Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SPIRITUAL PADA Tn.S DENGAN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA


DI RUANG MARWAH RS PKU MUHAMADIYAH WONOSARI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Spiritual Profesi Ners

DisusunOleh:
Ismail Yunus
24.21.1565

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANSURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
A. PENGERTIAN
Spritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yag Maha Kuasa
dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah
sebagai pencipta atau sebagai maha kuasa, spiritual mengandung hubungan
manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrument (medium sholat,
puasa, zakat, haji do’a dan sebagainya (Hawari, 2008).
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung
pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaaan dan ide-ide
tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry,
2009).
Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan
diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha
Tinggi
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengambalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kbutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan tuhan

B. ETIOLOGI/FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Craven dkk (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
seseorang adalah
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat
negara berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang
Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama,
dan kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual
anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak
tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan,
diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan
lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh
pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik
dan budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama
termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan
apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap
saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang
menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat
menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien
dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk
sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang
berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat
individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan
sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat
menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat
berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan
setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko
terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai
cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama
yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat
dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ,
sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering
dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan
spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman
dengan kehidupan spiritualnya kurang menganggap penting kebutuhan
spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien
bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.

C. TANDA DAN GEJALA


Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya
diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami
masalah spiritual.
1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminya atau mengekspresikan
kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri mengatakan,
“Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui lebih awal
bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien meminta
perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahu pemuka
agama untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap keluhan
klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti
hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari
verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin
saja sedang menderita distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan
berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman.
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin
menunjukkan perubahan fungsi spiritual.
D. POHON MASALAH
Faktor Predisposisi Penyakit akut,
kronis, terminal

Harga diri Isolasi sosial


rendah

Perasaan bersalah, rasa Perubahan perilaku Verbalisasi distress


takut, deperesi

ansietas Ketidakefektifan koping keputusasaan

Distress spiritual
E. PASIEN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN SPIRITUAL
1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan tuhan, tidak ada yang menyertainya selain tuhan.
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan
kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya
dan ketenangan yang paling besar adaalah bersama tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada
saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah tuhan sangat penting
sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih
membutuhkan keberadaan tuhan (Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah yang lebih buruk. Akan
tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih baik, maka pasien
akanlebih membutuhkan dukungan spiritual

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan
yang menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien
akan merasa terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan.
Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien,
hubungan mengasihi dan saling memahami penting. Baik klien dan perawat
harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan bersama makna
penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup
klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat
member perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas
pemberi perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan
harapan untuk pemulihan (clark et al.1991). Perilaku pemberian perawatan
spesifik yang menunjukan kehadiran perawat meliputi member I perhatian,
menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan
dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan adanya rasa
kehadiran dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat
punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati
memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus
memberikan perawatan mulut dan bekerja bersama klien untuk dengan
lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat tidur ke kursi.
Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan
rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan
akan membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami
kehilangn control dan mencari seseorang untuk memberikan arahan dan
perawatan yang kompeten.
b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata
terbukti ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dank
lien:
1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.
2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang
penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau
spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan
harapan klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan
strategi yang dibutuhkan untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup.
Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat diajdikan
sebagai harapan.Klien yang menderita penyakit terminal mungkin berharap
data menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk menjalani hidup
setiap hari dengan penuh makna.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan
perawat harus tetap menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual
klien. Penting bagi klien untuk mampu mengekspresikan dan menelaah
keyakinannya. Perawat yang menghargai kepercayaan klien dan mengenali
pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap penyembuhannya akan
dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991). Ketika
penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian
bagi klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap
kesejahteraan klien. Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat
dapat memulai dari apa yang ingin klien ketahui dan kemudian memberikan
informasi terbaik untuk menghilangkan ketidakpastian klien. Klien mungkin
juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk mempertahankan
persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
c. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al
(1991) mengetahui bahwa sistem pendukung member I mereka rasa
sejahtera terbesar selama perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung
berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungakan klien, perawat
dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan
pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi perawatan
klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh
klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien
dan jaringan pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal
yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung sering
memberi sumber penyembuhan. Sitem pendukung member sumber
kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman
mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan
keagamaan yang dianut klien.
d. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang
memungkinkan individu untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha
Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi kesempatan individu untuk
memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang maha kuasa
dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan
untuk membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi
dalam berdoa secara pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok
berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok rohaniawan. Berdoa telah
ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk
mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan seorang
merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.
e. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan
keperawatan. Makanan juga komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti
halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar persiapan dan
penyajian makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas
seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet. Beberapa sekte
adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala mahluk
hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan
tidak menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada
hari-hari khusus beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol
adalah larangan dalam agama islam. Sebagai tradisi larangan Kristen,
seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet. Kelompok lainya, seperti
evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau. Sebagai
penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang mengandung
daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari
institusi perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau
rumah perawatan tidak dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih,
keluarga dizinkan untuk membawa makanan yang sesuai dengan semua
pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien
f. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan
adalah suatu sumber koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi
seorang lansia. Perawat yang bertugas dilingkungan perawatan akut dan
perawatan jangka panjang ,menjadi aktif dalam perawatan spiritual klien,
mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan,
pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti
penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan
dokter dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan
tradisional,atau medikasi herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke
kapel atau musolah rumah sakit atau menghadiri suatu layanan mungkin
penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan keluarganya,pengarahan
tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi pada fasilitas
medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen.
Perawat merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk
memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau
kunjungan spiritual.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu sebaiknya
dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika klien
menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat
menjelaskan bahwa keyakinan spritual seseorang juga merupakan bagian
penting untuk memelihara kesehatan.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif.
Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawtan menurut Craven
(1996) pada dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum adalah
sebagai berikut.
Pertama, Afiliasi agama :
a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif
atau tidak aktif .
b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama

Kedua, keyakinan agama tau spritual mempengaruhi :


a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau
upacara agama.
b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan
c) Strategi koping

Ketiga, nilai agama atau spritual mempengauhi


a) Tujuan dan arti hidup
b) Tujuan dan arti kematian
c) Kesehatan dan pemeliharaannya
d) Hubungan dengan tuhan ,diri sendiri dan orang lain

1. Pengkajian data subjektif pedoman pengkajian spiritual


yang disusun oleh Stoll dalam Craven &Hirnle (1996) mencakup 4 area,
yaitu :
1) Konsep tentang tuhan atau ketuhanan
2) Sumber harapan dan kekuatan
3) Praktik agama dan ritual
4) Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan. Pertayaan
yang dapat diajukan perawat untuk memperoleh informasi tentang
pola fungsi spritual klien antara lain , sebagai berikut :
a) Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalm
kehidupan anda ?
b) Kepada siapa anda biasanya meminta bantuan ?
c) Apakah anda merasa kepercayaan ( agama ) membantu anda?
Jika ya ? jelaskan bagaimana dapat membantu anda ?
d) Apakah sakit ( atau kejadian penting lainnya yang pernah
anda alami) telah mengubah perasaan anda terhadap tuhan
atau praktik kepercayaan yang anda anut ?
Fish dan shelly dalam Creven dan Hirnle (1996) juga
menambahkan beberapa pertanyaan yang bermanfaat untuk mengkaji data
subjektif yaitu :
a) Mengapa anda berada di rumah sakit ?
b) Apakah kondisi yang anda alami telah mempengaruhi cara
anda memandang kehidupan?
c) Apakah penyakit yang anda telah mempengaruhi hubungan
anda dengan orang yang paling berarti dalam kehidupan anda
?
d) Apakah kondisi sakit, yang anda alami telah mempengaruhi
cara anda melihat diri sendiri ?
e) Apa yang paling anda butuhkan saat ini ?
Pertanyaan juga dapat diajukan untuk mengkaji kebutuhan spritual anak,
antara lain sebagai berikut
1) Bagaimana perasaanmu ketika dalam kesulitan ?
2) Kepada siapa engkau meminta perlindungan ketika sedang merasa
takut ( selain kepada orang tua ?
3) Apakah kegemaran yang dilakukan yang dilakukan ketika sedang
merasa bahagia /gembira ?ketika sedang bersedih ?
4) Engkau tahu siapakah tuhan itu ? seperti apakah tuhan itu ?

2. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif


dilakukan melalui melalui pengkajian klinis yang meliputi pengkajian afek
dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan interpesonal dan lingkungan
pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.
Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk mendapatkan data
objektif atau data klinis
a) Afek dan sikap
1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi,
apatis atau preokupasi ?
b) Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab
suci atau buku keagamaan ?
2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi
buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya , serta
bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan
kemarahannya terhadap agama ?
c) Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topik
keagamaan lainnya( walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka
agama ?
3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap
kematiaan , kepedulian terhadap arti kehidupan , konflik batin
tentang kenyakinan agama, kepedulian tentang hubungan
dengan penguasa, pertanyaan tentang arti keberadaannya di
dunia, arti penderitaan atau implikasi terhadap nilai
normal/etik?
d) Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien ?
2) Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ?
3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ?
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan
dengan tenaga keperawatan ?
e) Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan
sembahyang lainnya ?
2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
keagamaan ?

Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres spiritual


adalah sebagai berikut
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung
2. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercyaan
/agama.
4. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian
5. Klien yang akan dioperasi
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
7. Mengubah gaya hidup
8. Peokupasi tentang hubungan agama dengan kesehatan
9. Tidak dapat dikunjungi oleh pembuka agama
10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual
11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan
hukuman dari tuhan
12. Mengekspresikan kemarahannya rterhadap tuhan
13. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan
agama
14. Sedang mengadapi sakatul maut

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress Spiritual
a. Definisi
Gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, seni, music, literature, alam, dan atau kekuatan yang
lebih besar dari pada diri sendiri
b. Batasan Karakteristik
- Hubungan dengan diri sendiri
1) Marah
2) Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)
3) Mengungkapan kurangnya motivasi
4) Mengungkapakan kurang dapat memaafkan diri sendiri
5) Mengungkapkan kekurangan harapapan
6) Mengungkapkan kekurangan cinta
7) Mengungkapkan kurangnya maknanya hidup
8) Mengungkapkan kurangnya tujuan hidup
9) Mengungkapkan kurangnya ketenangan (misalnya
kedamain)
10) Merasa bersalah
11) Koping tidak efektif
- Hubungan dengan orang lain
1) Mengungkapkan rasa terasing
2) Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting
3) Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
4) Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dengan
sistem pendukung
- Hubungan dengan seni, musik, literature, alam
1) Tidak berminat pada alam
2) Tidak berminat membaca literature spiritual
3) Kertidakmampuan mengungkapkan kondisi krieatifitas
sebelumnya (misalnya menyanyi/mendengarkan
music/menulis)
- Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada
dirinya sendiri
1) Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih
besar dari dirinya
2) Mengungkapkan telah diabaikan
3) Mengungkapkan ketidakberdayaan
4) Mengungkapkan penderitaan
5) Ketidakmampuan berintrospeksi
6) Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
7) Ketidakmampuan berpartisipasi aktivitas keagamaan
8) Ketidakmampuan berdoa
9) Meminta menemui pemimpin keagamaan
10) Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual
c. Faktor yang berhubungan
1) Menjelang hajal
2) Ansietas
3) Sakit kronis
4) Kematian
5) Perubahan hidup
6) Kesepian
7) Nyeri
8) Keterasingan diri
9) Keterasingan sosial
10) Gangguan sosiolultural
2. Ansietas
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisifasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghapdapi ancaman.
b. Batasan karakteristik
- Perilaku
1) Penurunan produktivitas
2) Gerakan yang irelevan
3) Gelisah
4) Melihat sepintas
5) Insomnia
6) Kontak mata yang buruk
7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup
8) Agitasi
9) Mengintai
10) Tampak waspada
- Afektif
1) Gelisah
2) Kesedihan yang mendalam
3) Distress
4) Ketakutan
5) Perasaan tidak adekuat
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Peningkatan kewaspadaan iritabilitas
8) Gugup
9) Senang berlebihan
10) Rasa nyari yang meningkatkan ketidakberdayaan
11) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
12) Bingung
13) Menyesal
14) Ragu atau tidak peracaya diri
15) Khawatir
- Fisiologis
1) Wajah tegang
2) Tremor tangan
3) Peningkatan keringat
4) Peningkatan ketegangan
5) Gemetar
6) Tremor
7) Suara bergetar
- Simpatik
1) Anoreksia
2) Eksitasi kardiovaskular
3) Diare
4) Mulut kering
5) Wajah merah
6) Jantung berdebar-debar
7) Peningkatan tekanan darah
8) Peningkatan denyut nadi
9) Peningkatan refleks
10) Peningkatkan frekuensi pernapasan
11) Pupil melebar
12) Kesulitan bernafas
13) Vasokontriksi superficial
14) Kedutan pada otot
15) Lemah
- Parasimpatik
1) Nyeri abdomen
2) Penurunan tekanan darah
3) Penurunan denyut nadi
4) Diare
5) Vertigo
6) Letih
7) Mual
8) Gangguan tidur
9) Kesemutan pada ekstremitas
10) Sering berkemih
11) Anyang-anyangan
12) Dorongan sering berkemih
- Kognitif
1) Menyadari gejala fisiologis
2) Bloking pikiran
3) Konfusi
4) Penurunan lapang persepsi
5) Kesulitan berkonsentrasi
6) Penurunan kemampuan untuk belajar
7) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
8) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
9) Lupa
10) Gangguan perhatian
11) Khawatir
12) Melamun
13) Cenderung menyalahkan orang lain
c. Faktor yang berhubungan
- Perubahan dalam
1) Status ekonomi
2) Lingkungan
3) Status kesehatan
4) Pola interaksi
5) Fungsi peran
6) Status peran
- Pemajanan toksin
- Terkait keluarga
- Heriditer
- Infeksi atau kontaminan interpersonal
- Krisis maturasi
- Krisis situasional
- Stress
- Penyalahgunaan zat
- Ancaman kematian
- Ancaman pada:
1) Status ekonomi
2) Lingkungan
3) Status kesehatan
4) Pola interaksi
5) Fungsi peran
6) Status peran
7) Konsep diri
8) Konflik yang tidak disadari mengenal tujuan penting hidup
9) Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang
esensial/penting
10) Kebutuhan yang tidak dipenuhi
3. Ketidakefektifan Koping
a. Definisi
Ketidakmampuan untuk membentuk penilian valid tentang
stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan
atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang
tersedia
b. Batasan Karakteristik
1) Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
2) Penurunan penggunaan dukungan sosial
3) Perilaku destruktif terhadap orang lain
4) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri
5) Kesulitan mengorganisasi informasi
6) Letih
7) Angka penyakit yang tinggi
8) Ketidakmampuan memerhatikan informasi
9) Keidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
10) Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
11) Pemecahan masalah yang tidak adkuat
12) Kurangnya perilaku yang berfocus pada pencapaian tujuan
13) Kurangnya resolusi masalah konsentrasi buruk
mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
14) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
15) Pengambilan risiko
16) Gangguan tidur
17) Penyalahgunaan zat
18) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaftif
c. Factor yang berhubungan
1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2) Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan
3) Perbedaan gender dalam strategi koping
4) Derajat ancaman yang tinggi
5) Ketidakmampuan untuk mengubah energy yang adaftif
6) Tingkat percaya diri yang tidak adkuat dalam kemampuan
mengatasi masalah.
7) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
8) Ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap stressor
9) Sumber yang tersedia tidak adekuat
10) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh
karakteristik hubungan
11) Krisis maturasi
12) Krisis situasi
13) Ragu
4. Keputusasaan
a. Definisi
Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang
hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan
pribadi dan tidak mampu memobilisasi energy demi kepentingan
sendiri.
b. Batasan Karakteristik
1) Menutup mata
2) Penurunan afek
3) Penurunan selera makan
4) Penurunan respon terhadap stimulus
5) Penurunan verbalisasi
6) Kurang inisiatif
7) Kurang keterlibatan dalam asuhan
8) Pasif
9) Mengangkat bahu sebagai respons terhadap yang mengajak
bicara
10) Gangguan pola tidur
11) Meninggalkan orang yang mengajak bicara
12) Isyarat verbal (misalnya isi putus asa “saya tidak dapat”
menghela nafas)
c. Faktor yang berhubungan
1) Diasingkan
2) Penurunan kondisi fisiologis
3) Stress jangka panjang
4) Kehilanagan kepercayaan pada kekuatan spirirtual
5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
6) Pembatasan aktivitas jangka panjang
7) Isolasi sosial

I. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tindakan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Distres Spiritual Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya 1.
keperawatan selama 3x24 indicator langsung mengetahui
jam diharapkan pasien status spiritual bagaimana
menunjukkan kesehatan pasien status spiritual
spiritual dengan kriteria pasien
hasil : 2. Komunikasikan 2.
1. Mengungkapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi status
tentang keyakinan, arti dengan ahli gizi gizinya
hidup dan kedamaian 3. Buat peubahan 3.
diri yang diperlukan mendapatkan
2. Memahami bahwa segera untuk kebutuhan
penyakit adalah sesuatu membantu nutrisinya depat
tantangan terhadap memenuhi cepat
system keyakinan kebutuhan pasien
3. Memahami bahwa 4. Jaga privasi dan 4.
terapi bertentangan beri waktu kepada kesalahpahama
dengan system pasien untuk n antara pasien
kepercayaan mengamati praktik dengan tim
4. Menunjukkan teknik keagamaan medis sehingga
koping untuk dapat
menghadapi distress bekerjasama
spiritual dengan baik
5. Mengungkapkan 5.
penerimaan terhadap 5. Terbuka terhadap percaya dengan
keterbatasan ikatan ungkapan pasien tim medis
budaya atau keagamaan tentang kesepian
6. Mendiskusikan praktik dan 6.
dan keluhan spiritual ketidakberdayaan merasakan
7. Pasien menjelang ajal 6. Ungkapkan empati bahwa tim
akan : terhadap perasaan medis juga
a. Mengungkapkan klien dapat
penerimaan atau merasakan apa
kesiapan yang dirasakan
menghadapi oleh pasien
kematian 7.
b. Berbahagia dengan merasa
hubungan 7. Beri jaminan kesepian
sebelumnya kepada pasien
c. Mengungkapkan bahwa perawat
kasih sayang selalu ada untuk
terhadap orang mendukung pasien
terdekat saat pasien 8.
merasakan spiritual pasien
penderitaan terpenuhi
8. Anjurkan
kunjungan 9.
pelayanan tetap
keagamaan mempelajari
9. Beri artikel agamanya
keagamaan yang
diinginkan
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda 1. Agar mengetahui
keperawatan selama 3x24 tanda vital dan kondisi pasien
jam diharapkan ansietas ansietas
berkurang dengan kriteria
hasil : 2. Instrusikan pasien 2. Agar pasien
1. Klien mampu tentang merasa lebih
mengidentifikasikan penggunaan nyaman dan
dan mengungkapkan teknik relaksasi tenang
gejala cemas 3. Berikan obat 3. Agar ansietas
2. Mengidentifikasi, untuk mengurangi dapat berkurang
mengungkapkan dan ansietas
menunjukkan teknik 4. Gunakan 4. Agar pasien
untuk mengontrol pendekatan yang tidak merasa
cemas tenang dan terganggu dan
3. Vital sign dalam batas meyakinkan bisa percaya
normal dengan tim
4. Postur tubuh, ekspresi medis
wajah, bahasa tubuh 5. Nyatakan dengan 5. Agar pasien
dan tingkat aktivitas jelas tentang tidak salah
menunjukkan harapan terhadap paham dengan
berkurangnya ansietas perilaku pasien penjelasan yang
diberikan
6. Bantu pasien 6. Agar pasien
untuk dapat
mengidentifikasik mengetahui
an situasi yang tentang ansietas
mencetutaskan
ansietas
7. Dorong pasien 7. Agar pasien
untuk dapat lebih
mengungkapkan terbuka tentang
secara verbal penyakitnya
pikiran dan
perasaan untuk
mengekteralisasik
an ansietas
8. Dampingi pasien 8. Agar pasien
untuk tidak merasa
meningkatkan takut
keamanan dan
mengurangi rasa
takut
9. Dorong keluarga 9. Agar pasien
untuk menemasi tidak merasa
klien kesepian
10. Sarankan terapi 10. Agar dapat
alternative untuk membantu
mengurangi pasien dalam
ansietas yang mengurangi
dapat diterima penyakitnya
pasien 11. Agar pasien
11. Jelaskan prosedur mengerti dan
dan semua yang paham akan
dirasakan selama prosedur yang
prosedur diberikan
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Menginformasika 1. Agar tidak
Koping keperawatan selama 3x24 n pasien terpaku dengan
jam diharapkan pasien alternative atau satu penanganan
menunjukkan koping yang solusi lain saja
efektif dengan kriteria hasil penanganan
: 2. Memfasilitasi 2. Agar pasien
1. Mengidentifikasikan pasien untuk tidak merasa
pola koping yang membuat terkekang
efektif keputusan
2. Mengungkapkan secara 3. Bantu pasien 3. Agar pasien
verbal tentang koping mengidentifikasik paham dengan
yang efektif an keuntungan, kelebihan dan
3. Mengatakan penurunan kerugian dari kekurangan atas
stress keadaan keadaannya
4. Klien mengatakan telah 4. Bantu pasien 4. Agar pasien
menerima tentang untuk identifikasi lebih mengerti
keadaannya bermacam macam dengan nilai-
5. Mampu nilai kehidupan nilai kehidupan
mengidentifikasikan 5. Bantu pasien 5. Agar pasien
strategi tentang koping identifikasi dapat
strategi positif memahami
untuk mengatur lebih jelas
pola nilai yang tentang pola
dimiliki nilai
6. Anjurkan pasien 6. Agar pasien
untuk dapat
mengidentifikasi mengidentifikas
gambaran i secara nyata
perubahan peran dan objektif
yang realistis
7. Gunakan 7. Agar pasien juga
pendekatan merasa tenang
tenang dan dan yakin
meyakinkan dengan apa
yang akan
disampaikan

