Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah

kehilangan pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan

yang tidak normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah

diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk

benjolan atau massa (Putra, 2015).

Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara

adalah bentuk kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena

kanker payudara pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal

karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini dan kurangnya biaya

pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker payudara kebanyakan

datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk kedalam

stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak

melakukan deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga

kasus ini terus mengalami peningkatan (Irawan, 2018).

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan

bahwa pada tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan

mencapai 3,1 juta, dengan peningkatan terbesar di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019). Angka kejadian

penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8

di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan, 2018). Angka

kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu

sebesar 42,1 per 100.000 penduduk penduduk dengan rata-rata kematian 13,9

per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).


Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia 2

menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013

menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker

tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti

Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000

penduduk (Riskesdas, 2018).

Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien dipengaruhi

oleh perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak

psikososial yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan

memengaruhi kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker

payudara berasal dari tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan,

ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan citra diri (Utami, 2017).

Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan agar seseorang mampu

mendapatkan status kesehatan yang baik dan mempertahankan fungsi atau

kemampuan fisik seoptimal mungkin, seseorang yang memiliki kualitas hidup

yang baik maka akan memiliki keinginan kuat untuk sembuh dan dapat

meningkatkan derajat kesehatannya. Sebaliknya, ketika kualitas hidup

menurun maka keinginan untuk sembuh juga menurun (Haryati & Sari,

2019).

Dengan perubahan kualitas hidup yang terjadi pada pasien, asuhan

keperawatan dilakukan berdasarkan model keperawatan Virginia henderson.

Model keperawatan ini berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan

membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat

menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan mengembalikan

kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi yang dialami

(Desmawati, 2019).
3
1.2 Tujuan

1.2.2 Tujuan Umum

Agar Mahasiswa Mampu memahami pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Kanker PayudaraTujuan Khusus

1. Mampu memahami pengertian dari kanker payudara.

2. Mampu memahami etiologi Kanker Payudara.

3. Mampu memahami tanda dan gejala Kanker Payudara.

4. Mampu memahami patofisiologi Kanker Payudara.

5. Mampu memahami pathway Kanker Payudara.

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Kanker Payudara


4

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel

normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,

berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Anatomi Payudara

Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak,

kelenjar fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara

dari otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior.

Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior

dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media,

dan pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah

musculus pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada wanita dewasa muda

payudara terletak di atas costa II–IV.

Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting.

Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus

(penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang

kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel

Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.

6
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan 5

berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting

mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu

apertura duktus laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri

mammaria internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi

tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari

payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava

superior sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae,

kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan

demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (No

Title, 2012).

Gambar 2.1
Anatomi Payudara (No Title, 2012)

Fisiologi payudara

Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat

menarche; pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya

berbentuk rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi

susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan

progesteron.

Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan

yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa


pubertas, dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya 6

duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran

payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit

lemak.

Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama

menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga

menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan

nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan

menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus

lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.

Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara

menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana

alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui

duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi

dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak

beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun

akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan

menggantung (No Title, 2012)

2.2 Etiologi

Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah

faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu

asap rokok, konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur

saat melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga

tentang ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini.

Terdapat banyak factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker

payudara.
a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi 7

terjadinya kanker payudara.

b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memiliki riwayat penyakit yang

sama yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah

melakukan pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada

payudara yang sehat.

c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana

ibu, atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan

beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.

d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan akan

menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan

kanker payudara.

e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang

mengalami menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause

yang lambat, dan kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko

besar terjadinya kanker payudara.

f. Obesitas pascamenopouse : Dimana seseorang yang mengalami

obesitas itu akan meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang akan

beresiko terkena kanker.

g. Dietilstilbestro : obat untuk mencegah keguguran akan beresiko terkena

kanker.

h. Penyinaran : Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar

pada dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker payudara.

2.3 Patofisiologi

Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara

abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam


lingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel 8

mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan

sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh

akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah

tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk

metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasma

adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak

mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.

Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai

faktor, faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut

dengan karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai

sedikitnya tiga tahapan proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana

inisiator atau karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan

menyebabkan perubahan dalam struktur genetic asam deoksiribonukleat

seluler (DNA), promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap agens

yang mempromosikan dan menyebabkan eskpresi informal abnormal atau

genetik mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana

sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi

mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase

menunjukkan perilaku maligna.


9

2.4 Pathway

2.5 Tanda dan gejala

Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang

khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk

bulat dan elips, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema,

mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun

dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Nurarif & Kusuma, 2015)

Adapun tanda dan gejala kanker payudara :

• Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
10
• Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus)

atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)

• Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit

jeruk (peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)

• Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul

satelit)

• Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).

• Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.

• Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)

• Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada
awal-awalnya tidak terasa sakit.

• Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu

payudara

• Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.

2.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018)

1. Laboratoriu

• Morfologi sel darah

• Laju endap darah

• Tes faal hati

• Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam

serum

• Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan

yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan

yang keluar dari ekskoriasi

2..Mammagrafi
11
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk

mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae

untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada

tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat

karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.

3.Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada

mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit

dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4.Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae

atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas

karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih

tinggi.

5. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara

pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan

peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

6 Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau

ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif

terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi

terapi.

7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara

pada organ lain


i. Pemeriksaan hematologi 12

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada speredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.
b. Penatalaksanaan medis

i. Pembedahan

1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot

pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat

namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.

2. Mastektomi total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan

lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat

dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.

3. Lumpektomi/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak

turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan

payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.

4. Wide excision / mastektomi parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot

pectoralis mayor.

ii. Radioterapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak

jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping:

kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada


nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan. 13

iii. Kemoterapi

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam

aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,

kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

iv. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang

sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral

oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

c. Komplikasi

Gangguan Neurovaskuler, Metastasis (otak, paru, hati, tulang

tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang), Fraktur patologi, Fibrosis

payudara, hinga kematian (Nurarif & Kusuma, 2018).

8. Konsep Masalah Keperawatan

a. Pengertian

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017).

b. Kriteria mayor dan minor

Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-

100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah tanda dan

gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung penegakan


diagnosis (PPNI, 2017) 14

c. Faktor yang berhubungan

Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah

yang dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis

atau masalah keperawatan Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul

pada pasien kanker payudara menurut Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (PPNI, 2017)

Pathway

Bagan 2.1 Patway Kanker Payudara


(PPNI, 2017) & (Lodia Kristin, 2017)

d. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan pada pasien dengan ca mammae (PPNI, 2017)

i. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

1. Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat d berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang

berlangsung lebih d 3 bulan.

2. Data mayor :

Subjektif : Mengeluh nyeri, Merasa depresi (tertekan)

Objektif : Tampak meringis, Gelisah, Tidak mampu menuntaskan

aktivitas.

3. Data minor

Subjektif : Merasa takut mengalami cedera berulang


Objektif : Bersikap protektif (mis.menghindari nyeri), Waspada, Pola 15

tidur berubah, Anoreksia

ii. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi

(D.0129).

1. Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan

(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,

kapsul sendi daniatay Definisi ligamen).

2. Data mayor :

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit.

3. Data minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif : Nyeri, Perdarahan, Kemerahan, Hematoma.

iii. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun

(D.0005).

1. Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat

2. Data Mayor :

Subjektif:

Dispnea

Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan Parshall, Fase ekspirasi

memanjang, Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

3. Data minor

Subjektif :Ortopnea
Objektif : Pernapasan pursed-lip 1, Pernapasan cuping hidung, 16

Diameter thoraks anterior-posterior meningkat, Ventilasi semenit

menurun, Kapasitas vital menurun, Tekanan ekspirasi menurun,

Tekanan inspirasi menurun, Ekskursi dada berubah.

iv. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).

1. Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik.

2. Faktor Risiko : Penyakit kronis (mis. diabetes melitus), Efek prosedur

invasif, Malnutrisi, Peningkatan paparan organisme patogen

lingkungan, Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

v. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

(D.0019).

1. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhí kebutuhan

metabolisme.

2. Data mayor :

Subjektif : ( tidak tersedia )

Objektif : bearat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

3. Data minor

Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram/nyeri

Objektif : Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Nafsu

makan menurun Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat,

sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare

Kondisi Klinis Terkait

vi. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111).
1. Definsi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan 17

dengan topik tertentu.

2. Data mayor :

Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif : sesuai anjuran, Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap

masalah

3. Data minor :

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, Menunjukkan

perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, histeria).

vii. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

1. Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

2. Data Mayor :

Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari

kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi

Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, Sulit tidur

3. Data Minor :

Subjektif : Mengeluh pusing, Anoreksia, Palpitasi, Merasa tidak

berdaya.

Objektif : Frekuensi napas meningkat, Frekuensi nadi meningkat,

Tekanan darah meningkat. Diaforesis, Tremor, Muka tampak pucat,

Suara bergetar, Kontak mata buruk, Sering berkemih, Berorientasi

pada masa lalu.


viii. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi 18

tubuh (D.0083).

1. Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi

fisik individu.

2. Data mayor :

Subjektif : Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

Objektif : Kehilangan bagian tubuh, Fungsi/struktur tubuh berubah/

hilang

3. Data Minor :

Subjektif : Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian

tubuh, mengungkapkan perasaaan negatif tentang perubahan tubuh,

mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain,

mengungkapkan perubahn gaya hidup

Objektif : Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara

berleblhan, Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh,

fokus berlebihan pada perubahan tubuh, respon non verbal pada

perubahan dan presepsi tubuh, Fokus pada penampilan dan kekuatan

masa lalu, Hubungan sosial berubah.

ix. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis

(D.0086).

1. Definisi : Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau

kemampuan pasien Definisi seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak

berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.

2. Data Mayor :

Subjektif : Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong),

Merasa malu/bersalah, Merasa tidak mampu melakukan apapun,


Meremehkan kemampuan mengatasi masalah, Merasa tidak memiliki 19

kelebihan atau kemampuan positif, Melebih-lebihkan penilaian negatif

tentang diri sendiri, Menolak penilaian positif diri sendiri

Objektif : Enggan mencoba hal baru, Berjalan menunduk, Postur

tubuh menunduk,

3. Data minor :

Subjektif : Merasa sulit konsentrasi, Sulit tidur, Mengungkapkan

keputusasaan

Objektif : Kontak mata kurang, Lesu dan tidak bergairah, Berbicara

pelan dan lirih, Pasif, Perilaku tidak asertif, Mencari penguatan secara

berlebihan, Bergantung pada pendapat orang lain, Sulit membuat

keputusan.

9. Konsep Dasar Keperawatan Virginia Henderson


Tugas unik perawat adalah membantu individu baik dalam keadaan

sakit maupun sehat melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna

mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal

dengan damai, yang dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki

kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untuk itu. Handerson

mengemukakan teori tersebut dikarenakan keyakinan dan nilai yang dia

percayai yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Selain itu

dia juga mengatakan dalam mendefinisikan tentang keperawatan harus

memikirkan keseeimbangan fisiologisnya.

Henderson menghubungakan hal-hal tersebut dengan kegiatan sehari-

hari dan Ia juga memberikan gambaran tentang bagaimana tugas perawat

harus bisa mengkaji, menganalisis dan mengobservasi untuk bisa memberikan


dukungan dalam kesehatan dan proses penyembuhan atau pemulihan dengan 20

demikian individu tersebut mendapatkan kembali kemandirian dan kebebasan

yang merupakan tujuan mendasar dari teori tersebut. Ia juga berpendapat

dalam sudut Epistemologi karakteristik ilmu keperawatan, manusia adalah

makhluk yang unik, dan tidak ada yang memiliki kebutuhan dasar yang sama

yang dalam pemenuhannya memerlukan bantuan orang lain (Desmawati,

2019).

10.Konsep dasar Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada

pengkajian menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada

keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat

maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan

mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi

yang dialami (Desmawati, 2019).

a. Pengkajian

i. Pengkajian Identitas

1. Identitas Pasien :

2. Identitas Penanggung Jawab :

ii. Status Kesehatan

1. Keluhan Utama :

2. Penyakit yang pernah dialami:

3. Alergi :

4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) :

5. Riwayat Penyakit Keluarga :


6. Diagnosa Medis dan therapy : 21

iii. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

1. Pola Bernapas

2. Pola makan-minum

3. Pola Eliminasi

4. Pola aktivitas dan latihan

5. Pola istirahat dan tidur

6. Pola Berpakaian

7. Pola rasa nyaman

8. Pola Aman

9. Pola Kebersihan Diri

10. Pola Komunikasi

11. Pola Beribadah

12. Pola Produktifitas

13. Pola Rekreasi

14. Pola Kebutuhan Belajar

iv. Pengkajian Fisik

v. Pemeriksaan Penunjang

vi. Data laboratorium yang berhubungan

b. Diagnosa keperawatan

Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada

keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat

maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang


bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan 22

terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi

Kusuma 2016) diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae

adalah (PPNI, 2017):

i. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

ii. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi

(D.0129).

iii. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun

(D.0005).

iv. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).

v. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolisme (D.0019).

vi. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111).

vii. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

viii. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi

tubuh (D.0083).

ix. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis

(D.0101).

c. Intervensi Keperawatan

Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria

hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja

SLKI DPP PPNI, 2019) :


23

i. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

1. Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspetasi tingkat nyeri menurun.

2. Kriteria hasil :

a. kemampuan menuntaskan aktivitas


meningkat

b. keluhan nyeri menurun

c. meringis menurun

d. sikap protektif menurun

e. gelisah menurun

f. kesulitan tidur menurun

g. menarik diri menurun

h. berfokus pada diri sendiri menurun

i. diaforesis menurun

j. perasaan depresi (tertekan ) menurun

k. perasaan takut mengalami cedera berulang


menurun

l. anoreksia menurun

m. perineum terasa tertekan menurun

n. uterus teraba membulat menurun

o. ketegangan otot menurun

p. pupil dilatasi menurun

q. muntah menurun mual menurun

r. frekuensi nadi membaik

s. pola nafas membaik

t. tekanan darah membaik


24
u. proses berpikir membaik

v. fokus membaik

w. fungsi berkemih membaik

x. perilaku membaik

y. nafsu makan membaik

z. pola tidur membaik

3. Intervensi :

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

a. Identifikasi lokasi, karekteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri

b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi respons nyeri non verbal

d. Identifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri

e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan


tentang nyeri

f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap


respon nyeri

g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas


hidup

h. Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang

sudah diberikan

i. Monitor efek samping penggunaan

analgesic Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 25

(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,

terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain)

b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan)

c) Fasilitasi istirahat dan tidur

d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

ii. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi

(D.0129).

1. Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan ekspetasi integritas kulit dan jaringan

meingkat.

2. Kriteria hasil :

a. Elastisitas meningkat

b. Hidrasi meningkat

c. Perfusi jaringan meningkat


26
d. Kerusakan jaringan menurun

e. Kerusakan lapisan kulit menurun

f. Nyeri menurun

g. Perdarahan menurun

h. Kemerahan menurun

i. Hematoma menurun

j. Pigmentasi abnormal menurun

k. Jaringan parut menurun

l. Nekrosis menurun

m. Abrasi kornea menurun

n. Suhu kulit membaik

o. Sensasi membaik

p. Tekstur membaik

q. Pertumbuhan rambut membaik

3. Intervensi :

Perawatan luka (I.14564)

Observasi

a. monitor karakteristik luka

b. monitor tanda-tanda

infeksi Terapeutik

a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan

b) cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu

c) bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik

sesuai kebutuhan

d) bersihkan jaringan nekrotik


e) berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu 27

f) pasang balutan sesuai jenis luka

g) pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

h) ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

i) jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai

kondisi pasien

j) berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan

protein 1,25-1,5 gram/kgBB/hari

k) Berikan suplemen vitamin dan mineral

l) berikan terapi tens, jika

perlu Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

c) ajarkan prosedur perawatan luka secara

mandiri Kolaborasi

a) kolaborasi prosedur debridement, jika perlu

b) kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

iii. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun

(D.0005).

1. Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan ekspektasi pola napas membaik.

2. Kriteria hasil :

a. Ventilasi semenit meningkat

b. Kapasitas vital meningkat

c. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat


d. Tekanan ekspirasi meningkat 28

e. Tekanan inspirasi meningkat

f. Dispnea menurun

g. Penggunaan otot bantu napas menurun

h. Pemanjangan fase ekspirasi menurun

i. Ortopnea menurun

j. Pernapasan pursed-lip menurun

k. Pernapasan cuping hidung menurun

l. Frekuensi napas membaik

m. Kedalaman napas membaik

n. Ekskursi dada membaik

3. Intervensi :

Manajemen jalan napas (I.01011)

Observasi

a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,


usaha napas)

b. Monitor bunyi napas tambahan


(mis. gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

c. Monitor sputum (jumlah, warna,

aroma) Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-

lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)

b) Posisikan semi-Fowler atau Fowler

c) Berikan minum hangat

d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu


e) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik 29

f) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

h) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b) Anjurkan teknik batuk

efektif Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,

jika perlu

iv. Resiko infeksi berhubungan dengn penyakit kronis (D.0142).

1. Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspetasi tingkat infeksi menurun.

2. Kriteria hasil :

a. kebersihan tangan meningkat

b. kebersihan badan meningkat

c. nafsu makan meningkat

d. demam menurun

e. kemerahan menurun

f. bengkak menurun

g. vesikel menurun

h. cairan berbau busuk menurun

i. sputum berwarna hijau menurun

j. drainase purulen menurun

k. piuria menurun
30
l. periode malaise menurun

m. periode menggigil menurun

n. letargi menurun

o. gangguan kognitif menurun

p. kadar sel darah putih membaik

q. kultur darah membaik

r. kultur urine membaik

s. kultur sputum membaik

t. kultur area luka membaik

u. kultur feses membaik

v. kadar sel darah putih membaik

3. Intervensi

pencegahan infeksi (I.14539)

observasi

a. monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan

sistemik terapeutik

a) Batasi jumlah pengunjung

b) berikan perawatan kulit pada area edema

c) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

d) pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko

tinggi Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

c) Ajarkan etika batuk


d) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi 31

e) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

f) anjurkan meningkatkan asupan

cairan kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

v. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolisme (D.0019).

1. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diarapkan

ekspetasi status nutrisi membaik

2. Kriteria hasil :

a. Kekuatan otot pengunyah meningkat

b. Kekuatan otot menelan meningkat

c. Serum albumin meningkat

d. Verbalisasi keinginan untk meningkatkan nutrisi meningkat

e. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

f. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat

g. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang

tepat meningkat

h. Penyiapan dam penyimpanan minuman yang aman meningkat

i. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan

tujuan kesehatan meningkat

j. Perasaan cepat kenyang menurun

k. Nyeri abdomen menurun

l. Sariawan menurun

m. Rambut rontok menurun

n. Diare menurun
32
o. Berat badan membaik

p. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

q. Frekuensi makan membaik

r. Nafsu makan membaik

s. Bising usus membaik

t. Tebal lipatan kulit trisep membaik

u. Membran mukosa membaik

3. Intervensi :

Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi

a. Identifikasi status nutrisi

b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c. Identifikasi makanan yang disukai

d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

f. Monitor asupan makanan

g. Monitor berat badan

h. Monitor hasil pemeriksaan

laboratorium Terapeutik

a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan, jika perlu


g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika 33

asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b) Anjurkan diet yang

diprogramkan Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda

nyeri, antiemetik), jika perlu

b) Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

vi. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111).

1. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspektasi tingkat pengetahuan meningkat

2. Kriteria hasil :

a. perilaku sesuai anjuran meningkat

b. verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c. kemampuan menjelaskan pengetahuan

tentang suatu topik meningkat

d. kemampuan menggambarkan

pengalaman sebelumnya yang sesuai

dengan topik meningkat

e. perilaku sesuai dengan pengetahuan


meningkat

f. pertanyaan tentang masalah yang dihadapi


menurun
g. persepsi yang keliru terhadap masalah 34
menurun

h. menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


menurun

i. perilaku membaik

3. Intervensi :

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Observasi

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi

b. Identifikasi faktor-faktor

yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku

hidup bersih dan sehat

Terapeutik

a) Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

vii. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

1. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

diharapkan ekspektasi tingkat ansietas menurun

2. Kriteria hasil:
a. verbalisasi kebingungan menurun 35

b. verbalisasi khawatir akibat kondisi yang


dihadapi menurun

c. perilaku gelisah menurun

d. perilaku tegang menurun

e. keluhan pusing menurun

f. anoreksia menurun

g. palpitasi menurun

h. frekuensi pernapasan menurun

i. frekuensi nadi menurun

j. tekanan darah menurun

k. diaforesis menurun

l. tremor menurun

m. pucat menurun

n. konsentrasi membaik

o. pola tidur membaik

p. perasaan keberdayaan membaik

q. kontak mata membaik

r. pola berkemih membaik

s. orientasi membaik

3. Intervensi :

Reduksi Ansietas (I. 09314)


Observasi
a. Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)

b. Identifikasi kermampuan mengambili.keputusan


c. Monitor tande-tanda ansietas (verbal dan 36
nonverbal)

Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,


jika memungkinkan

c) Pahami situasi yang mernbuat ansietas

d) Dengarkan dengan penuh perhatian

e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

f) Tempalkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang


akan datang

Edukasi
a) Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami

b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pangobatan,


dan prognosis

c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jlka perlu

d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitir, sasual


kebutuhan

e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

h) Latih teknik

relaksasi Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu

viii. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi

tubuh (D.0083).

1. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan


diharapkan ekspektasi citra tubuh meningkat 37

2. Kriteria hasil :

a. Melihat bagian tubuh meningkat

b. menyentuh bagian tubuh meningkat

c. verbalisasi kecacatan bagian tubuh


meningkat

d. verbalisasi kehilangan bagian tubuh


meningkat

e. verbalisasi perasaan negatif tentang


perubahan tubuh menurun

f. verbalisasi kekhawatiran terhadap

penolakan/reaksi orang lain menurun

g. verbalisasi perubahan gaya hidup menurun

h. menyembunyikan bagian tubuh berlebihan


menurun

i. menunjukkan bagian tubuh berlebihan


menurun

j. fokus pada bagian tubuh menurun

k. fokus pada penampilan masa lalu

l. menurun fokus pada kekuatan masa lalu


menurun

m. respon non verbal pada perubahan tubuh


membaik

n. hubungan sosial membaik

3. Intervensi :

Promosi citra tubuh (I.09305)

Observasi

a. Identifikasi harapan citra

tubuh berdasarkan
tahap perkembangan 38

b. Identifikasi budaya, agama, jenis

kelamin, dan umur terkalt citra tubuh

c. Identifikasi perubahan citra tubuh

yang mengakibatkan isolasi sosial

d. Monitor frekuensi pernyataan kritik


terhadap diri sendiri

e. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang

berubah Terapeutik

a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan

d) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis,

luka, penyakit. pembedahan)

e) Diskusikan cara mengembangken harapan citra tubah secara

realistis

f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan

citra tubuh

Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra

tubuh

b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

c) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan,

wig, kosmetik)

d) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok

sebaya)
e) Latih fungsi tubuh yang dimiliki 39

f) Latih peningkatan penapilan diri (mis. berdandan)

g) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain

maupun kelompok

ix. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis

(D.0086).

1. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

diharapkan ekspektasi harga diri meningkat.

2. Kriteria hasil :

a. Penilaian diri positif meningkat

b. perasaan memiliki kelebihan/ kemampuan


positif meningkat

c. penerimaan penilaian positif terhadap diri


sendiri meningkat

d. minat mencoba hal baru meningkat

e. berjalan menampakan wajah meningkat

f. postur tubuh menampakan wajah


meningkat

g. konsentrasi meningkat

h. tidur meningkat

i. kontak mata meningkat

j. gairah aktivitas meningkat

k. aktif meningkat

l. percaya diri berbicara meningkat

m. perilaku esertif meningkat

n. kemampuan membuat keputusan meningkat

o. perasaan malu menurun


p. perasaan bersalah menurun 40

q. perasaan tidak mampu melakukan apapun


menurun

r. meremehkan kemampuan mengatasi


masalah menurun

s. ketergantungan pada penguatan secara


berlebihan menurun

t. pencarian penguatan secara berlebihan


menurun

3. Intervensi

Promosi Harga diri (I. 09331)

Observasi

a. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis

kelamin, dan usia terhadap harga diri

b. Monitor verballsasi yang merendahkan diri


sendiri

c. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai

kebutuhan Terapeutik

a) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri

b) Memotivasi menerima tantangan atau hal baru

c) Diskusikan pernyataan tentang harga diri

d) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

e) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri

f) Diskusikan persepsi negatif diri

g) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah

h) Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga

diri yang lebih tinggi

i) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan


batasan yang jelas 41

j) Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan

k) Falisitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga

diri

Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan

dalam perkembangan konsep positif diri pasien

b) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

c) Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi

dengan orang lain

d) Aniurkan membuka diri terhadap kritik negatif

e) Anjurkan mengevaluasi perilaku

f) Ajarkan cara mengatasi bullying

g) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri

h) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri

i) Latih cara berfikir dan berperilaku positif

j) Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam

menangani situasi

d. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan

keperawatan perawat berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan

membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat

menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, 42

saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/

ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang

sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah

rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan

kondisi saat ini (Desmawati, 2019).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan

yang telah dilakukan (Bararah & Jauhar, 2013).


43

a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien dewasa

dengan Kanker Payudara, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-

dahulu-keluarga dll). Sumber data dari pasien, keluarga, perawat

lainnya.

b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi/IAPP pada system tubuh pasien.

c. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format Asuhan

Keperawatan dengan model keperawatan Virginia Henderson, sesuai

ketentuan yang berlaku di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan

Timur (instrument terlampir).

B. Keabsahan Data

Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang

diperoleh untuk mengumpulkan informasi utama langsung dari pasien dan

keluarga, data hasil pemeriksaan fisik dan catatan rekam medis, serta

perawatan diruangan pasien.

C. Analisis Data

Analisia data pada literature review yaitu data yang dikumpulkan sesuai

dengan kriteria inklusi dikaitkan dengan konsep teori, prinsip yang relevan

untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. (2019). Teori Model Konseptual Keperawatan.


44
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker
Payudara.

Globocan. (2018). angka kejadian kanker di dunia. https://gco.iarc.fr/

Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas hidup
pada pasien kanker payudara yang menjalankan kemoterapi. Health Sciences
and Pharmacy Journal, 3(2), 54. https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138

Irawan, E. (2018). Faktor-faktor pelaksanaan SEDARI. Jurnal Keperawatan BSI,


6(1). https://doi.org/10.31311/.V6I1.3690

Kemenkes RI. (2019). angka kejadian kanker payudara.


https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html

Lodia Kristin. (2017). WOC Kanker


Payudara. https://id.scribd.com/document/348608933/WOC-
KANKER-PAYUDARA
No Title. (2012).

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015). cancer mammae.

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2018). Cancer


Mammae. http://www.perawatciamik.com/2018/03/laporan-
pendahuluan-ca-mamae- nanda-nic.html?view=timeslide

PPNI, T. P. S. D. (2017). No Title.


45

Putra, S. R. (2015). Buku lengkap kanker.

Riskesdas. (2018). prevelensi kanker di Indonesia.


https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf

SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Sugeng Laksono. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ny E


Dengan Karsinoma Mamae Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2147

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Carsinoma Mammae Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

Utami, S. S. (2017). ASPEK PSIKOSOSIAL PADA PENDERITA KANKER


PAYUDARA : Pendahuluan Metode. 20(2), 65–
74. https://doi.org/10.7454/jki.v20i2.503

WHO. (2019). Angka kejadian ca mamae di dunia. https://www.who.int/news-


room/detail/18-12-2019-who-prequalifies-first-biosimilar-medicine-to-
increase-worldwide-access-to-life-saving-breast-cancer-treatment
46

Anda mungkin juga menyukai