Anda di halaman 1dari 48

REFERAT

CARCINOMA MAMAE

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Obsgyn

Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Pembimbing :

dr. Vito Mahendra, Sp.B

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh:

Nina Oktarina Yustiarini

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018

PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang tertua pada

manusia. Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak jaman mesir kuno ± 1600

SM , walaupun pada saat itu belum ada definisi mengenai kanker. Edwin Smith

Papyrus melaporkan ada 8 kasus tumor yang disertai ulkus pada daerah payudara

yang diterapi dengan cara dibakar dengan api. Selang beberapa abad lamanya

penderita dengan tumor payudara tidak mendapatkan terapi , baru kemudian

muncul pada abad 17 seorang ahli bedah Perancis Jean Louis Petit (1674 – 1750)

menemukan kasus kanker payudara yang disertai pembesaran limfonodi didaerah

aksila. Kemudian ahli bedah dari scotlandia Benjamin Bell (1749 – 1806)

melakukan operasi pengangkatan kelenjar payudara beserta otot – otot dada dan

limfonodi aksila, baru kemudian dipopulerkan oleh William Stewart Halsted (

1882 ) melakukan Halsted Radikal Mastectomy dan prosedur ini tetap populer

sampai tahun 1970.

Kelenjar ini khas untuk golongan mamalia. Jumlah kelenjar berbeda

tergantung jenis spesies. Pada manusia terdapat satu pasang kelenjar. Secara

embriologi, payudara manusia berasal dari penebalan ektodermal pada sisi dada

dari ketiak kearah vulva pada kedua sisinya. Penebalan bilateral ini (milk streak)

timbul pada minggu keenam kehidupan mudigah (foetal life). Pada minggu

kesembilan, penebalan ini menjadi atrofi, kecuali pada daerah dada dan puncak

papilla nampak sebagai daerah proliferasi sel basal. Akhir bulan ketiga gestasi, sel

skuamosa dari permukaan mulai invasi kepuncak papila. Saluran kelenjar

payudara tumbuh berasal dari daerah ini dan berakhir pada puncak lobular yang

mana proliferasi seiring dengan maturitas seksual. Kelenjar payudara dewasa


terletak diantara lapisan luar dan dalam fasia pektoralis superfisialis dinding dada

depan, berada pada celah iga depan ke dua sampai ke tujuh. Dimensi kepala-ekor

antar 10-12 cm, dan ketebalan kelenjar maksimum 3-5 cm. Payudara non laktasi

mempunyai berat 150-200 gram dan kelenjar yang mengalami laktasi mempunyai

berat 400-500 gram. Kelenjar payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar terdiri

atas 15-25 lobus yang berfungsi mengeluarkan air susu. Setiap lobus terpisah oleh

jaringan ikat padat dan banyak

jaringan lemak yang sesungguhnya merupakan kelenjar itu sendiri dengan

saluran laktiferus ekskretorius. Saluran ini mempunyai panjang 2-4,5 cm yang

bermuara pada papila payudara, terdapat 15-25 muara dan setiap muara

berdiameter 0,5 mm. Susunan histologik kelenjar payudara beragam sesuai jenis

kelamin, umur dan keadaan fisiologiknya.

DEFINISI

Kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel (kanker) yang ganas

terdeteksi dalam jaringan payudara. Sel-sel kanker ini dapat menyebar di dalam

jaringan atau organ tubuh dan kebagian tubuh yang lain. Kanker payudara adalah

suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal parenchyma. Kanker payudara

merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia.

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya

pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak

dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel

(Brunner dan Suddarth, 2005 ).


Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari

jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk

mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).

Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan

pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal

(Tucker dkk,1998).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di

dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel

jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam

10.00, Minggu tanggal 29-8-2005,sumber : Harianto,dkk).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma

areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011).

Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1

cm dalam waktu 8–12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara.
Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh.

Kapan penyebaran itu berlangsung, kita tidak tahu. Sel kanker payudara dapat

bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahuntahun

tanpa kita ketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.

EPIDEMIOLOGI

Di seluruh dunia kanker payudara menempati urutan kelima penyebab

kematian oleh karena kanker (kanker paru, kanker lambung, kanker hati, kanker

usus besar). Pada tahun 2005, 502.000 penderita meninggal oleh karena kanker

payudara (7 % penyebab kematian oleh karena kanker, 1% dari semua penyebab

kematian) dan ini merupakan penyebab kematian terbanyak yang terjadi pada

wanita diseluruh dunia. Di Amerika Serikat kanker payudara menempati

prevalensi tertinggi penyebab kanker pada wanita. Tahun 2007 diperkirakan

40.910 penderita

meninggal oleh karena kanker payudara. 1 dari 8 wanita di Amerika

menderita kanker payudara dan 1 dari 33 wanita meninggal oleh karena kanker

payudara.

Kanker payudara adalah jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada

wanita. Di Indonesia teryata 96 % kelainan dipayudara yang berbentuk tumor

justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga memudahkan dokter untuk

mendeteksi kanker payudara. Berbeda dengan

di negara barat dimana setiap wanita usia subur diharuskan oleh asuransi

kesehatan untuk memeriksakan payudaranya secara berkala sehingga angka

stadium dini kanker payudara ditemukan jauh lebih tinggi daripada di negara
berkembang dimana tidak ada keharusan untuk wanita usia subur memeriksakan

payudaranya.

Anatomi Fisiologi Payudara

Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae

berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan

ductus yang pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae,

parenkim, dan aerola. Pada pria aerola berada pada intercostal 4.

Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks.

Payudara perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan

dasarnya terletak dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau

ketujuh. Kompleks puting-areola terletak antara costa IV dan V. Medial payudara

mencapai pinggir sternum dan di lateral setentang garis mid aksilaris dan meluas

keatas ke aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara melekat

diantara subcutaneous fat dan fasia otot pektoralis mayor, otot serratus anterior,

oblix entern dan rectus abdo minis.


Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak.

Masing-masing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai

mempunyai ductus lactiferous yang menutup secara radial sehingga dapat

membuka puting. Jaringan lemak membungkus lobus, jaringan lemak membentuk

dan mengisi payudara, memberikan ukuran yang berbeda-beda pada tiap orang.

Aerola adalah hiperpigmentasi yang melngkari putting susu, disekeliling

aerola terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi

seluruh daerah putting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus

myoepitelial yang dapat berkontraksi dibawah pengaturan oxitosin, epitel ini

meluas ke seluruh system duktus


Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda

sampai lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong

mammae, disebut sebagai Ligamentum Cooper’s. Oleh karena itu, jika terdapat

tumor pada payudara yang melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan

penyusutan (penarikan) pada kulit dan retraksi kulit.

Payudara mendapat suplai darah utama dari cabang a. mammary interna,

cabang bagian lateral dari a.intercostal posterior, dan cabang dari a.axillary

termasuk a.thoracic lateral, dan cabang-cabang pectoral dari a.thoracoacromial.


Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan

drainase vena menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah

v.axilla (yang mempunyai peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan

v.intercostal posterior. Pleksus vertebra Batson's dari v.paravertebra yang berjalan

sepanjang tulang belakang dan memanjang dari dasar tengkorak ke sacrum, dapat

memberikan rute metastasis kanker payudara ke tulang belakang, tengkorak,

tulang panggul, dan sistem saraf pusat.

Cabang kornu lateral dari nervus intercostal ke 3 sampai ke 6 memberikan

persarafan sensorik pada payudara dan dinding dada anterolateral. Cabang ini

keluar dari ruang intercostal diantara m.serratus anterior. Cabang kutaneus yang

timbul dari plexus cervical, khususnya cabang-cabang n.supraclavicular,

mempersarafi kulit bagian atas payudara. N.interocosobrachial adalah kulit

cabang kutaneus lateral n.interkostal kedua, dan dapat terlihat ketika pembedahan

bagian axila. Reseksi n.intercostabrachial menyebabkan hilangnya sensasi pada

lengan atas.

Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang

berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe

pada daerah tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan

mempermudah menilai stadium kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla

yang terletak dari lateral sampai batas lateral m.pectoralis minor. Tingkat II

terdapat tepat di bagian dalam m.pectoralis minor. Bagian III adalah pembuluh

limfe yang terletak dari medial sampai batas medial dari m.pectoralis minor dan

termasuk pembuluh limfe subclavicular. Rotter’s node atau pembuluh limfe

intrapectorial terletak antara m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.


Perkembanagan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormone

estogren, progesterone, prolactin, oxytocin, horon tyroid, cortisol dan growth

hormone. Hormon estogeren, progesterone, dan prolactin memiliki efek trophic

yang penting bagi perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen

mempengruhi perkembangan payudara, sedangkat progresteron bertangungjaab

terfadap diferensasi epitel dan perkembangan lobus. Prolactin merupakan

hormone utama yang menstimulus proses lactogenesis pada periode kehamilan

akhir dan postpartum.

Hermon neurotropic dari hipotalamus bertanggung jawab terhadap regulasi

dan sekresi hormone yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon

gonadotropin leutinizing dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan

progresteron dari ovarium. Hipotalamus melepaskan gonadotrophin–releasing

hormone yang merangsang kelenjar hipofisi anterior melepaskan LH dan FSH

dari sel basofilik. Disini terdapat umpan balik dari sirkulasi estrogen dan

progresteron, terhadap pengaturan sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon-hormon


tersebut berguna sebagai perkembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan

payudara. Setelah lahir, kadar estrogen dan progresteron pada bayi perempuan

menurun hal ini masih berlangsung hingga masa kanak-kanak karena sensitivitas

umpan balik negatif dari axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini. Kemudian

pada masa pubertas terjadi penurunan sensitivitas umpan balik negative axis

hipotalamus-hipofisis dan meningkatnya sensitivitas umpan balik positif dari

estrogen. Kejadia physiologic meningkatkan sekresi GnRh, FSH, dan LH

sehingga terjadi peningkatan sekresi estrogen dan progresteron oleh ovarium,

yang nantinya terbentuk siklus menstruasi. Pada awal siklus menstruasi, terjadi

penambahan ukuran dan kepadatan payudara, yang diikuti dengan pembesaran

jaringan payudara dan proliferasi epital. Timbulnya mentruasi pembengkakan

payudara mereda, dan proliferasi epitel berkurang.


Pada masa kehamilan estrogen dan progrestin di ovarium dan placenta

meningkat, yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan subtansi pada

payudara. Payudara membesar, bersamaan dengan proliferasi duktus dan lobus,

areolar semakin gelap, kelenjar Montgomery semakin menonjol. Pada trimester

pertama dan kedua duktus minos bercabang dan berkembang. Pada trimester

ketiga lemak mengumouk di epitel alveolar dan rongga ductus. Pada akhir

kehamilan, prolactin merangsang sintesis lemak susu dan protein. Setelah plasenta

keluar, estrogen dan progresteron yang beredar menjadi berkurang, yang

menimbulkan pugeluaran penuh aksi laktogenik dari prolactin. Produksi dan

pengeluaran susu diatur oleh reflex saraf yang berasal dari ujung saraf putting-

aerola. Proses laktasi membutuhkan stimulasi dari reflex saraf yang kemudian

menimbulkan sekresi prolactin dan pengeluaran susu. Oksitosin keluar akibat

adanya stimulus dari menyusui baik visual, auditory, dan olfaktori. Oksitosin

menyebabkan kontraksi pada sel ioepitelial sehingka terjadi penekanan pada

alveioli, kemudian susu masuk ke dalam sinus laktiferus. Setelah menyusui,

pelepasan prolactin dan oksitosin berkurang. Ketika proses mnyusui terhenti maka

terjadi peningkatan tekanan didalam duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi

penurunan sekresi estrogen dan progresteron olih ovarium dan inovulasi duktus

dan alveoli mammae. Terjadi peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa

dan jaringan dipayudara diganti dengan jaringan adipose.


A. Etiologi

Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya

serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt

menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan

bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa

yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik

ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang

menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang

dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam

lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker

payudara (Brunner dan Sudart, 2001).

Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak

dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable) :

 Umur

Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita

paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita

berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun

resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.

 Menarche Usia Dini

Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami

menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal

berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada

wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan

payudara.

 Menoupause usia lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker

payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya

perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum

menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan

klinis.

 Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang

keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer

2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker

payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa

kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.

 Riwayat penyakit payudara jinak

Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan

resiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di

Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara

(adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi

untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker

payudara (RR=4,0).

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :

 Riwayat kehamilan

Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami

kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan

desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko

3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35

tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau

belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar

dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk

terkena kanker payudara (RR=4,0)


 Obesitas dan konsumsi lemak tinngi

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara

pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor

resiko terjadinya kanker payudara.

 Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral

Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.

Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek

proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami

kanker payudara sebelum menopause.

 Konsumsi Rokok

Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker

payudara daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS

Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa

diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara

2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok

(OR=2,36).

 Riwayat Keterpaparan Radiasi

Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan

terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun

meningkatkan resiko kanker payudara.


Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain

case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar

radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi

(OR=3,12)

Patofisiologi

Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan

genetik berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetik

masih belum diketahui. Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara

yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko, faktor

ini penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan. Hal yang

selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak

mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal

mereka. Di masa kehidupan, wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker

payudara, namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk

mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup

yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).

Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada

sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel

atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.

Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai

menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).

Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis.

Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan


sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson

Lorrairee M, 1995).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan

ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh

jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi

jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan

anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan

secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel

ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).

Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu

proses rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap insiasi, promosi

dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang

memancing sel menjadi maligna. perubahan dalam denetic sel ini disebabakan

oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia,

virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel

memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan

mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat

akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak

terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu

atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan

menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan. pada titik ini, kesalahan

DNA dapat diperbaiki, atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri

yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel
tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan

bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang

disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.

Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk

mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat

menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi

copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan

menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi

oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu

keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada

progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker

payudara menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer

getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang

bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar,

tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).

Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau

beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE,

2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia

Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah

sejauh mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun

penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker
dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan

pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu

histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi

(Sukarja,2000).

WOC
KLASIFIKASI

A. Carcinoma In Situ

Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia mengenai dasar

membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma sekitar, sel kanker hanya

mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi penjalaran, akurasi diagnosis tentang

karsinoma in situ perlu dilakukan analisis mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi

menjadi dua, yaitu lobular carsinoma in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu

karsinoma in situ diketahui dapat berkembang menjadi kanker invasif.

1. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)

Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) berasal dari ductus lobular terminal dan hanya

berkembang pada payudara wanita. LCIS dikarakteristik dengan distensi dan distorsi ductus

lobular terminal oleh sel kanker, dimana membesar namun dengan ratio sitoplasmik dan

nukleus yang normal. Ciri khas dari kanker ini adalah sitoplasma berlendir globulus.

Kanker ini rata-rata terjadi pada usia 44-47, paling sering terjadi pada perumpuan ras putih

dibandingkan perumuan Afrika-Amerika. Kanker payudara invasif berkembang dari 25-35%

perempuan dengan LCIS. LCIS dianggap sebagai penanda risiko untuk kanker payudara

invansif. Diketahui perempuan dengan riwayat LCIS sebesar 65% berkembang menjadi

kanker invasif ductal.

Insidensi Ca lobularis belum pasti. Diduga Ca lobularis in situ merupakan 3 % dari seluruh

tumor mammae, sedangkan jenis infiltratif-nya merupakan 10 % dari semua Ca mammae.


2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)

Ductal Carcinoma In Situ paling sering ditemukan pada perempuan, tapi sekitar 5% terjadi

pada laki-laki. DCIS merupakan faktor risiko paling tinggi mberkembang menjadi kanker

invasiv. Secara histologis, DCIS dikarakteristik sebagai proliferasi epitel, menghasilkan

pertumbuhan papilla dari ductus lumina. Pada awal perkembangan, sel kanker tidak

menunjukkan pleomorphism, mitosis, atau atipia, yang memungkinkan sulitnya membedakan

antara DCIS dengan hiperplasia jinak mammae. Sel-sel mempunyai sifat mikroskopik

keganasan, tetapi tidak menginvasi membrane basalis epitel duktus. Jika dibiarkan tanpa

diterapi, selalu timbul adenokarsinoma invasive, walaupun waktu untuk perkembangan

neoplasma invasive itu bias diukur dalam tahun atau dasawarsa.

B. Carcinoma Mammae Invasive

Secara umum kanker memiliki prognosis yang buruk. Foote dan Stewart membagi klasifikasi

carcinoma mammae invasive, yaitu:

I. Paget's disease of the nipple

II. Invasive ductal carcinoma

A. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)

B. Medullary carcinoma 4%

C. Mucinous (colloid) carcinoma 2%

D. Papillary carcinoma 2%

E. Tubular carcinoma (and ICC) 2%

III. Invasive lobular carcinoma 10%

IV. Rare cancers (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)


a) Penyakit Paget

Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh carcinoma ductal,

berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi eczematoid, krusta, bersisik,

dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada palpasi dan erosi atau krusta sering

terkacaukan dengan dermatitis. Angka kejadiannya adalah sekitar 2 % dari seluruh Ca

mammae dan hampir selalu timbul bersama-sama dengan Ca ductal atau invasive. Gejalanya

berupa nyeri, gatal, panas dan kadang berdarah. Penting sekali untuk dilakukan biopsi papilla

mammae. Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive, biasanya masih

pada stadium 1.

b) Carcinoma ductus menginfiltrasi dengan fibrosis produktif (Infiltrating

adenocarcinoma with productive fibrosis)

Neoplasma ini mewakili 75-78 % carcinoma mammae invasive dan disertai dengan

desmoplasia dan fibrosis. Tersering timbul pada wanita usia perimenopause atau

postmenopause (decade VI) sebagai suatu massa soliter, tidak nyeri, konsistensi keras,

berbatas tidak tegas. Carcinoma ini menginfiltrasi kulit secara diffuse dengan keterlibatan

ligamentum Cooper yang menghasilkan peau d’orange atau edema kulit yang luas.

c) Carcinoma Medullare

Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari ductus yang besar

dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang lunak. Biasanya mobile dan

terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit sering tertarik diatas massa sferis

besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat progresifitas lambat, walaupun tumor dapat

membesar dengan cepat, sekunder terhadap perdarahan atau nekrosis. Hanya kurang dari 20

% kasus Ca medullare ini yang timbul bilateral dan kurang dari 10 % yang mengandung
esterogen dan progesteron reseptor. Carcinoma ini mempunyai 5 year survival rate lebih baik

dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif. Prognosis terpenting pada Ca medullare adalah

keterlibatan metastase ke KGB axillaris.

d) Comedo carcinoma

Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari semua Ca

mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti pasta yang dapat

dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat, dapat meluas dalam waktu

beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang pada sepertiga pasien dapat metastase

ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan

58 %, setelah mastectomy yang adekuat. Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas,

kenyal, dan berwarna keabu-abuan.

e) Colloid / mucinous carcinoma

Merupakan suatu adenocarcinoma yang secara tipikal membentuk materi gelatin yang

menjadi bagian utama carcinoma ini. Angka kejadiannya sekitar 2 % dari seluruh Ca

mammae. Neoplasma jenis ini mempunyai potensi pertumbuhan yang lambat dengan

metastasis lanjut. Survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 59 %. Secara

makroskopik tumor ini berbatas tegas tetapi tidak berkapsul. Bila dipotong, benang materi

mukoid melekat pada scalpel.

f) Papillary carcinoma

Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering ditemukan pada usia

70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi biasanya kecil, jarang melebihi 2-3
cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis, perdarahan sentral, dan menghasilkan sekret

yang keluar dari papilla.

g) Tubular carcinoma

Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang digambarkan

membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae. Neoplasma jenis ini

sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit fibrokistik mammae dan harus

dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival rate-nya mendekati 100 %.

TANDA DAN GEJALA

Gejala dan tanda yang paling sering ditemukan adalah

1. Adanya benjolan pada payudara : Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan ukurannya

kecil tetapi lama-lama akan membesar dan menempel pada kulit.

2. Terjadi retraksi : dimana putting akan masuk atau tertarik kedalam,.

3. Terjadi perubahan warna : warna menjadi pink atau kecoklatan sampai menjadi

oedema yang menyebabkan kulit payudara atau putting mengkerut dan menjadi borok. Borok

dapat membesar dan mendalam sehingga merusak payudara, menjadi busuk dan berdarah.

4. Nipple discharge : keluarnya cairan. Gejalanya adalah keluarnya cairan yang tidak

wajar dan spontan dari puting. Cairan ini dikatakan tidak normal karena cairan normal hanya

keluar pada ibu hamil, ibu yang sedang menyusui, atau ibu yang memakai pil kontrasepsi.

Dimana cirri dari cairan ini adalah cairan berdarah encer, bewarna merah atau kecoklatan,

dapat keluar sendiri tanpa dipijat, dan dapat keluar terus menerus pada satu payudara.

Tanda lainnya yaitu terjadi pendarahan pada puting, sakit atau nyeri bila tumor sudah besar

dan timbul borok. Kemudian timbul pembesaran pada ketiak yaitu kelenjar getah bening,

terjadi pembekakan pada lengan. Kemudian terjadi penyebaran kanker keseluruh tubuh.
General

Pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi kanker payudara dapat terdeteksi pada pasien tanpa

gejala melalui skrining rutin dengan mammografi.

Tanda dan gejala lokal

Tanpa rasa sakit, terdapat gumpalan yang jelas merupakanm tanda yang paling umum.

Kurang umum : nyeri, nipple discharge, retraksi atau lesung, edema kulit, kemerahan atau

hangat. Lokal-regional lymp nodes yang jelas juga dapat muncul.

Tanda dan gejala metastase sistemik

Tergantung dari bagian yang mengalami metastase, tapi bisa berupa nyeri tulang, susah

bernafas, nyeri abdominal ataupun lebih luas, jaundis, perubahan status mental.

Tes Laboratorium

Tumor marker seperti antigen kanker (CA 27 .29) atau carcinoembryonic (CEA) dapat

meningkat.

Fosfatase alkali atau tes fungsi hati dapat meningkat pada penyakit yang bermetastase.

Tes diagnostik lain

Mammogram (dengan atau tanpa ultrasound, breast MRI, atau keduanya)

Biopsy untuk review patologi dan menentukan reseptor tumor esterogen/progesteron (ER/PR)

dan status HER2.

Tes stadium sistemik terdiri dari : Chest X-ray, chest CT, bone scan, abdominal CT atau

ultrasound atau MRI


B. Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:

 Stadium I

Gambar 2.2 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium I

Sumber Harrison , 2006

Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/

infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat

terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat

sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada
stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah

70%.

 Stadium II

Gambar 2.2 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium II

Sumber Harrison , 2006

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa

kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk
mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan

penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,

kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.

 Staium III A

Gambar 2.3 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium III A

Sumber Harrison , 2006

Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan

sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes,

87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.


 Stadium III B

Gambar 2.4 : Kanker Payudara Berdasarkan Stadium III B

Sumber Harrison , 2006

Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari

sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama

lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada

seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
 Stadium IV

Gambar 2.5 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium IV

Sumber Harrison , 2006

Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening

axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian

tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang

leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada

palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).


C. Komplikasi

 Limpedema

limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum

tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem

kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan

meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema

keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat

selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).


 Sidroma hiperkalsemik

Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan

kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.

D. Pemeriksaan Diagnostik

Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi dini kanker payudara yang diikuti

dengan terapi dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan terapi lebih banyak

pada pasien.

Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang

yang belum menunjukkan gejala kanker. Deteksi dini adalah upaya menggunakan alat bantu

untuk memungkinkan kanker didiagnosis lebih dini. Skrining sangat baik dilakukan pada

wanita yang memiliki faktor risiko untuk kanker payudara.

Cara deteksi dini kanker payudara adalah :

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)

2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter

3. Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)

4. Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).

Pemeriksaan payudara sendiri dan mammografi adalah metode utama untuk

mendeteksi dini kanker payudara. Rekomendasi untuk mammografi dari American Breast

Cancer Society dapat dilihat di tabel.

Rekomendasi American Cancer Society (2001) untuk

Deteksi Dini Kanker Payudara

Usia Pemeriksaan

≥20 tahun BSE setiap bulan


20-39 tahun CBE setiap 3 tahun

≥40 tahun CBE dan mammografi setiap tahun

BSE, Breast Self Examination; CSE, Clinical Self Examination

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)

Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan

sekali, pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita telah

menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya tanggal 10.

SADARI terdiri atas beberapa langkah:

1. Berdiri di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan lengan di

kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan dengan

menekan kedua tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan dan situ ke depan

sambil mengangkat bahu. Perhatikan tanda berikut

a. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.

b. Adanya cekungan di kulit

c. Perubahan bentuk putting

d. Adanya nyeri yang terus menerus


2. Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan

kanan di bawah kepala. Gunakan ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa

seluruh payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari daerah ketiak, lalu

daerah luar payudara dan melingkar hingga ke daerah puting. Perhatikan tanda berikut:

a. Adanya benjolan di payudara atau di ketiak

b. Daerah yang terasa menebal di payudara

3. Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar.
4. Ulang langkah 2 dan 3 untuk payudara kiri.

2. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter

Wanita pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara oleh

dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun sekali. Setelah usia 40

tahun, pemeriksaan klinis payudara harus dilakukan setidaknya sekali dalam 1 tahun.

Pemeriksaan klinis payudara baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan

klinis ini adalah kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang perubahan yang

terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi dini, dan tentang faktor risiko yang

meningkatkan kemungkinan wanita menderita kanker payudara.

3. Pemeriksaan Radiologis

A. Mammografi

Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan

mammografi sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat. Mammografi adalah

pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan kelainan

pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi. Dengan mammografi,

kanker payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%.


Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk

meratakan dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak

nyaman, tetapi sangat penting untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik dan dapat

dibaca. Penekanan payudara ini hanya berlangsung beberapa detik. Seluruh prosedur

mammografi untuk satu payudara adalah sekitar 20 menit.

Hasil dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh

dokter bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat dari mammogram

adalah :

Mikrokalsifikasi yaitu deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan payudara yang terlihat

sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan payudara. Mikrokalsifikasi yang dicurigai

sebagai tanda kanker adalan titik-titik yang sangat kecil, dan berkumpul dalam suatu

kelompok (cluster). Massa yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker

atau bukan kanker, tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang tampak

dapat berupa massa padat atau kistik (berongga dan berisi cairan).
B. Ultrasonografi (USG)

USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG

dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk

mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan

pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak

direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan

mammografi, kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.

Gambar A. Pemeriksaan USG Gambar B. Hasil pemeriksaan USG


Untuk usia di bawah 30 tahun USG direkomendasikan lebih dahulu dilakukan

sebelum mammografi karena pada usia muda (di bawah 30 tahun) cukup sulit untuk

menginterpretasikan hasil mammogram. Hal ini dikarenakan payudara di usia muda lebih

padat dan kelenjar susunya lebih banyak daripada usia tua yang payudaranya lebih tersusun

oleh lemak sehingga lebih muda dideteksi dengan mammogram. USG saat ini cukup banyak

dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi,

efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian operator.

C. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI

direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan magnet dan

gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh

lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras. MRI merupakan alat deteksi kanker yang

lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi,

maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan kanker. Itu

sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi

kanker payudara.

D. PET Scan

Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme

sel kanker. Untuk melihat apakah kanker sudah menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa

yang mengandung radioaktif disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat

cairan glukosa tersebut, dibanding sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada
PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan, MRI dan

pemeriksaan secara PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.

4. Biopsi

Biopsi diindikasikan untuk hasil mammografi abnormal dan dicurigai terdapat

keganasan. Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli

Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada

tidaknya sel kanker. Biopsi bisa dilakukan dengan anestesi lokal dan umum tergantung cara

biopsinya. Untuk biopsi dengan fine needle aspiration dan core biopsi biasanya bius lokal

sedangkan biobsi bedah dengan bius umum. Terdapat beberapa cara biopsi :

1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak

memerlukan persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus

di area tumor.Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus

dapat dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini

mungkin

agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena

jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil

sehingga tidak terdeteksi. Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan

diagnosis meleset 10%.

2. Core Biopsy

Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum

yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit

jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal. Hasil core

biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker.
Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena

bentuknya.

Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :

 Tidak ada tanda kanker payudara

 Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan

tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik

dilanjutkan dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.

 Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat

dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.

3. Biopsi Bedah

Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita

akan dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil

pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan

biopsi bedah.

Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.

Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat

tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan lebih meudah

menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan

diketahui 5-7 hari setelah operasi.

Biopsi dengan menggunakan needle atau jarum lebih meminimalkan rasa tidak

nyaman, kecemasan serta mengurangi komplikasi setelah perlakuan biopsi, juga tidak

terjadi kerusakan dan lebih murah dibandingkan biopsi pembedahan secara konvensional.
Jenis tes yang baru menyertakan juga tes tumor untuk menentukan status HER2

(human epidermal growth factor receptor-2). Ini berhubungan dengan pertumbuhan sel

kanker yang agresif. Pasien dikatakan HER2 positif jika pada tumor ditemukan overekspresi

HER2 dan kurang sensitif terhadap kemoterapi tertentu.Kanker dengan HER2-positif dikenal

sebagai bentuk agresif dari kanker payudara dan memiliki perjalanan penyakit yang lebih

buruk daripada pasien dengan HER2-negatif. Diperkirakan 20% – 30 % pasien kanker

payudara memiliki HER2-positif.

E. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan Medis

Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada

stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/

operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis

biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi.

A. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang

terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara

stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif

(menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:

 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.

Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi

direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di

pinggir payudara.
 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi

bukan kelenjer di ketiak.

 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan

payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

B. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih

terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh

menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta

Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya

diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.

C. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil

cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini

diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke

bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah

serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

D. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena

itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel

kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya
menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus

perkembangan kanker pada payudara.

E. Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker

payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara.

 Pencegahan Primodial

Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang

memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui

promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.

 Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah

memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui

upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola

hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker

payudara yang dapat dilakukan dengan:

a. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.

b. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.

c. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.

d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan menyerap zat-zat

yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
e. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai

mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi

sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor

estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli

untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.

f. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung

vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya,

mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.

 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-

akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan

pemberian pengobatan.

MONITORING DAN EVALUASI


Tujuan terapi ca mamae adalah menurunkan symtomp, mencegah atau memperlambat
progress penyakit dan meningkatkan quality of life pasien.
Maksud dari terapi adjuvant adalah menyembuhkan. Terapi adjuvant yaitu
kemoterapi, terapi biologi, dan terapi hormonal. Terapi adjuvant betujuan meng eradikasi
mikrometastase dan mengobati kanker payudara pasien. Oleh karena itu keseluruhan terapi
tujuannya adalah mengobati kanker payudara pasien. Penggunaan terapi kanker dengan
kemoterapi dapat mengakibatkan toksisitas secara signifikan. Melakukan penjagaan atau
pemeliharaan dosis secara hati- hati penting dilakukan dalam mengobati penyakit dan
penggunaan terapi suportif seperti antiemetic dan growth factor sangat direkomendasikan.
Konsep dose density dengan menggunakan growth factor untuk memelihara atau menjaga
jumlah darah saat penurunan interval antara pemberian kemoterapi sangat controversial
(diperdebatkan) pada stage awal kanker payudara.
Penyembuhan adalah outcome terapi treatment metastase kanker payudara. Secara
umum efek toksik yang timbul pada kemoterapi terjadi pada penggunaan initial/ pertama kali
dengan secara meningkatnya penerapan serangkaian terapi yang agresif (cepat) dan cara yang
tidak berkompromi dengan kualitas hidup pasien.
Respon kanker terhadap regimen terapi yang diberikan dapat di ukur dari data klinis
seperti tingginya enzyme hati pada pasien dengan hepatic metastase atau dengan teknik bone
scan (scan tulang) atao chest radiographs. Bagaimanapun penilaian status klinis pasien dan
control symptom selalu cukup atau memadai untuk mengevaluasi respon terhadap terapi yang
diberikan.
Pasien dengan metastase kanker payudara biasanya diberi terapi hormonal atau
kemoterapi dan pemberiannya berlanjut sampai tanda dan symptom dari progress penyakit
atau tanda baru dan symptom sekarang ini. Mengoptimalkan kualitas hidup pasien
merupakan end point (poin akhir) dari treatment terapi/ pemberian terapi pasien kanker
payudara. Alat pengukur yang valid dan dipercaya tersedia untuk menilai secara objektif
kualitas hidup pasien dengan kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC

2. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EG

3. Donengoes Marilynn E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3,Jakarta EGC

4. Dyayidi.2009 praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa SMA Negeri dan

Swasta.www.eprints.undip.ac.id

5. Nugroho ,Taufan 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam

Yogyakarta : Nuha Medika

6. Program Studi D-III Keparatan stikes Mercubaktijaya Padang .2012.panduan study

kasus.padang

7. Rahayu Wahyu .2011.Menggali,Mencegah dan mengobati 35jenis kanker

..Jakarta : Victory Inti Cipta

8. Rasjidi Iman .2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV Sagung Seto

9. Sjamsuhidajat R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi.Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai