Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“GIZI BAGI BAYI”

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN MAGELANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TA. 2021/ 2022


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Gizi Bagi Bayi


Sasaran :
Tempat : Rumah Pak RT
Waktu : 30 menit
Penyuluh :

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, ibu diharapakan dapat mengetahui dan
memahami mengenai gizi bagi bayi
2. Tujuan Khusus
Setalah dilakukan penyuluhan peserta dapat mengetahui tentang
a. Pengertian gizi
b. Tujuan dan manfaat gizi bagi bayi
c. Cara memberikan gizi seimbang pada bayi

B. Materi Penyuluhan
Materi terlampir

C. Media
Pamflet

D. Kegiatan Penyuluhan

No. Tahapan Waktu Kegiatan Keterangan


1. Pembukaan 5 menit Pendahuluan : mendengarkan
a. Membuka kegiatan dan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang
akan diberikan

2. Inti 20 menit Menjelaskan tentang : Mendangarkan


a. Pengertian Gizi dan ceramah
b. Tujuan dan manfaat Gizi bagi
bayi
c. Cara memberikan gizi
seimbang untuk bayi

3. Evaluasi 5 menit a. Memberikan kesempatan pada Tanya jawab


ibu untuk bertanya
b. Menjawab pertanyaan
c. Menyimpulkan isi materi
d. Evaluasi
e. Mengucapkan terima kasih
atas peran peserta
f. Mengucapkan salam penutup

E. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.
Bentuk evaluasi
Pertanyaan lisan kepada klien :
1. Jelaskan apa itu gizi bagi bayi
2. Jelaskan apa saja gizi yang harus terpenuhi dan contohnya
Lampiran Materi

Gizi Bagi Bayi

A. Pengertian

Pertumbuhan adalah suatu yang dapat diukur dengan bertambahnya besar suatu
ukuran secara fisik akibat multiplikasi sel maupun akibat bertambahnya jumlah
intraseluler. Sedangkan perkembangan adalah merupakan bertambahnya fungsi yang
kompleks baik kemampuan maupun keterampilan. Pada bayi, yang merupakan status gizi
pada payi dapat dilihat dari pertumbuhna dan perkembangannya (Syari et al., 2015).
Status tersebut dapat dilihat melalui keadaan dimana dibandingkannya antara
berat badan bayi menurut umur dengan panjang badan bayi dengan rujukan standart.
Status gizi yang baik dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut.
Dan status gizi yang kurang atau berlebih tidak akan langsung muncul makna klinisnya,
berupa gangguan pertumbuhan yang akan terlihat secara bertahap sesuai dengan
bertambahnya usia sang bayi (Darmayanti & Armayanti, 2021).
Status bayi tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik meliputi genetik,hormon,dan kehidupsn intrauteri. Sedangkan ekstrinsi meliputi
asupan gizi,moriditas,pla makan, dan pengaruh lingkungan sang bayi (majestika, 2018).
Anak usia 1-3 tahun adalah merupakan konsumen pasif. Dimana anak-anak
tersebut tidak memilih dalam kegiatan makan. Mereka lebih menerima dengan apa yang
telah disediakan oleh ibunya. Dengan begitu, bayi pada saat ini dapat diperkenalkan
dengan segala jenis bahan makanan. Pada masa batita, adalah masa dimana laju
pertumbuhan relatif besar, dan memerlukan asupan makanan yang lebih dibandingkan
orang dewasa. Namun, dengan kapasitas lambung yang rendah. Makan pada masa ini
pola makan yang diberikan adalah makan dengan porsi kecil dan dengan frekuensi yang
sering (Septika Yani Veronica, Nila Qurniasih, Iis Tri Utami, 2019).

B. Tujuan dan manfaat


Anak usia 1-3 tahun adalah merupakan konsumen pasif. Dimana anak-anak tersebut tidak
memilih dalam kegiatan makan. Mereka lebih menerima dengan apa yang telah
disediakan oleh ibunya. Dengan begitu, bayi pada saat ini dapat diperkenalkan dengan
segala jenis bahan makanan. Pada masa batita, adalah masa dimana laju pertumbuhan
relatif besar, dan memerlukan asupan makanan yang lebih dibandingkan orang dewasa.
Namun, dengan kapasitas lambung yang rendah. Makan pada masa ini pola makan yang
diberikan adalah makan dengan porsi kecil dan dengan frekuensi yang sering
(Kristiyanasari, 2018).
Makanan sebagai sumber gizi, ada 6 jenis gizi yang terkaandung dalam makanan. Yaitu,
karbohidrat, lemak,protein,mineral, vitamin, dan air. Zat-zat ini juga diperlukan bayi
sebagai zat energi, zat pembangun,dan zat pengatur(Nisa, 2018).
 Zat Tenaga , Merupakan zat penghasil energi, yang dapat ditemukan dalam
karbohidrat,protein dan lemak. Berfungsi untuk melakukan aktivitas pertumbuhan
dan perkembangan yang kebutuhannya relatif lebih besar dari usia dewasa.
 Zat Pembangun, Merupakan zat yang terdapat pada protein. Dimana fungsi
untamanya adalah sebagai bgkan hanya zat pertumbuhan dan perkembangan,
namun juga termasuk zat yang membantu dalam menggantikan jaringan-jaringan
yang rusak dan mati.
 Zat Pengatur, Merupakan salah satu zat yang berfungsi untuk organ-organ dan
jaringan tubuh termasuk otak dalam melakukan kinerjanya sesuai dengan yang
diharapkan. Contohnya, Vitamin, air dan mineral.
C. Komponen Gizi Pada Bayi
1. Energi
Kebutuhan energy bayi pada usia ini adalah 2 – 4 kali lebih besar dibandingkan
energy yang dibutuhkan oleh orang dewasa. Tingginya asupan kalori ini digunakan
untuk menunjang begitu pesatnya pertumbuhan dan perkembangan anak serta
cepatnya metabolisme dalam tubuh bayi. Itulah sebabnya mengapa bayi lebih sering
dan cepat merasa lapar dibandingkan orang dewasa. Kebutuhan energy pada usia ini
adalah 950 kkal / hari (Puspita et al., 2017).
2. Protein
Protein dikenal memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan,
protein yang terdapat dalam ASI mengandung asam amino essensial yang sangat
dibutuhkan yubuh, namun jumlah asupan protein tidaklah melebihi 20 % dari asupan
total makanan. Karena kelebihan protein protein akan memperberat kerja ginjal bayi.
3. Lemak
Lemak berperan sebagai sumber energy terbesar bagi bayi. Dari total keseluruhan
energy , lemak yang dibutuhkan ialah sekitar 30 -50 %. Jumlah ini merupakan jumlah
proporsional sesuai dengan angka kecukupan gizi bayi. Jia terlalu banyak yang masuk
kedalam tubuh makaakan mengakibatkan ganguan pencernaan.Berperan penting
dalam proses tumbuh kembang sel-sel saraf otak untuk kecerdasan anak. Lemak yang
diperlukan yaitu asam lemak esensial (asam linoleat atau omega 6, asam linolenat
atau omega 3) dan asam lemak non esensial (asam oleat atau omega 9, EPA, DHA,
AA.
4. Vitamin dan Mineral
Terdapat berbagai masam Vitamin yang dibutuhkan oleh bayi. Namun diawal
kehidupannya, Vitamin K merupakan vitamin essensial yang diperlukan. Vitamin K
berperan dalam hal pencegahan terhadap resiko terjadinya perdarahan pada bayi baru
lahir. Selain itu, vitamin yang dibutuhkan ialah Vitamin D yang berperan dalam
pembentukan tulang dan gigi serta membantu penyerapan kalsium oleh tubuh. Selain
itu, cadangan zat besi pada bayi biasanya akan mulai berkurang pada usia sekitar 4
bulan. Itulah sebabnya penting untuk memberikan suplementasi zatbesi ketika bayi
mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI. Makanan yang kaya aka zat
besi adalah Beras Merah, Daging Merah, Hati dsb. Yodium dan Seng adalah jenis
mineral penting yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan bayi (Pratiwi &
Puspitasari, 2017).
5. Yodium
Berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh sehingga tidak mengalami
hambatan seperti kerdil atau ukuran tubuh tidak berkembang. Selain itu juga berperan
dalam proses metabolisme tubuh, mengubah karoten yang terdapat dalam makanan
menjadi Vit. A.
6. Air
Kebutuhan air pada bayi sekitar 1,5 ml untuk setiap kalori yang terkandung dalam
makanannya. Kebutuhan akan air biasanya sudah terpenuhi dari ASI atau susu
formula yang biasa dikonsumsinya. Sebab, keduanya mengandung 95 % air. Namun
dalam beberapa kondisi tertentu,dibutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Misalnya
saat bayi diare, demam, dan juga muntah muntah. Kondisi tersebut bisa menyebakan
bayi mengalami dehidrasi jika tidak dibarengi dengan tambahan air yang memadai.
7. Kalsium
Penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi dalam otot, membantu
penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan membantu sel darah merah).
8. Zinc atau Zat Seng
Tersebar di semua sel, jaringan dan organ tubuh. Diperlukan untuk pertumbuhan
fungsi otak dan mempengaruhi respons tingkah laku dan emosi anak
9. Zat Besi
Diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mempengaruhi penggunaan energi yang
diperlukan tubuh, pembentukan sel darah yang membantu proses penyebaran zat gizi
serta oksigen ke seluruh organ tubuh.
10. Asam Folat
Sangat penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah merah dan sel
darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan sel darah merah dan
mencegah anemia. (Mia/Igw)

D. Makanan Pada Bayi


Pada beberapa ibu, tidak dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Amun pada
dasarnya pemberian makanan tambahan makanan dapat dimulai pada usia 6 bulan.
Tujuan diberikannya MPASI(Abbas et al., 2020) :
1. Memberikan pelengkap gizi bagi bayi
2. Bagi bayi diatas 6 bulan membutuhkan lebih banyak bergeraak dan memerlukan
zat gizi,vitamin,dan mineral lebih banyak dari saat hanya menyusu untuk
perkembangan serta pertumbuhan.
Syarat : diberikan tanpa menghentikan ASI, diberikan pada bayi dengan usia lebih
dari 6 bulan, dan diberikan jumlah dan jenisnya secara bertahap.
Bayi yang dapat diberikan MPASI,
a. Usia 6-9 bulan
Bayi yang diberikan ASI dan makanan pendamping pada usia 6 bulan lebih
cocok diberi makanan karena alat cernanya sudah berfungsi dengan baik.
Makanan yang cocok diantaranya bubur encer, pisang lumat,dan pepaya
lumat.
b. Usia 9-12 bulan
Bayi diberikan ASI dan diberikan makanan pendamping seperti makanan
bubur nasi, dan menginjak usia 10 bulan bayi mulai diperkenalkan makanan
keluarga.
c. Usia 12-24 bulan
Bayi tetap terus diberi ASI dan makanan lengkap sekurang-kurangnya
diberikan 3x sehari dengan porsi setengah makan tetap diberikan selingan 2-
3x sehari (Anggraeni, 2012).

Jadwal Makan Bayi

E. Hal Yang Mendorong Gangguan Gizi


Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Bayi antara lain sebagai berikut (Marbun, 2020):

1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif
baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,
khususnya makanan anak bayi. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah
gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan
komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi
kejiwaan misalnya kebosanan.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan
atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae
menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi
kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih
dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih
sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan
telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan
hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat
memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak
sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan
jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang
terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini
akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik. Anak yang dibawah usia 2
tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun
perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil
lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan
tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
6. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
7. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit
ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-
penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan.Anak
yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki
maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha
untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, H. H., Wulandari, N. A., Lestari, A., & Burhanuddin, N. (2020). Hubungan Riwayat Pola
Menyusui, Usia Penyapihan dan Emotional Bonding terhadap Status Gizi pada Balita.
Window of Health : Jurnal Kesehatan, 116–122. https://doi.org/10.33368/WOH.V0I0.249

Anggraeni, A. C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. In Graha Ilmu (Vol. 1, Issue).
Graha Ilmu.

Darmayanti, P. A. R., & Armayanti, L. Y. (2021). Perbedaan Status Gizi Balita Berdasarkan
Usia Penyapihan ASI Di TPA Wilayah Denpasar Selatan. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA,
11(1), 41–49. https://doi.org/10.37413/JMAKIA.V11I1.149

Kristiyanasari, W. (2018). Gizi Ibu Hamil. Mulia Medika.

majestika. (2018). STATUS GIZI ANAK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI - Google
Books (UNY Press).

Marbun, R. M. (2020). Kesehatanku Berawal dari “Isi Piringku.” Webinar Kolaborasi Prodi
Gizi UPN Veteran Jakarta, 1–29.

Nisa, K. (2018). Pengaruh Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi Terhadap Asupan Protein,
Kalsium, Zat Besi, Asam Folat dan Status Gizi Pada Wanita Usia Subur di Desa Paluh
Kemiri.

Pratiwi, Y. F., & Puspitasari, D. I. (2017). Efektivitas Penggunaan Media Booklet terhadap
Pengetahuan Gizi Seimbang pada Ibu Balita Gizi Kurang di Kelurahan Semanggi
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan, 10(1), 58.
https://doi.org/10.23917/jurkes.v10i1.5493

Puspita, M., Octavia, D., & Saputro, D. I. (2017). Hubungan Asupan Gizi Seimbang, Pola Asuh
dengan Perkembangan Motorik Balita Gizi Kurang di Kota Jambi. Riset Informasi
Kesehatan, 6(1), 83–90.

Septika Yani Veronica, Nila Qurniasih, Iis Tri Utami, H. F. (2019). Peningkatan gizi anak
sekolah dengan gerakan isi piringku. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu ( ABDI
KE UNGU) Universitas Aisyah Pringsewu, 1(1), 47–50.

Syari, M., Serudji, J., & Mariati, U. (2015). Peran Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu Hamil
terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), 729–
736. https://doi.org/10.25077/jka.v4i3.355

Anda mungkin juga menyukai