Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

TERAPI INHALASI & NEBULIZER


Dosen Pengampu : Ns. Abdullah Azam Mustajab,M.Kep

Disusun oleh:
1. Dina Febriyana (2020270008)
2. Dyana Ikke Damayanti (2020270012)
3. Eka Prihati (2020270027)
4. Firman Syahji Hermawan (2020270020)
5. Ida Nurul Faoziyah (2020270002)
6. Indah Wahyu Ningrum (2020270019)
7. Kholishotul Husna (2020270028)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
2021

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr. wb

1
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atasr ahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum laboratorium personal hygiene tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya
yang kita nantikan kelak.
Penulisan laporan praktikum laboratorium berjudul “LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM INHALASI & NEBULIZER ” dapat di selesaikan karena bantuan
banyak pihak. Kami berharap laporan praktikum laboratorium ini dapat menjadi referensi
untuk laporan yang kami buat. Selainitu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan
sudut pandang baru setelah membaca laporan ini.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Kami menerima
segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan laporan praktikum ini. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada laporan praktikum ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga laporan praktikum laboratorium
personal hygiene ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr. wb

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ 2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang............................................................................................................. 4
b. Tujuan......................................................................................................................... 4
Bab II ANATOMI FISIOLOGI
a. Definisi......................................................................................................................5
b. Struktur yang membentuk system respirasi........................................................... 5
c. Anatomi sistem pernafasan.......................................................................................... 5
d. Fisiologi system pernafasan......................................................................................... 6
e. Saluran pernafasan secara fungsional.......................................................................... 6
f. Rongga hidung............................................................................................................. 6
g. Faring ........................................................................................................................... 7
h. Laring........................................................................................................................... 7
i. Trachea......................................................................................................................... 7
j. Bronkus............................................................................................................. 8
k. Bronkiolus.......................................................................................................... 8
l. Paru-paru........................................................................................................... 8
m. Alveolus ............................................................................................................ 8
n. Ototpernafasan.................................................................................................... 9
o. Difragma...............................................................................................................9
p. Pleura ................................................................................................................. 9
q. Vaskularisasi........................................................................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN
a. Konsep dasar............................................................................................................... 10
b. Asuhan keperawatan.................................................................................................... 11
c. Prosedur tindakan....................................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara member obat untuk di hirup agar dapat
langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi adalah
terapi dengan memanfaatkan uap hasil dari kerja mesin Nebulizer.
Uap air yang berasal dari campuran obat dan pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai
saluran pernafasan, sehingga efektif untuk mengatasi masalah di daerah tersebut. Inhalasi
sering digunakan pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. Batuk / pilek karena alergi dan
asma adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi.

B. Tujuan
• Mengurangi sesak pada penderitaasma
• Mengajarkan dan mempermudah mobilitas sekret
• Mengurangi bronkospasme
• Merelaksasi jalan nafas
• Menurunkan edema mukosa

4
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

A. Definisi
Sistem yang membawa oksigen melalui jalan nafas kemudian ke alveoli, yang
kemudian akan mengalami difusi kedarah untuk di transportasikan. Adapun fungsi
pernafasan, yaitu :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan metabolisme.
2. Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai sisa dari metabolisme,
kemudian di bawa oleh darah keparu-paru untuk dibuang.
3. Melembabkan udara.
B. Struktur Yang MembentukSistemRespirasi
1. Struktur Utama
a. Saluran pernafasan atas
b. Saluran pernafasan bawah
c. Paru
2. Struktur pelengkap
a. Dinding dada
b. Kosta
c. Otot pernafasan
d. Diafragma
e. Pleura
C. AnatomiSistemPernafasan

Saluran Pernafasan Atas


1. Nasal Cavity
2. Pharynx
3. Larynx

Saluran Pernafasan Bawah


1. Trachea
2. Bronchus
3. Bronchiolus

Paru-paru
1. Paru-paru
2. Alveoli

5
D. FisiologiSistemPernafasan

E. SaluranPernafasanSecaraFungsional
1. Zona Konduksi
Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernafasan, serta
membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernafasan dengan suhu
tubuh. Proses pembentukan suara. Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, trakea,
bronkus, serta bronkiolus terminalis.
2. Zona Respiratorik
Terdiri dari bronkiolus respiratorius dan alveoli. Pertukaran gas antara udara dan
darah terjadi dalam alveoli. Sistem pernafasan memiliki system pertahanan tersendiri
dalam melawan setiap bahan yang asik yang dapat merusak.
F. Rongga Hidung
Rongga hidung dimulai dari vestibulum yakni pada begian anterior kebagian posterior
yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas dua bagian yakni,
secara longitudinal oleh septum hidung dan secara tranversal konka superior,
medialis, dan inferior.
Rongga hidung terdiri atas :
1. Vestibulum, yang di lapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
2. Rambut, di dalam rongga hidung yang berperan sebagai penapis udara.
3. Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena
strukturnya berlapis.
4. Selsilila yang berperan melemparkan benda asing keluar dalam usaha untuk
membersihkan jalan nafas.
 Fungsi rongga hidung dalam respirasi
- Fungsi preventif :
1. Bulu hidung sebagai penyaring debu.
2. Silia yang menyaring partikel benda asing, di tangkap di konka superior,
hanya udara berpartikel 4-6 mikron yang bias masuk kebawah.
- Fungsi lubrikasi :
Jalan nafas menjadi tidak kerong karena lubrikasi dari kelenjar submukosa dan sel
goblet.
- Fungsi pemanas dan pendingin udara :

6
Keran evaskularisasi di dalam rongga hidung, yang berfungsi sebagai konduksi
dari panas, dan adanya perputaran udara inspirasi dan ekspirasi.
G. Faring
Bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut. Terdiri dari Nasofaring
(bagian yang berbatasan dengan rongg ahidung), Orofaring (bagian yang berbatasan
dengan rongga mulut) dan Laringofaring (bagian yang berbatasan dengan laring)
bagian dimana pemisahan anatara makanan dan udara terjadi.

 Fungsi Faring
Permukaan Nasofaring ditutupi oleh
epitel kolumnar berlapis semu. Ini
adalah epitel yang sama yang di
temukan di rongga hidung dan
mekanisme sekres lendir yang sama
dari sel goblet di epitel untuk
menyaring, menghangatkan dan
melembabkan udara yang di
hirupterjadi di sini. Pada orofaring dan
lingofaring permukaannya dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis non-kreatin yang
diperukan karena terkena makanan yang bergerak melalui 1 orong.

H. Laring
Fungsi utamanya sebagai alat
suara, dalam saluran
pernafasan sebagai jalan
udara. The laryngeal skeleton
consists of nine cartilages,
three single (thyroid/adam’s
apple, cricoid, and epiglottis)
and three paired (arytenoid,
corniculate, and cuneiform),
connected by membranes and
ligaments. Dibawah tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan trakeostomi yang
bertujuan untuk mengurangi dead space dan mempermudah penghisapan sekresi.
 Fung silaring
- Lapisan mukosa bersilia laring bermanfaat untuk menghilangkan partikel asing
dan untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang di hirup.
- Pada saat makan, bagian belakang mendorong lidah yang bergabung kepuncak
laring, mendorong keatas, memaksa epiglottis untuk menutup iglotis, mencegah
makanan atau benda asing yang masuk.
I. Trachea
Cincin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk U), panjangnya 10-20 cm. Di
bentuk oleh 20 lapis kartilago yang berbentuk huruf C dan berakhir ketika bercabang
dua karina, bagian yang tidak berkartilago disebut Trakea membranosa, berada di
posterior. Pada ketinggian vertebra torakalis 4, trakea bercabang dua di kiri dan kanan

7
dan menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Di atas tempat masuknya bronkus utama,
kedua kartilago bertemu membentuk cincin sempurna, tidak hanya C, melainkan O.
J. Bronkus
Percabangan dari trakea sebelum masuk ke media tum disebut bifurkasi dan sudut
tajam yang di bentuk oleh percabangan ini di sebut karina. Karina membentuk sudut
20-30 derajat pada bronkusdlira dan 45-55 derajat pada bronkuskiri. Bronkus utama
kanan mempunyai 3 percabangan yakni superior, medialis, dan inferior. Bronkus
utama kiri mempunyai 2 percabangan yaitu bronkus lobaris superior dan inferior.
Bronkus segmental merupakan percabangan dari bronkus lobaris.
- Sifat anatomi bronkus :
1. Di bentuk dan di topang oleh cincin kartilago.
2. Di lapisi oleh epitel kolumna bersilia.
3. Megandungotot polos.
4. Mendapatvaskularisasidariaretribronkialis.
5. Berdiam lebih dari 2 mm.
6. Tidak ada alveoli di dindingnya.
7. Bronkus bukan merupakan pipa yang kaku, merupakan berupa saluran dari otot
dengan intervasi vagal yang dapat membuatnya berdilatasi dan berkontraksi
sebagai respon terhadap rangsangan neurohumoral dan kimia.
K. Bronkiolus
Saluran nafas yang tidak berkartilago, pada saat parukolaps, bronkus besar masih
tetap paten, sedangkan bronkus kecil, bronkiolus, dan alveolus ikutkolaps. Bronkiolus
paling ujung (distal) disebut terminalis, 3-5 bronkiolus terminalis, membentuk asinus.
Secarafungsional, bronkiolsdibagimenjadi 2 bagian :
1. Breonkiolus non respiratorius, dimanatidakterdapatpertukaran gas.
2. Bronkiolusrespiratorius, dimana terjadi pertukaran gas, Bersama dengan ductus
alveolaris dan sakusal veolaris
L. Paru-paru

Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan 10 segmen.


Paru kiri terdiri atas 2 lobus dan 8 segmen.

M. Alveolus
Alveolus di bentuk dan di batasi oleh
dinding alveolus yang di bentuk dua
macam sel, yaitu sel Alveolar tipe I atau
Pneumosit Tipe I. Merupakan sel
Pneumosit Squamosa, pertukara gas menembus dinding Pneumosit Tipe I sel Alveolar
Tipe II atau Pneumosit Tipe II di sebut juga Granular Pneumocyt, tugas
PneumositTipe II yaitu menghasilkan surfaktan. Teradapat lebih dari 300 juta
gelembung alveoli dengan diameter 0,3 mm. Struktur gelembung ini cenderung tidak
stabil. Adanya tengangan muka cairan yang melapisi alveoli menyebabkan gelembung
cenderung menjadi kolaps. Namun, berkat adanya surfaktan yang menurunkan

8
tegangan muka cairan di dinding alveoli menyebabkan gelembung tersebut tidak
mudah kolaps, tetapi mengembangkan dan stabil.
N. Otot-ototPernafasan
Terdiri atas otot skelet
Otot Inspirasi Utama :
1. Muskulus interkostalis interna
2. Muskulus interkatilaginnus parasternal
3. Otot diafragma
 OtotInspirasi :
1. Muskulus scalenus anterior
2. Muskulus scalenus medius
3. Muskulus scalenus posterior
Saat nafas biasa, ekspirasi tidak memerlukan kegiata notot, cukup daya elastisita
sparu. Diperlukan active breathing jika serangan asma, berbicara, menyanyi, batuk,
bersin, mengejan.
 Otot Ekspirasi Tambahan :
1. Muskulus interkostalis interna
2. Muskulus interkartilaginus parasternal
3. Muskulus rektur abdominis
4. Muskulus oblikus abdominis eksternus
O. Diafragma
Suatu septum berupa jaringan muskuloten dineus yang memisahkan rongga toraks
dengan rongga abdomen. Dasar dari rongga toraks, diaphragm amerupakan otot yang
paling utama untuk bernafas, merupakan lembaran-lembaran otot tipis yang bersinergi
atau melekat pada iga terbawah dan dipersyara finervusfrekniks yang berasal dari
segmen 3, 4 dan 5.

P. Pleura
Pleura di bentuk oleh jaringan yang
berasal dari mesodermal, di bedakan
menjadi dua yaitu :
1. Pleura Viseralis yang melapisi
paru-paru.
2. Pleura Parietalis yang melapisi
dinding hemitoraks.
Diantara pleura terdapat rongga
pleura. Pada keadaan normal berisi
cairan pleura dalam jumlah sedikit
(0,1 -0,2 ml/KgBB), yang berfungsi
untuk memisahkan kedua pleura
supaya tidak lengket.
Q. Vaskularisasi
Sistem pembuluh darah terdiri atas 2 bagian : Arteri Pulmonalis yang keluar dari
Ventrikel kanan, berfungsi dalam system respirasi, arteri Bronkialis, berperan dalam
menyediakan bahan makanan yang dibutuhkan paru-paru.

9
BAB III
Pembahasan

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Suatu tindakan atau terapi untuk pembersihan atau pemeliharaan sistem pernafasan.
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubahobat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus-menerus. Cara kerja terapi penguapan adalah obat-obatan tersebut
dilarutkan dalam bentuk cairan yang di isikan ke nebulizer. Nebulizer mengubah
partikel menjadi uap yang di hirup sehingga langsung menuju paru-paru. Mampu
menghancurkan dahak/sputum.
2. Prinsip-prinsiptindakan
Nebulizer merupakan tindakan keperawatan dengan prinsip bersih karena bukanlah
tindakan invasif. Prinsip-prinsip pelaksanaan nebulizer, seperti menyiapkana lat-alat
dan bahan, klien diposisikan fowler/duduk. Suara nafas, denyut nadi, status respirasi,
dan saturasi oksigen diukur sebelum dan sesudah tindakan. Ajarkan klien cara
menghirup yang benar dan cara batuk efektif.
3. Indikasi
- Pasien dengan bronkus pasmeakut
- Pasien dengan produksi sekret yang berlebihan
- Pasien batuk disertai dengan sesak nafas
- Bronco pneumonia
- Bronchitis
- Emfisema
- Asam bronchial
- Rhinitis dan sinusitis
- Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
- Selaput lender mengering
- Iritasi kerongkongan, radang selaput lender saluran pernafasan bagian atas
4. Obat-obatan untuk nebulizer
- Pulmicort : kombinasi anti radang denganobat yang melonggarkan saluran napas
- Bisolvoncair : mengencerkan dahak
- Atroven : melonggarka nsalura nnapas
- Berotex : melonggarkan saluran napas
- Inflamid : untuk anti radang
- Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas
- Meptin : melonggarkan saluran napas
5. Alat dan Bahan
- Mesin nebulizer dengan perlengkapannya
- Obat yang diberikan
- Stetoscope
- NaCI
- Selangoksigen
- Handscoon

10
- Bengkok
- Tissue

B. Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur Nebulizer Untuk Mengatasi Bersihan


Jalan Nafas Tidak Efektif pada pasien (PPOK)

1. Pengkajian
 PPOK adalah :
a) Biodata
Data biografi :
Nama : Tn.Rudi
Alamat : Serang
Umur : 42
Pekerjaan : Pegawaiswasta
Tanggal masuk rumah sakit : 6 November 2020
Catatan kedatangan : Sesaknapas

b) Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama : Pasien denga nPenyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) di dapatkan
keluhan berupa sekresi berlebih, sesak nafas,bunyi mengi.
2) Riwayat kesehatan sekarang : dadanya terasa sesak dan terasa sulit untuk bernafas.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : batuk atau produksi sputum selama beberapa hari ± 3
bulan dalam 1 tahun dan paling sedikit 2 tahun berturut – turut. Adanya riwayat merokok.
4) Riwayat kesehatan keluarga : mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita
riwayat penyakit yang sama.

c). Pemeriksaan Fisik


pada dada dan paru, yaitu :
1) Inspeksi : pada kliendengan PPOK terlihatadanyausaha dan frekuensipernafasan, serta
penggunaan otot bantu nafas (sterno kledomas toid). Pada saat inspeksi, biasany adapat
terlihat klien mempunyai bentuk dada barrel chest akibat udara yang terperangkap,
penipisan massa otot, bernafasdengan bibir yang dirapatkan, dan pernafasan yang
abnormal yang tidak efektif. Pada tahap lanjut, dispneu terjadi saat beraktivitas.
Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai dengan demam
mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernafasan.
2) Palpasi : pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun
3) Perkusi : pada perkusi, didapatkan suara hipersonor sedangkan diafragma
mendadar /menurun
4) Auskultasi : sering di dapatkan adanya bunyi nafas ronkhi kering, sesuai dengan
tingkat keparahan obstruksi pada bronkiolus akibat produksi sputum berlebih.

C. ProsedurTindakan
1. Lakukan persiapan sesuai dengan indikasi tindakan
2. Menjelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Menyiapkan lingkungan yang aman dan bersih untuk klien
4. Memberi posisi yang nyaman pada klien, atur posisi fowler

11
5. Mengontrol flow meter dan humidifier
6. Mencuci tangan
7. Memakai handscoon bersih
8. Memasukkan obat kewadahnya (bagian dari alat nebulizer)
9. Menghubungkan nebulizer dengan listrik
10. Menyalakan mesin nebulizer (tekanpower on) dan mengecekout flow apakah timbul
uap atau embun
11. Menghubungkan alat kemulut atau menutupi hidung dan mulut (posisi) yang tepat
12. Menganjurkan agar klien melakukan nafas dalam, tahans ebentar, lalue kspirasi
13. Setelah selesai, mengecek keadaan umum klien, tanda-tanda vital, dan melakukan
auskultasi paru secara berkala selama prosedur
14. Menganjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif untuk
mengeluarkan secret.
15. Melepas handscoon dan buang ketempat yang sudah di tentukan
16. Merapikan klien dan membereskan alat-alat
17. Mencuci tangan

12
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Terapi nebulizer merupakan salah satu terapi inhalisasi. Terapi inhalisasi adalah
system pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol melalui saluran pernafasan dengan cara
menghirup obat dengan bantuan alat tertentu. Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk
merubah obat dari bentuk cair kebentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat
bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Cara kerja nebulizer adalah
penguapan.
Tujuan pemberian nebulizer untuk mengurangi sesak (rasa tertekan di dada),
mengencerkan dahak (peningkatan produksi secret) dan dapat mengurangi / menghilangkan
bronkospasma. Keuntungan nebulizer adalah medikasi dapat diberikan langsung pada
tempat / sasaran aksinya seperti paru sehingga dosis yang diberikan rendah. Dosis yang
rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik. Pengiriman obat
melalui nebulizer keparu sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya
seperti subkutan, oral. Obat-obatan yang dapat diberikan dengan terapi nebulizer yaitu beta
agonis, anti kolinergik, kortikosteroid, dan anti biotik.
Protokol pemakaian nebulizer yang terpenting adalah oksigen diperlukan untuk sarana
pengiriman gas, flow rate harus 8 liter per menit, pengecet yang digunakan adalahNacl 4ml-
10ml, dan lama pemberian 5-10 menit, jangan lebih dari 10 menit. Efek sampping dari terapi
nebulizer yaitu, mual, muntah, tremor, takikardil, dan bronkospasme.

13
Dafar Pustaka
Maccari J, Teixeira C, Gazzana M, Savi A, Dexheimer-Neto F, Knorst M. Inhalation therapy
in mechanical ventilation. JornalBrasileiro de Pneumologia. 2015;41(5):467-472.
Ari A, Fink J, Dhand R. Inhalation Therapy in Patients Receiving Mechanical Ventilation:
An Update. Journal of Aerosol Medicine and Pulmonary Drug Delivery. 2012;25(6):319-332.
Mangku G, Senapathi TGA. TerapiCairan. IlmuAnestesia dan Reanimasi. Indeks Jakarta.
2017: 243-56.
Astuti, W. (2019). Penerapanterapiinhalasi nebulizer untukmengatasibersihanjalannapas pada
pasienbrokopneumonia. Journal keperawatan, 5, 7–13.
Aryani, R. (2019). (2019). Konsepdasarpemberian nebulizer
untukmengatasibersihanjalannapastidakefektif pada anakbronkopneumonia. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

14

Anda mungkin juga menyukai