Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Di Ruang Edelweis Rumah Sakit Daerah Dr. Soebandi Jember


Periode 05 – 10 April 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase

Keperawatan Medikal Bedah

OLEH:

MUCHAMMAD FERRI HISWANDOKO, S.Kep

NIM. 2001031048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Ca Mammae

A. Anatomi dan Fisiologi Mammae


1. Anatomi Payudara
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin.
Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen
pada perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat
kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.

a. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara
terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut
melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung
pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada
jumlah glandular aktual.
1) Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap
lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
sinus lakteferus (ampula).
2) Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh
ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori.
4) Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar
sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
a. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal,
yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan
berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari
payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju
vena kava superior.
b. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting,
dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan
demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe
aksilar (Sloane, 2004).
2. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur
menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya
berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada
kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon
prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh
sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)

B. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan
dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul
dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe
dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma , 2015).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang
dari sel- sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus
yaitu kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar
susu yaitu saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker
payudara tumbuh dan berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di
dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah (Putra, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara
yang tidak normal. Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat
dan tidak terkendali serta dapat tumbuh lebih lanjut menyebar ke bagian
tubuh lainnya.
2. Etiologi
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan
kanker payudara terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang
dapat diubah dan faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut
sebagai berikut :
a. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
1) Obesitas
Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan
lemak dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan
sumber utama estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih
banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan
risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam
insulin darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth
factors (IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat
meningkatkan risiko kanker payudara.
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat
mempengaruhi organ – organ tubuh. Menurut penelitian WHO
menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560 oranng
di seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat
kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat
pemicu kanker).
4) Stres
Stress dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres
pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya
tahan tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan
pembakaran asap tembakau. Zat karsinogen dapat memicu
tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes, 2015).
b. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
1) Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada
dua gen yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium
yaitu gen BRCA1 (Brest Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2
(Brest Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid).
Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara, jika
pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen BRCA
dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen BRCA1
dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat,
BRCA1 berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko
kanker payudara sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko
kanker payudara.
2) Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker
payudara, tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara.
Hal ini disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormon
estrogen dan progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel
kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak,
bukan kelenjar seperti perempuan.
3) Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker
payudara. Presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu,
dari usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%,
usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia
50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69
tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%.
Jadi, Semakin tua usia seseorang kemungkinan terjadinya kanker
payudara semakin tinggi karena kerusakan genetik (mutasi)
semakin meningkat dan kemampuan untuk beregenerasi sel
menurun.
4) Riwayat kehamilan.
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko
kanker payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada
usia remaja bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel
payudara yang imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang
abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami kematuran sel
pada payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.
5) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum
umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi
terkena kanker payudara. Risiko yang sama juga dimiliki
perempuan yang menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah
wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak
terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat
hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
6) Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari
satu tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara.
Selama menyusui, sel payudara menjadi lebih matang (matur).
Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal ini
akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh
sehingga menurunkan risiko kanker payudara.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Daniel & Jane, (2005) Fase awal kanker payudara yaitu
tanpa ada tanda dan gejala (asimtomatik), sebagian terbesar
bermanifestasi sebagai :
a. Fase mamae yang tidak nyeri.
b. Sering kali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan
di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras,
batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada
stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks).
c. Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan
bertambah besar secara jelas
Menurut Suyatno & Pasaribu (2010) menyebutkan beberapa tanda
dan gejala kanker payudara di antaranya yaitu:
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.
b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus
menerus) atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge).
c. Ada perubahan kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit
jeruk (peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok
(ulkus).
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit).
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh.
f. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara
4. Komplikasi
Menurut Nurarif & Kusuma ( 2015 ) komplikasi kanker payudara adalah :
a. Gangguan Neurovaskuler
b. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang
panjang.
c. Fraktur patologi
d. Fibrosis payudara
e. Kematian
5. Klasifikasi
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga
yaitu kanker payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker
payudara paget’s disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra,
2015)
a. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara
alveolus, kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara).
Jenis kanker ini biasanya disebut dengan kanker carsinoma insitu,
dimana kanker payudara belum menyebar ke bagian luar jaringan
kantong susu.
b. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak
dan jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar
keluar dari kantong susu dan menyerang jaringan disekitarnya,
bahkan menyebabkan metastase seperti ke jaringan kelenjar limfe.
c. Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke
kulit areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah,
memerah, dan mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker
ini lebih baik jika tidak disertai dengan massa.
Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup:
National Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER),
2001 dan American Joint on Cancer, 1997 dalam Nurarif & Kusuma
adalah:
Tumor Primer (T)
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor ≤ 2 cm
T2 Tumor > 2 cm - ≤ 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Perluasan ke dinding dada, inflamasi
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional
N1 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah - pindah
N2 Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap
N3 Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
M0 Tidak ada metastasis jauh
Metastasis jauh (termasuk menyebar kelenjar supraklavikular
M1
ipsilateral)

% Bertahan
Pengelompokan Stadium Hidup 5
dalam Tahun
Stadium 0 Tis N0 M0 99%
Stadium I T1 N0 M0 92%
Stadium II A T0 N1 M0 82%
  T1 N1 M0  
  T2 N0 M0  
Stadium II B T2 N1 M0  
  T3 N0 M0  
Stadium III A T0 N2 M0 47%
  T1 N2 M0  
  T2 N2 M0  
  T3 N1, N2 M0  
Stadium III B T4 N apa saja M0 44%
  T apa saja N3 M0  
Stadium IV T apa saja N apa saja M1 14%
Untuk uraian klasifikasi diatas, lebih jelasnya adala sebagai berikut:
a. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar
getah bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan
memeiliki harapan hidup 99% selama 5 tahun kedepan.
b. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor
dalam kelenjar getah bening region, tidak ada metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 92% selama 5 tahun kedepan.
c. Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah
lengan dapat berpindah- pindah, tidak mengalami metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 82% selama 5 tahun kedepan.
d. Stadium II B
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel
kanker ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di
bawah lengan dapat berpindah-pindah dan tidak mengalami
metastase jauh.
e. Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar
getah bening melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada
metastase jauh dan memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun
kedepan.
f. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan, juga terdapat luka bernanah di payudara atau
didiagnosis sebagai inflammatory breast cancer, menyebar ke
kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup 44% selama 5
tahun kedepan.
g. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver,
tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan
hidup 15% selama 5 tahun kedepan.
6. Penatalaksanaan Medis
Penangan pada pasien kanker payudara meliputi:
a. Mastektomi
Mastektomi adalah pmbedahan yang dilakukan untuk mengangkat
payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi
menjadi 7 yaitu:
a. Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae
internal. Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai
kelenjar mammae internal. Operasi ini jarang dilakukan.
b. Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas
kulit yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot
pektoralis mayor dan minor diangkat, vena aksila dipotong.
Dalam pembedahan kulit yang tipis ditinggalkan.
c. Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila
diangkat,vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
d. Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot
pektoralis tidak. Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi
atau dilakukan mastektomi radikal.
e. Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah
fasia, dan kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga
payudara.
f. Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi
diangkat, memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
g. Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui
insisi di bawah payudara. Semua kulit payudara, termasuk
puting dan areola serta tonjolan jaringankecil di bawah puting,
dibiarkan ditempatnya. Implan silikon disisipkan, baik pada saat
pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.
b. Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudaar
menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat
dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan
lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan
kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi (Putra, 2015).
d. Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya
memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan
kanker payudara (Putra, 2015).
e. Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas
dan resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan
osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia
dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan evektivitas untuk
menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.
Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi
ginjal (Nurarif, 2015).
7. Skrining
Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang
atau kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang
mungkin kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa
konfirmasi. Skrining juga ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara
dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif dengan demikian
menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup. Tindakan untuk
skrining antara lain sebagai berikut:
a. Pemeriksa payudara sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan
terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi
dengan langkah-langkah khusus
untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada payudara.
SADARI dilakukan setiap bulan sekitar 7-10 hari setelah mentruasi
(Putra, 2015).
b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
profesional dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri
biasanya dilakukan setiap setahun sekali. Pemeriksaan SADANIS
sangat penting untuk umur 40 tahun lebih saat risiko kanker
payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia 20-30an tahun di
anjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan ini disamping tenaga
kesehatan menguatkan SADARI (Martin dan Griffin, 2014).
c. Termografi (clinical infrared imaging)
Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan
mencatat perubahan suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal
inframerah digital digunakan dalam skrining kanker payudara,
menggunakan kamera termal inframerah untuk memotret area suhu
yang berbeda di sekitar payudara. Area payudara yang terkena kanker
biasanya memiliki suhu lebih tinggi yang akan terdeteksi melalui
prosedur termografi.
d. Mammografi
Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang
menggunakan sinar X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari
90% kanker payudara dapat terdeteksi dengan mammografi tetapi
hanya 20% sampai 50% lesi pada payudara hanya dapat terdeteksi
oleh mammografi. Mammografi lebih dini menemukan kanker yang
lebih kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan
lebih sedikit metastase ke nodus limfe (Martin dan Griffin, 2014).
Skrining mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia 40 tahun
dengan resiko standar dan untuk wanita yang berisiko tinggi dapat
dilakukan pada umur 25 tahun.

8. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut
Nurarif (2015) adalah:
a. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik dan evaluasi.
b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun
sebelum kanker dapat dipalpasi.
d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast
Cancer Susceptibility Gene).
e. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.
C. Patophysiological Pathway (WOC)

D.
Faktor predisposisi dan Mendesak sel saraf Interupsi sel saraf
resiko tinggi hiperplasi
E. pada sel mammae
Nyeri
Nyeri

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai ntrisi ke Mendesak pembuluh darah


jaringan Ca

Menekan
F. jaringan pada Aliran darah terhambat
mammae
Hipermetabolisme ke
jaringan
Hipoxsia
Peningkatan konsistensi
G. mammae
Pe hipermetabolisme
jaringan BB turun Nekrosis jaringan

Bakteri patogen
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Resiko infeksi

Mammae
H. menbengkak Ukuran mammae
abnormal

Massa tumor mendesak


I. kelenjar luar
Mammae asimetrik Defisiensi pengetahuan
Ansietas
Gangguan citrah tubuh

Perfusi jaringan terganggu Infiltrasi pleura perietele

Ulkus Ekspansi paru menurun

Kerusakan integritas Ketidakefektifan pola


kulit/jaringan napas
C. Pengkajian Fokus
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis : Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba ,
oleh wanita itu sendiri. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit ,
tidak enak atau tegang didaerah sekitar payudara.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran
pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan,
hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat
menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh
pada kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.
e. Pemeriksaan Fisik
Umumnya pemeriksaan fisik pada kepala pasien dengan Ca
mammae adalah sebagai berikut:
1) Kepala: normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
2) Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban
3) Mata: tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva
agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
4) Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak
ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.
5) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.
6) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan
8) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau
tanda-tanda radang.
9) Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
10) Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.
f. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang
terasa pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap
itu hanya benjolan biasa.
2) Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien
juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung
MSG.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan
mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan
konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan
latihan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motoric
6) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami
gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi
social.
9) Reproduksi dan Seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan
pada tingkat kepuasan.
10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,
denial dan keputus asaan.
11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima
kondisinya dengan lapang dada.

2. TEST DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut
Nurarif (2015) adalah:
a. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik dan evaluasi.
b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun
sebelum kanker dapat dipalpasi.
d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast
Cancer Susceptibility Gene).
e. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.
D. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Ca Mamae adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut b.d adanya penekanan massa tumor
2. Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik (tekanan jaringan
mammae)
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernapasan, deformitas
dinding dada
4. Resiko infeksi b.d luka operasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrient ke jaringan
6. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, progbosis, serta pengobatan
penyakitnya b.d kurangnya informasi
7. Ansietas b.d perubahan gambaran tubuh
8. Ganguan citra tubuh b.d perubahan pada bentuk tubuh karena prosess
penyakit (mammae asimetris)
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuanpada dan Kriteria padaHasil Intervensi keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1. Ganguan integritas kulit/ Setelah dilakukanyaitu tindakan Perawatan Integritas Kulit
jaringan berhubungan keperawatanselama 3x24 jam Observasi
dengan faktor mekanis makadiharapkan gangguan integritas  Monitor karakteristik luka Terapeutik
(penekanan kulit), kulit/ jaringan meningkat.  Lepaskan balutan dan plester
dibuktikan dengan Kriteria hasil : secara perlahan
kerusakan jaringan dan atau  Perfusi jaringan membaik  Bersihkan dengan cairan naCl atau
lapisan kulit  Kemerahan menurun pembersih nontoksik
 Jaringan nekrosis menurun  Bersihkan jaringan nekrotik
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Jadwalkan perubahan yaituposisi
setiap waktu2 jam
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antibiotik

2. Gangguan mobilitaspada fisik Setelah dilakukanaitu tindakan Dukungan Mobilisasi


berhubungan denganoada keperawatanyaitu 3x24 jam Observasi
penurunan padakekuatan otot, makadiharapkan gangguan  identifikasi adanya nyeri atau
di buktikan dengan kekuatan mobilitas fisik meningkat keluhan fisik lainya
otot menurun Kriteria hasil :  identifikasi toleransi fisik melakukan
 Pergerakan pergerakan
ekstremitas meningkat  monitor kondisi umum selama
 Kekuatan otot meningkat melakukan mobilisasi
 Gerakan terbatas menurun Terapeutik
 Kelemahan fisik menurun  fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (pagar tempat tidur)
 libatkan keluarga dalam melakukan
pergerakan jika perlu
Edukasi
 jelaskan tujuan mobilisasi
 anjurkan melakukan mobilisasi
dini
 anjurkan mobilisasi yang sederhana
(memiringkan badan ke kiri danjuga
ke kanan)

Dukungan Ambulasi
Observasi
 identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
 identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
 monitoe kondisi umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik
 fasilitasi melakukan mobilisasi
fisik
 libatkan keluargayaitu untukdalam
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi

 jelaskan tujuan dari prosedur ambulasi

3. Defisit perawatan pada diri Setelah dilakukanyaitu tindakan Dukungan perawatan diri BAB/BAK
berhubungan jugadengan keperawatandalam 3x24 jam Observasi
kelemahan, di buktikan dengan makadiharapkan defisit perawatan  Identifikasi adanya keyakinan tidak
cedera medula spinalis diri meningkat rasional
Kriteria hasil : Terapeutik
 Kemampuan  Fasilitasi mengidentifikasi reflek
mandi meningkat perasaan yang destruktif
 Minat melakukan  Fasilitasi mengidentifikasi dampak
perawatan diri meningkat situasi pada hubungan keluarga
 Mempertahankan  Fasilitasi dukungan spiritual
kebersihan diri meningkat
 Mempertahankan Dukungan Perawatan Diri Mandi
kebersihan mulut meningkat Observasi
 identifikasi usia dan budaya dalam
membantu kebersihan klien
 monitor kebersihan tubuh
 monitor integritas kulit terapeutik
 sediakan peralatan mandi
 sediakanyaitu lingkungan yangsangat
aman dan juganyaman
 fasilitasi menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
 fasilitasi mandi sesuai kebutuhan
Edukasi
 jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi terhadap kesehatan ajarkan
kepada keluarga cara memandikan
pasien

4. Nyeri Kronis berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


dengan penekanan sel saraf yaitutindakan Observasi
dibuktikan dengan tidak keperawatanwaktu 3x24 jam  Identifikasi lokasi, karakteristik,
mampu menuntaskan tidak makadiharapkan kontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
mampu menuntaskan aktivitas meningkat intensitas nyeri
Kriteria Hasil :  Identifikasi skala nyeri
 melaporkan nyeri  Identifikasi respon non verbal
terkontrol meningkat  Identifikasi faktor yang
 dukungan orang memperkuat dan memperingan
terdekat meningkat nyeri
 kemampuan  Identifikasi pengaruh nyeri
menggunakan teknik nin- terhadap kualitas hidup
farmakologi meningkat Terapeutik
 keluhan nyeri menurun  Berikan tekik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kotrol lingkungan yang
memperberat rasa nyei
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkanyaitu jenis dan
jugasumber nyeri didalam pemilihan
strategi dalammeredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan tanda penyebab, periode,
jugadan pemicu padanyeri
 Jelaskan pada strategi meredakan
pada nyeri
 Ajarkan teknik nin farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik

Terapi Relaksasi
Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat
energi,ketidakmampuan
berkonsentrasi,danjuga atau gejalayg
lain yang dapatmengganggu
kemampuanyg kognitif
 Identifikasi teknik relaksasiyang
pernah efektif digunakan
 Identifikasipada Kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
 Periksa ketegangan otot
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan
jugatanpa gangguan
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan teknikrelaksasi yaitusebagai
strategi danpenunjang dengan
caraanalgetik atau tindakanoleh medis
lain
Eduksai
 Jelaskan tujuan, danjugamanfaat,
batasan, danjuga jenis relaksasi yang
sudahtersedia
 Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
 Anjurkan untukrileks dan
untukmerasakan sensasi padarelaksasi
 Anjurkan untuksering mengulangi
ataujuga melatihuntuk teknik yang
sudahdipilih

5. Resiko infeksi berhubungan dengan kanker Setelah dilakukanyaitu tindakan Pencegahan Infeksi
dibuktikan dengan kerusakanpada integritas keperawatanyaitu 3x24 jam Observasi
kulit dandiharapkan tingkat infeksi  Monitoryaitu tanda dan
menurun gejaladari infeksi lokal
Kriteria hasil : dan sistemik
 Kemerahan menurun Terapeutik
 Nyeri menurun  Berikan perawatan kulit
 Cairan berbau busuk menurun pada area edema
 Gangguan kognitif menurun  Pertahankan teknik
 Kadar sel darah putih aseptik pada pasien
membaik beresiko tinggi
 Kultur darah membaik Edukasi
 Kultur area luka membaik  Jelaskan tandajuga dan
gejalapada infeksi
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
F. Daftar Pustaka

American Cancer Society. (2019). Breast Cancer Facts & Figures 2018
-2019.

Nurarif & Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Jakarta:Medication.

Noorhidayah. (2015). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Penyakit Kanker Payudara Pada Pasien Yang Dirawat di Ruang
Kemotrapi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Journal Citra Keperawatan Volume 3 Nomor 1, (45-56)

Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker


Payudara.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infoda
tin/infodatinkanker. pdf.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Prodi Ners
Unmuh
Jember

Anda mungkin juga menyukai