Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE

Pembimbing Akademik : Marwanti, S.Kep, Ns, M.Kep.


Pembimbing Klinik : Ana Pujilestari, Amd.Kep

Disusun Oleh :

NAMA : Dina Nurcahya


NIM : 2002053
RS : RSUD Wonosari
RUANG : Anggrek

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan
papilla mammae. (Juall,Lynda,Carpenito Moyet, 2013).
Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang mengganggu
pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di mammae (Sylvia,2014).
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel /
jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa dikontrol (Dr.Iskandar,
2017).

B. Etiologi
Menurut  Dr.Iskandar (2017)  ada  beberapa  faktor  resiko  yang  telah  teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara  dibandingkan  dengan  pria.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga  tingkat  satu  penderita  tumor  payudara beresiko tiga
kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor genetik
4. Faktor usia
5. Riwayat reproduksi
Melahirkan anak pertama diatas 35 tahun
6. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh
perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan
pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada
usia lebih tua.
10. Makanan yang berkarsinogen

C. Anatomi fisiologi

Menurut (Dr.Iskandar, 2017), Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu: Korpus
(badan), yaitu bagian yang membesar, areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah., papilla atau
puting yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
1. Korpus dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah.
Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian Lobulus, yaitu kumpulan
dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Kalang Payudara (Areola Mammae)
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar
keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar
selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan
kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang
merupakan tempat penampungan air susu.

3. Papilla (Putting Susu).


Terletak setinggi interkosta IV, Pada tempat ini terdapat lubang – lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung – ujung serat saraf, pembuluh darah,
pembuluh getah bening, serat – serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila
ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi,
sedangkan serat – serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Payudara terdiri dari 15 – 25 lobus. Masing – masing lobulus terdiri dari 20 – 40 lobulus.
Selanjutnya masing – masing lobulus terdiri dari 10 – 100 alveoli dan masing – masing
dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam
(inverted).

Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai menopause.
Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan
timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid,
payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada
masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel
duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon
prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke
sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Saleha, 2019).

D. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi
abnormal sel kanker akan menggangu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sel ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor
ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel ganas diantara sel normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase,
yaitu (Dr.Iskandar, 2017) :
1. Fase induksi 15 – 30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat
merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
2. Fase insitu 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di serviks
uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di payudara.
3. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke jaringan
sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa.
4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain.

E. Manifestasi klinis
Menurut Juall,Lynda,Carpenito Moyet (2013) manifestasi klinis dibagi menjadi :
1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak bentuknya
tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada
areola mammae
4. Edema (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,
7. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal ibu tidak
sedang hamil / menyusui.
8. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

F. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Juall,Lynda,Carpenito Moyet, 2013) pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1) Laboratorium
a) Morfologi sel darah
b) Laju endap darah
c) Tes faal hati
d) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e) Pemeriksaan sitologik : Pemeriksaan pada penilaian cairan yang keluar spontan dari
putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2) Tes Diagnostik
a) Ultrasonografi
b) Untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna
untuk menentukan adanya kista, kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
c) Mammografi
d) memperlihatkan struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor yang terjadi pada
tahap awal
e) Aspirasi
f) Pengaliran kista dan untuk mendapat preparat dan sediaan pemeriksaan sitologik.
g) Biopsi
h) Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara
pengambilan massa.

G. Penatalaksanaan
Menurut (Juall,Lynda,Carpenito Moyet, 2013) penatalaksanaan tumor mammae adalah :
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang
terserang kanker payudara. Tindakan pembedahan kanker payudara dapat dilakukan dengan
3 cara yaitu:
a) Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara
b) Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjer di ketiak.
c) Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
terisisa di payudara..tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah,
nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan
mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena itu
tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel
kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya
menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam
menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
H. Komplikasi
Menurut (Redaksi halodok, 2019), komplikasi yang dapat terjadi pada tumor mammae
adalah :
1. Tulang
Ketika sel kanker menyebar ke tulang, maka tak menutup kemungkinan bisa 
menyebabkan beberapa bagian struktur tulang pecah tanpa membentuk tulang baru.
Dampaknya, tulang cenderung lemah dan rentan terhadap patah tulang. 
Penyebaran sel kanker ke bagian tulang ini bisa membuat pengidapnya
merasakan nyeri tulang, tulang menjadi lemah dan mudah patah, hingga
kelumpuhan. Tak cuma itu, ada pula gejala lain yang mungkin timbul seperti
hiperkalsemia. Kondisi ini merupakan tingginya kadar kalsium di dalam plasma
darah yang ditandai dengan munculnya rasa mual, mudah mengantuk, hilangnya
nafsu makan, rasa haus, dan sembelit.
2. Paru – paru
Komplikasi kanker payudara juga bisa menyebar ke paru-paru. Kalau sudah
begini, maka pengidapnya akan lebih lemah dan rentan sakit. Alasannya jelas, tubuh
akan kesulitan untuk melawan bakteri dan infeksi, sehingga ia rentan mengidap
pneumonia (infeksi paru-paru). Bagaimana dengan gejalanya? Umumnya  sesak
napas,  efusi pleura (penumpukan cairan di lapisan paru-paru), batuk
berkepanjangan, dan nyeri dada.
3. Kelenjar Getah bening
Umumnya, kelenjar getah bening merupakan area pertama yang biasanya terkena
penyebaran kanker payudara. Tepatnya, kelenjar getah bening yang berada di bawah
lengan, di dalam payudara, dan di dekat tulang selangka. 
Penyebaran ini bisa terjadi sejak kanker payudara berada di stadium IB. Pada
stadium ini, beberapa sel kanker, mungkin dalam jumlah kecil sudah masuk ke
dalam kelenjar getah bening. Gejala yang ditimbulkan, antara lain adanya benjolan
pada ketiak atau area tulang selangka.
I. Patway

Genetik, gang hormonal; estrogen,


makanan berkarsinogen, dll

Reseptor meningkat

Pertumbuhan sel-sel epitel


payudara yg abnormal

Maligna

Tumor mamae
Sel tumor Hospitalisasi
menekan
pembedahan jaringan sekitar
Krisis situasi
Adanya luka terbuka
Terputusnya jaringan
konsistensi
Stress psikologi
Terpajan bakteri mamae
Stimulasi saraf nyeri
Mamae bengkak Perasaan
Kemerahan takut, kawatir
Sensasi nyeri ke SSP
Masa tumor
MK: Resiko infeksi mendesak ke jar. luar MK: Ansietas
Hipotalamus

Perfusi jar. terganggu


Saraf motorik

Nyeri dipersepsikan Ulkus

Nyeri menjalar
MK: Nyeri MK: Gangguan
pada lengan
integritas kulit

Ketidakmampuan
mobilisasi lengan
kiri dr tubuh

MK: intoleransi
aktivitas

(Paranse Elsando,2015)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian menurut (Doenges M, 2020) yaitu :
1. Identitas Klien
Nama, umur, suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rs, tanggal pengkajian
2. Riwayat keluhan utama meliputi
Adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak, nyeri.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan
tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium
atau kanker serviks.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
6. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di
bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b) Rambut
Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
c) Mata
Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak
ada nyeri tekan.
d) Telinga
Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada
gangguan fungsi pendengaran.
e) Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f) Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB.
h) Dada
Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.
i) Hepar
Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j) Ekstremitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
7. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya
kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b) Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi
penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
c) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat
defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu karena
terjadi kelemahan dan nyeri.
e) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan
membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.
i) Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
j) Koping dan Toleransi Stres
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
k) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut (SDKI,
2016):
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Intoleransi Aktivitas
4. Ansietas
5. Gangguan integritas kulit/jaringan

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi factor pencetus dan 1. Untuk mengetahui factor
3x24 jam maka pereda nyeri pencetus dan pereda nyeri
tingkat nyeri 2. Monitor kualitas nyeri 2. Untuk mengetahui kualitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil: 3. Monitor lokasi dan penyebaran 3. Untuk mengetahui lokasi
1. Melaporkan nyeri dan penyebaran nyeri
nyeri terkontrol 4. Monitor intensitas nyeri dengan 4. Untuk mengetahui intensitas
meningkat menggunakan skala nyeri dengan menggunakan
2. Kemampuan skala
mengenali onset 5. Monitor durasi dan frekuensi 5. Untuk mengetahui durasi
nyeri meningkat nyeri dan frekuensi nyeri
3. Kemampuan Teraupetik
menggunakan 6. Ajarkan Teknik 6. Untuk mengurangi rasa
teknik nonfarmakologis untuk nyeri
nonfarmakologis mengurangi rasa nyeri
meningkat 7. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Untuk memberikan waktu
4. Keluhan nyeri Edukasi istirahat
penggunaan 8. Anjurkan memonitor nyeri 8. Agar mengetahui cara
analgesik secara mandiri mengontrol nyeri secara
menurun mandiri
5. Meringis 9. Anjurkan menggunakan 9. Agar tidak overdosis
menurun analgetik secara tepat
6. Frekuensi nadi Kolaborasi
membaik 10. Kolaborasi pemberian obat 10. Untuk mengurangi rasa nyeri
7. Pola nafas analgetik
membaik
8. Tekanan darah
membaik
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk memonitor tanda dan
tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik gejala infeksi
menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil : 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Untuk mencegah penyebaran
1. Demam menurun infeksi
2. Kemerahan 3. Berikan perawatan kulit pada 3. Untuk mencegah infeksi
menurun area edema
3. Nyeri menurun 4. Cuci tangan sebelum dan 4. Untuk mencegah penularan
4. Bengkak menurun sesudah kontak dengan pasien infeksi
5. Kadar sel darah dan lingkungan pasien
putih membaik 5. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi 5. Untuk mencegah penyebaran
Edukasi infeksi
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi 6. Untuk menambah wawasan
7. Ajarkan cara mencuci tangan tentang infeksi
dengan benar 7. Untuk mencegah penyebaran
8. Ajarkan etika batuk infeksi
9. Ajarkan cara memeriksa 8. Agar tidak menular
kondisi luka atau luka operasi 9. Untuk mengetahui adanya
10. Anjurkan meningkatkan infeksi atau tidak
asupan nutrisi
10. Untuk membantu
11. Anjurkan meningkatkan mempercepat penyembuhan
asupan cairan 11. Untuk memenuhi kebutuhan
Kolaborasi cairan tubuh
12. Kolaborasi pemberian 12. Untuk mencegah terjadinya
imunisasi, jika perlu penyakit
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
Aktivitas tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor kelelahan fisik 1. Untuk mengetahui kelelahan
3x24 jam toleransi fisik
aktivitas meningkat 2. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk mengetahui pola dan
dengan kriteria Terapeutik jam tidur
hasil: 3. Lakukan latihan rentang gerak 3. Agar tidak ada kekakuan
1. Keluhan lelah pasif/aktif pada tubuh
menurun 4. Libatkan keluarga dalam 4. Untuk membantu pasien
2. Saturasi oksigen melakukan aktifitas, jika perlu dalam melakukan aktifitas
dalam rentang Edukasi
normal (95%- 5. Anjurkan melakukan aktifitas 5. Agar pasien dapat
100%) secara bertahap melakukan aktifitas secara
3. Frekuensi nadi bertahap
dalam rentang 6. Anjurkan keluarga untuk 6. Untuk memberikan
normal (60-100 memberikan penguatan positif penguatan positif
kali/menit) Kolaborasi
4. Dispnea saat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. Untuk meningkatkan asupan
beraktifitas dan tentang cara meningkatkan makanan
setelah asupan makanan
beraktifitas
menurun (16-20
kali/menit)
4. Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi penurunan tingkat 1. Untuk mengetahui penyebab
3x24 energi, ketidakmampuan ansietas
jam diharapkan berkonsentrasi, atau gejala lain
tingkat ansietas yang mengganggu kemampuan
menurun denga kognitif
kriteria hasil : 2. Identifikasi Teknik relaksasi 2. Untuk mengetahui teknik
1. Verbalisasi yang pernah efektif digunakan yang tepat dalam relaksasi
khawatir akibat 3. Identifikasi kesediaan, 3. Agar pasien mampu
kondisi yang kemampuan, dan penggunaan memahami teknik yang
dihadapi menurun Teknik sebelumnya diberikan
2. Perilaku gelisah 4. Periksa ketegangan otot, 4. Untuk mengetahui ttv dalam
menurun frekuensi nadi, tekanan darah, batas normal
3. Perilaku tegang dan suhu sebelum dan sesudah
menurun Latihan
4. Konsentrasi Terapeutik
meningkat 5. Ciptakan lingkungan tenang 5. Agar pasien merasa aman
5. Pola tidur dan tanpa gangguan dengan dan nyaman
meningkat pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
6. Gunakan nada suara lembut 6. Agar pasien tidak merasa
dengan irama lambat dan takut mengungkapkan
berirama perasaan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan, manfaat, 7. Untuk menambah informasi
Batasan, dan jenis relaksasi tentang relaksasi
yang tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
8. Anjurkan rileks dan merasakan 8. Agar pasien merasa nyaman
sensasi relaksasi
9. Anjurkan sering mengulangi 9. Agar dapat melakukan teknik
atau melatih Teknik yang relaksasi mandiri
dipilih
5. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
integritas tindakan Obsevasi
kulit/jaringan keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui penyebab
3x24 gangguan integritas kulit (mis. gangguan integritas kulit
jam diharapkan Perubahan sirkulasi, perubahan (mis. Perubahan sirkulasi,
integritas . status nutrisi) perubahan status nutrisi)
kulit dapat terjaga Terapeutik
dengan kriteria 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika 2. Agar tidak dekubitus
hasil: tirah baring
1. Integritas kulit 3. Lakukan pemijataan pada area 3. Agar tidak kaku
yang baik bisa tulang, jika perlu
dipertahankan 4. Hindari produk berbahan dasar 4. Agar tidak terjadi iritasi
2. Perfusi jaringan alkohol pada kulit kering
baik 5. Bersihkan perineal dengan air 5. Agar tidak lecet
3. Mampu hangat
melindungi kulit Edukasi
dan 6. Anjurkan menggunakan 6. Agar kulit menjadi lembab
mempertahankan pelembab (mis. Lotion atau (mis. Lotion atau serum)
kelembaban kulit serum)
7. Anjurkan mandi dan 7. Agar badan bersih
menggunakan sabun
secukupnya
8. Anjurkan minum air yang 8. Untuk membantu
cukup melembabkan kulit
9. Anjurkan menghindari terpapar 9. Agar kulit tidak mengalami
suhu ekstrem iritasi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges M., (2020), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
https://www.halodoc.com/artikel/3-komplikasi-kanker-payudara-yang-perlu-diketahui
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2013).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
Junaedi, Iskandar dr., (2017) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Paranse Elsando., (2015), Laporan Pendahuluan tumor Mammae. Stikes Muhammadiah Palembang

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Saleha, 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai