Anda di halaman 1dari 12

PRA PLANNING

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KURANG ENERGI PROTEIN PADA ANAK DI POLI ANAK
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Departemen Anak

Disusun Oleh Kelompok 3:


Nada Azhar Prandini, S. Kep. (1901031002)
Happy Firmansyah, S. Kep. (1901031022)
Dwi Rizki Novitasari, S. Kep. (1901031024)
Nuril Hidayati, S. Kep. (1901031034)
Rafi Mahendra, S. Kep. (1901031051)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik/Materi : Pengenalan Kurang Energi Protein pada Anak

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Hari/Tgl : Rabu, 6 November 2019

Alokasi Waktu : 30 menit

Tempat : Ins. Rawat Jalan (Poli Anak )

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit, pasien dan
keluarga dapat mengenal kurang energi protein pada anak.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, peserta penyuluhan dapat:

1. Mengerti dan memahami pengertian kurang energi protein pada anak,


minimal 90% benar.
2. Mengerti dan memahami jenis- jenis kurang energi protein pada anak,
minimal 90% benar.
3. Mengerti dan memahami penyebab kurang energi protein pada anak,
minimal 90% benar.
4. Mengerti dan memahami pengukuran status gizi pada anak, minimal 90%
benar.
5. Mengerti dan memahami penatalaksanaan energi protein pada anak,
minimal 90% benar

A. Pokok Bahasan: Pengenalan Kurang Energi Protein pada Anak

B. Sub Pokok Bahasan:


1. Pengertian kurang energi protein pada anak.
2. Jenis- jenis kurang energi protein pada anak.
3. Penyebab kurang energi protein pada anak.
4. Pengukuran status gizi pada anak.
5. Penatalaksanaan energi protein pada anak.

C. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tahap
Kegiatan Media
Kegiatan Kegiatan Penyuluh
Peserta Penyuluhan
Pendidikan

Pendahuluan 1. Me Menjawab salam Leaflet


mberi salam,
(5 menit) memperkenalkan diri, dan Memperhatikan
membuka penyuluhan.
2. Men
jelaskan materi secara
umum. Memperhatikan
3. Men
jelaskan tentang TIU dan
TIK Memperhatikan
4. Me
mbagikan Leaflet

Menerima

Penyajian Menjelaskan: Mendengarkan Leaflet


dan bertanya
(15 menit) a. Pengertian kurang energi
protein pada anak.
b. Jenis- jenis kurang energi
protein pada anak.
c. Penyebab kurang energi
protein pada anak.
d. Pengukuran status gizi
pada anak.
e. Penatalaksanaan energi
protein pada anak.
Penutup a. Memberi Menjawab Leaflet
pertanyaan pada pada pertanyaan
(10 menit) pasien dan keluarga
tentang materi yang telah
dijelaskan.
b. Meminta
pasien mengulang kembali
materi yang telah diberikan Mengulang
c. Menutup
pertemuan dan memberi
salam.

Memperhatikan
dan menjawab
salam.
D. Media Penyuluhan
1. Leaflet

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah dan diskusi

F. Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan
1) Penyuluh
 Penyuluh menyiapkan diri untuk membawakan materi yang akan
disampaikan kepada peserta penyuluhan
 Penyuluh mampu menyiapkan satuan acara penyuluhan (SAP)
2) Media
Media yang digunakan berupa leaflet

b. Peserta
 Peserta bersedia mengikuti acara penyuluhan
 Peserta penyuluhan merupakan pasien dan atau keluarga pasien
c. Tempat
Tempat penyuluhan berada dalam suasana yang nyaman dan kondusif
untuk mendukung pelaksanaan penyuluhan.

2. Proses
a. Penyuluh membuat kontrak dengan peserta untuk lama waktu pelaksanaan
kegiatan penyuluhan.
b. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sejak awal hingga akhir kegiatan.
c. Penyuluh mampu menarik perhatian peserta terhadap materi yang
disampaikan.
d. Peserta diharapkan berperan aktif selama kegiatan penyuluhan.
e. Kegiatan penyuluhan berjalan secara sistematis.
3. Hasil
a. Penyuluh mampu memberikan materi penyuluhan yang telah dibuat
minimal 90% dari materi penyuluhan.
b. Peserta diharapkan mengerti mengenai materi penyuluhan minimal 90%
c. Saat penyuluh melakukan evaluasi kepada peserta diharapkan peserta
dapat memberikan umpan balik yang positif misalnya peserta dapat
menjawab pertanyaan penyuluh
d. Media dapat terdistribusi kepada peserta penyuluhan

G. Lampiran
1. Materi
2. Media yang digunakan (leaflet)

MATERI KEP (Kekurangan Energi Protein)

A. Definisi
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) <
-3 SD.Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya
busung lapar. (Novitasari, 2012)
KEP (Kekurangan Energi Protein) adalah suatu keadaan dimana rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kurangnya zat gizi makro (energi
dan protein) pada balita bias menyebabkan KEP. Ada tiga tipe KEP sebagai
berikut (Febri, B.A & Marendra Z, 2008) :
1. Tipe Kwashiokor
Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein. Gangguan gizi ini banyak
dijumpai pada anak usia 1-3 tahun. Orang tua biasanya tidak menyadari
bahwa anaknya sakit. Hal ini disebabkan kebutuhan energinya tercukupi
sehingga berat badan menjadi normal. Apalagi ditambah dengan adanya
oedem (sembab) pada badan anak karena kekurangan protein. Gejalanya :
a. Oedem pada kaki dan muka (moon face)
b. Rambut berwarna jagung dan jarang
c. Perubahan kejiwaan seperti apatis, wajah memelas, cengeng dan nafsu
makan kurang
d. Muncul kelainan kulit mulai dari bintik-bintik merah yang kemudian
berpadu menjadi bercak hitam
2. Tipe Marasmus
Marasmus terjadi akibat kekurangan energi. Gangguan gizi ini biasanya
terjadi pada anak usia tahun pertama yang tidak mendapat cukup ASI (Air
Susu Ibu). Gejalanya :
a. Berat badan sangat rendah
b. Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
c. Wajah anak seperti orang tua (old face)
d. Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh
e. Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)
f. Mudah terkena penyakit infeksi
g. Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak dibawah
kulit
h. Sering diare
i. Rambut tipis dan mudah rontok
3. Tipe Kwashiokor Marasmus
Penyakit ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup mengandung
energi dan protein untuk pertumbuhan normal.
B. Etiologi
Menurut Andriani M &Wijatmadi B. (2010) penyebab langsung dari KEP adalah
defisiensi kalori maupun protein yang berarti kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung kalori maupun protein. Penyebab langsung KEP dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi yang menyebabkan KEP antara lain cacar air, batuk rejang,
TBC, malaria, diare, dan cacing. Utilisasi zat gizi terhambat absorpsi nya
sehingga menurunkan daya tahan tubuh yang semakin lama dan tidak
diperhatikan akan menjadi dasar timbulnya KEP.
2. Konsumsi Makanan
KEP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan – 5 tahun dimana pada usia ini
tubuh memerlukan zat gizi yang sangat tinggi, sehingga apabila kebutuhan zat
gizi tidak terpenuhi maka tubuh akan menggunakan cadangan zat gizi yang
ada dalam tubuh, akibatnya semakin lama cadangan semakin habis dan akan
menyebabkan terjadinya kekurangan yang akan menimbulkan perubahan
gejala klinis.
3. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energy tiap anak berbeda, yang akan ditentukan oleh metabolism
basal tubuh, umur, aktivitas, fisik, suhu, lingkungan, serta kesehatannya.
Faktor yang dibutuhkan seseorang tergantung pada beberapa faktor :
a. Jenis kelamin
Pada umumnya pria membutuhkan energi lebih banyak dari pada wanita
b. Umur
Pada anak-anak energy yang dibutuhkan lebih banyak dari pada kelompok
umur lainnya karena pada umur ini tubuh memerlukan energy untuk
pertumbuhan badan
c. Aktivitas fisik
Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang, akan
memerlukan energy yang semakin banyak pula
d. Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis seseorang juga mempengaruhi kebutuhannya terhadap
energy, misalnya pada waktu hamil, menyusui atau setelah sakit.
C. Pengukuran Status Gizi
Menurut Novitasari (2013) gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa
pengukuran antara lain:
1. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak.Metode ini pada dasarnya didasari oleh
perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,rambut,atau mata.
Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada
balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda
(crazy pavement dermatosis).
2. Pengukuran antropometrik : pada metode ini dilakukan beberapa macam
pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar
lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam survei
gizi.Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui denganmengukur BB
atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk
indikator yang dapat merupakankombinasi dari ketiganya. Berdasarkan Berat
Badan menurut Umur diperoleh kategori :
a. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Tergolong gizi baikjika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang
badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :3
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang
Badan:
a. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.
e. Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus,
sedangkan balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal
D. Penatalaksanaan
Menurut Arnelia (2011) Tata laksana anak gizi buruk di Rumah Sakit atau PPG
sesuai pedoman WHO terdiri dari 10 langkah, yaitu:
1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
2. Mencegah dan mengatasi hipotermia
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
5. Mengobati infeksi
6. Memperbaiki defisiensi zat gizi mikro
7. Pemberian makanan awal
8. Meningkatkan pemberian makanan untuk tumbuh kejar
9. Stimulasi perkembangan emosional dan sensorik
10. Mempersiapkan tindak lanjut di rumah
Pemberian makanan pada anak gizi buruk dimulai dengan formula diet WHO,
yaitu formula 75 (F75) dan formula 100 (F100). Komposisi formula diet ini
terdiri dari susu, gula dan minyak, untuk F75 bisa ditambahkan tepung serealia.
F75 mengandung energi 75 kkal untuk tiap 100 ml larutan, sedangkan F100
mengandung energi 100 kkal untuk tiap 100 ml larutan. Jumlah formula diet
yang diberikan sehari disesuaikan dengan kondisi klinis anak (ada tidaknya
edema) dan BB anak. Selanjutnya diberikan makanan secara bertahap, yaitu
tinggi kalori dan tinggi protein. Kriteria anak untuk keluar dari RS sesuai
pedoman WHO antara lain adalah apabila telah tercapai BB/PB -1 SD. Kriteria
tersebut tampaknya cukup sulit dicapai dan dalam pedoman yang dikeluarkan
oleh Depkes pada tahun 2003, anak dikatakan sembuh apabila tidak ada gejala
klinis dan BB/PB ≥ -2 SD. Sementara kriteria pemulangan anak dari ruang rawat
inap di RS antara lain adalah apabila tidak ada gejala klinis gizi buruk dan
BB/PB ≥ -3 SD. Selanjutnya anak harus mendapatkan makanan tambahan
pemulihan sampai status gizi anak mencapai > -2 SD, yaitu kategori sembuh dari
gizi buruk.
Untuk memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit dan defisiensi vitamin,
WHO telah menetapkan komposisi Mineral Mix (MM) dan Vitamin Mix yang
selanjutnya dapat dibuat di masing-masing negara. Unsur mineral dalam MM
terdiri dari K, Mg, Zn, Cu, Na, I, sedangkan vitamin mix terdiri dari vitamin B1,
B2, B5, B6, B12, asam folat, niasin, A, D, E dan K. Untuk Indonesia, MM sesuai
spesifikasi WHO baru, tersedia secara luas sejak tahun 2009 berupa serbuk
dalam kemasan saset dari perusahaan farmasi nasional. Sebelumnya MM dalam
bentuk larutan baru dibuat secara terbatas di beberapa instalasi farmasi RS,
terutama untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat di RS bersangkutan
atau memenuhi permintaan beberapa institusi yang membutuhkan. Untuk vitamin
mix tampaknya tidak ada kendala karena secara komersial cukup banyak tersedia
vitamin mix di Indonesia yang sesuai dengan komposisi yang dianjurkan.
Pendekatan penanganan anak gizi buruk yang dibatasi hanya melalui rawat inap
di tempat perawatan disadari memiliki keterbatasan dan kelemahan, yaitu faktor
cakupan dan hasil/dampak. Pada tahun 2007 dalam pernyataan bersama dari
WHO, WFF, UN SCN dan UNICEF dikemukakan bahwa penanganan anak gizi
buruk, khususnya gizi buruk akut (severe acute malnutrition) dapat dilakukan
secara rawat jalan di masyarakat tanpa harus dirawat di RS atau PPG. Pernyataan
tersebut didasarkan pada publikasi penelitian penanganan gizi buruk rawat inap
di RS sesuai pedoman WHO dan beberapa penelitian gizi buruk rawat jalan di
masyarakat. Severe acute malnutrition (SAM) dengan mudah dapat
diidentifikasi, baik oleh petugas kesehatan maupun kader melalui pengukuran
LiLA. Setelah pengukuran LiLA, petugas kesehatan akan memutuskan apakah
penderita (dengan LiLA <11 cm) dapat ditangani rawat jalan atau dirawat di RS.
Sekitar 80 persen kasus SAM yang telah diidentifikasi dengan pengukuran LiLA
dapat ditangani di rumah. Pada tahun 2009 WHO mengubah ambang batas LiLA
dari 11 cm menjadi 11,5 cm untuk kategori SAM. Dengan perubahan nilai cut-
off LiLA, kasus SAM dapat ditemukan dan ditangani lebih dini. Prinsip
penanganan SAM adalah pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan melalui
kunjungan secara berkala ke pusat kesehatan dan pemberian makanan diet ready
to use therapeutic food (RUTF) untuk diberikan di rumah. RUTF diberikan
sampai dicapai kenaikan BB yang diharapkan.
E. Kebutuhan Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, krena paling erat hubungannya
dengan proses kehidupan. Semua hayar hidup sel berhubungan dengan protein.
Sumber protein :
Bahan makanan sumber protein Protein (g%)
hewani
daging 18,8
Hati 19,7
Babat 17,6
Jeroan 14,0
Daging kelinci 16,6
Ikan segar 17,0
Kerang 16,4
Udang segar 21,0
Ayam 18,2
Telur 12,8
Susu sapi 03,2

Sumber protein nabati Protein (g%)


Kacang kedelai kering 34,9
Kacang hijau 22,2
Kacang tanah 25,3
Beras 07,4
Jagung, panen lama 09,2
Terigu, tepung 08,9
Jampang 06,2
Kenari 15,0
Kelapa 03,4
Daun singkong 06,8
Singkong, tapioca 01,1

F. Fungsi Protein
Protein memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut (Andriani M &Wijatmadi B,
2010) :
1. Sebagai sumber energi
2. Sebagai zat pembangun yang berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh serta menggantikan sel-sel yang mati.
3. Sebagai badan-bdan inti protein berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh
melawan berbagai mikroba dan zat toksik yang datang dari luar dan masuk
kedalam milieu interieur tubuh
4. Sebagai zat pengatur protein berfungsi mengatur proses-proses metabolism
dalam bentuk enzim danbhormon.
5. Dalam bentuk kromosom protein berperan dalam menyimpan dan meneruskan
sifat-sifat keturunan dalam bentuk gen.
6. Protein berfungsi untuk membuat protein darah dan mempertahankan tekanan
osmose darah. Jika protein dalam cairan darah tidak cukup, maka tekanan
osmose darah menurun yang akan menyebabkan gangguan bagi tubuh,
misalnya penumpukan air didalam jaringan tubuh manusia
7. Menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Andriani M &Wijatmadi B, 2010. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Fajar


Interpratama Mandiri
Arnelia. 2011. Kajian Penanganan Anak Gizi Buruk dan Prospeknya (Management
Of Severe Malnutrition and It’s Prospect: A Review. PGM. Volume 34.
Nomor 1. Diakses pada Tanggal 3 November 2019.
Febri, B.A & Marendra Z, 2008. Buku Pintar Menu Balita. Tangerang : KAWAH
Media
Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita yang
Dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran. Unversitas
Diponegoro. Diakses pada Tanggal 3 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai