Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

DISTRES SPIRITUAL
Disusun oleh :
Eka Prihati (2020270027)
Kholishotul Husna (2020270028)
Naily Jazillatun Nikmah (2020270029 )
 
Definisi
● Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kehidupan,
keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual, yang
merubuan akibat dari masalah - masalah fisik atau psikososial yang dialami (Dochterman, 2004:
120).
● Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan (PPNI,
2016).
● Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan terintegrasi serta melebihi sifat alamiah biologis dan psikologis seseorang. (Kim, et al., 1995)
Jadi dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.

.
Etiologi
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
• Pengkajian Fisik --> Abuse
• Pengkajian Psikologis -->  Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,
dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
• Pengkajian Sosial Budaya -->  dukungan sosial dalam memahami keyakinan
klien (Spencer, 1998).
Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu
proses interaksi meliputi usia, gender,pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya,
keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan social.
Factor Presipitasi
• Kejadian Stresfull
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang yg dapat terjadi karena kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekat karena kematian.
• Ketegangan Hidup
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan
peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas
Klasifikasi

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak. Stress akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda
bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulus saraf
simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian
ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah
amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang.
Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku
dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan,
kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi, depresi, nyeri dan
lama gagguan
Manifestasi Klinis

Selalu menanyakan kebenaran Merasa tidak nyaman Ketidakmampuan melakukan


dari keyakinan yang dianutnya terhadap keyakinan agama kegiatan keagamaan yang biasa
yang dianutnya dilakukannya secara rutin

Perasaan ragu terhadap Menyatakan perasaan Merasakan kekosongan jiwa


agama/keyakinan yang tidak ingin hidup berkaitan dengan keyakinan atau
dimilikinya agamanya
Rentang Respon

Harapan yang realistis Tabah dan sabar Pandai mengambil


hikmah
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tindakan Psikoterapeutik Keperawatan untuk Pasien

● Bina hubungan saling percaya dengan pasien.


● Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
● Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang
diyakininya.
● Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritualdalam
kehidupan.
● Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agamayang dianut
oleh pasien.
● Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
● Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
● Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.
Lanjutan…
Terapi aktifitas
Psikofarmako
● Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.
● Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
● Mengukur vital sign secara periodik.
Manipulasi Lingkungan
● Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
● Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
● Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok
Pohon Masalah

Harga diri rendah efeknya

Distres Spiritual masalah utama

Koping individu
Tidak efektif couse
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spiritual History Tool
(Puchalskis, 1999) :
● F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara
menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara
dalam pemberian makna hidup?
● I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya
terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan
saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
● C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah
komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok
tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
● A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu
dalam asuhan keperawatan saudara?
Analisa Data
Analisa data meliputi data subjektif dan objektif oleh klien untuk
menyusun diagnose keperwatan.
 

Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual
INTERFENSI
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan spiritual yang tidak mengganggu kesehatan
Klien dapat mengekspresikan pengguguran perassaan bersalah dan ansietas
Klien dapat mengekspresikan kepuasan dengan kondisi spiritual.

Intervensi :
Sp. 1-P :
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya
bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P :
Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
IMPLEMENTASI
1. tindakan SP pada pasien 2. tindakan SP pada keluarga

Sp 1
Sp 1
• Membina hubungan saling percaya dengan pasien • Membantu keluarga
• Mengkaji faktor penyebab distres spritual pada pasien mengidentifikasi masalah
• Membantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran terhadap agama yang dihadapi dalam
yang diyakini merawat pasien
• Membantu pasien mengembangkan kemampuan mengatasi perubahan
spiritual dalam kehidupan • Membantu keluarga untuk
Sp. 2 mengetahui proses
• Memfasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinannya terjadinya masalah
• Memfasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang
spiritual yang dihadapi
lain
dan perawatannya.
• Membantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan 
EVALUASI
Kemampuan Pasien : Kemampuan Keluarga : Kemampuan Perawat :
• Pasien mampu membina hubungan saling  Mengetahui proses • Mampu membina hubungan
percaya dengan perawat.Pasien terjadinya masalah saling percaya dengan pasien
mengungkapkan penyebab gangguan spiritual yang dihadapi dan keluarga.
spiritual. oleh pasien.
• Mampu membantu pasien dan
• Pasien mengungkapkan perasaan dan keluarga untuk mengungkapkan
 Mengetahui tentang
pikiran tentang spiritual yang diyakininya. cara merawat anggota perasaan dan pikiran tentang
• Pasien mampu mengembangkan skill keluarga yang gangguan spiritual.
untuk mengatasi masalah atau penyakit mengalami masalah
• Mampu membantu pasien dan
atau perubahan spiritual dalam kehidupan. spiritual.
keluarga mengembangkan skill
• Pasien aktif melakukan kegiatan spiritual untuk mengatasi masalah atau
 Melakukan rujukan
atau keagamaan. pada tokoh agama perubahan spiritual.
• Pasien ikut serta dalam kegiatan apabila diperlukan.
keagamaan.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
Ilustrasi Kasus

Ny. A usia 35 tahun menderita penyakit kanker serviks stadium akhir, pasien merasa tidak memiliki
tujuan hidup dan merasa tidak berdaya. Pasien tidak bisa menerima penyakit yang dideritanya dengan
pasrah, pasien sering menyendiri dan menolak berinteraksi dengan orang sekitar. Saat
dilakukan pengkajian oleh perawat, pasien mengaku bahwa dirinya tidak terima atas kehendak
Tuhan, pasien marah karena Tuhan memberikan penyakit seperti ini, saat ditanya kegiatan beribadah,
pasien mengaku jarang beribadah. Hasil TTV diperoleh : TD : 130/90 MmHg, Nadi : 80x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 360C.
1. Pengkajian

I. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
II. Faktor precipitasi
Keluhan utama : Ny A merasa cemas dan takut.
III. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu : 360C
Berat Badan : 50 kg
Tinggi badan : 153 cm
Lanjutan…..
IV. Status Psikososial

 Genogram
○ Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dalam keluarganya  Hubungan Sosial : Klien tidak
maupun dlm lingkungannya mengikuti organisasi disekitar
lingkungannya.
○ Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita gangguan jiwa
 Spiritual :
○ Klien tinggal dengan kedua orang tua. • Nilai dan keyakinan
 Konsep Diri a) Agama : klien beragama islam
• Gambaran diri Klien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya, tidak b) Bagaiman pandangan keluarga tentang
ada kecacatan pada anggota tubuhnya perubahan yang dialami klien : kedua
• Identitas diri Klien adalah seorang perempuan, pasien menerima orang tuanya tidak menyukai perubahan
klien.
dirinya sebagai seorang perempuan.
• Kegiatan ibadah
• Peran Dalam keluarga klien berstatus sebagai seorang anak.
Sebelum mengenal pasangan klien melakukan
• Ideal diri Klien mengharapkan bisa kembali melakukan ibadah ibadah secara rutin. Setelah klien mengenal
seperti sebelumnya. pasangan klien menjadi jarang melakukan
• Harga diri Klien tidak mau keluar kamar dikarenakan takut kepada ibadah dan klien sering melepas hijabnya.
orang tua nya dan merasa tidak ada yang menyayanginya. Masalah
keperawatan : harga diri rendah situasi
Lanjutan…
V. Status Mental

1. Penampilan : Penampilan klien cukup rapi, klien 7. Persepsi halusinasi : Halusinasi saat pengkajian
memakai pakaian dengan sesuai. tidak ditemukan.
2. Pembicaraan : Klien bicara dengan suara lambat, halus 8. Proses pikir : Klien mampu bercerita
tapi jelas, inisiatif untuk memulai pembicaraan kurang masalahnya denganbenar.
namun sudah sesuai dengan topik pembicaraan. 9. Tingkat Kesadaran : Kesadaran klien
3. Aktivitas Motorik : Tingkat motorik klien glisah karena composmentis, pasien menyadari bahwa dirinya
klien cemas dengan masalah yang dihadapinya. Masalah ada di Rumah, klien mengetauhi hari, klien
keperawatan : defisit aktivitas deversional. mengenal nama orang tuanya.
4. Alam Perasaan : klien mengatakan sedih dan bersalah 10. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien
ketika memikirkan perkataan orang tuanya. sangat berkonsentrasi saat selama dilakukannya
5. Afek : Klien mengalami kesepian karena merasa tidak ada wawancara.
yang menyanginya dan tidak mempedulikannya. Masalah 11. Kemampuan Penilaian : Klien mengalami
keperawatan : ansietas gangguan ringan pada kemampuan penilaian
6. Interaksi selama wawancara : Selama wawancara karena klien bisa mengambil keputusan untuk
respon klien mau menceritakan masalahnya kepada berubah kembali seperti dulu setelah
perawat, dan klien merasa nyaman saat bercerita serta berkonsultasi kepada perawat.
menyadari kesalahannya. 12. Daya titik diri : Klien tidak mengingkari bahwa
dirinya bersalah dan mengakuinya.
Lanjutan…

VI. Kebutuhan Perencanaan Pulang VI. Mekanisme Koping

● Nutrisi (Makan) : Klien mampu • Masalah psikososial dan lingkungan


menyiapkan makanan, membersihkan alat-
alat makan • Masalah dengan dukungan sosial, spesifiknya setelah
● BAK/ BAB : Klien mampu mengontrol klien mengenal pasangan terjadilah konflik dengan
untuk BAK/BAB ditempat wc.
orang tua karena pasangan klien tidak disetujui oleh
● Mandi : Klien secara mandiri dapat mandi
2x sehari. orang tua klien. Masalah keperawatan : sindroma strss
● Berpakaian : Klien dapat mengenakan relokasi
pakaian sendiri dengan rapi
● Istirahat tidur : Klien mengatakan sulit
untuk tidur, karena klien bersalah tentang
kelakuannya Maslah keperawatan :
gangguan pola tidur.
2. Analisa Data
Tgl/ Jam No dx Data focus Diagnose

25/05/2020 1 DO : Distress spiritual


12.00  Klien mengatakan bahwa dirinya cemas
 Klien mengatakan sulit tidur
 Klien mengatakan takut bertemu orang tuanya
 Klien mengatakan bahwa ia merasa tidak dicintai lagi
 Klien mengatakan merasa bersalah kepada orang tuanya
 Klien merasa tidak diterima dikeluarganya
DS :
 Klien terlihat menunjukkan ekspresi cemas
 Klien terlihat ketakutan
 Klien datang ke klinik sendirian
 Klien terlihat menangis.
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada Ny. A adalah Distres spiritual


4. Intervensi
Tgl/ Jam No dx Dx Kriteria Hasil Intervensi
25/05/2020 1 Distress spiritual Individu akan :  Observasi faktorfaktor penyebab
12.00  Melanjutkan pelaksanaan penunjang.
spiritual yang bukan merusak  Hilangkan atau kurangi faktor
kesehatan. penyebab dan penunjang, bila
 Mengekspresikan penurunan mungkin.
perasaan bersalah dan ansietas.  Pembatasan dimungkinkan oleh
 Mengekspresikan kepuasan rumah sakit atau lingkungan
dengan kondisi spiritual. keperawatan.
 Keterbatasan yang berhubungan
dengan proses penyakit atau aturan
tindakan.
 Pemisahan dari artikel kitab suci, atau
lingkungan spiritual bermakna.
 Rasa takut menentang atau rasa malu.
5. Implementasi dan Evaluasi
Tgl/ Jam Diagnose Implementasi Evaluasi
25/05/2020 Distress spiritual  Mengobservasi faktor-faktor penyebab penunjang. S : Klien mengatakan apa yang menjadi penyebab kecemasan
12.00  Mengurangi faktor penyebab dan penunjang, bila yang dialami.
mungkin. O :Ketika klien menceritakan masalahnya klien menangis. A :Klien
nampak sudah mampu menyadari kesalahan kemudian mau untuk
berubah.
P : Menganjurkan klien untuk menerapkan rencana kegiatan yang
telah di buat bersama.
26/05/2020    Pembatasan dimungkinkan oleh rumah sakit atau S : Klien mengatakan ingin berubah dan kembali seperti dahulu.
13.00 lingkungan keperawatan. O : Klien nampak bisa menerima kesalahannya.
 Keterbatasan yang berhubungan dengan proses A : Klien mampu untuk menjalankan ibadah seperti sebelumnya.
penyakit atau aturan tindakan. P : Memberi pengarahan lebih lanjut.

25/05/2020    Memisahan dari artikel kitab suci, atau lingkungan S : Klien mengatakan sudah menjalankan ibadah seperti dahulu
13.00 spiritual bermakna. dan rasa takut dan cemasnya hilang.
 Rasa takut menentang atau rasa malu. O : Klien menggunakan hijabnya kembali dan tampak lebih tenang
dan santai.
A : Klien mampu mepertahankan ibadahnya.
P : Menganjurkan klien untuk tetap beribadah dan lebih istiqomah.
Kesimpulan

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip- prinsip kehidupan,
keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkangangguan pada aktivitas spiritual, yang
merubuan akibat dari masalah -masalah fisik atau psikososial yang dialami. Kita sebagai perawat
meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk
membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain
obat yangdi berikan di rumah sakit.
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai