Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN TEHNIK INSTRUMENTASI PADA


PASIEN DENGAN PROSEDUR PEMBEDAHAN MASTEKTOMI
RADIKAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktik Klinik Perioperatif II
Di RSUD BANGIL

Oleh:
Nama : Fera Ilmawati
NIM : P17211193029

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian Mastektomi Radikal
Mastektomi radikal adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada tumor payudara dengan mengangkat blok payudara dan kulit diatas
tumor, otot pectoralis mayor dan minor ditambah diseksi kelenjar aksila
total. Menurut Yaqin (2019), mastektomi radikal merupakan jenis operasi
pengangkatan payudara komplet, termasuk putting, kulit payudara, otot
dibawah payudara, serta simpul limfa (getah bening).
B. Anatomi Fisiologi Payudara

Dalam bahasa latin, payudara dikenal dengan nama mammae.


Payudara merupakan organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia
berjenis kelamin betina, termasuk perempuan dari golongan manusia.
Secara fisiologi, anatomi payudara terdiri dari beberapa jaringan organ
dalam yaitu alveoli, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori
papilla, dan tepi alveolan. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama
dari bagian sentral dan pengaliran ke kelenjar interpektoralis. Menurut
Putra (2015), payudara normal mengandung beberapa organ dalam
(jaringan), yakni jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong
lemak, pembuluh darah, pembuluh limfa, dan susunan saraf.
1. Jaringan Kelenjar, Duktus, dan Jaringan Penyokong
Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier
mengelilingi puting. Setiap segmen mempunyai satu aliran yang
akan berdilatasi begitu sampai di belakang aerola atau yang
disebut dengan retro aerola. Pada retro aerola ini, duktus, yang
berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali pada ibu yang dalam masa
menyusui akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini
tidak terisi dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus
eksretorius). Setiap lobus atas (sekelompok alveolus) yang
bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) akan bergabung
dengan duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih besar
dan berakhir dalam saluran sekrektorik. Ketika saluran ini
mendekati puting, saluran tersebut akan membesar untuk wadah
penampungan air susu yang disebut sinus laktiferus (Putra, 2015).
2. Pembuluh Darah Atau Vaskularisasi Payudara
Pembuluh darah ialah bagian sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah ada dua
yaitu arteri dan vena, kedua pembuluh darah tersebut juga
mengalirkan darah yang berada di dalam payudara. Pembuluh
darah arteri dibantu oleh empat kelenjar yang ada di dalam
pembuluh arteri yaitu, mammaria interna, arteri thorako-
akromialis, arteri mammaria eksternal, arteri thorako-dorsalis.
Pembuluh darah vena pada payudara terdiri atas tiga bagian yaitu,
cabang-cabang perforantges vena mamaria interna, cabang-
cabang vena aksilaris, dan vena-vena kecil bermuara pada vena
interkostalis (Putra, 2015).
3. Sistem Limfa pada Payudara
Sistem limfa pada payudara melibatkan kinerja getah bening,
yakni suatu kelenjar yang memegang peranan penting dalam
mencegah penyebaran atau perkembangan sel-sel kanker.
Kelenjar getah bening adalah barrier pertahanan bagi penyebaran
sel-sel tumor, menjadikan kelenjar getah bening itu sebagi sumber
penyebaran jauh (Putra, 2015).

Menurut Putra (2015), secara morfologi anatomi payudara dibagi


menjadi dua, yakni kalang payudara (aerola mammae) dan puting susu.

1. Kalang Payudara (aerola mammae)


Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada daerah ini, terdapat kelenjar keringat,
kelenjar lemak. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu
bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui.
Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan
tempat penampungan air susu (Putra, 2015).
2. Putting susu
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung
adanya variasi dan ukuran payudara, maka letaknya bervariasi.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, dan serat-serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler, sehingga bila ada kontraksi, duktus
laktiferus akan padat dan menyebabkan puting susu ereksi.
Sedangkan, serat-serat otot yang longitudinal akan menarik
kembali puting susu tersebut (Putra, 2015).

Menurut Putra (2015), fisiologi payudara mengalami tiga


perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai
ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan hormon hiposfisis
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus (Putra, 2015).

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.


Sekitar hari kedelapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan
pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi perbesaran
maksimal. Terkadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri,
sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang (Putra, 2015).

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada


kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobulus dan
duktus alveolus berproliferasi, serta tumbuh duktus baru. Sekresi hormon
prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh
sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu (Putra, 2015).

C. Pengertian Carcinoma Mammae


Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak
dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit
(Erik, 2005 dalam Putra 2015).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan
payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang. Kanker payudara itu tidak menyerang
kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara
menyebabkan sel dan jaringan payudara tersebut berubah bentuk menjadi
abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Putra, 2015).
Carcinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
D. Etiologi Carcinoma Mammae
1. Jenis kelamin
Kanker payudara lebih sering menyerang perempuan dibanding laki-
laki. Laki-laki juga bisa menderita kanker payudara, akan tetapi
penyakit ini lebih besar kemungkinannya untuk menyerang kaum
perempuan. Mungkin penyebabnya adalah karena laki-laki memiliki
lebih sedikit hormon esterogen dan progesteron. Hormon esterogen
dan progesterone inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya sel kanker
dan kedua hormon tersebut lebih banyak dimiliki dalam diri
perempuan. Inilah sebabnya perempuan lebih beresiko terkena
kanker payudara
2. Faktor genetik
Sekitar 5-10% kasus kanker payudara diturunkan. Ini artinya bibit
kanker payudara tersebut merupakan hasil langsung dari kelainan
gen (mutasi gen) yang diturunkan dari orang tuanya. Telah
ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang
perempuan mewarisi salah satu dari gen tersebut, ia berisiko tinggi
menderita kanker payudara. Gen lainnya yang juga diduga berperan
dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARDI, BRCA3 dan
Noey2
3. Penggunaan obat hormonal
Seseorang yang pernah menggunakan obat hormonal dalam jangka
waktu lama, seperti terapi sulih hormon atau hormonal replacement
therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan (infertilitas) dapat
beresiko tinggi terserang kanker payudara
4. Faktor usia
Perempuan berusia diatas 40 tahun, perempuan yang mendapatkan
haid pertama pada umur kurang dari 12 tahun (menarche dini)
memiliki resiko 2- 4 kali lebih besar, dan perempuan yang
mengalami menopause (mati haid) setelah usia 50 tahun. Semakin
lambat menopause maka semakin besar resiko terserang kanker
payudara.
5. Perempuan yang tidak pernah melahirkan anak dan tidak menyusui
Pasalnya pada saat menyusui secara aktif menjadi periode bebas
kanker dan memperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa menyusui,
peran hormon eterogen menurun dan di dominasi oleh hormon
prolaktin. Beberapa studi menunjukan bahwa menyusui dapat
menurunkan resiko terkena kanker payudara, terutama jika ibu
menyusui selama 1,5 hingga 2 tahun.
6. Perempuan yang melahirkan anak pertama diatas usia 30 tahun
Semakin tua usia perempuan saat hamil dan melahirkan, semakin
tinggi resikonya menderita kanker payudara.
7. Riwayat keluarga
Beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk deteksi dini yaitu
ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara atau kanker
yang berhubungan dari ibu atau ayah, kanker ovarium, endometrium,
kolorektal, prostat, tumor otak, leukemia, dan sarkoma
8. Riwayat masa lalu
Riwayat pribadi menderita kanker di masa sebelumnya. Seseorang
yang pernah mengalami operasi payudara akibat tumor jinak
(kelainan fibrokistik dan fibroadenoma), atau tumor ganas payudara
kontralateral cenderung akan berkembang kembali sebagi kanker
payudara suatu hari nanti.
9. Mengkonsumsi alcohol
Perempuan yang terlalu banyak mengkonsumsi alcohol. Perempuan
yang mengkonsumsi alkohol resikonya dua kali lipat terserang kanker
payudara pada tahun-tahun terakhir hidupnya
10. Paparan radiasi
Perempuan yang pernah terpapar radiasi di bagian dada (sebagai
salah satu terapi kanker yang dideritanya saat anak-anak/remaja atau
sebagai pengobatan lainnya) juga beresiko menderita kanker
payudara.
11. Peningkatan berat badan
Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa karena
obesitas pada usia dewasa/menopause akan menyebabkan tingkat
esterogen yang jauh lebih tinggi. Makanan berlemak dan berprotein
tinggi rendah serat Konsumsi makanan berlemak dan berprotein
tinggi tetapi rendah serat yang terlalu banyak dan sering, karena
mengandung zat karsinogen yang dapat merangsang pertumbuhan
sel kanker.
E. Patofisiologi Carcinoma Mammae
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang
bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan
terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen) (Putra, 2015).
F. Tujuan
Menurut (Lestari, 2011) tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan
menjadi dua macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif :
1. Prinsip terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker
tanpa meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah
kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini(stadium 0, I
dan II).
2. Prinsip terapi bedah paliatif adalah untuk mengangkat kanker
payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker
secara mikroskopik. Pengobatan bedah paliatif ini pada umumnya
dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti
perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus, dilakukan pada
kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III dan IV.
G. Jenis-jenis Mastektomi
1. Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi
ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh
payudara dan puting. Atau berupa subcutaneous mastectomy, dimana
seluruh payudara diangkat namun puting tetap dipertahankan.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan kanker
payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi
preventif pada wanita dengan risiko tinggi.

2. Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)


Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan
putingnya, namun simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa
kasus, sentinel node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu
sampai tiga simpul limfe pertama

3. Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)


Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy
(MRM)-mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan
trauma yang lebih ringan daripada mastektomi radikal, dan ssat ini
banyak dilakukan di Amerika. Dengan MRM, seluruh payudara akan
diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral
(mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih tetap
dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan.

4. Mastektomi Radikal (Radikal Mastectomy)


Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’,
termasuk puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit
payudara, otot dibawah payudara, serta simpul limfe (getah bening).
Karena mastektomi radikal ini tidak lebih efektif namun merupakan
bentuk mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan.
5. Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental
Mastectomy)
Mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker payudara stadium I
dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving
therapyterapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian
payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti
dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan
payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan ditembakkan
pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh
kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain.

6. Quadrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada
prosedur ini, dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak
jaringan payudara dibandingkan dengan lumpektomi.
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara,
termasuk kulit dan jaringan konektif (breast fascia). Cairan berwarna
biru disuntikkan untuk mengidentifikasi simpul limfe yang
mengandung sel kanker
7. Lumpectomy atau sayatan lebar
Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan
sedikit jaringan normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy)
hanya mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di jaringan
payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di kemudian
hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini
disebut reexcision (pengirisan/penyayatan kembali).

8. Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit
jaringan normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak
diperlukan jika biopsy ika biopsy dengan sayatan ini berhasil
mengangkat seluruh tumor.
DAFTAR PUSTAKA

Ariana, R. (2018). Anatomi dan fungsi payudara. 1–23.


Putra, S.R. (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara.Yogyakarta: Laksana.
Yaqin, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Radikal
Mastektomi Dekstra Atas Indikasi Carsinoma Mammae Dengan Nyeri Akut
di Ruang Melati 4 Rsud Dr. Soekardjo Tasikmalaya.
LAPORAN INDIVIDULAPORAN TEHNIK INSTRUMENTASI PADA
PASIEN DENGAN PROSEDUR PEMBEDAHAN MASTEKTOMI
RADIKAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktik Klinik Perioperatif 2
Di RSUD BANGIL

Oleh:
Nama : Fera Ilmawati
NIM : P17211193029

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
Teknik Instrumentasi Tindakan Mastektomi Radikal
A. Pengertian
Teknik instrumentasi mastektomi radikal adalah suatu cara dalam
mengatur instrumen operasi yang meliputi penataan alat instrumen
sebelum operasi, selama operasi (handling instrumen), dan setelah
operasi pada pasien dengan tindakan mastektomi radikal. Mastektomi
radikal adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada tumor
payudara dengan mengangkat blok payudara dan kulit diatas tumor, otot
pectoralis mayor dan minor ditambah diseksi kelenjar aksila total.
B. Tujuan
1. Untuk mengatur alat secara sistematis di meja instrumen
2. Memperlancar handling instrumen
3. Memperhatikan kesterilan alat selama proses operasi berlangsung
C. Indikasi
1. Kanker payudara stadium dini (I,II)
2. Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
3. Keganasan jaringan lunak pada payudara.
D. Kontraindikasi
1. Tumor melekat dinding dada
2. Edema lengan
3. Nodul satelit yang luas
4. Mastitis inflamatoar
E. Cara Kerja
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Kondisi fisik dan psikis
c. Kondisi lokasi operasi
d. Kelengkapan alat instrumen
2. Persiapan lingkungan dan Pasien
Persiapan Lingkungan
a. Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin couter
dan lampu operasi.
b. Menyiapkan meja mayo dan meja instrument.
c. Memasang underpad non steril di bawah payudara
d. Mempersiapkan dan menempatkan tempat sumpah medis agar
mudah dijangkau
e. Mengatur suhu ruangan
a. Persiapan Pasien
a. Melakukan hand over/timbang terima pasien, mengecek
kelengkapan informed consent, hasil laboratorium, jenis
antibiotik profilaksis yang akan digunakan.
b. Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan
pakaian khusus masuk kamar operasi.
c. Memastikan pasien dalam kondisi sedang puasa.
d. Melakukan sig in yang meliputi :
 Menanyakan identitas pasien dan mengecek apakah
nama yang disebutkan sudah sesuai dengan gelang
identitas dan rekam medis pasien.
 Menanyakan apakah pasien telah mengetahui prosedur
tindakan operasi yang akan dilakukan.
 Mengecek informed consent/persetujuan tindakan
operasi dan pembiusan telah ditandatangani oleh
keluarga pasien.
 Mengecek apakah tempat insisi telah diberi penanda.
 Menanyakan apakah pasien memiliki alergi obat.
 Menanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit
HIV, hepatitis, TB dan penyakit infeksi lainnya.
 Menanyakan apakah pasien memiliki penyakit asma.
 Menanyakan apakah pasien merasa sesak.

Pada anastesi ditanyakan :

 Persiapan mesin dan obat anastesi


 Fungsi pulse oksimetri
 Faktor penyulit
3. Persiapan alat
a. Set Dasar

No Nama Alat Jumlah


1. Handvat mess no. 4 1
2. Cucing 2
3. Bengkok 1
4. Pincet anatomis/ pincet chirugis 2/2
5. Klem pean 3
6. Kocher 6
7. Gunting metzembaum 1
8. Langenback 2
9. Duk klem 5
11. Gunting benang 1
12. Naldvoeder 2
17. Kanul suction 1
18. Desinfeksi klem 1
19. Gunting mayo 1

b. Set penunjang
No. Nama Alat Jumlah
Steril
1. Kabel kauter monopolar 1
2. Selang suction 1
Non steril
1. Mesin ESU (electro surgical unit) 1
2. Mesin suction 1

c. Set linen

No Nama Alat Jumlah


.
1. Gown steril Sesuai jumlah tim
2. Duk besar 2
3. Duk kecil 4
4. Handuk steril Sesuai jumlah tim

d. Bahan Habis Pakai

No Nama Alat Jumlah


1. Benang T-Silk No 2-0/T-Vio No 1 1/1
2. Kassa/big kassa 15/2
3. Deppers 15
4. Mess no 23 1
5. Handscoon steril Sesuai jumlah tim
6. Sufratul 1
7. Povidon iodin Secukupnya
8. Cairan NS Secukupnya
9. Hipavik Secukupnya
10. Redon drain 1
11. Underpad on steril 1
F. Prosedur Instrumentasi Teknik
 Membantu memindahkan pasien ke meja operasi yang sudah dialasi
dengan underpad on steril pada bagian bawah payudara.
 Tim anestesi melakukan induksi dengan general anestesi.
 Perawat sirkuler memposisikan pasien supine dengan tangan kanan
terlentang dan tangan kiri ditekuk ke atas.
 Pada saat pasien mulai diinduksi, perawat instrument melakukan
scrubing, gowning dan gloving.
 Perawat instrumen menutup meja mayo dengan linen steril kemudian
menyiapkan dan menata alat di meja mayo.
 Perawat instrumen membantu operator dan asisten untuk memakai
gaun dan sarung tangan steril.
 Berikan desinfeksi klem dan deepers yang berisi povidone iodine
kepada operator untuk melakukan antisepsis.
 Operator dan asisten melakukan drapping area operasi:
1) Berikan 1 duk kecil untuk diletakkan di bawah payudara yang
akan dioperasi sampai punggung.
2) Berikan 1 duk besar untuk menutupi bagian bawah payudara
sampai kaki .
3) Berikan 1 duk besar untuk menutupi atas kepala.
4) Pasang 2 duk kecil untuk menutupi bagian kanan dan kiri
payudara
5) Fiksasi duk dengan duk klem pada 4 sudut.
6) Letakkan 2 duk kecil di atas abdomen dan kepala.
 Perawat instrument memasang selang suction dan kauter di atas duk
steril, perawat sirkuler membantu mencolokkan kabel kauter pada
mesin ESU dan memasang selang suction pada mesin suction.
Kemudian perawat instrumen memfiksasi selang suction dan kauter
dengan kassa dan duk klem di atas duk steril.
 Dekatkan meja mayo dan meja instrumen.
Time Out
 Perawat sirkuler melakukan time out meliputi:
1. Konfirmasi apakah anggota seluruh tim telah memperkenalkan
nama dan peran mereka
2. Konfirmasi nama pasien, prosedur dan dimana insisi akan
dilakukan
3. Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan dalam 60 menit
terakhir
4. Antisipasi Langkah kritis terhadap ahli bedah:
- Adakah keadaan kritis / Langkah yang tidak rutin?
- Adakah antisipasi kehilangan darah?
5. Terhadap anastesi adakah kondisi khusus pada pasien
6. Terhadap tim perawat apakah semua peralatan sudah steril sesuai
dengan indicator
7. Adakah masalah pada peralatan
8. Apakah foto-foto pasien yang penting telah ditampilkan
9. Berapa jumlah kasa yang disiapkan
 Setelah pembacaan time out, operator memimpin berdoa sebelum
operasi dimulai.
 Perawat instrument memberikan handvat mess no. 4 dengan mess no.
23 dan pinset chirugis kepada operator untuk insisi kulit.
 Kemudian insisi diperdalam sampai fat dengan kauter.
 Perawat instrumen memberikan pinset chirurgis dan big kas pada
asisten untuk rawat perdarahan.
 Berikan klem koker pada operator untuk mengklem subkutis dibawah
insisi (untuk memperluas lapang pandang operasi) asisten membantu
mengangkat/menegakkan koker untuk mempermudah operator
melakukan flapping kulit memisahkan antara subkutis dan jaringan
lemak.
 Insisi diperdalam dengan kauter hingga tampak fasia, rawat
perdarahan dengan big kas bila ada pembuluh darah yang besar
dilakukan koagulasi dengan kauter. Berikan langenback kepada
asisten untuk memperluas lapang pandang.
 Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil
merawat perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di
daerah parasternal. Kemudian mastektomi dilanjutkan hingga tampak
otot pectoralis mayor dan minor.
 Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB
aksila Level I (lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m.
Pektoralis minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi
jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat
mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan
mamae diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis
longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural
selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila
terlepas sebagai satu kesatuan.
 Setelah mamae terangkat dan rawat perdarahan, kemudian berikan
cairan NS untuk pencucian sampai bersih.
 Kemudian pasang redon drain dan fiksasi menggunakan T-Silk No. 2-
0
Sign Out
 Perawat sirkuler melakukan sign out meliputi:
1. Perawat secara lisan menyampaikan
- Nama dari prosedur
- Apakah instrument, alat habis pakai (kasa), dan jarum telah
dihitung dan sesuai
- Labeling dari specimen (baca label specimen dengan keras
termasuk nama pasien)
- Adakah masalah terhadap perlatan yang dipakai
2. Terhadap ahli bedah, anastesi dan perawat
- Adakah hal yang penting untuk pulih sadar dan perawatan
pasien yang telah diperhatikan?
3. Pemsangan implant
 Setelah sign out dibacakan, operator melakukan penutupan luka
operasi. Perawat instrumen memberikan naldvoeder dan benang T-Vio
No. 1 untuk menjahit lemak dan T-Silk No. 2-0 untuk menjahit kulit,
asisten diberikan klem pean dan gunting benang.
 Setelah selesai penjahitan kulit, bersihkan luka dengan kasa basah,
keringkan dengan kasa kering. Kemudian tutup luka dengan sufratul,
kasa kering, dan hipavik.
 Operasi selesai, rapikan pasien.
 Perawat instrument menginventarisasi bahan habis pakai pada depo
farmasi, kemudian menghitung kelengkapan alat dan menata kembali
alat-alat pada instrument set untuk disterilkan, serta merapikan
kembali ruangan.

Anda mungkin juga menyukai