Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CARA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

KEP ( KEKURANGAN ENERGI PROTEIN ) PADA ANAK


Di RUANG NUSA INDAH RSUD MARDI WALUYO

KOTA BLITAR

Disusun Oleh :
Helen Kunadia Pratiwi
201903024

Program Studi D3 Keperawatan


Stikes Karya Husada Kediri
Tahun ajaran
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) ini dilakukan untuk memenuhi tugas matakuliah
semester 4 Program Studi D3 Keperawatan Stikes Karya Husada Kediri.

Nama : Helen Kunadia Pratiwi


Nim : 201903024
Judul : SAP Pencegahan dan Penanganan KEP Pada Anak
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Juli 2021

Mengetahui

Pembimbing Institusi Mahasiswa

Dodik Arso W, S.Kep.Ns.,M.Kes Helen Kunadia Pratiwi


SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik / masalah : Pencegahan dan Penanganan KEP Pada Anak

2. Sub Topik : KEP ( Marasmus – Kwashiorkor )

3. Tempat : Ruang Nusa Indah RSUD Mardi Waluyo Blitar

4. Hari/Tanggal : Rabu,28 Juli 2021

5. Waktu : 10.30-11.00 WIB.

6. Sasaran : Keluarga pasien yang menderita Malnutrisi

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, ada empat masalah gizi terbesar di Indonesia,
yaitu Anemia, KVA ( Kurang Vitamin A ), KEP ( Kurang Energi Protein ) :
Marasmus – Kwashiorkor dan GAKY ( Gangguan Akibat kekurangan Yodium ).
Yang biasanya mengenai bayi, balita, dan anak pra sekolah.
Di daerah pedesaan banyak sekali di temukan yang mereka kenal sebagai busung
lapar, yang dalam istilah kesehatan disebut marasmus dan kwashiorkor. Ini
dikarenakan wilayah pedesaan jauh dari pusat kota sehingga mungkin saja
makanan yang ada disana tidak beranekaragam dan sebagian besar di daerah
pedesaan adalah warga miskin.
Adapun penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang
dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota
keluarga rumah tangga miskin oleh karena kelaparan akibat gagal panen atau
hilangnya mata pencaharian.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukka bahwa KEP merupakan salah
satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan
intelektual, serta menurunkan daya tahan tubuh berakibatnya meningkatkanya
resiko kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan biologis.
Kasus KEP ini dapat berkurang dengan cara penyuluhan gizi yang
diharapkan agar dapat mengubah perilaku masyarakat terutama dalam hal
mengkonsumsi makanan, walaupun dari segi pendidikan dan ekonomi masih
bilang rendah. Hal-hal yang dapat membantu terjadinya perubahan perilaku
tersebut adalah dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap petugas
kesehatan ( penyuluh ) serta tersediannya sarana dan fasilitas.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan
keluarga pasien dapat memahami tentang Pencegahan dan Penanganan KEP
Pada Anak diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga pasien
tentang Pencegahan dan Penanganan KEP Pada Anak
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit Klien dan keluarga dapat :
• Menyebutkan Pengertian dari KEP dengan benar
• Menyebutkan etiologi atau Faktor Penyebab KEP
• Menjelaskan Tanda dan Gejala KEP dengan benar
• Menyebutkan Komplikasi KEP dengan benar
• Menyebutkan cara pencegahan KEP
• Menjelaskan Penatalaksanaan KEP dengan benar

C. Materi

Terlampir

D. Metode

a. Ceramah

b. Diskusi dan tanya jawab

E. Media

Materi SAP dan Leaflet


G. Kegiatan Penyuluhan

No Proses Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu Metode

1. Registrasi
1. Pembukaan a. Melakukan 5 Menit Ceramah
2. Memberi salam Registrasi
b. Menawab salam
3. Pengenalan diri
c. Mendengarkan
4. Menjelaskan tujuan d. Mendengarkan
dari penyuluhan
2. Penyajian 1. Pemberi Materi
Meliputi :
1. Menyebutkan
1. Memperhatikan 20 menit
Pengertian dari KEP Ceramah
dan mendengarkan
dengan benar dengan
2. Menyebutkan menggunaka
2. Memperhatikan
etiologi atau Faktor n Leaflet
dan mendengarkan
Penyebab KEP

3. Menjelaskan Tanda
3. Memperhatikan
dan Gejala KEP
dan mendengarkan
dengan benar

4. Memperhatikan
4. Menyebutkan
dan mendengarkan
Komplikasi KEP
dengan benar

5. Menyebutkan cara
5. Memperhatikan
pencegahan KEP
dan mendengarkan

6. Menjelaskan
6. Memperhatikan
Penatalaksanaan
dan mendengarkan
KEP dengan benar
Proses Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu Metode
No

Penyajian 2. Pemberian Bertanya Tanya jawab


kesempatan kepada dan diskusi
peserta untuk
bertanya

3. Menjawab Memperhatikan
pertanyaan peserta
dan mendengarkan

4. Melakukan
Menanyakan materi
Evaluasi : Dengan
Menanyakan yang belum Jelas
kembali materi
menjawabpertanyaan
yang telah
disampaikan kepada
peserta ( 3 Soal )

3. Penutup 1. Pemberian Mendengarkan 5 Menit Ceramah dan


kesimpulan membagikan
2. Menutup Leaflet
3. Memberi salam Menjawab salam
H. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan materi

b. Kesiapan SAP

c. Kesiapan Media : Leaflet

d. Peserta hadir di tempat penyuluhan

e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Nusa Indah RSUD

Mardi Waluyo Kota Blitar

2. Evaluasi Proses

1. Fase di mulai dengan waktu yang direncanakan

2. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan

3. Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

4. Suasana penyuluhan tertib dan pasien mengikuti penyuluhan sampai selesai

3. Evaluasi Hasil

Keluarga Pasien dapat :

1. Menyebutkan Pengertian dari KEP dengan benar


2. Menyebutkan etiologi atau Faktor Penyebab KEP
3. Menjelaskan Tanda dan Gejala KEP dengan benar
4. Menyebutkan Komplikasi KEP dengan benar
5. Menyebutkan cara pencegahan KEP
6. Menjelaskan Penatalaksanaan KEP dengan benar
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi KEP ( Kekurangan Energi Protein )

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit
dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB
terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus
dan kwashiorkor.
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak.
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemakbahwa kulit dan otot. Marasmus adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein ( Ilmu
Kesehatan Anak, 2012:334 ).
Kwashiorkor adalah suatu keadaan kekurangan gizi (protein). Walaupun
sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena badan
makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainya ditambah dengan
konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran
kwashiorkor diberbagai negara ( Ilmu Kesehatan Anak, 2012:334 ).
Marasmus dan Kwashiorkor adalah salah satu kondisi dari kurang gizi
berat yang gejala klinisnya merupakan gabungan dari marasmus, yaitu kondisi
yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi, dan kwashiorkor yaitu kondisi
yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein sehingga gejalanya disertai
edema ( Ilmu Kesehatan Anak, 2012:334 ).
Dengan kata lain dapat disimpulkan Marasmus dan Kwashiorkor
mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal diatas. Seorang bayi yang
menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya
tergantung dari makanan atau gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari
lemak dan protein akan berkurang atau habis terpakai.

B. Etiologi KEP ( Kekurangan Energi Protein )


Penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan oleh karena itu ada beberapa
faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut,
antara lain faktor diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan,
dan lain-lain
1) Peranan diet

Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi


kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor,
sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang
akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus. Tetapi dalam
penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan Narasnya (1971) terlihat
bahwa dengan diet yang kurang-lebih sama, pada beberapa anak timbul
gejala-gejala kwashiorkor, sedangkan pada beberapa anak yan lain timbul
gejala-gejala marasmus.mereka membuat kesimpulan bahwa diet bukan
merupakan faktor yang penting, tetapi ada faktor lain yang masih harus
dicari untuk dapart menjelaskan timbulnya gejala tersebut.

2) Peranan faktor social


Faktor-faktor sosial lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
KEP adalah :
 Kekurangan bahan pangan, misalnya karena tinggal di lingkungan
yang terisolasi.
 Memiliki keterbatasan fisik atau mental yang membuat sulit untuk
menyiapkan makanan.
 Memiliki ketergantungan pada orang lain untuk mendapatkan
makanan.
 Memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi dan cara mengolah
makanan yang baik.
 Menyalahgunakan NAPZA dan kecanduan alkohol.
3) Peranan kepadatan penduduk
Dalam World Food Conference di Roma (1974) telah dikemukakan
bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi
dengan bertambahnya persediaan bahanmakanan setempat yang memadai
merupakan sebab utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk
merupakan akibat lanjutannya. penduduk yang mempunyai kebiasaan
untuk memberi makanan tambahan berupa tepung,terutama pada anak-
anak yang tidak atau tidak cukup mendapat ASI.
4) Peranan infeksi
Contoh infeksi yang dapat menyebabkan KEP pada anak :
 Infeksi di saluran pencernaan yang menyebabkan diare.
 Penyakit yang mengganggu kemampuan saluran cerna untuk
mencerna atau menyerap makanan, seperti radang usus dan penyakit
celiac.
 Penyakit yang membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah,
seperti HIV/AIDS dan kanker.
 Gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia.
 Gangguan makan, seperti anorexia nervosa dan bulimia.
 Demensia, karena dapat membuat penderita lupa untuk makan.
 Mengalami malabsorpsi atau sindrom malabsorpsi.
 Selain itu, ada juga beberapa penyakit atau kondisi yang bisa
meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi, seperti penyakit jantung
bawaan, gagal ginjal kronis, fibrosis kistik, dan penggunaan obat-
obatan tertentu.
5) Peranan kemiskinan
Penyakit KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama
merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara
tersebut. Pentingnyakemiskinan ditekankan dalam laporan Oda Advisory
Committee on Protein pada tahun1974. Mereka menganggap kemiskinan
merupakan dasar penyakit KEP.

C. Tanda dan Gejala KEP


Tanda dan Gejala yang sering muncul pada penderita KEP
Gejala yang umumnya muncul adalah:
 Berat badan di bawah normal dengan indeks massa tubuh (IMT) kurang
dari 18,5 kg/m2
 Lelah dan lemas yang terus-menerus
 Mudah kedinginan
 Nafsu makan berkurang
 Penyusutan otot atau atrofi otot, dan lemak tubuh
 Kulit kering dan lebih pucat
 Sering sakit dan luka lebih lama sembuh
 Rambut rontok hingga botak
 Mati rasa atau kesemutan
 Diare kronis (diare yang berkepanjangan)

D. Komplikasi KEP
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat malnutrisi energi
protein (kwashiorkor dan marasmus), yaitu:
1. Hipotermia (penurunan suhu tubuh)
2. Anemia dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
3. Ensefalopati (kerusakan jaringan otak)
4. Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung
5. Gagal tumbuh atau stunting pada anak
6. Gangguan belajar
7. Koma
Selain itu, penderita malnutrisi juga rentan mengalami beragam penyakit,
seperti beri-beri, dermatitis seboroik, demensia, atau gangguan pada tulang,
misalnya osteomalacia.

E. Pencegahan KEP
Malnutrisi energi protein dapat dicegah dengan menerapkan pola makan
sehat dengan gizi seimbang yang mencakup:
 Sumber karbohidrat, seperti nasi, roti, atau kentang
 Sumber protein dan lemak, seperti daging, ikan, telur, atau unggas
 Sumber mineral dan vitamin, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, serta
susu dan produk olahannya, misalnya keju atau yoghurt

Selain mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa untuk mencukupi


kebutuhan cairan dengan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan
melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin jika Anda memiliki kondisi
medis atau penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi
energi protein.
F. Penatalaksanaan KEP

a. Lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap salah satunya adalah


tahap yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/kg bb/hari
dalam cairan 200 ml/kg bb/hari pada kwashiorkor dan 250 ml/kg bb/hari
pada marasmus.
b. Berikan makanan tinggi kalori (3-4 g/kg bb/hari) dan tinggi protein (160-
175 g/kb bb/hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan
mineral dan vitamin.
c. Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa(low
lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100
ml susu ditambah 5 g glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3
hari kemudian, pada hari berikutnya 2/3
d. Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai
dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim
dan seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/kg bb/hari.
e. Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisi seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus dan
tanda vital. (A. Alimul, 2006)
f. Pengobatan kekurangan gizi
Daftar Pustaka
 Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak.
 Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta :
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
 Depkes RI. 2010. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta
 Berhman dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai