
fungsi dari payudara yaitu memproduksi ASI, menyalurkan ASI, dan sebagai
ekstetika.
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon;.
 Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
 Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
 Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)

6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi.
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada
bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang,
paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005) Ca Mamae merupakan keganasan pada
jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya.
(Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum
gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar
massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan
terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat
penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis
jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis
pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu
(American Cancer Soxiety, 2015).

B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita
berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko
tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko
terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko
3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
7
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara,
yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut,
maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum
pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami
menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung
kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama
efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang
dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca
mammae dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae kemungkinan karena
tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
8
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker usus
besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

C. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :

1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara
tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang
pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau
kurang pada dimensi
terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm
tetapi tidak lebih dari 0.5
cm pada dimensi terbesar

T1b Tumor lebih dari 0.5 cm


tetapi tidak lebih dari 1 cm
pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm
tetapi tidak lebih dari 2 cm
pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm
tetapi tidak lebih dari 5 cm
padadimensi terbesar
9
T3 Tumor berukuran lebih dari
5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun
dengan ekstensi langsung
ke dinding dada / kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada,


tidak termasuk otot
pectoralis
T4b Edema (termasuk peau
d’orange) atau ulserasi
kulit payudara atau satellite
skin nodules pada payudara
yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma

Gambar 1.5 Stadium tumor Ca mammae


(Sumber : American Cancer Soxiety, 2015)

2. Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
10
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB
aksila secara klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan jika
terdapat metastasi KGB aksila secara klinis atau metastasis pada KGB supraklivkula
ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB kasila atau mamaria interna.
3. Metastasis Jauh (M)
a. Mx Metastasis jauh
tak dapat dinilai
b. M0 Tak ada
metastasis jauh
c. M1 Terdapat
Metastasis jauh

Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1- M0
N2
Stadium IIIB T4 N1- M0
11
N2
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N

a.Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara
serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b.Stadium 1
Stadium 1 A

Gambar 1.7 Stadium 1 A

(Sumber : Soleha, 2017)


Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum ditemukannya
pada pembuluh getah bening.
Stadium 1B

Gambar 1.8 Stadium 1B


(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam bentuk
yang kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor
dalam payudara, atau umor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
c.Stadium 2
Stadium 2A
12
Gambar
1.9
Stadium
2A
(Sumber :
Soleha,
2017)
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara

Stadium 2 B

Gambar 2 Stadium 2B
(Sumber : Soleha, 2017)
1. Kanker berukuran 2-5 cm
2. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara

3. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran

d. Stadium 3
Stadium 3A
13
Gambar 2.1 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker pada titik-
titik pembuluh getah bening di ketiak
Atau

Gambar 2.2 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di kelenjar
getah bening.
Atau

14
Gambar 2.3 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah bening di ketiak
atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3B

Gambar 2.3 Stadium 3B


(Sumber : Soleha, 2017)
Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai adanya luka
yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa sudah mengenai getah
bening di ketiak dan lengan atas
Stadium 3C

15
Gambar 2.4 Stadium 3C
(Sumber : Soleha, 2017)
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh getah
bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker, tepatnya
dibawah tulang selangka.
e. Stadium 4

Gambar 2.5 Stadium 4


(Sumber : Soleha, 2017)
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel
kanker pada fase ini. Karena sel kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang
sulit untuk diketahui. Sel kanker yang menyebar telah mulai menyebar ke
berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang rusuk.

D. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat
karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan
paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan
menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma mamae telah
16
bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Indonesian
Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris dan
terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada organ
pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

F. Pemeriksaan Diagnosis
a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

17
Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
(Sumber : Jitendra, 2017)

Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara.
Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di
bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel.
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada
kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus
tersebut di masukan ke daerah benjolan. Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur
FNAB akan dilakukan dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti
mammografi atau USG. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang
tidak normal, maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB
seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih
memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu,
lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat
terlihat pada pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi
aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam
rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c.Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita lanjut
usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
18
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode
tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil
dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi
selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah,
rasa cemas dan stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan
dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga
hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan
tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe
kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu.

b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian
jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan
pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini
merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan
sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis
metode ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan
kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki
kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan
parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi
komplikasi berupa perdarahan dan infeksi.

c. Mammografi dan ultrasonografi


Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun
impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik
ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk
mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012),
FNAB yang dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas
tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan linear
19
scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai
dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah
dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai
ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti
FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG
hanya 62–78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan
keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biayanya mahal
dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara
dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk menderita Ca
Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi jaringan
kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat tumor, dan lainnya.
Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan
antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue
sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam
menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara
berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan
prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma payudara
adalah :
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone (PR)
2. HER2
3. Ki-67

G. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1. Penatalaksanaan Farmakologi
20
........................................... Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini m
antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes
(seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU),
siklofosfamid (Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat
diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta)
juga dapat dikombinasikan dengan trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2
positif. Banyak obat kemoterapi yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca
mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
....................................... Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang len
akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae
haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca
mammae sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen
biomolekuler atau biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain
mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan
keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik
termasuk end of life isssues.

21
a. Pembedahan
...........................................Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengoba
mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional
dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca mammae stadium I, II,
IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah
terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-


areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris
level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi
yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan
makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang
ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal.
Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan

22
menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
(Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
a. Tumor phyllodes besar
b. Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
c. Penyakit Paget tanpa massa tumor
d. DCIS

e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila
indikasi:
a. Mastektomi profilaktik
b. Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery),
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas
tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara,
dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan
adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor
secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca mammae stadium
awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara
BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada

23
BCT lebih tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca mammae
usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman
pada pasien Ca mammae stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan
radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
a. Ca mammae stadium I dan II.
b. Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang lebih
dari 1 kwadran dari payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan
radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang
memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam
(Kemenkes, 2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.
Indikasi :
a. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
b. Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor
hormonal positif.
24
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan
dalam konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari
lembaga yang berwenang. (Kemenkes, 2017)

h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca mammae.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan
pada Ca mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara
kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis
yang masih kontroversi.
Indikasi:
a. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
b. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
a. Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO
>3)
b. Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
c. Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap
biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan
dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ), Methotrexate 50 mg / m2
IV, hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8.

25
1. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
2. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
1. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
2. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
4. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)

b. Terapi hormonal

26
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan
tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan
hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik
dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah
menopause dan Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.
(Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang
Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama
satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana Ca
mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus Ca
mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS
meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena Ca
mammae dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae
stadium dini yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70 tahun
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen
+Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017).

27
PATHWAYS

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mendesak Mendesak sel Mendesak


Mensuplai jaringan sekitar syaraf pembuluh
nutrisi ke
darah
jaringan ca Menekan jaringan Interupsi sel syaraf
per
pada mamae
Hipermetabolis
nyeri Aliran darah
ke jaringan Peningkatan terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain
Mamae hipoksia
membengkak Ukuran mamae
abnormal
BB turun
Massa tumor
Nutrisi kurang mendesak ke Mamae
Kecemasan Bakteri
dari kebutuhan jaringan luar asimetrik
patogen
tubuh
Gangguan Resiko
Infiltrasi body image
pleura Perfusi jaringan infeksi
parietal terganggu
ulkus

Ekspansi paru
Gangguan
menurun
integritas jaringan
BAB III
Gangguan ASUHAN KEPERAWATAN
pola nafas

1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis
kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae dibandingkan
dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan
(wanita yang belum menikah memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal
MRS, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.
28
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik : Ca Mamae
2. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama makin
mengeras
b. Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
c. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada
sehingga mendapatkan terapi penyinaran
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
c. Imunisasi
Imunisasi lengkap
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
e. Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko
3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang mengalami ca
adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya menderita
ca mamae

29
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak
perlu untuk dibawa ke dokter
2. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
3. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
4. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri
pada payudara

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan
alat, 4: mandiri
5. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
6. Pola Kognitif & Perceptual

30
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan
haknya sebagai wanita
8. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang
puas
9. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
10. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
11. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan
ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas

IV. Pemeriksaan Fisik


Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
1. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak
adekuat
3. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
4. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping hidung
yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke paru
5. Mulut
31
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah terjadi
perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat dan kurang
bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
6. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
7. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk), dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang
8. Mamae
a. Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna merah, dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar
getah bening diketiak
9. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada pembesaran
b. Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
c. Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
d. Auskultasi
Tympani
10. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
11. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
12. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

V. Pemeriksaan penunjang

a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)

32
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya
massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa
dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista dan
pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena proses
penyakit

3. Intervensi

DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA HASIL
(NIC)
(NOC)

Nyeri akut Setelah Setelah dilakukan 1. Lakukan


berhubungan dilakukan tindakan keperawatan pengkajian nyeri
dengan adanya tindakan selama lebih dari 1 jam komprehensif yang

33
infiltrasi tumor selama lebih klien dapat mengatasi meliputi lokasi,
dari 1 jam, nyerinya ditandai karakteristik,
nyeri pasien dengan : onset/durasi,
bisa 1. Dapat mengenali frekuensi, kualitas,
berkurang kapan nyeri terjadi intensitas atau
2. Klien dapat beratnya nyeri dan
menggunakan faktor pencetus
tindakan 2. Berikan informasi
pengurangan nyeri mengenai nyeri
tanpa analgesic 3. Ajarkan prinsip-
3. Klien melaporkan prinsip manajemen
perubahan terhadap nyeri
gejala nyeri pada 4. Kurangi atau
professional eliminasi faktor-
kesehatan faktor yang dapat
4. Klien mengenali apa mencetuskan nyeri
yang terkait dengan dan meningkatkan
gejala nyeri nyeri
5. Klien melaporkan 5. Gali bersama
nyeri yang terkontrol pasien faktor-faktor
yang dapat
menurunkan dan
memperberat nyeri
6. Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasi
kan tindakan
penurun nyeri non
farmakologi, sesuai

34
kebutuhan
Cemas Setelah Kriteria hasil : 1. Gunakan pendekatan
berhubungan dilakukan yang menenangkan dan
1. Klien mampu
dengan krisis intervensi meyakinkan
mengidentifikasi
situasi ditandai keperawatan 2. Jelaskan semua
dan
dengan selama 1x45 prosedur termasuk
mengungkapkan
peningkatan menit sensasi yang dirasakan
gejala cemas.
ketegangan, diharapkan yang mungkin akan
2. Mengidentifikasi,
gemetar dan gelisah cemas dialami
mengungkapkan,
berkurang. 3. Berikan informasi
dan menunjukkan
factual terkait
teknik mengontrol
diagnosis, perawatan
cemas.
dan prognosi
3. Vital sign dalam
4. Berada disisi klien
batas normal.
untuk meningkatkan
4. Postur tubuh,
rasa aman dan
ekspresi wajah,
mengurangi ketakutan
bahasa tubuh dan
5. Dengarkan klien
tingkat aktivitas
6. Kontrol stimulus
menunjukkan
untuk kebutuhan klien
berkurangnya
yang tepat
kecemasan
Ketidak Setelah Status nutrisi Manajemen nutrisi
seimbangan nutrisi dilakukan Setelah dilakukan 1. Tentukan status
kurang dari tindakan tindakan keperawatan gizi pasien dan
kebutuhan tubuh keperawatan 31-45 menit status kemampuannya
berhubungan selama 31- nutrisi klien normal memenuhi
dengan 45 menit, ditandai dengan : kebutuhan gizi
ketidakmampuan maka klien 1. Tidak ada masalah 2. Tentukan jumlah
mengabsorbsi memiliki pada asupan gizi, kalori dan jenis
nutrient ke jaringan berat badan makanan dan cairan nutrisi yang
yang ideal 2. Tidak adanya dibutuhkan untuk
sesuai tinggi kekurangan energy memenuhi

35
badan 3. Normalnya rasio antara persyaratan gizi
berat badan dan tinggi 3. Monitor kalori dan
badan asupan makanan
4. 4. Monitor
5. Nafsu makan kecenderungan
Setelah dilakukan terjadinya
tindakan keperawatan penurunan dan
31-45 menit nafsu kenaikan berat
makan klien meningkat badan
ditandai dengan : Peningkatan berat
1. Adanya keinginan badan
untuk makan
1. Monitor mual
2. Meningkatnya intake
muntah
makanan, nutrisi dan
2. Dukung
cairan
peningkatan asupan
3. Tidak terganggunya
kalori
rangsangan untuk
3. Instruksikan cara
makan
meningkatkan
Fungsi
asupan kalori
gastrointestinal
4. Kenali apakah
Setelah dilakukan
penurunan berat
tindakan keperawatan
badan yang dialami
31-45 menit fungsi
pasien merupakan
gastrointestinal kembali
tanda penyakit
normal ditandai
terminal
dengan :
5. Instruksikan pasien
1. Tidak terganggunya
dan keluarga
nafsu makan
mengenai target
2. Tidak adanya nyeri
yang realistis
abdomen
terkait penyakit dan
3. Tidak adanya refluks
peningkatan berat
lambung dan
badannnya
peningkatan
36
peristaltic
4. Klien tidak
mengalami mual
muntah
5. Tidak adanya
penurunan berat
badan
Gangguan citra Setelah Citra Tubuh Peningkatan Citra
tubuh berhubungan dilakukan 1. Gambaran internal Tubuh
perubahan pada intervensi diri 1. Gunakan bimbingan
bentuk tubuh keperawatan 2. Kepuasaan dengan antisipatif menyiapkan
karena proses selama 1x45 penampilan tubuh pasien terkait dengan
penyakit menit 3. Kepuasaan dengan perubahan-perubahan
diharapkan fungsi tubuh citra tubuh
gangguan 4. Penyesuaian terhadap 2. Bantu pasien untuk
citra tubuh perubahan tampilan mendiskusikan
dapat fisik perubahan-perubahan
berkurang. 5. Penyesuaian terhadap disebabkan adanya
perubahan fungsi tubuh penyakit atau
pembedahan
3. Monitor frekuensi
dari pernyataan
mengkritisi diri
4. Bantu pasien
mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
meningkatkan
penampilan
5. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan dukungan

37
emosi klien
7. Anjurkan keluarga
klien untuk selalu
mendampingi klien

4. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi Tanda
tangan
1 Nyeri berhubungan S : Pasien mengatakan nyerinya DEAR
dengan adanya sudah berkurang
penekanan massa tumor O : Nyeri hilang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2 Cemas berhubungan S : Pasien mengatakan sudah DEAR
dengan krisis situasi tidak cemas
ditandai dengan O : Pasien nampak tenang
peningkatan ketegangan, A : Masalah teratasi
gemetar dan gelisah P : Lanjutkan Intervensi

38
3. Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan nafsu DEAR
nutrisi kurang dari makannya sudah bertambah
kebutuhan tubuh O : Berat badan pasien naik
berhubungan dengan A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

4 Gangguan citra tubuh S : Pasien mengatakan sudah DEAR


berhubungan dengan mulai menerima dengan
mastektomi keadaannya dan sudah mulai
percaya diri
O : Pasien nampak berinteraksi
aktif dengan lingkungannya
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M. Wagner. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier
Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan
& Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.
39

Anda mungkin juga menyukai