Anda di halaman 1dari 9

SEL NK dan MAKROFAG

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Dalam Program Pendidikan Pasca Sarjana Ilmu Biomedik

Oleh :

dr Ayuningtyas Utami

1914010150

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019
SEL NATURAL KILLER DAN MAKROFAG SEBAGAI APC

1. Ceritakan fungsi sel NK dalam pertahanan tubuh

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur
biologis lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada
organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali
dan membunuh patogen. Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi dari
sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun. Ada
beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen berbahaya di
sekitar lingkungannya, yaitu:

a. Sistem imun bawaan (innate immune system)


b. Sistem imun adaptif (adaptive immune system)

Sistem imun bawaan disebut juga sistem imun non spesifik. Contoh nya
adalah pertahanan imun oleh barier fisik (epitel dan mukosa), sel-sel fagosit, sel
NK, sel dendritik, sel mast, dan komponen molekul dalam cairan tubuh. Sistem
imun bawaan merupakan pertahanan lini yang memiliki sifat imun bawaan cepat
muncul dengan spesifitas terbatas.

Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap
mikroba intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi
sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-γ. Sel NK berjumlah 10% dari total
limfosit di darah dan organ limfoid perifer. Sel NK mengandung banyak granula
sitoplasma dan mempunyai penanda permukaan (surface marker) yang khas. Sel
ini tidak mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK dapat
mengenali sel pejamu yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Reseptor
pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk mengenali molekul permukaan sel
pejamu yang normal (tidak terinfeksi).
Sel NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul sel pejamu (host cell),
sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain
menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali molekul di
permukaan sel pejamu yang terinfeksi virus, serta mengenali fagosit yang
mengandung virus dan bakteri.

Ketiga reseptor tersebut mengenali MHC I.

Reseptor aktivator:

 natural cytotoxicity receptor (NKp46, NKp44)


 reseptor lectin tipe C (NKG2D,CD94-NKG2C)
 Ig-like receptor (2B4).

Secara teoritis keadaan ini menunjukkan bahwa sel NK membunuh sel normal,
akan tetapi hal ini jarang terjadi karena sel NK juga mempunyai reseptor inhibisi
yang akan mengenali sel normal kemudian menghambat aktivasi sel NK. Reseptor
inhibisi ini spesifik terhadap berbagai alel dari molekul major histocompatibility
complex (MHC) kelas I.

Reseptor Inhibitor :

 KIR (killer immunoglobulin-like receptor )


 reseptor lectin tipe C (CD94-NKG2A)
 reseptor inhibitor leukosit.

Ketika reseptor inhibitor berikatan dengan MHC I, respon yang terjadi adalah
menghambat aktivasi NK. Hal ini berguna karena sel normal mengekspresikan
MHC II, sedangkan sel teinfeksi tidak mengekspresikan MHC I. Sebaliknya, pada
sel yang terinfeksi ligan terikat dengan reseptor aktivator dan hasilnya sel NK aktif
untuk membunuh set tersebut. Sitokin membantu meningkatkan aktivitas sitotoksik
sel NK. Sitokin tersebut adalah IL-2, IL-5, IL-8, dan interferon tipe 1 (Mandal dan
Viswanathan, 2015).

Gambar 3. Skema untuk aktivasi dan penghambatan sel NK. Ketika sel NK
(kanan) berinteraksi dengan sel target (kiri), sel NK dapat menerima sinyal dari
reseptor aktivator dan reseptor inhibitor. Pada proses inhibisi, ligan inhibitor
berikatan dengan reseptor inhibitor dengan mendominasi dibandingkan ikatan
ligan aktivator dengan reseptornya, menyebabkan enzim lisosom dan exosom
tertahan di sitoplasma sel NK sehingga tidak terjadi proses sitotoksik. Sebaiknya,
pada proses aktivasi, ligan aktivator lebih mendominasi berikatan dengan reseptor
aktivator dibandingkan dengan ikatan ligan ihibitor dengan reseptornya sehingga
memacu pengeluaran enzim lisosom (berisi perforin dan granzim) dan exosome
inflamasi (berisi sitokin) (Orange dan Ballas, 2005).

Fungsi Sel NK
Sel NK adalah komplemen sistem imun bawaan yang mengendalikan
pertumbuhan tumor dan infeksi antigen dengan membatasi penyebaran dan
kerusakan jaringan lebih lanjut. Fungsi sel NK dapat dikategorikan menjadi tiga
kelas (Orange dan Ballas, 2005) :
1. Sitotoksik
2. Penghasil sitokin dan kemokin
3. Contact-dependent cell co-stimulation
Sel NK juga bisa membuat lubang-lubang kecil (perforasi) pada membran
sel sasaran karena mengandung perforin atau sitolisin, sejenis komplemen C9.
Membran sel NK mengandung prolaktin yang mengikat perforin, mencegah insersi
dan polimerasi dalam membran sehingga sel NK sendiri terhindar dari efek
perforin.

Sel NK memberikan pertahanan pertama terhadap infeksi virus. Sasaran sel


NK adalah partikel virus. Kadang infeksi virus dapat disingkirkan hanya oleh sel NK
tanpa bantuan imunitas spesifik. Sel NK yang diaktifkan juga merupakan sumber
berbagai sitokin yang mengatur sistem imun lainnya. IFN- γ dan TNF-α merupakan
imunoregulator poten.

SIMPULAN

 sel limfosit Pembunuh alami (NK) (turunan dari sel darah putih) yang
mengenali sel yang terinfeksi atau tumorogenic dan membunuh mereka.
 Berbeda dengan sel T yang terkait, sel NK tidak mengenali fragmen partikel
yang menginfeksi, melainkan tampilan salah dari molekul major
histocompatibility complex (MHC) I.
 Sel-sel NK selalu aktif, tetapi tidak akan melakukan fungsi membunuh
mereka pada sel-sel dengan molekul MHC I utuh.
 Ketika sel-sel NK mendeteksi sel yang terinfeksi atau tumor, mereka
mengeluarkan butiran yang mengandung perforin, menciptakan pori-pori di
sel target; granzyme kemudian melewati pori-pori ini, mendegradasi protein
seluler, menyebabkan sel-sel untuk menjalani apoptosis.
2. Ceritakan fungsi Makrofag sebagai APC dan Fagosit

Makrofag merupakan salah satu jenis sel yang berperan dalam


fagositosis pathogen ataupun substansi asing (antigen) yang masuk
kedalam tubuh organisme. Makrofag berasal dari hemopoietic stem cell di
dalam sumsum tulang, akan mengalami proliferasi dan akan dilepaskan ke
dalam darah sesudah mengalami fase monoblast, fase promonosit, limfosit
dan makrofag. Di dalam peredaran darah, monosit mempunyai fase hidup
1-2 hari. Kemudian akan bermigrasi ke dalam jaringan selanjutnya
membentuk makrofag yg memiliki nama-nama khusus sesuai tempat nya :

 Kulit : Sel Langerans


 Jaringan : sel dendritik
 Sirkulasi : Monosit
 Hati : Sel Kupper

Jika sel makrofag dalam respon imun alami dianggap sebagai sel efektor,
maka dalam respon imun adaptif sel makrofag bertindak sebagai sel penyaji
(antigen presenting cell atau APC). Makrofag melaksanakan sebagian besar
fungsi efektornya hanya setelah sel itu diaktivasi oleh bakteri, sitokin, dan
stimulus lain yang disebut sebagai macrophage activating factors (MAF).

Kemampuan makrofag tersebut antara lain:

 Sebagai sel yang penting dalam reaksi imunitas seluler maupun humoral
 merangsang kemotaksis seperti limfokin dan fragmen komplemen C5a
yang penting dalam reaksi imflamasi kronis.
 mengeluarkan sitokin yang dapat mengaktifkan makrofag itu sendiri,
sehingga makrofag lain datang berkontak dengan endotoksin yang
masuk ke sistem pertanan.
 memproduksi beberapa enzim, prostaglandin, dan sitokin seperti IL-1
yaitu monokin yang diperlukan untuk aktivasi limfosit T helper.
 Mem-fagositosis makro dan mikromolekul, juga terhadap jaringan yang
rusak atau mati
 Memproduksi sitokin yang dapat mengaktifkan neutrofil dan limfosit dan
memperbaiki terjadinya luka (penyembuhan luka)

Mekanisme makrofag sebagai fagosit dalam membunuh kuman :

a. Proses oksidatif (oxygen dependent mechanisms)

Proses oksidatif memanfaatkan hasil metabolit oksigen yang toksik


sehingga dapat digunakan untuk membunuh kuman. Hal tersebut terjadi
akibat peningkatan proses hexose monophosphate shunt (HMPS) ,
peningkatan produksi hydrogen perokxide (H2O2) dan produksi beberapa
senyawa seperti superoxide anion , hydroxyl radicals, singlet oxygen
myloperoxidase yang saling berinteraksi.

b. Proses non oksiatif (oxygen independent mechanism)

sedangkan non oksidatif berlangsung dengan bantuan berbagai protein


seperti hydrolytic enzyme , defesins(cationic protein) , lysozyme , lactoferrin
dan nitric oxid synthase (NOS) .

Fase - fase proses fagositosis makrofag

1. Kemotaksis
adalah gerakan fagosit ketempat infeksi sebagai respon terhadap
aktivasi komplemen akibat ada nya faktor seperti produk bakteri dan faktor
biokimia.

2. Adhesi ( partikel diselimuti opsonin)

adhesi merupakan proses pelekatan membran plasma fagosit engan


permukaan mikroorganisme atau benda asing lainnya. Proses pelapisan ini
disebut opsonisasi dan proteinnya disebut opsonin yang berupa beberapa
komponen sistem komplemen dan molekul antibodi.

3.Ingesti ( penelanan )

Proses penelanaan bakteri terjadi karena fagosit membentuk tonjolan


pseudopodi pada membran plasmanya , kemudian membentuk kantung
yang mengelilingi bakteri pada saat dimakan. Bakteri kemudian akan
terkurung dalam kantung yang disebut fagosom (vakuola fagositik).

4. Degranulasi

Pada saat fagosom masuk ke sitoplasma , maka akan mengalami


fusi dengan lisosom dan membentuk fagolisosom , sehingga terjadi
pembunuhan oleh ROS dan NO. Dalam beberapa detik setelah terjadinya
fusi akan berlangsung degranulasi dan pembunuhan (killing) NADPH
oksidase mengubah NADPH menjadi NADP.

Makrofag sebagai APC

Makrofag juga berperan sebagai APC dalam mengolah dan


mempresentasikan antigen kepada sel T helper, maupun bertindak langsung
sebagai efektor dengan melisiskan antigen. Antigen-presenting Cel (APC) atau sel
aksesori adalah sel asing yang menampilkan antigen kompleks dengan major
histocompatibility complex (MHC) pada permukaannya. T-sel dapat mengenali
kompleks mereka menggunakan T-sel reseptor (TCRs). Sel ini memproses antigen
dan menyajikan untuk T-sel .Antigen yang diikat akan ditelan ke dalam sitosol dan
dipotong menjadi peptida untuk kemudian diekspresikan menuju ke permukaan sel
sebagai antigen pada kompleks MHC bagi sel T dan sel B.

Anda mungkin juga menyukai