DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEMORAGIC POST PARTUM
DI RUANG NUSA INDAH RUMAH SAKIT MARDI WALUYO KOTA BLITAR
DI SUSUN OLEH :
IMAS WAHYU EKA SAPUTRI
201903025
Siklus menstruasi di tekan, tetapi withdrawal bleeding yang siklis tetap terjadi apabila
pil harian tersebut di ganti dengan placebo. Metode ini dapat di terima karena
mengurangi gangguan siklis dan secara estetik dapat di terima, karena metode ini tidak
berhubungan dengan masalah hubungan seksual.
Efek Samping
Kontraindikasi
• Kontraindikasi mutlak
- Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
- Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
- Pernah mengalami trombo phlebitis, trombo-emboli, kelainan serebrovaskular
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
• Kontraindikasi relatif
- Depresi
- Migraine
- Mioma uteri
- Hipertensi
- Oligomenorea dan amenorea
• Kelebihan
- Efektivitasnya dapat di percaya
- Frekuensi koitus tidak perlu di atur
- Siklus haid tidak teratur
- Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali
• Kekurangan
- Pil harus di minum setiap hari
- Motivasi harus kuat
- Adanya efek samping walaupun efeknya sementara
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang
persisten
- Harganya relative mahal
Pil tersedia dalam paket berisi 21 atau 28 tablet. Bila memakai paket 28 tablet,
minumlah pil setiap hari selama sebulan. Segera setelah selesai 1 paket, mulailah
dengan paket yang baru dan seterusnya. Bila memakai paket 21 pil, minumlah pil
setiap hari selama 21 hari, kemudian tunggu 7 hari sebelum mulai dengan paket yang
baru. Datang bulan akan terjadi pada hari-hari dimana kita sedang berhenti minum pil.
Tetapi mulai dengan paket baru meskipun datang bulan belum datang. Pada kedua
paket tersebut baik yang berisi 21 atau 28 pil, minumlah pil pertama pada hari pertama
datang bulan. Dengan cara ini kita akan terlindungi dengan segera. Bila diminum
setelah hari pertama, kita bisa mulai pada tanggal-tanggal selama 7 hari pertama
datang bulan. Tetapi kita tidak akan terlindungi dengan segera, sehingga pada dua
minggu pertama kita minum pil, sebaiknya kita juga memakai cara KB yang lain atau
tidak melakukan hubungan seksual. Kita harus minum pil setiap hari, meskipun kita
tidak melakukan hubungan intim setiap hari. Cobalah memakai pil pada waktu yang
sama setiap hari mungkin akan membantu bila kita selalu mulai minum pil dari paket
terbaru pada hari yang sama.
Bila kita lupa minum satu pil begitu ingat, minumlah segera satu pil. Kemudian
minumlah pil selanjutnya secara teratur seperti semula. Ini berarti bahwa kita harus
minum dua pil dalam satu hari.
Bila kita lupa minum dua pil secara berturut-turut, mulailah segera minum pil
berikutnya. Minumlah dua pil selama dua hari dan kemudian teruskan minum satu pil
setiap hari sampai habis. Gunakan kodom sampai kita telah minum pil selama tujuh
hari selama berturut-turut. Bila kita lupa minum tiga pil atau lebih, berhentilah minum
pil dan kemudian tunggu sampai datang bulan berikutnya. Gunakan kondom selama
sisa siklus bulanan. Kemudian mulai dengan paket yang baru.
Pil yang terlambat diminum atau lupa akan menyebabkan perdarahan sedikit, seperti
datang bulan yang ringan.
1. Pil Progesteron
Karena jenis pil ini tidak mengandung estrogen maka pil ini lebih aman bagi wanita
yang tidak cocok pil kombinasi dan bagi wanita timbul efek samping pada
pemakaian pil kombinasi. Pil ini juga lebih baik bagi ibu menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI. Penggunaan pil
ini sangat efektif bagi ibu-ibu menyusui.
Pada beberapa wanita pil ini menekan ovulasi secara sempurna. Pada beberapa
wanita yang lain folikel mengalaman pematangan secara normal, tetapi terjadi fase
luteal yang dipersingkat dan tidak terjadi produksi progesterone. Kerja kontrasepsi
pil progesterone saja terletak pada kerjanya pada mucus serviks dengan membuat
mukus ini lebih kental dan sulit dilewati sperma, dan dengan mengurangi kerja
peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup sangat sulit atau tidak
mungkin mencapai uterus.
Efek samping yang umum terjadi:
• Perdarahan tidak teratur atau bercak-bercak
• Datang bulan terlambat
• Sering pusing
2. Pil sekuensial
Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah pertama siklus
mentruasi dan kemudian selama setengah siklus yang kedua diberikan pil yang
mengandung baik estrogen maupun progesterone. Efek keseimbangan hormone ini
ialah penekanan ovulasi, dan karena kadar estrogen tinggi, maka juga akan
menekan laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial
memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat badan,
perubahan payudara, mual, sakit kepala dan penurunan libido.
Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi oral, yaitu
mencakup sebagai berikut :
A – Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau kandung empedu.
3. Implant
Implant terdiri dari 6 tabung kecil dan lunak yang ditempatkan dibawah kulit lengan.
Tabung ini mengandung hormon progestin dan bekerja seperti mini-pi. Mereka bisa
mencegah kehamilan selama 5 tahun. Merk dagang yang tersedia adalah Norplant.
Seorang petugas kesehatan yang terlatih membuat sayatan kecil di kulit lengan untuk
memasukan dan mengeluarkan implant. Ini biasanya dilakukan di klinik atau di
puskesmas.
4. KB Suntikan
Konrasepsi suntikan progestin yang pertama dikembangkan tahun 1953 oleh Karl
Junkmann. Tahun 1957 Junkmann dan kawan-kawan menemukan NET EN. Pada sata
yang sama Upjohn Company di Amerika Serikan menemukan DMPA yang berasal dari
hormon alamiah progesteron. NET EN merupakan suntikan progestin pertama yang
pakai sebagai kontrasepsi dan diberi nama dagang Noristerat. Percobaan-percobaan
pertama dari DMPA sebagai metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti
percobaan-percobaan di lapangan pada tahun 1965. Pada tahun 1967 Upjohn Company
meminta FDA US untuk memasarkan DMPA sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat.
Pada saat itu telah diketahui dengan jelas bahwa estrogen dalam kontrasepsi hormonal
per-oral merupakan penyebab munculnya efek samping. Seperti, mual, muntah,
munculnya bekuan darah, sehingga adanya metode kontrasepsi yang bebas esterogen
seperti DMPA dan mini-pil merupakan hal yag sangat menarik. Tetapi pada tahun 1970,
penelitian-penelitian menunjukkan bahwa progestin, termasuk DMPA, menyebabkan
timbulan benjolan-benjolan pada payudara binatang percobaan anjing beagle, sehingga
menyebabkan timbulnya kewaspadaan dari FDA. Pada bulan September 1974, FDA
menyatakan keinginannya untuk menyetujui DMPA sebagai suatu metode kontrasepsi
tetapi hanya bagi wanita yang telah mengalami kegagalan kontrasepsi dengan metode
lain.
Tidak beberapa lama setelah itu, FDA kembali menangguhkan maksud nya tersebut,
setelah timbul pertanyaan paakah DMPA dapat meninggikan risiko karsinoma serviks.
Tahun 1975 dinyatakan tidak ada bukti-bukti tanda bertambahnya karsinoma serviks,
dan diusulkan kembali penggunaan DMPA untuk kalangan wanita yang terbatas. Tetapi
pada tahun 1978 FDA secara resmi menolak pemakaian DMPA sebagai suatu metode
kontrasepsi, dengan alasan :
1. Masalah timbulnya benjolan-benjolan pada payudara binatang anjing beagle yang
diberikan DMPA belum terpecahkan.
2. Adanya risiko potensial timbulnya cacad bawaan pada kasus kegagalan
kontrasepsi.
3. Pemberian esterogen untuk menaggulangi perdarahan haid ireguler karena DMPA,
akan mengurangi keuntungan dari kontrasepsi berisi progestin saja.
4. Belum dapat ditunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak dari pemakaian
DMPA di Amerika Serikat.
- Kehamilan
- Ca Mammae
- Ca Traktus Genitalia
- Pendarahan Abnormal Uterus
- Gangguan haid; ini yang paling sering terjadi dan paling sering mengganggu.
a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi:
- Amenore
- Perdarahan ireguler
- Perdarahan bercak
- Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang
b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian
Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya
waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar.
c. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi
endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum
jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan dalam kadar
hormone atau histologi endometrium.
d. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan- bercak dan amenore
dibandingkan dengan NET EN, dan amenore pada DMPA tampaknya lebih
sering terjadi pada akseptor dengan berat badan tinggi
e. Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya memberikan efek
yang menguntungkan yakni berkurangnya insidens anemia
f. Untung bahwa perdarahan yang hebat, yang dapat membahayakan diri akseptor,
jarang terjadi.
- Berat badan yang bertambah
a. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara < 1kg-
5 kg pada tahun pertama
b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh
c. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hypothalamus, yang menyebabkan ekseptor makan lebih banyak dari pada
biasanya.
- Sakit Kepala
Inseden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi pada
kurang dari 1-17% akseptor
- System kardiovaskular
a. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system pembekuan
darah maupun system fibrinolitik. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa DMPA
maupun NET EN menambah resiko timbulnya bekuan darah atau gangguan
sirkulasi lain.
b. Perubahan dalam metabolism lemak, terutama penurunan HDL kolesterol, baik
pada DMPA maupun NET EN dicurigai dapat menambah besar resiko
timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL kolesterol rendah menyebabkan
timbulnya arterosklerosis. Sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol total
tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.
Efek Non-Kontraseptif
a. DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium (primer maupun
mestatik)
b. Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI
c. Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia, baik
pada DMPA maupu NET EN
d. Pada penderita penyakit sickle cell (suatu penyakit genetic di afrika), DMPA
mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal.
e. DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus
genitalia/PID
f. DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasis
g. DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium
h. DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada karsinoma ginjal
(sebagai pengobatan paliatif)
i. DMPA kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas praecox
j. DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar testosterone
pada pria dengan kelakuan seksual yang abnormal.
5. Alat dalam rahim IUD (IUCD, COPPER-T, SPIRAL)
IUD adalah sebuah alat yang kecil yang dimasukan ke dalam rahim oleh dokter atau
petugas kesehatan yang terlatih atau bidan. Setelah di rahim, IUD akan mencegah sel
sperma pria untuk bertemu dengan sel terlur wanita. IUD bisa tinggal di dalam rahim
sampai 10 tahun (tergantung pada jenis IUD) sebelum di lepas dan diganti. Sebuah IUD
dapat digunakan tanpa sepengatuhan pria (meskipun kadang-kadang pria dapat
merasakan benangnya).
Kontraindikasi:
Mengalami perdarahan ringan selama minggu pertama setelah memakai IUD. Beberapa
wanita bisa mengalami datang bulan yang lebih lama lebih banyak dan lebih sakit tetapi
ini akan menghilang setelah tiga bulan pertama pemakaian IUD.
Sebuah IUD dimasukan oleh seorang petugas kesehatan yang telah dilatih khusus
setelah dilakukan pemeriksaan. Waktu yang terbaik pemasangan IUD adalah selama
datang bulan. Setelah melahirkan, lebih baik menunggu enam bulan untuk memberi
kesempatan rahim pulih kembali baik ukuran dan bentuknya sebelum memasukan IUD.
Kadang-kadang IUD bisa terlepas dari tempatnya. Bila ini terjadi, maka tidak akan
efektif lagi untuk mencegah kehamilan, karena itu sangat penting untuk bisa memeriksa
sendiri letak IUD untuk memastikan letak masih baik. Sebagian besar IUD mempunyai
dua benang yang terjurai kadang-kadang sampai di mulut vagina. Kita bisa memeriksa
benang tersebut setiap setelah datang bulan untuk memastikan letak IUD masih baik.
1. Cuci tangan.
2. Berjongkoklah dan dengan dua jari masukkan ke dalam vagina dan jangkau
sedalam-dalamnya. Rasakan adanya benang tetapi jangan mencoba untuk menarik
keluar.
3. Keluarkan jari-jari dan cucilah tangan dengan baik.
Bila kita ingin menghentikan pemakaian IUD, kita harus pergi ke petugas kesehatan
yang akan mengeluarkan IUD, jangan mencoba mengeluarkannya sendiri. Kita bisa
segera menjadi hamil setelah IUD dikeluarkan.
6. Sterilisasi
Terdapat beberapa cara operasi yang bisa membuat pria atau wanita hampir tidak
mungkin bisa mempunyai anak lagi. Karena hasil operasi ini bersifat permanen, maka
tindakan ini hanya tepat bagi ibu atau bapa yang betul-betul telah yakin tidak ingin
mempunyai anak lagi.
Untuk mendapatkan pelayanan tindakan operasi ini, ibu atau bapa harus pergi ke RS
yang mampu melayani operasi tersebut. Operasi ini cukup cepat dan aman yang jarang
menimbulkan efek samping.
a. Vasektomi (operasi pria)
Adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana dimana dilakukan pemotongan
saluran yang membawa sperma dari buah pelir ke penis. Buah pelirnya sendiri masih
tetap utuh, tidak dipotong sama sekali. Operasi ini dilakukan di Puskesmas, dimana
petugas kesehatan telah dilatih untuk melakukannya. Tindakan operasi ini hanya
berlangsung beberapa menit.
Operasi ini tidak mengubah kemampuan untuk melakukan hubungan seksual
ataupun untuk merasakan kenikmatan hubungan seksual. Pria masih mampu untuk
ejakulasi cairan sperma atau semen tetapi cairan tersebut tidak mengandung benih
sperma. Setelah operasi, pria tersebut harus terlebih dahulu ejakulasi sampai 20 kali
sebelum benih sperma betul-betul telah bersih. Selama menunggu pakailah cara-cara
kb yang telah biasa dipakai.
b. Tubektomi (operasi wanita)
Pemutusan saluran telur wanita sedikit lebih rumit dari pada vasektomi, tetapi tetap
merupakan tindakan bedah yang aman hanya berlangsung sekitar 30 menit.
Petugas kesehatan membuat sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong
atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung telur kerahim. Tindakan
ini tidak akan mengubah kemampuan wanita untuk melakukan hubungan seksual
ataupun menikmati hubungan seksual. Penting: sterilisasi tidak melindungi terhadap
PMS, termasuk AIDS. Kita harus tetap memikirkan cara untuk perlindungan untuk
penyakit-penyakit tersebut.
A.KONSEP KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid
terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum.
(Helen Varney, 2007 ; 492)
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari : ovulasi,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi ( implantasi ) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba,
2010 ; 84). Kehamilan normal adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan kehamilan
280 hari ( 40 minggu ) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2007; 84)
2. Proses Kehamilan
a. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan sperma
paling sering adalah didaerag ampulla tuba. Sebelum keduanya bertemu, maka akan terjadi 3
fase yaitu:
Dari 200 – 300 juta hanya 300 – 500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa menembus
korona radiata karena sudah mengalami proses kapasitasi.
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel dizona pellusida, tetapi hanya satu terlihat
mampu menembus oosit.
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44
autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX unutk wanita dan XY untuk
laki - laki)
b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8 sel, sampai
dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar.
Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk
rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada
di massa sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah
sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4 – 5 hari). Sel bagian dalam disebut
embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga
trofoblast bisa masuk endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista
tingkat lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista) kedalam
dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri bagian
anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik
( 2 – 3 hari setelah ovulasi). Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok
– kelok. Jaringan ini mengandung banyak cairan. (Marjati,dkk.2010 ; 37)
b. Masa embrionic
Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam tubuh telah ada didalam
bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Seringkali disebut
masa organogenesis/ masa pembentukan organ.
c. Masa fetal
Minggu ke-12 : Panjang tubuh kira – kira 9 cm, berat 14 gram, sirkulasi tubuh
berfungsi secara penuh, tractus renalis mulsi berfungsi, terdapat
refleks menghisap dan menelan, genitalia tampak dan dapat
ditentukan jenis kelaminnya.
Minggu ke 20 : Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh PB, wajah nyata,
telinga pada tempatnya, kelopak mata, lais dan kuku tumbuh
sempurna. Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar X kelenjar
minyak telah aktif dan verniks kaseosa akan melapisi tubuh fetus,
gerakan janin dapat ibu setelah kehamilan minggu ke 18, traktus
renalis mulai berfungsi dan sebanyak 7 – 17 ml urine dikeluarkan
setiap 24 jam.
Minggu ke 24 : Kulit sangat keriput, lanugo menjadi lebih gelap dengan vernix
kaseosa meningkat. Fetus akan menyepak dalam merespon
rangsangan.
Minggu ke 28 : Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan baik,
rambut menutupi kepala, lebih banyak deposit lemak subkutan
menyebabkan kerutan kulit berkurang, testis turun ke skrotum.
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de Graff dan
ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid
lagi selama kehamilan, dan perlu diketahui hari pertama haid terrakhir untuk menentukan
tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan.
Ÿ Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi hari. Progesteron
dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung yang berlebihan sehingga
menimbulkan mual muntah.
Ÿ Ngidam
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf dan
menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang setelah umur kehamilan lebih dari 16
minggu.
Ÿ Payudara tegang
Ÿ Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi setelah itu nafsu
makan muncul lagi.
Ÿ Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang
karena uterus yang membesar keluar rongga panggul.
Ÿ Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh hormone estrogen.
Ÿ Epulis
Ÿ Pigmentasi
- Striae albican
Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena.
Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi
disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis erta payudara.
· Pembesaran Perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.
· Tanda Hegar
· Tanda Goodel
Pelunakan serviks
· Tanda Chadwiks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga
porsio dan serviks.
· Tanda Piskacek
Pembesaran uterusyang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah
dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya actomycin didalam otot uterus.
Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu.
· Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan
ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
Pemeriksaan ini adaah untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi oleh
sinsitotrofoblas sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi diperedaran darah ibu (pada
plasma darah), dan diekskresi pada urine ibu.
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan ini baru
dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
· Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf
( misalnya doppler)
Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat
diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester akhir)
· Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG (Marjati dkk, 2010:72-75)
a. Uterus
Uterus bertambah besar semula 30 gram menjadi 1000 gram, pembesaran ini
dikarenakan hipertropi oleh otot-otot rahim.
b. Vagina
o Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga waran selaput lendirnya berwarna
kebiru- biruan (Tanda chadwick).
Ovulasi terhenti, masih terdapt corpus luteum graviditatis sampai terbentuknya uri yang
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
d. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola normal, papila normal, dan linea alba.
e. Dinding perut
Biasanya membesar dalam kehamilan, disebabkan hipertropi dari alveoli puting susu
biasanya membesar dan berwarna lebih tua. Areola mammae melebar dan lebih tua warnannya.
g. Sistem Respirasi
Wanita hamil tekadang mengeluh sering sesak nafas, yang sering ditemukan pada
kehamilan 3 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma
akibat pembesaran rahim, kapasitas paru meningkat sedikit selama kehamilan sehingga ibu
akan bernafas lebih dalam. Sekitar 20-25%.
h. Sistem urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang
membesar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
pemberian ASI.(Sarwono,2007:94-100)
a. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh
maka akan segera muncul berbagai ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual
muntah , keletihan dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi
seperti berikut ini.
2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali memberitahukan
orang lain apa yang dirahasiakannya
3. Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat
libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang
mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami.
4. Bagi calon suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggan, tetapi bercampur
dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga.
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa dengan kadar hormon
yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun
belum terlalu besar sehingga belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima
kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih kontruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai meraskaan
kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang
merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan pada
ibu. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalu – kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang
atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
Trimester juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi orang tua.keluarga
mulai menduga – duga apakah bayi mereka laki – laki atau perempuan dan akan mirip siapa.
Bahkan sudah mulai memilih nama unutk bayi mereka. (Marjati dkk, 2010 ; 68 - 69)
a. Nausea
Nausea terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari.
Penyebab morning sickness masih belum diketahui secara pasti, perubahan hormon selama
kehamilan, kadar gula darah yang rendah (mungkin disebabkan oleh tidak makan sehingga
mengakibatkan siklus yang tidak berujung pangkal), lambung yang terlalu penuh, peristaltik
yang lambat dan faktor – faktor emosi yang lain.puncak nausea dan muntah pada wanita hamil
adalah pada usia kandungan 11 minggu dan menghilang antara umur kehamilan 14 – 22
minggu.
Cara meringankan: - Makan porsi kecil, sering bahkan setiap dua jam
- Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur dipagi hari
- Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk menghindari stimulasi refleks gag.
- Istirahat
Tanda bahaya : hiperemesis gravidarum, kehilangan berat badan, tanda – tanda kurang gizi
Frekuensi kemih meningkat pada trimester pertama terjadi akibat peningkatan berat
pada fundus uterus sehingga membuat isthmus menjadi lunak (tanda hegar) menyebabkan
antefleksi pada uterus yang membesar akibat adanya tekananlangsung pada uterus yang
membesar. Frekuensi kemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita
primigravida setelah lightening terjadi efek lightaning yaitu bagian presentasi akan menurun
masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Cara
meringankan: - Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan ingin kencing
Karena tekanan terhadap akar syaraf sehingga kejang otot, ukuran payudara yang
semakin bertambah atau keletihan. Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan
pada kehamilan lanjut karena titik berat badan berpindah kedepan disebabkan perut yang
membesar. Ini diimbangi dengan lordosis yang berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan
spasmus
Cara penanganan :
Cara penanganan :
- Mendorong wanita untuk secara sadar mengatur kecepan dan kedalaman pernafasannya
saat sedang mengalami hiperventilasi
- Anjurkan wanita berdiri dan mereganggan tangannya diatas kepalanya secara berkala dan
mengambil nafas dalam
- Instruksikan melakukan peregangan yang sama ditempat tidur seperti saat sedang berdiri.
e. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstrimitas
bawah karena tekanan uterus membesar pada vena panggul pada saat duduk/ berdiri dan pada
vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema pada kaki yang menggantung terlihat pada
pergelangan kaki dan harus dibedakan dengan edema karena preeklamsi.
Cara penanganan :
- Penggunaan korset pada abdomen yang dapat melonggarkan tekanan vena-vena panggul
Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan bertahan hingga
trimester III.
Penyebab :
- Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan
jumlah progesteron.
- Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang
kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus
- Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh
uterus yang membesar
Cara penanganan :
- Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung menjadi terlalu penuh
- Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih besar bagi lambung untuk
menjalankan fungsinya
- Hindari makanan berlemak, karena lemak mengurangi motilitas usus dan sekresi asam
lambung yang dibutuhkan untuk pencernaan.
- Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan.
g. Konstipasi
Terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos usus besar
ketika terjadi peningkatan progesteron
Cara penanganan :
- Istirahat cukup
- Minum air hangat ( air putih, teh ) saat bangkit dari tempat tidur untuk menstimulasi
peristaltik
- Lakukan latihan secara umum, berjalan tiap hari, pertahankan postur tubuh yang bai,
mekanisme tubuh yang baik, kontraksi otot abdomen bagian bawah secara teratur
h. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan rasio dan
fosfor.selain itu uterus yang membesar memberi tekanan pembulu darah panggul sehingga
mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang melewati foramen doturator dalam perjalanan
menuju ekstrimitas bawah.
Cara penanganan :
- Minta wanita meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya ( dorsofleksikan
kakinya )
- Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan memiliki kebiasaan mekanisme tubuh
yang baik guna meningkatkan sirkulasi darah
Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan posisi bahu
terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan pada saraf median dan aliran lengan
yang akan menyebabkan kesemutan dan baal pada jari-jari
Cara penanganan :
- Berbaring rileks
1. Kebutuhan oksigen
Selama kehamilan kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat sebanyak 20%. Hal ini
disebabkan karena selam kehamilan pembesaran uterus dapat menekan diafragma sehingga
tinggi diafragma bergeser 4cm dan kapassitas total (paru-paru berkurang 5%).
2. Kebutuhan nutrisi
Pada prinsipnya nutrisi selama kehamilan adalah makanan sehat dan seimbang yang
harus di konsumsi ibu selama masa kehamilannya meliputi karbohidrat, protein, (60gr/hari),
lemak,vitamin, dan mineral.
Macam-macam personal hygiene ibu hamil meliputi mandi, perwatan gigi dan
mulut ,perawatan kulit, perawatan payudara, dan pakaian.
4. Kebutuhan eliminasi
o Eliminasi urine dapat meningkat pada kehamilan trimester I dan trimester III karena adannya
penekanan kandung kemih oleh uterus.
o Eliminasi alvi cendrung tidak teratur karena adannya relaaksasi otot polos dan kompresi usus
bawah oleh uterus yang membesar pada kehamilan dan serta karena adannya aksihormonal
yang dapat mengurangi gerakan peristaltik usus.
5. Kebutuhan seksual
Biasanya gairah seksual ibu amil akan menurun pada trimester I dan trimester III
sedagkan pada trimester II gairah ibu akan kembali.
6. Kebutuhan Mobilitas
Ibu hamil boleh melakukan olahraga asal tidak terlalu capek/ad resiko cidera bagi ibu/
janin. Ibu hamil dapat melakukan mobilitas misalnya dengan berjalan-berjalan. Hindari
gerakan melonjak,meloncat/mencapai benda yang lebih tinggi.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup ,setidaknya 1,5 jam pada siang hari dan 8-11 jan
pada malam hari.
8. Imunisasi
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, misalnya tetanus neonatorum.
1. Support Keluarga
Dalam hal ini petugas kesehatan membantu ibu beradaptasi selama ibu hamil,
membantu mengatasi ketidaknyamanan yang dialami ibu dan mengenal serta menghindari
kemunglinan komplikasi. Selain itu petugas kesehan juga berperan dalam membantu untuk
mempersiapkan untuk menjadi orang tua dan dalam mewujudkan kesehatan yang optimal.
4. Persiapan Sibling
Dipersiapkan untuk orang tua yang sudah memiliki nanak hal ini bertujuan untuk memudahkan
anak sebelumnyaq beradaptasi dan menerima kenyataan terhadap kehidupan atau suasana
lingkungan mereka yang baru. (Bobak,2004 : 279-289)
LAPORAN PENDAHULUAN
NIFAS
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2005). Wanita yang melalui
periode puerperium disebut puerpura.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari.
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi ( bisa dalam
berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik
dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
E. Perubahan masa nifas
1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih
panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil
akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut
akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan
ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.
2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430).
3. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia
rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga.
a. Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f. Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih
dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus
setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke
belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.
5. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada
kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama
ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi
cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
F. Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap
yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-
kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
G. Pathway
H. Pemeriksaan penunjang
a. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
b. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
c. Pengeluaran lochea.
d. Kandung kemih: distensi bladder.
e. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi
terhadap penyimpangan cardiovaskuler.
I. Penatalaksanaan
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-
obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan
biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, antibiotik untuk mencegah infeksi.
J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
K. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
e. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
f. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi.
g. Tingkatkan istirahat
h. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik
i. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
j. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
k. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
l. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD
secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
m. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
a. Obs Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
b. Obs Warna urine.
c. Status umum setiap 8 jam.
d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
e. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
g. Lakukan terapi IV
h. Dorong masukan oral
i. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD
di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
j. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
k. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
a. Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
b. Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
d. Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
e. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
f. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
a. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
b. Anjurkan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
d. Kaji bising usus setiap 8 jam.
e. Pantau berat badan setiap hari.
f. Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
hijau.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi
20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,
kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik,
berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas
dan perawatan diri.
d. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
e. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat
tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
a. Pantau: vital sign, tanda infeksi.
b. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
c. Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
d. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang
benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka
perineum, merawat payudara, merawat bayi).
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
a. Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.
b. Libatkan suami dalam perawatan bayi.
c. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
d. Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
e. Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada
ibu atau bayi.
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN HEMORAGIC POST PARTUM
DI RUANG NUSA INDAH RUMAH SAKIT MARDI WALUYO KOTA BLITAR
B. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain :
1. Antonia uteri.
Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:
a. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus).
b. Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala
persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan
kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.
c. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun)
d. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara.
e. Partus lama Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada
otot-otot uterus(Dep Kes RI,1999).
f. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin
besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya
setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.(Varley,2000)
g. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu.
pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang
sekarang.
h. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan terjadinya
inersia sekunder karena kelelahan pada otot-otot uterus (Cunningham,2000).
i. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan tersebut akan
mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999).
j. Anemia.
k. Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin
10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah
meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat
dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 1999). sedangkan
penyebab anemia dalam kehamilan adalah: a) Kurang gizi(malnutrisi). b) Kurang
zat besi. c) Malabsorbsi. d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang
lalu, dan haid.
l. Sisa ketuban dan selaput ketuban
m. Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks
dan rahim
n. Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering
dijumpai pada : a) Sclusio plasenta b) Kematian janin yang lama dalam kandungan
c) Pre eklamasi dan eklamasi d) Infeksi, hepatitis, dan septik syok.
2. Retensi Plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disbut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan
aktif Kala III bis disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan
Nitabuch Layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus
miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus
perimetirum.
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas
secsio sesarea, pernah kuret berulang, dan multiparitas. Bila sebagian dari plasenta
masih tertinggal dalam uterus disebut rest-plasenta dan dapat menimbulkan PPP
primer atau lebih sering) sekunder. Proses Kala III didahului dengan ahap
pelepasan/separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara
pelepasan Duncan) atau plasenta sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar
pervaginam(cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta
lahir. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak (perdarahan Kala III) dan harus diantisipasi dengan
segera melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak
lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan
dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan
jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim
dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberia uterotonika. Anemia yang
ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan
keperluannya.
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai :
a. Perdarahan yang banyak.
b. Solusio plasenta.
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
d. Pre eklampsia dan eklampsia.
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila
penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah
mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah
terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan erembes atau
timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga
hidung, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal
hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang,
trombositopenia, terjadi hipofibrinogemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin
degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial
tromboplastin time).
Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian
janin dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis. Terapi yang
dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar,
trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino
caproic acid).
7. Inversi Uterus
Kegawat daruratan kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah
terjadinya inverse uterus. Inverse uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam
uterus (endometrium) turun dan keluar ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat
inkomplit sampai komplit.
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia
uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus
ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya
ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver
crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras
atau bersin).
Inversio uteri ditandai dengan tanda-tanda:
a. Syok karena kesakitan
b. Perdarahan banyak bergumpal
c. Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih
melekat
d. Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup
lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami
iskemia, nekrosis, dan infeksi.
8. Subinvolusi Uterus
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan, yaitu :
a. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
o Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
o Grande multipara (lebih dari empat anak).
o Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
o Bekas operasi Caesar.
o Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
b. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
o Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi
vakum, forsep.
o Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar,
anak besar.
o Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
o Uterus yang lembek akibat narkosa.
o Inversi uteri primer dan sekunder.
C. PATOFISIOLOGI
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi
tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir
seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock
hemoragik.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus -menerus setelah bayi lahir.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda -tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain –lain
(Wiknjosastro, 2005)
Suhu meningkat lebih dari 380 C, air ketuban keruh kecoklatan dan berbau,
leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari 20.000/mm3 dari
persalinan. (arief mansur, 1999). Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia Uteri
- Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera
setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
- Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
2. Robekan jalan lahir
- Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
- Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta
- Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik
- Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
- Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap dan perdarahan segera
- Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
5. Inversio uterus
- Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
- Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan
lahir adalah:
1. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
- Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi).
- Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
- Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah
tersebut menjadi kuat.
2. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
- Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
- Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
- Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi
perdarahan tidak berkurang.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes koagulasi (hitung trombosit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,
fibrinogen dan produk pecahan fibrin ) dapat mengidentifikasi koagulopati.
2. Ultrasonografi : dapat mengungkapkan jaringan plasenta yang tertahan.
3. Golongan darah: menentukan Rh, ABO, dan percocokan silang.
4. Jumlah darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel
darah putih (SDP). (Hb saat tidak hamil: 12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat
tidak hamil: 37%-47%, saat hamil: 32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-
10.000/mm3,saat hamil 5.000-15.000).
5. Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca partum.
6. Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih.
7. Profil koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial diaktivasi, masa
tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID Sonografi:
menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
o Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah
untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap
kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan
atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan
yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
o Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila
perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
o Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama
berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan
uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang
tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus,
mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
o Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko
mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk
setelah 12 jam.
o Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum
18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk
penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan
diruang persalinan.
o Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti
efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus
secara efektif
o Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat
merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi
perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
o Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley
untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
o Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila
terdapat tanda kegawatan pernafasan.
• Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia
o Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus segera
minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil dimana
terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai
berikut:
o Pasang infus.
o Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau ergometrin 0,5
cc hingga 1 cc.
o Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.
o Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;
o Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
o Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
o Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau kompresi
aorta.
• Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:
o Pemberian uterotonika intravena.
o Kosongkan kandung kemih.
o Menekan uterus-perasat Crede.
o Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta. Tentu saja, urutan di atas
dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak,
rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih
dahulu memberikan uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan
pertama.
o Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir. Perdarahan pasca
persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat
adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang
baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut
dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.
o Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada liang
senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan
pemberian uterotonika intravena
Penatalaksanaan Keperawatan
1) Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase pada uterus jika uterus masih
dapat teraba.
2) Kaji kondisi pasien (misalnya kepucatan, tingkat kesadaran) dan perkiraan darah
yang keluar.
3) Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan pencocokan
silang.
4) Pasang infus IV sesuai instruksi medis.
5) Jika pasien mengalami syok pastikan jalan nafas selalu terbuka palingkan wajah
kesamping dan berikan oksigen sesuai dengan indikasi sebanyak 6-8 liter/menit
melalui masker atau nasal kanul.
6) Mengeluarkan setiap robekan uterus yang ada dan menjahit ulang jika perlu.
7) Pantau kondisi pasien dengan cermat. Meliputi TTV, darah yang hilang, kondisi
umum (kepucatan, tingkat kesadaran) asupan kesadaran dan haluaran urine dan
melakukan pencatatan yang akurat.
8) Berikan kenyamanan fisik (posisi yang nyaman) dan hygiene, dukungan emosionil,
lakukan instruksi medis dan laporkan setiap perubahan pada dokter.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37619817/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEHAMILAN Di
Akses pada 30 Juli 2021 pukul 10.56 WIB
https://www.academia.edu/19702326/LAPORAN_PENDAHULUAN_NIFAS Di Akses
pada 2 Agustus 2021 pukul 04.57 WIB
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi/Cairan
INTERVENSI DX. 1
IMPLEMENTASI DX.1
EVALUASI DX. 1
Output urine 1 2 3 4 5
Tingkat kesadaran 1 2 3 4 5
Satrasi oksigen 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Haus 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5
Letargi 1 2 3 4 5
Asidosis metabolic 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Mean Arterial Preassure 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
DX. 2 Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif ( D.0015 ) Halaman 48
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Sirkulasi
• Definisi : beresiko mengalami penurunan darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabilisme tubuh.
• Factor Resiko
1. Hiperglikemia
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Prosedur endovaskuler
6. Trauma
7. Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat ( mis. Merokok, gaya hidup kurang
gerak, obesitas, imobilitas )
• Kondisi Klinis Terkait
1. Anteroklerosis
2. Raynaud’s disease
3. Thrombosis arteri
4. Artritis rematoid
5. Leriche’s syndrome
6. Aneurisma
7. Buerger’s disease
8. Varises
9. Diabetes melitus
10. Hipotensi
11. Kanker
INTERVENSI DX.2
1. Memeriksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna,
suhu, angkle brachial index)
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
3. Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
4. Menghindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
5. Menghindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi
6. Menghindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
7. Melakukan pencegahan infeksi
8. Melakukan perawatan kaki dan kuku
9. Melakukan hidrasi
10. Menganjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
11. Menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
EVALUASI DX.2
Ekspetasi Meningkat
Kriteria Hasil
INTERVENSI DX. 3
Manajemen Nyeri ( I. 08238 ) Halaman 201
• Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
• Tindakan
- Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frek, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeru pada kualitas hidup
8. Monitor efek samping pemberian analgesik
- Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, bila perlu
IMPLEMENTASI DX.3
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frek, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Mengkontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
6. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
8. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
9. Mengkolaborasi pemberian analgesik, bila perlu
EVALUASI DX.3
Kontrol nyeri ( L. 08063 ) Halaman 58
Definisi : Tindakan untuk meredakan pengalaman sensorik atas emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan
Ekspetasi Meningkat
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5
terkontrol
Kemampuan mengenali 1 2 3 4 5
onset nyeri
Kemampuan mengenali 1 2 3 4 5
penyebab nyeri
1 2 3 4 5
Kemampuan menggunakan
teknik non farmakologis
Dukungan orang 1 2 3 4 5
terdekat
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017 standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan :
DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2017 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan :
DPP PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2017 Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta Selatan :
DPP PPNI