8. Hindari 8. Agar pasien


pengambilan tidak salah
keputusan pada langkah
saat pasien berada dalam
dalam stress berat mengambil
keputusan
9. Berikan informasi 9. Agar
aktual yang informasi
terkait dengan yang
diagnosis terapi diberikan
dan prognosis jelas dan
dapat
dipercaya
10. Bantu penyaluran
kemarahan dan 10. Agar pasien
rasa bermusuhan dapat
secara konstruktif berinteraksi
dan
mendapatkan
masukan
yang
membangun
1.
4 Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau afek dan 1.Untuk
keperawatan selama 3x24 kemampuan mengetahui
jam diharapkan membuat bahwa
keputusasaan pasien keputusan keputusan yang
berkurang dengan kriteria diambil oleh
hasil : pasien itu benar
1. Menunjukkan semangat adanya
untuk hidup 2. Ajari pengenalan 2. Agar pasien
2. Segera menampilkan terhadap realita dpaat menilai
perilaku yang dapat dengan meninjau secara nyata dan
menurunkan perasaan situasi dan tidak semu
keputusasaan membuat rencana
3. Percaya pada diri yang mungkin
sendiri dan orang lain 3. Dukung 3. Agar pasien
partisipasi aktif mendapatkan
dalam aktivitas dorongan
kelompok untuk sosial dari
memberikan lingkungan
kesempatan terdekatnya
terhadap
dukungan social
dan penyelesaian
masalah
4. Gali bersama 4. Agar pasien
pasien factor yang juga
berkontribusi mendapatkan
terhadap perasaan kesempatan
keputusasaan untuk
mengapresias
ikan
keadaannya
saat ini
5. Beri penguatan 5. Agar pasien
positif terhadap dapat
perilaku yang berpikir
menunjukkan dengan jelas,
inisiatif, seperti jernih dan
kontak mata, tenang dan
membuka diri, tidak
penurunan jumlah dikuasai oleh
waktu tidur, hal-hal yang
perawatan diri, negatif
peningkatan nafsu
makan

Daftar Pustaka
Craven, R.F., Hirnle, (2012) Fundamentals Of Nursing. Fifth Edition,
Philadelphia Lippincot Williams & Wilkins.

Hawari, Dadand. (2008). Do’a dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis.
Jakarta: Penerbit FKUI

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :


EGC
Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan JIwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda nic noc.
Yogyakarta : Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai