Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN TEKNIK INSTRUMENTASI


PASIEN DENGAN PROSEDUR BEDAH APPENDIKTOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Perioperatif 3
Di RSUD Bangil

Oleh :
Oktaviani Dwi Rahmawati
P17211193060

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
TEKNIK INSTRUMENTASI APPENDIKTOMI

A. Pengertian Adenotonsilektomi
Appendicitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Apendiktomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk
mengangkat apendiks. Appendiktomi adalah pembedahan atau operasi
pengangkatan apendiks. Appendiktomi merupakan pengobatan melalui
prosedur tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau
penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut
seperti peritonitis atau abses (Bruno, 2019).

B. Anatomi
Appendix vermiformis atau yang sering disebut apendiks merupakan
organ sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung
banyak jaringan limfoid. Panjang apendiks bervariasi dari 3–4 inci (8–13 cm).
Dasarnya melekat pada permukaan sekum. Sekum adalah bagian dari usus
besar yang terletak di perbatasan ileum dan usus besar. Bagian apendiks
lainnya bebas. Apendiks ditutupi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat
pada lapisan bawah mesenterium intestinum tenue melalui mesenteriumnya
sendiri yang pendek yang dinamakan mesoapendiks. Mesoapendiks berisi
arteri, vena dan saraf-saraf (Snell, 2006).
Apendiks terletak di regio iliaka dekstra dan pangkal diproyeksikan
ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis yang
menghubungkan spina iliaca anterior superior kanan dan umbilikus.

Ujung apendiks mudah bergerak dan mungkin ditemukan pada


tempat-tempat yaitu, tergantung ke bawah ke dalam pelvis berhadapan
dengan dinding pelvis kanan, melengkung di belakang sekum, menonjol ke
atas sepanjang pinggir lateral sekum, dan di depan atau di belakang pars
terminalis ileum. Posisi pertama dan kedua merupakan posisi yang paling
sering ditemukan (Snell, 2006). Posisi apendiks sangat variabel dibandingkan
daripada organ-organ lainnya. Yang paling sering, sekitar 75 % terletak di
belakang sekum. Sekitar 20% menggantung ke bawah di bawah tulang
panggul (Ellis, 2006).

Persarafan apendiks berasal dari cabang-cabang saraf simpatis dan


parasimpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan
persarafan simpatis berasal dari nervus thorakalis X. Perdarahan apendiks
berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika
arteri ini tersumbat, misalnya pada thrombosis, apendiks akan mengalami
gangren (Sjamsuhidajat & de Jong, 2007).

C. Etiologi
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis, yaitu:
1. Sumbatan pada lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari
apendisitis akut
2. Hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid
3. Timbuan tinja/feces yang keras (fekalit)
4. Tumor apendiks
5. Cacing ascaris
6. Benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat
menyebabkan sumbatan.

D. Patofisiologi
E. Referensi
Joanne McCloskey,dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America : Mosby

Kumpulan Materi Pelatihan Perawat Instrumen, 2015. Instalasi Bedah Sentral,


Malang

Mutaqin,Arif & Sari,Kumala.2013.Asuhan Keperawatan Perioperatif :


Konsep, Proses dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Banjar Masin : Salemba


Medika

Nanda Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :


EGC

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku


Pertama. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Smeltzer. C. Suzanne (2010), Brunner and Suddarth’s textbook of Medical-
Surgical Nursing, (dr. H. Y. Kuncara. dkk: penerjemah), volume 2,edisi
VIII, Jakarta: EGC.

Sue Moorhead,dkk.2008 . Nursing Outcome Classification (NOC). United


States of American : Mosby

LAPORAN INDIVIDU
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI
PASIEN DENGAN PROSEDUR BEDAH APPENDIKTOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Perioperatif 3
Di RSUD Bangil
TEKNIK INSTRUMENTASI APPENDIKTOMI

1. Pendahuluan
a) Pengertian
Appendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan
apendiks. Appendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur
tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau
penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih
lanjut seperti peritonitis atau abses (Bruno, 2019).
b) Etiologi
Menurut (Sjamsuhidayat, 2011) penyebab terjadinya appendicitis adalah:
1. Peradangan
2. Sumbatan lumen apendiks
3. Hyperplasia jaringan limfe
4. Erosi mukosa apendiks
5. Parasit seperti E.histolytica

c) Indikasi
Menurut (Nuraeni, 2016) adapun beberapa indikasi apendiktomi yaitu:
1. Appendicitis akut
2. Periapendikuler infiltrat
3. Apendicitis perforasi
4. Appendicitis abses
5. Appendicitis kronik

2. Instrumentasi Teknik Apendiktomi


a) Pengertian
Teknik instrumentasi apendiktomi merupakan sebuah cara untuk mengatur
instrument oprasi dalam penataan alat, handling instrument dan inventaris
alat setelah oprasi apendiktomi. Apendiktomi sendiri merupakan sebuah
teknik pembedahan untuk mengangkat apendik yang mengalami infeksi.
b) Tujuan
1. Untuk mengatur alat secara sistematis di meja instrument
2. Untuk memperlancar handling instrument
3. Untuk mempertahankan kesterilan alat selama oprasi berlangsung

c) Cara Kerja
a. Pengkajian
 Identitas pasien
 Riwayat alergi obat
 Riwayat penyakit terdahulu
 Lokasi oprasi
 Kelengkapan alat instrument

b. Persiapan lingkungan
 Ruang oprasi sudah bersih dan siap digunakan
 Meja oprasi dikunci
 Mengecek lampu oprasi
 Menyiapkan meja mayo
 Menyiapkan meja instrument
 Mengatur suhu ruangan
 Mengecek mesin suction dan mesin couter
 Memasang underpad dibawah perut pasien
 Menyiapkan tempat sampah medis dan non medis untuk dapat
dijangkau

c. Persiapan pasien
 Pasien harus sudah puasa sebelum dilakukan oprasi
 Pasien atau anggota keluarga sudah menanda tangani dan
menyutujui tindakan oprasi apendiktomi
 Pasien telah dilakukan timbang terima dengan perawat ruangan
untuk dicek kelengkapan berkas persetujuan oprasi dan anastesi,
hasil laboratoriun dan hasil swab PCR, dan dicek kembali obat
profilaksisnya
 Pasien telah menggunakan baju khusus untuk oprasi dan memakai
cap
 Pasien dilakukan sign in, yang meliputi:
1) Menanyakan identitas pasien dan mengecek apakah nama yang
disebutkan sudah sesuai dengan gelang identitas dan rekam
medis pasien.
2) Menanyakan apakah pasien telah mengetahui prosedur
tindakan operasi yang akan dilakukan.
3) Mengecek informed consent/persetujuan tindakan operasi dan
pembiusan telah ditandatangani oleh keluarga pasien.
4) Mengecek apakah tempat insisi telah diberi penanda.
5) Menanyakan apakah pasien memiliki alergi obat.
6) Menanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit HIV,
hepatitis, TB dan penyakit infeksi lainnya.
7) Menanyakan apakah pasien memiliki penyakit asma.
8) Menanyakan apakah pasien merasa sesak
Pada anastesi ditanyakan :
1) Persiapan mesin dan obat anastesi
2) Fungsi pulse oksimetri
3) Faktor penyulit

d. Persiapan alat
Set Dasar
No. Nama Alat Jumlah
1. Pinset anatomis 2 buah
2. Pinset chirugis 2 buah
3. Klem pean 3 buah
4. Kocher 4 buah
5. Gunting metzemboum 1 buah
6. Gunting jaringan 1 buah
7. Bebkock 1 buah
8. Allis klem 2 buah
9. Langen beck 2 buah
10. Suction kanul 1 buah
11. Hanvat mess no.4 1 buah
12. Duk klem 5 buah
13. Niddle holder 2 buah
14. Ring klem 1 buah
15. Kom/ cucing 2 buah
16. Bengkok 1 buah

Set Tambahan
No. Nama Alat Jumlah
1. Hak apendik 1 buah

Set Linen
No. Nama Alat Jumlah
1. Gown 4 buah
2. Handuk kecil 4 buah
3. Duk besar 2 buah
4. Duk kecil 6 buah
5. Duk lubang 1 buah

Alat Penunjang
Steril
No. Nama Alat Jumlah
1. Kabel couter monopolar 1 buah
2. Selang suction 1 buah
Non steril
3. Lampu oprasi 1 buah
4. Mesin suction 1 buah
5. Mesin ESU (electro surgical unit) 1 buah
6. Meja mayo 1 buah
7. Meja instrument 1 buah
8. Tempat sampah medis dan non 1 buah
medis
9. Diatermi 1 buah
Bahan habis pakai
No. Nama Bahan Jumlah
1. Dappers 15 buah
2. Kassa 15 buah
3. Underpad non steril 1 buah
4. Selang suction 1 buah
5. Couter monopolar 1 buah
6. Benang Silk 2.0 1 buah
7. Benang T-Vio 2.0 1 buah
8. Benang T-Lene 2.0 1 buah
9. Handscoon steril 4 pasang
10. NS 0,9% 500 cc
11. Povidone iodine Secukupnya
12. Sufratul 1 buah
13. Hypafix 4 kotak besar
14. Mess nomor 23 1 buah

e. Prosedur pelaksanaan
1. Memindahkan pasien dari ruang timbang terima ke kamar oprasi.
2. Memindahkan pasien dari bed ke meja oprasi yang telah terpasang
underpad non steril di atas meja oprasi.
3. Memposisikan pasien supine dengan kedua tangan terlentang ke
samping
4. Perawat sirkuler memasang plat diatermi pada paha kiri pasien,
menyalakan mesin ESU dan mesin suction
5. Tim anastesi melakukan pembiusan dengan jenis spinal anastesi,
kemudian perawat instrument melakukan scrubbing, gowning dan
gloving
6. Perawat instrument menutup meja mayo dengan menggunakan
linen steril kemudian perawat instrument menata alat di meja mayo
7. Perawat instrument membantu operator dan asisten operator untuk
melakukan gowning dan gloving.
8. Berikan desinfeksi klem/ ring klem dengan dappers dalam cucing
yang berisi povidone iodin untuk melakukan desinfeksi lapangan
oprasi yakni dibagian perut dengan cara memutar dari pusar
sampai seluruh bagian perut terlumuri oleh povidone iodine sampai
paha
9. Operator dan asisten melakukan drapping untuk mempersempit
lapangan oprasi dengan cara:
- Memberikan 1 duk besar dibagian ekstermitas bawah (dari
simfisis pubis sampai kaki)
- Memberikan 1 duk besar dibagian ekstermitas atas (dari
umbilikus sampai kepala)
- Memberikan 1 duk kecil untuk menutupi bagian tubuh kanan
- Memberikan 1 duk kecil untuk menutupi bagian tubuh kiri
- Fiksasi dengan duk klem 4 sisi
- Memberikan 2 duk kecil untuk menutup bagian simfisis pubis
dan umbilikus
10. Memasang selang suction yang diikatkan dengan couter kemudian
ikat menggunakan kasa dan difiksasi menggunakan duk klem ke
linen pasien, dibantu oleh perawat sirkuler untuk disambungkan ke
mesin ESU dan mesin suction
11. Mendekatkan meja mayo dan meja instrumen
12. Perawat sirkuler melakukan time out dan operator memimpin doa
sebelum oprasi dimulai
13. Perawat instrument memberikan hanvat mess no.4 yang dipasang
mess no.23 untuk menginsisi kulit
14. Berikan asisten pean dan kassa untuk menghentikan perdarahan
dan gunakan couter jika terjadi perdarahan berlebih
15. Operator memperdalam insisi dengan menggunakan couter sampai
tampak facia dan berikan dobel pinset chirrugis kepada asisten dan
operator
16. Setelah facia tampak instrument memberikan operator mess no.23
untuk menginsisi facia sedikit dan berikan langenbeck untuk
memperluas lapang pandang oprasi
17. Berikan doubel kocher kepada asisten untuk memegang facia dan
berikan gunting mayo kepada operator untuk membuka facia
secara memanjang
18. Berikan klem pean untuk split otot dan berikan langenbeck untuk
memperluas lapang pandang oprasi
19. Setalah otot terbuka maka akan terlihat peritonium, beri doubel
pinset anatomis pada operator dan asisten untuk membuka
peritoneum, beri gunting metzemboum kepada operator untuk
membuka peritonium, kemudian beri 2 pean untuk menjepit
peritoneum
20. Cavum abdomen tampak berikan doubel hak apendik untuk
memperluas lapang pandang oprasi
21. Berikan operator pinset anatomis untuk mencari sekum, beri allis
klem untuk fiksasi apendik
22. Berikan pean bengkok untuk memegang meso apendik lalu berikan
gunting metzemboum untuk memisahkan meso apendik dengan
basis apendik
23. Melakukan crush appendik dengan memberikan kocher kepada
operator, kemudian berikan needle holder dan benang silk 2.0
untuk melakukan ligase pada pangkal apendik sebanyak 2 kali
ligase dan beri gunting
24. Potong appendik dengan menggunakan mess no.23 yang
dicelupkan pada povidone iodin dengan dilapisi still dappers agar
saat memotong apendik tidak mengenai bagian organ yang lain
25. Letakkan appendik pada bengkok serta dengan still dappers
26. Berikan operator still dappers baru yang dicelup povidone iodin
untuk membersihkan bekas potongan
27. Cuci dengan menggunakan Ns dan berikan slaber pada operator
untuk membersihkan apendik yang sudah terligasi, kemudian
suction, cuci kembali dengan Ns dan evaluasi perdarahan, jika
tidak ada perdarahan maka suction kembali sisa Ns dan darah
28. Perawat sirkuler melakukan sign out
29. Berikan 4 kocher untuk memegang peritonium, beri needle holder
dan benang T-Vio 2.0 untuk menjahit peritoneum, otot, facia dan
lemak, serta berikan gunting benang kepada asisten untuk
menggunting benang
30. Berikan naeedle holder dan benang T-Lene 2.0 untuk menjahit
kulit
31. Bersihkan area oprasi dengan dappers yang dibasahi kassa,
kemudian keringkan dengan dappers kering
32. Tutup luka dengan sufratul dan kassa kemudian plaster dengan
hypafix
33. Oprasi selesai kemudian rapikan pasien, rapikan alat daan
inventarisasi bahan habis pakai ke farmasi, dan alat kotor ke cssd
d) Referensi

Bruno, L. (2019). Post apendiktomi. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Nuraeni, S. (2016). Penerapan Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing


(Guided Imagery) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post
Op Apendiktomi Di Ruang Imam Bonjol Rsud Arjawinangun
Kabupaten Cirebon. Https://Medium.Com/Journal, 9–33.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-
a7e576e1b6bf

Anda mungkin juga menyukai