Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Kista merupakan suatu organ yang membesar dan di dalamnya berisi

cairan, seperti sebuah balon yang berisi air. Pada wanita, organ yang paling sering

menjadi kista adalah ovarium. Salah satu jenis kista ovarium yang menyerang

wanita adalah kista dermoid.1

Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh epitel

gepeng disertai adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea, rambut, folikel

rambut, serta struktur lain seperti tulang, otot, dan kartilago. Kista dermoid dapat

bersifat kongenital atau didapat, walaupun secara klinis dan histopatologis

tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.2

Kista ini tergolong kista abnormal dimana angka kejadian sekitar 15-45%

dari neoplasma ovarium dan 95% dari semua teratoma ovarium. Pada umumnya

kista dermoid terdapat unilateral pada 88% kasus dan 60% menunjukkan tumor

jinak ovarium. Lebih dari 80% kasus terjadi pada usia reproduksi terutama pada

dekade kedua dan ketiga. Sedangkan pada usia menopause berkisar antara 10-

20%. Meskipun kista tidak mengganggu kesuburan, dianjurkan untuk selalu

melakukan deteksi dini berupa pemeriksaan ultrasonografi (USG). Karena, ada

kemungkinan kista tersebut neoplasma ganas dan bisa mengakibatkan kanker

ovarium. Kista berukuran besar dan dapat mengganggu kehamilan, bukan

kesuburan kaum wanita. Kista yang memiliki diameter lebih dari 5 cm dapat

melintir pada saat terjadi kehamilan. Akibatnya, kista pecah dan menimbulkan

1
nyeri sangat hebat. Bila hal itu terjadi, dapat menjadi nekrotik dan bisa

mengakibatkan emboli hingga kematian.3

Potensi kista dermoid menjadi ganas relatif kecil, cuma sekitar 1-3%.

Pada tahun 1955, Meyer mengemukakan konsep bahwa secara histologis

terdapat 3 varian kista dermoid yaitu kista epidermoid, kista dermoid dan

teratoid. Kista dermoid lebih sering dijumpai dibandingkan kista epidermoid

dengan perbandingan 2:1.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ovarium

Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang

berlokasi pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral

pelvis, di belakang ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua

ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis. Selama masa

reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x 1,5 cm.

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi

macam-macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan

germinal. Stroma ovarium dibagi dalam region kortikal dan medullari, tapi

batas keduanya tidak jelas. Stroma terdiri dari sel-sel spindel menyerupai

fibroblast, biasanya tersusun berupa whorls atau storiform pattern. Sel-sel

terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat retikulin.

Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan

immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin. Bagian

korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat kolagen

yang aseluler.

Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di luar korteks.

Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu folikel

grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi.

Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri

3
dari kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epiteloid

yang mengelilingi pembuluh darah dan pembuluh saraf.

Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu :

1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.

2. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.

Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar

membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati

mesovarium ke nodus para aortik, aliran lain ke iliaka interna, iliaka

eksterna, interaorta, iliaka pada umumnya dan nodus inguinal.4

Gambar 2.1 Anatomi Ovarium

2.2 Definisi
Kista dermoid adalah teratoma jinak dimana mana struktur-struktur

ektodermal dengan differensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi

dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak

nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.

Teratoma berasal dari bahasa Yunani terato yang berarti “suatu monster” dan

4
onkoma yang menunjukkan “suatu pembengkalan atau massa”. Beragam

teori yang membahas terjadinya teratoma telah sering dikemukakan, namun

terbanyak disebutkan karena diferensiasi tidak normal dari sel-sel germinal

fetus yang berasal dari yolk sac. Migrasi normal dari sel-sel germinal

primodial ini menimbulkan tumor pada gonad sedangkan migrasi tidak

normal menyebabkan terjadinya tumor ekstragonad. Menurut klasifikasi

WHO, teratoma dibagi atas tiga kelompok yaitu immature, mature,

monodermal and highly specialized. Kista dermoid termasuk dalam

kelompok teratoma matur (mature solid teratome).5


Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh

epitel gepeng disertai adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea,

rambut, folikel rambut, serta struktur lain seperti tulang, otot, dan kartilago.

Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat, walaupun secara

klinis dan histopatologis tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.6


Pada tahun 1955, Meyer mengemukakan konsep bahwa secara

histologis terdapat 3 varian kista dermoid yaitu kista epidermoid, kista

dermoid dan teratoid. Pada jenis epidermoid, kista dilapisi oleh epitel

gepeng tanpa disertai adneksa. Sedangkan pada kista dermoid, selain

dilapisi oleh epitel gepeng, juga disertai adneksa seperti rambut, folikel

rambut dan kelenjar sebasea. Pada teratoid, selain epitel berlapis

gepeng dan adneksa, juga ditemukan adanya elemen mesoderm seperti

otot, tulang, dan kartilago.7


2.3 Epidemiologi
Kista dermoid dapat terjadi pada semua usia dengan prevalensi

tertinggi pada usia reproduksi (16-55 tahun). Insiden tertinggi terjadi sekitar

5
usia 30 tahun. Kista dermoid merupakan jenis neoplasma pada ovarium yang

sering ditemukan, frekuensi kejadiannya sekitar 15-45% dimana dapat

terjadi bilateral pada 10-15% kasus, serta 95% dari semua teratoma ovarium.

Usia paska menopause berkisar 10-20%. Di Indonesia frekuensi berkisar

antara 11,1% sampai 16,9%. Kista dermoid dapat berubah menjadi ganas

dengan frekuensi antara 0,25-0,80%. Kecenderungan menjadi ganas biasa

terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. 8

2.4 Etiologi
Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah satu

pencetusnya yaitu faktor hormonal, adapun beberapa kemungkinan faktor

resiko yaitu:9
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium

dan payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif).
3. Gaya hidup yang tidak sehat.
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat

penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing

tubuh yang bersifat diuretik.


Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses

parthenogenesis. Kista ini diduga terjadi karena jaringan dalam telur yang

tidak dibuahi. Perkembangan tidak sempurna dari hasil konsepsi pada akhir

stadium blastomer. Tumor berasal dari perkembangan ovum tanpa fertilisasi

yang oleh pengaruh faktor rangsang yang tidak diketahui kemudian

membentuk bermacam macam komponen jaringan janin yang tidak

sempurna, seperti rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua

6
indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista

terpuntir atau pecah.9

2.5 Patofisiologi
Teratoma tersusun atas berbagai jenis sel parenkimal yang berasal

lebih dari satu lapisan germinal dan sering berasal dari ketiga lapisan. Tumor

ini berasal dari sel-sel totipoten, umumnya pada garis tengah atau paraxial.

Lokasi yang paling sering adalah sakrokoksigeal. Karena berasal dari sel

totipoten, sehingga sering ditemukan di kelenjar gonad (29%). Sejauh ini,

lokasi gonad yang paling sering terjadi adalah pada ovarium. Sel-sel

berdiferensiasi sesuai lapisan germinal, yang terdiri dari berbagai jaringan

pada tubuh, seperti rambut, gigi, lemak, kulit, otot dan jaringan endokrin.

Kista dermoid berasal dari lapisan germ cell yang berdiferensiasi dengan

baik. Awal kelainannya terjadi setelah fase pertama meiotic germ cell.

Proses terjadinya sendiri sampai sekarang belum dipahami secara pasti.9

2.6 Gambaran Klinis


Kista dermoid dapat memberi gejala dan tanda-tanda sebagai tumor

ovarium jinak walaupun lebih dari 60% asimptomatik. Diagnosis radiologik

dapat ditegakkan pada beberapa kasus dengan komponen gigi. Pada

pemeriksaan radiografi foto perut, selain gigi, dapat dilihat jaringan tulang dan

kalsifikasi. Ultrasonografi menunjukkan massa kistik pada 33% kasus dan

gambaran padat pada 23% kasus. Kista berukuran kecil, asimptomatik, dan

biasanya hanya ditemukan secara insidentil. Bila kista beukuran besar dapat

memberi gejala penekanan pada panggul yang disertai nyeri. Ruptur kista dapat

menyebabkan gejala acute abdomen dan peritonitis, terkadang disertai gejala-

gejala anemia hemolitik atau virilisasi, yang menghilang setelah kista

7
dikeluarkan. Beberapa gejala yang dapat timbul pada kista dermoid antara lain

adanya nyeri abdomen yang bersifat ringan sampai sedang dan menetap. Torsi

dan ruptur akut biasanya akan menyebabkan nyeri yang hebat. Teraba adanya

massa atau pembengkakan, perdarahan uterus abnormal diduga karena

gangguan produksi hormon, namun belum ada bukti histologis yang

mendukung. Gejala pada kandung kemih, gangguan pencernaan dan nyeri pada

punggung jarang terjadi.10


Karakteristik kista dermoid ini yaitu tebal, berkapsul, serta

berlapiskan epithelial skuamosa dengan ketebalan yang bervariasi. Terkadang

diemukan lekosit endothelial (pseudoxanthoma cells) pada dinding kista

dermoid. Lapisan atau jaringan isi kista dermoid berupa : 10


1. Lapisan Ektoderm
Kelenjar keringan, kelenjar apokrin, kelenjar sebasea terkadang juga

berisi rambut.
2. Lapisan Mesoderm
Gigi, kartilago dan struktur trakea.
3. Lapisan Endoderm
Membran mukosa saluran pencernaan.
Dalam pemeriksaan histopatologis 100% teratoma matur terdiri dari lapisan

ektodermal, 93% struktur mesodermal dan 71% struktur endodermal.

Secara makroskopis, sekitar 10-17% tumor ditemukan bila-teral.

Ukuran tumor bervariasi antara 3 mm sampai 32 cm (rata-rata 8 cm). Tumor

berbentuk bulat atau bulat lonjong, berkapsul licin dengan jala-jala

pembuluh darah yang menonjol. Kista dermoid secara tipik mengandung

bahan sebaseus kuning sampai kecoklatan, rambut, permukaan kista mirip

mukosa epitel gepeng, dan massa padat polipoid bulat (Rokitansky’s

protuberances) yang biasanya mengandung lemak. Gigi ditemukan pada

sepertiga kasus yaitu pada dinding atau dalam rongga kista, kadang-kadang

8
pada mandibula atau maksila yang rudimenter. Tulang, tulang rawan, kista-

kista musinosum, jaringan lemak, jaringan tiroid, dan jaringan otak kadang-

kadang tampak nyata pada beberapa kasus. Pada beberapa studi imaging

dilaporkan kadang-kadang terlihat pengapuran, bangunan bola-bola lemak

intrakistik atau bahan sebaseus. 11

Gambar 2.5 (a) Gambaran Makroskopik Kista Dermoid

Pemeriksaan mikroskopik kista dermoid menunjukkan adanya

jaringan jenis dewasa, biasanya berasal dari semua lapisan germinal, dan

kadang-kadang tersusun dalam suatu gambaran organoid. Fokus-fokus

jaringan imatur fetal dapat ditemukan pada jenis kista dermoid tipikal yang

lain, namun tidak mempunyai makna prognostik merugikan.11


Pada gambaran mikroskopik, turunan ektodermal sangat menonjol

pada hampir semua kasus, yang mencakup keratinisasi epidermis, kelenjar

sebaseus dan keringat, folikel-folikel rambut, dan komponen neuroekto-

dermal (jaringan saraf perifer dan glial, otak besar, otak kecil, dan pleksus

9
koroid). Turunan mesodermal meliputi otot polos, tulang, gigi, atau lemak.

Turunan endodermal mencakup epitel saluran cerna dan pernapasan,

jaringan tiroid dan kelenjar liur. Jaringan lain yang lebih jarang adalah

retina, pankreas, timus, adrenal, hipofisis, ginjal, paru-paru, payudara, dan

prostat. Komponen neuroektodermal mencakup proliferasi pembuluh darah

seperti terlihat pada teratoma imatur. Kandungan atau isi kista yang terlepas

dapat menimbulkan reaksi lipogranulomatosa pada dinding kista atau

jaringan ovarium sekitarnya. Kista dermoid dapat juga bersama-sama

dengan kistadenoma musinosum, tumor Brenner, dan fibrothecoma.12

Gambar 2.5 (b) Gambaran Mikroskopik Kista Dermoid

2.7 Diagnosis

Pada anamanesis, pasien umumnya mengeluhkan rasa sakit atau

tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah

jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di

perut. Tekanan terhadap organ-organ disekitarnya dapat menyebabkan rasa

tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan

10
terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih

menjadi sering.

Pada pemeriksaaan fisik dengan palpasi abdomen dapat teraba

kista yang besar. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba

massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan

uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain,

termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan

keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan asites yang

pasif.13

Pada pemeriksaan penunjang, kista dermoid memiliki gambaran

masa kistik berisi fokus dan material ekogenik dimana distribusinya tidak

merata atau gambaran sebuah area dengan ekogenik kuat berasal dari

jaringan tulang dan gigi. Proses penulangan dan gigi dapat juga dilihat

melalui pemeriksaan radiologi. Pemeriksaaan dengan ultrasonografi (USG)

merupakan diagnostik imaging utama untuk kista pada ovarium termasuk

pada kasus kista dermoid ini. Pada pemeriksaan dengan USG didapatkan

gambaran masa kistik berisi focus dan material ekogenik dimana

distribusinya tidak merata atau gambaran sebuah area dengan ekogenik kuat

berasal dari jaringan tulang dan gigi. Teratoma kistik dikarakteristikkan bila

didapatkan salah satu dari 3 gambaran berikut, antara lain : 13

1. Tuberkel mural ekogenik dengan bayangan akustik posterior yang

berkaitan dengan pola echo kistik.

11
2. Gambaran ekogenik tipis seperti pita (kilatan garis-garis hiperekoik dan

titik-titik terang di lapangan gelap).

3. Pola ekogenik padat berkaitan dengan bayangan akustik posterior dengan

atau tanpa komponen kistik.

2.8 Penatalaksanaan
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan

penanganan untuk kista dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan

dan kerugiannya. Tindakan laparoskopi biasanya digunakan untuk tumor

dengan diameter < 6 cm. Beberapa peneliti menyebutkan tindakan

laparoskopi dapat menyebabkan terjadi tumor spill dan bisa menyebabkan

peritonitis 0,2% serta meningkatkan terjadinya perlengketan. Resiko terjadi

rekurensi 4% dan resiko keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista dermoid >

6 cm atau ada riwayat pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka

laparotomi merupakan pilihan terbaik. Kistektomi dengan meninggalkan

jaringan ovarium yang sehat bagi pasien yang masih ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya. Tindakan oovorektomi bila memang tidak

memungkinkan mempertahankan jaringan ovarium atau fungsi reproduksi

tidak diperlukan atau pasien mendekati usia menopause.9 Pada kista dermoid

bilateral tidak direkomendasikan biopsi ovarium kotralateral, karena

ditakutkan terjadinya komplikasi. Namun pengobatan konservatif berlebihan

dengan retensi jaringan ovarium harus dihindari sebab dapat terjadi

12
rekurensi lokal. Ruptur harus dicegah oleh karena dapat berakibat

peritonitis.14
Pada kehamilan dengan teratoma matur, penanganan sebaiknya

dilihat dari ukuran kista tersebut serta usia kehamilan. Pada kehamilan

kemungkinan terjadi torsi kista sebesar 19%, ruptur atau pecahnya kista

teratoma sekitar 3%, 14% menimbulkan obstruksi. Kemungkinan terjadi

keganasan sekitar 5%. Beberapa peneliti merekomendasikan bila besar

tumor lebih dari 6cm dan usia kehamilan 16 minggu, maka sebaiknya

tindakan laparoskopi lebih aman dilakukan dibandingkan dengan tindakan

laparotomi, bahkan pada satu penelitian menyebutkan bisa terjadi abortus

spontan serta kemungkinan terjadi peningkatan persalinan preterm.8

Sedangkan penanganan kista dermoid pada anak-anak yaitu dengan

cara tradisional (ooforektomi) dan laparotomi. Pada usia dewasa

penanganannya laparoskopi-kistektomi. Sedangkan untuk kasus kista yang

ukurannya lebih besar dan dicurigai ada keganasan, maka pendekatan lebih

kepada tindakan laparotomi.13

2.9 Prognosis
Resiko transformasi maligna dijumpai pada 1-3% kasus dan pada

umumnya terjadi pada wanita paska menopause. Umumnya hanya terbatas

pada satu ovarium pada saat pembedahan dan mempunyai prognosis baik.

Bila tumor menyebar keluar ovarium, prognosis memburuk, dan berespons

minimal terhadap kemoterapi. Kematian dapat terjadi dalam 1-2 tahun

setelah didiagnosis.12

2.10 Komplikasi

13
Kista dermoid dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Adapun

komplikasi yang sering timbul antara lain perdarahan intra tumor, torsio

kista, ruptur kista, anemia hemolitik serta keganasan. Pada perdarahan intra

tumor didapatkan gejala akut abdomen. Torsi kista penyebab morbiditas

utama terjadi pada 3-11% kasus. Resiko terjadinya torsi kista berhubungan

dengan peningkatan ukuran tumor dimana biasanya tumor dengan diameter

> 5 cm dapat mengalami puntiran. Insiden torsi kista sebesar 16% dan

umumnya pergerakan torsi searah dengan pergerakan jarum jam. Ruptur

kista dapat terjadi tergantung ketebalan kapsul kista, hal yang

mempermudah terjadinya rupture adalah torsi kista dan bila terjadi ruptur

akan menimbulkan perironitis. Anemia hemolitik autoimmune telah

dihubungkan dengan kasus teratoma kistik matur. Pada kasus ini,

pengeluaran tumor menyebabkan kesembuhan dari gejala ini. Teori yang

membelakangi mekanisme patogenesis dari kejadian ini adalah (1) zat dari

tumor yang merupakan antigen bagi host, sehingga menyebabkan

pembentukan antibodi yang bereaksi silang dengan sel darah merah host, (2)

adanya produksi antibodi dari tumor yang secara langsung melawan sel

darah merah host, (3) terlapisnya sel darah merah oleh substansi tumor

sehingga menyebabkan perubahan antigenisitas sel darah merah. Keganasan

pada kista dermoid muncul terutama pada wanita pasca menopause sekitar

1-3%, terbanyak jenis karsinoma sel gepeng, diikuti oleh tumor karsinoid

dan adenokarsinoma. Jenis lainnya adalah melanoma maligna, penyakit

Paget, bermacam-macam sarcoma, karsinosarkoma, glioblastoma,

14
multiforme, neurositoma jenis sentral dan neuroblastoma. Secara

makroskopis, keganasan pada ista dermoid dapat berbentuk nodul atau

pertumbuhan papiler dalam dinding kista atau dapat berbentuk

penebalan/indurasi dinding kista. Keganasan juga dapat dideteksi pada saat

pemeriksaan mikroskopik. Biasanya ditemukan unilateral dan ovarium

kontralateral dapat mengandung teratoma kistik jinak. Karsinoma sel gepeng

invasif diperkirakan 85% dari keganasan yang timbul pada kista dermoid. 13
Gambar 2.10 Makroskopis dan Mikroskopis Karsinoma Pada Kista

Dermoid

BAB III

KESIMPULAN

15
Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya terdiri dari beberapa

jenis sel yang berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal endoderm,

mesoderm dan ektoderm. Kista Dermoid dalah satu teratoma yang jinak di mana

struktur-struktur ektodermal dengan differensiasi baik, seperti epitel kulit, rambut,

gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak,

nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.

Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah satu

pencetusnya yaitu faktor hormonal, adapun beberapa kemungkinan faktor resiko

yaitu faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan

payudara, faktor lingkungan (polutan zat radio aktif), gaya hidup yang tidak sehat,

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat

penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh

yang bersifat diuretik.

Beberapa gejala yang dapat timbul pada kista dermoid antara lain adanya nyeri

abdomen yang bersifat ringan sampai sedang dan menetap. Torsi dan ruptur akut

biasanya akan menyebabkan nyeri yang hebat. Teraba adanya massa atau

pembengkakan, perdarahan uterus abnormal diduga karena gangguan produksi

hormon, namun belum ada bukti histologis yang mendukung. Gejala pada kandung

kemih, gangguan pencernaan dan nyeri pada punggung jarang terjadi.

Kista dermoid memiliki gambaran masa kistik berisi fokus dan material

ekogenik dimana distribusinya tidak merata atau gambaran sebuah area dengan

ekogenik kuat berasal dari jaringan tulang dan gigi. Proses penulangan dan gigi

16
dapat juga dilihat melalui pemeriksaan radiologi. Pemeriksaaan dengan

ultrasonografi (USG) merupakan diagnostik imaging utama untuk kista pada

ovarium termasuk pada kasus kista dermoid ini. Pada pemeriksaan dengan USG

didapatkan gambaran masa kistik berisi focus dan material ekogenik dimana

distribusinya tidak merata atau gambaran sebuah area dengan ekogenik kuat

berasal dari jaringan tulang dan gigi.

Beberapa peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat menyebabkan

terjadi tumor spill dan bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta meningkatkan

terjadinya perlengketan. Resiko terjadi rekurensi 4% dan resiko keganasan sekitar

0,17%-2%. Pada kista dermoid > 6 cm atau ada riwayat pembedahan dengan

sangkaan perlengketan maka laparotomi merupakan pilihan terbaik. Kistektomi

dengan meninggalkan jaringan ovarium yang sehat bagi pasien yang masih ingin

mempertahankan fungsi reproduksinya. Tindakan oovorektomi bila memang tidak

memungkinkan mempertahankan jaringan ovarium atau fungsi reproduksi tidak

diperlukan atau pasien mendekati usia menopause.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Anwar, M. Baziad, A. Prabowo. RP. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2011.

2. Adriansz G. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi

ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.

Obstetri Williams. Edisi ke-21. Vol. 2. Jakarta: ECG; 2009.

4. Junqueira LC, et al, In : Basic Histology, Text & Atlas, 11th ed. Mc graw

LANGE 2011.

5. Adkins ES. Teratomas and other germ cell tumors [homepage on the internet]

2008. Update 2013] Available from: http://emedicine.med-scape.com

6. Lintong, Poppy M. Jurnal Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi Manado, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm 31-42

7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor

Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I.

Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

8. Media Aesculapius. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1.

Media Aesculapius. FKUI.

9. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

18
10. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2010. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri

Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC

11. Clement BP, Young RH. Atlas of Gyne-cologic Surgical Pathology (Second

Edition). Philadelphia: Saunders Elsevier, 2011; p.358-85.

12. Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology Vol. 2 (Ninth Edition).

London: Mosby, 2004; p. 1681-91.

13. Pernoll’s & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics

& Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994.

14. Nogales F. Germ cell tumor of the ovary. In: Haines and Taylor, editors.

Obstetrical and Gynaecological Pathology (Third Edition). London: Churchill

Livingstone, 1987; p.637-675.

19

Anda mungkin juga menyukai