PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1
2. Menjelaskan promosi kesehatan tentang pasangan usia subur?
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
3
a. Kanker
payudara
1. Definisi
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di jaringan
payudara. Ia bisa berada di dalam kelenjar susu, jaringan lemak
ataupun dalam jarigan ikat yang terdapat pada payudara.
Kanker itu merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak
terkontrol akibat perubahan yang tidak normal dari gen yang
tidak bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel.
Pada hal secara normal sel payudara yang tua akan mati
digantikan oleh sel baru yang lebih muda. Regenerasi seperti
ini akan berguna untuk mempertahankan fungsi payudara. Pada
kasus kanker yang bertumbuh pada payudara gen yang
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi.
Hal itulah yang menyebabkan terjadinya kanker payudara.
4
2. Etiologi
Faktor penyebab kanker payudara antara lain yaitu usia,
karena orang yang terkena kanker payudara ini diperkirakan
sekitar 60 persen berada dibawah usia 50 tahun. Disamping itu
yang bersangkutan pernah mengidap kanker ini sebelumnya
dan memiliki potensi untuk terkena penyakit ini lagi. oleh
karena itu sewaktu dulu payudaranya tidak diangkat,
kemungkinan terkena lagi semakin besar.
Penyebab lain adalah kemungkinan diantara anggota
keluarga lain pernah ada yang menderita kanker payudara,
sehingga penyakit ini kemungkinan besar mengenai wanita
yang bersangkutan. Faktor genetic (keturunan) dan kondisi
hormonal bisa pula dianggap sebagai penyebab bangkitnya
kanker ini pada seorang perempuan. Faktor hormonal ini
dianggap cukup penting, karena hormone ini dapat memicu
5
tumbuhnya penyakit kanker payudara pada wanita yang
bersangkutan.
Salah satu pemicu lain, mungkin penderita pernah
mengidap kanker yang sama, tetapi sudah diangkat. Payudara
yang sehat kemungkinan terkena lagi sangat besar. Disamping
itu penderita juga mengidap penyakit payudara non kanker.
Demikian pula resiko terkena kanker payudara adalah 4 kali
lebih besar pada wanita yang mendapat haid awal berusia
kurang dari 12 tahun. Penyakit ini kemungkinan besar dapat
pula berjangkit pada orang yang pernah ikut dengan menelan
pil KB dan pasca menopause. Perempuan yang mengalami
kegemukan setelah pasca menopause itu juga dimungkinkan
untuk terkena penyakit kanker payudara.
3. Klasifikasi
Terbagi menjadi 2 jenis :
a. Kanker payudara noninvasif
Kanker payudara noninvasif terjadi ketika sel kanker
tetap berada dilokai asalnya, dan sel kanker tersebut
tidak pecah serta menyebar ke jaringan yang ada
disekitarnya. Ada dua jenis kanker payudara
noninvasif :
1). Karsinoma duktal in situ (DCIS)
Adalah jenis kanker payudara noninvasif yang
paling umum. Ductal carcinoma in situ sendiri
mengacu pada sel kanker yang telah terbentuk di
saluran payudara dan belum menyebar ke
jaringan payudara sekitarnya. Karena belum
menyebar ke jaringan lain, jenis kanker ini bisa
diobati dan tidak mengancam jiwa.
6
2). Karsinoma lobular in situ (LCIS)
Karsinoma lobular in situ atau lobular carcinoma
in situ (LCIS) sering dikenal dengan nama
neoplasia lobular. Sel karsinoma ini sejatinya
tidak termasuk kanker, namun terlihat seperti sel
kanker yang tumbuh di lobulus payudara
(jaringan yang memproduksi susu).
7
4. Patofisiologi dan Komplikasi
a. patofisiologi kanker payudara
mekanisme pasti perkembangan kanker belum
sepenuhnya dipahami. Studi awal menyatakan bahwa
terdapat beberapa tahapan perkembangan kanker
yaitu tahap inisiasi, promosi, dan progresi. Pada
tahun 1976, Nowell mengemukakan hipotesis evolusi
klonal untuk menjelaskan tentang perkembangan
kanker.
Hipotesis ini menyebutkan bahwa
perkembangan kanker terjadi oleh karena adanya
ekspansi klonal dan seleksi klonal yang terjadi
berulang kali di dalam tubuh manusia. Selanjutnya
terdapat hipotesis cancer stem cell (CSC) yang
menyebutkan bahwa pembentukan tumor terjadi
melalui cara yang sama dengan stem cell yang
normal, namun CSC mampu untuk memperbaiki diri
dan berdiferensiasi menjadi bermacam-macam tipe
sel pada tumor, menetap dalam tumor dan
menyebabkan kekambuhan serta bisa mengalami
metastasis. CSC inilah yang diketahui memiliki
peranan penting pada perkembangan kanker
payudara.
Beberapa faktor yang telah diketahui terlibat
dalam perkembangan kanker payudara diantaranya
faktor genetik, faktor lingkungan, olah raga, diet,
obesitas, faktor hormonal. Faktor genetik yang
dimaksud disini ialah mutasi pada gen BRCA 1,
BRCA 2, dan TP53. Obesitas diketahui
meningkatkan risiko kanker payudara, sedangkan
8
faktor diet masih menunjukkan hasil yang tidak
konsisten. Estrogen dan progestin yang digunakan
dalam terapi pengganti hormone diketahui dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara
melalui efeknya yang memicu tahap promosi.
1. Tulang
Ketika sel kanker menyebar ke tulang, maka
bisa menyebabkan beberaapa bagian struktur
tulang pecah tanpa membentuk tulang baru.
Dampaknya, tulang cenderung lemah dan rentan
terhadap patah tulang.
Penyebaran sel kanker ke bagian tulang bisa
membuat pengidapnya merasakan nyeri tulang,
tulang menjadi lemah dan mudah patah, hingga
kelumpuhan. Tak cuma itu, ada gejala lain yang
mungkin timbul seperti hiperkalsemia. Kondisi
ini merupakan tingginya kadar kalsium di dalam
plasma darah yang ditandai dengan munculnya
rasa mual, mudah mengantuk, hilangnya nafsu
makan, rasa haus dan sembelit.
9
2. Paru-paru
Komplikasi kanker payudara juga bisa
menyebar ke paru-paru. Maka pengidapnya
akan lebih lemah dan rentan sakit. Alasanya,
tubuh akan kesulitan untuk melawan bakteri
dan infeksi, sehingga rentan mengidap
pneumonia (infeksi paru-paru).
5. Penatalaksanaan
10
1). Intervensi untuk menurunkan kecemasan yaitu
: menggunakan terapi music dengan
mendengarkan music.
2). Intervensi untuk menurunkan nyeri yaitu :
menggunakan latihan yoga. Latihan yoga
dilakukan 1 jam selama 10 minggu.
3). Intervensi untuk menurunkan kelelahan
yaitu : menggunakan Mind Body Skills
Groups. Dilakukan 2 jam selama 9 minggu,
intervensi ini dilakukan oleh terapis yang
terlatih.
4). Intervensi untuk menurunkan gejala
menopause yaitu : diberikan propolis.
Propolis diberikan selama siklus kemoterapi
pertama, dimulai pada setelah menerima
kemoterapi, dan berlangsung selama 15 hari.
5). Intervensi untuk mengatasi mual yaitu :
dengan aroma terapi minyak atsiri jahe.
Aroma terapi dihirup dalam-dalam 3x sehari
selama 3 periode durasi 2 menit.
6). Intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup
yaitu : dengan memberikan perawatan rutin
dan diberikan edukasi. Edukasi diberikan
selama pendidikan 90 menit dilakukan setiap
minggu.
b. Program
Program untuk kanker payudara yaitu : program
untuk pemenuhan nutrisi, aktivitas fisik untuk
menurunkan mucositis, dan limpadema, PIE (untuk
11
meningkatkan pengetahuan, teknik perawatan dan
meningkatkan ketidaknyamanan).
c. Skrining
Skrining untuk mengetahui masalah-masalah
seorang dengan kanker payudara yaitu dengan
menggunakan Distress Thermometer (DT) terdiri
dari thermometer mulai dari 0 (tanpa tekanan)
hingga 10 (tekanan ekstrim).
6. Pencegahan
Memang pencegahan sampai tidak terkena
kanker payudara ini cukup sulit dilakukan. Terutama bila
seseorang itu memang tidak merupakan salah satu yang
bisa memicu tibanya kanker pyudara demikian. Bila
masih stadium awal, sebaiknya penderita cepat-cepat
berkonsultasi dengan dokter ahli. Pada tahap awal
penyakit ini memang tidak dirasakan, tapi bila ada
kecurigaan harus segera dikonsultasikan ke klinik atau
rumah sakit untuk memeriksakan diri. Disamping itu
sipenderita harus rajin untuk melakukan pemeriksaan
diri sendiri (SADARI).
Setiap kuartal dianjurkan untuk melakukan
SADARI secara teratur sekali sebulan, terutama sesudah
masa haid. Melakukan pemeriksaan mengenai payudara
minimal sekali 6 bulan, agar tidak kecolongan. Bila
perlu selalu melakukan pemeriksaaan secara
mammograph, karena hasilnya dapat mendeteksi sampai
80-90 persen dari semua gejala kemungkin terkena
serangan kanker payudara.
12
Sebaiknya wanita itu memperbaiki pola
konsumsinya setiap hari dan memperbanyak makan
sayuran dan buah-buahan yang masih segar. Juga
sedapat mungkin mengurangi makan daging dan
makanan yang sering memicu berbagai penyakit. Yang
utama mungkin harus selalu mempertinggi daya tahan
tubuh terhadap serangan berbagai kuman penyakit.
13
mengetahui pengaruh terapi musik relaksasi meditasi
dan back massage terhadap penurunan intensitas mual
muntah pada pasien kanker payudara yang sedang
menjalani kemoterapi di SMC RS Teogorejo pada
tahun 2017.
Desain dalam penelitian ini menggunakan quasi
experiment dengan bentuk rancangan non equivalent
control group atau non random control group pre-post
test. Penelitian ini menggunakan 22 responden yang
dibagi menjadi 11 kelompok intervensi dan 11
kelompok kontrol, dengan menggunakan teknik total
sampling. Uji statistik menggunakan dependent t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa p value 0.00 (p
value< 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh terapi musik relaksasi meditasi dan back
massage terhadap penurunan intensitas mual muntah
pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani
kemoterapi di SMC RS Telogorejo. Berdasarkan
kesimpulan diatas maka terapi musik relaksasi meditasi
dan back massage dapat menjadi salah satu terapi
alternatif intervensi keperawatan untuk pasien
kemoterapi dengan efek samping mual muntah.
14
pendidikan mengenai gangguan kesehatan, akibat
gangguan sistem reproduksi
a. Pengkajian
a). Nama
b). Umur
d). Pekerjaan
f). Agama
h). Alamat
i). Nomor RM
15
b). Riwayat kesehatan dahulu
16
d). Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris.
Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada
gangguan fungsi pendengaran.
17
hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita
pasca menopause, SADARI bisa dilakukan
kapan saja, tetapi secara rutin dilakukan
setiap bulan setiap bulan (misalnya setiap
awal bulan).
ii). Mammografi
iii). Ultrasound
b). Invasive
18
dilakukan menggunakan jarum halus
(ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan
spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang
dicurigai, lalu dismer di atas slide dan
difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi
sitologi. Jika specimen diambil secara tepat,
prosedur ini sangat akurat. Namun
pemeriksaan ini tidak dapat untuk
memeriksa gambaran histopatologi jaringan
sebab pemeriksaan ini tidak mampu
mengambil struktur jaringan sekitar.
19
c). Ansietas berhubungan dengan ancaman
terhadap kematian
Intervensi Pendukung
1. Edukasi kemoterapi
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi.
Teraupetik
20
a. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
b. Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara
mencegah infeksi.
Intervensi Pendukung
1. Edukasi pola perilaku kebersihan
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi.
b. Identifikasi kemampuan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
c. Monitor kemampuan melakukan dan
21
mempertahankan kebersihan diri dan
lingkungan.
Teraupetik
a. Sediakan materi dan media
pendidikaan kesehatan.
b. Berikan kesempatan untuk bertanya.
c. Praktekkan bersama keluarga cara
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
Edukasi
a. Jelaskan masalah yang timbul akibat
tidak menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
b. Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
dan lingkungan.
22
Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami.
b. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien.
c. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi.
d. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
e. Latih relak relaksasi.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas.
Intervensi Pendukung
1. Teknik menenangkan
Observasi
a. Identifikasi masalah yang dialami.
Teraupetik
a. Ciptakan ruangan yang tenang dan
nyaman.
Edukasi
a. Anjurkan berdo’a, berzikir, membaca
kitab suci, ibadah sesuai agama yang
dianut.
b. Anjurkan melakukan teknik
menenangkan hingga perasaan
menjadi tenang.
23
B. PASANGAN USIA SUBUR
1. Definisi
Merupakan pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-
45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup
matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi
dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga
dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan
interval kehamilan dapat diperhitungan untuk meningkatkan kualitas
reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah
dalam memperoleh keturunan dikarenakan keadaan kedua pasangan
tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu
perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan
persalinan aman.
a. Sifilis
1. Definisi :
Penyakit kelamin yang sifatnya dapat menular dari satu
penderita ke penderita lain. Istilah aslinya berbunyi syphilis,
yang bila kita indonesikan menjadi sifilis. Penularan penyakit
kelamin ini melalui hubungan kelamin dari penderita ke orang
yang semulabelum terkena penyakit itu.
24
2. Etiologi
Nama lain yang sering di lontarkan oleh sebagian
anggota masyarakat terhadapa penyakit sifilis ini adalah ‘raja
singa’.Penyakit ini di sebabkan oleh sejenis bakteri yang
disebut Sprochaeta palida. Bakteri ini terdapat di seluruh dunia
termasuk juga Indonesia.ia menukar pada orang lain dengan
menimbulkan infeksi.bentuk kuman yang menular itu seperti
spiral bila di lihat dengan kaca pembesar.
Penularanya melalui hubungan kelamin ,atau sentuhan
kulit atau selaput lender mulut yang lecat .ia dapat pula
berpindah melalui urine ,sehingga bayi dalam kandungan dapat
pula ketularan ,bila si ibu menderita penyakit sifilis.Namun
demikian laki laki lebih mudah ketularan yang dapat di lihat
pada penisnya .Sedangkan pihak perempuan tidak merasa apa-
apa pada tahap pertama .tapi mungkin pada tahap
berkembangnya penyakit ini dapat juga mengganggu otak bila
penyakit ini sampai ke tahap lanjut.
25
3. Klasifikasi
a. Sifilis Primer
Sifilis primer memiliki karakteristik dengan
terbentuknya chancre yang tidak nyeri pada lokasi
inokulasi setelah masa inkubasi 3-6 minggu. Lesi ini
memiliki dasar berbentuk punched out, bagian tepi
bergelombang, dan sangat infeksius. Chancre memiliki
gambaran histologi berupa infiltrasi leukosit mononuklear,
makrofag dan limfosit. Umumnya, chancre akan
berkembang menjadi indurasi, kemudian membentuk ulkus
yang tidak purulen. Lesi akan sembuh sendiri dalam 4-6
minggu.
b. Sifilis Sekunder
Dalam hitungan jam setelah inokulasi, saat terjadi
evolusi stadium primer, Treponema pallidum menyebar
dan berdeposit pada jaringan tubuh secara luas, tetapi
umumnya pada area kutan atau mukosa. Pada tahap ini,
akan muncul lesi makulopapular, papular, makular, atau
anular papular. Lesi kulit umumnya ditemukan pada
telapak tangan dan kaki.Lesi berbatas tegas, berwarna
merah kecoklatan, dengan diameter sekitar 5 mm dan
merupakan lesi paling infeksius.
Sifilis sekunder terbentuk dalam 4-10 minggu
setelah munculnya lesi primer. Condyloma lata dan patchy
alopecia merupakan gambaran yang hanya ditemukan pada
sifilis sekunder. Condyloma lata adalah lesi yang tidak
nyeri, berwarna merah keabu-abuan, umumnya terbentuk
pada lokasi yang hangat dan lembab. Patchy
alopecia merupakan alopesia berbentuk bercak-bercak
26
dengan gambaran moth eaten pada kulit kepala dan rambut
wajah.
c. Sifilis Laten
Lesi sifilis sekunder dan manifestasi lainnya
umumnya menghilang sendiri dalam 3 bulan. Periode tanpa
gejala ini disebut sebagai sifilis laten. Namun, kendati tidak
terdapat gejala, sifilis laten tetap menular dan dapat
diturunkan pada bayi yang lahir dari ibu yang tidak diobati.
d. Sifilis Tersier
Beberapa tahun setelah periode laten, orang dengan
sifilis dapat mengalami gejala tersier berupa neurosifilis,
penyakit kardiovaskular, dan sifilis gummatosa.
Pada sifilis gummatosa terbentuk lesi
granulomatosa yang disebut.Gumma memiliki gambaran
berupa jaringan nekrotik sentral dengan tekstur seperti
karet yang dapat terbentuk di berbagai organ. Pada
gambaran histopatologinya terdapat makrofag berbentuk
palisade disertai fibroblas dan sel plasma di tepi lesi.
Gumma dapat pecah, membentuk ulkus, dan berangsur-
angsur menjadi fibrotik.
Sifilis kardiovaskular biasanya terjadi 10 tahun
setelah infeksi primer, umumnya terjadi pembentukan
aneurisma pada aorta ascendens yang disebabkan oleh
inflamasi kronik yang merusak vasa vasorum.
Neurosifilis memiliki gambaran yang bervariasi.
Meningitis sifilis terjadi akibat invasi spiroseta pada sistem
saraf pusat.Sifilis meningovaskular menyebabkan infark
dan kerusakan neurologi luas akibat kerusakan pembuluh
darah meninges, otak, dan korda spinalis.Parese generalis
terbentuk karena kerusakan pada daerah kortikal otak
27
dengan gejala awal menyerupai demensia dimana terjadi
gangguan memori dan berbicara, gangguan kepribadian,
iritabilitas, dan gejala psikotik.
Sifilis Kongenital Treponema pallidum dapat
menembus barier plasenta dan menginfeksi fetus.
Transmisi ini dapat terjadi pada seluruh stadium sifilis.
Pada kehamilan, penurunan respon imun menyebabkan
klirens Treponema pallidum yang inkomplit sehingga
menyebabkan infeksi kronik. Meningkatnya produksi IL-2,
IFN-ᵞ, TNF-α, dan prostaglandin yang diinduksi oleh
infeksi pada fetus disertai dengan respon inflamasi intens
yang berkaitan dengan aktivasi makrofag oleh lipoprotein
treponema dapat menyebabkan abortus dan kematian bayi
intrauterine.
28
b. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit sifilis
adalah neorosifilis.neurosifilis terjadi pada kurang lebih
60% penderita sifilis kongenital.hal ini di tandai dengan uji
VDRL dari bahan CSS(+),Pleositesis,dan peningkatan
protein. Komplikasi dapat timbul jika sipilis atau sifilis
sudah memasuki tahap tersier. Komplikasi sifilis yang
dapat terjadi antara lain :
1) Benjolan kecil atau gumma
Kondisi ini bisa muncul di area kulit, tulang, hati, atau
organ lainnya.
2) Infeksi HIV
Orang-orang yang menderita sifilis dan sering bergonti-
ganti pasangan memiliki risiko terkena dua kali lipat
dari orang biasa.
3) Gangguan saraf
Gangguan saraf yang dapat terjadi adalah impotensi,
gangguan berkemih, gangguan pengelihatan,
kehilangan pendengaran, stroke, atau meningitis.
4) Gangguan jantung
Kelainan jantung yang dapat terjadi akibat sifilis
adalah aneurisma aorta dan kerusakan katup jantung.
5) Komplikasi kehamilan
Komplikasi yang dapat dialami ibu hamil antara
lain keguguran, kematian janin dalam kandungan, atau
kematian bayi beberapa saat setelah persaliinan.
5. Penatalaksanaan
29
Bila seseorang laki-laki atau wanita sudah terjangkit dengan
penyakit kelamin sifilis ini tentu upaya terakhir adalah
melakukan pengobatan. Obat yang terbaik merupakan suntikan
penisilin. Pengobatan dengan penisilin ini paling kurang harus
berlangsung setidaknya 10 hari berturut-turut. Sedangkan bagi
penderita sifilis yang tidak tahan penisilin, dapat juga
digunakan terasikin atau obat eritromisin. Obat itu harus
dimakan selama 15 hari berturut-turut.
6. Pencegahan
Untuk mencegah tertularnya penyakit kelamin ini calon
penderita tidak melakukan hubungan seksual dengan orang
yang sebelumnya sudah terjangkit, seperti pelacur, yang
kemungkinan sudah titular sifilis. Pencegahan juga selalu
menghindari hal-hal yang dilarang oleh moral dan agama itu.
30
Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan
jalan memotong vas deferen sehingga saat ejakuasi tidak
terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah
menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi
memerlukan sekitar 12 kali ejakuasi, baru sama sekali
bebas dari spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan
penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas untuk
melakukan hubungan seks.
b. Tubektomi
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi
wanita. Tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca
persalinan dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena
belum dipersulit dengan edema tuba, infeksi, dan alat-alat
genital belum menciut.
Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang
tidak menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap
(kontrasepsi mantap).
a). Nama
b). Umur
d). Pekerjaan
31
f). Agama
g). Status Perkawinan
h). Alamat
i). Nomor RM
32
c. Hidung : pada stadium III dapat merusak tulang
rawan pada hidung dan palatum.
d. Telinga : pada sifilis congenital dapat menyebabkan
ketulian.
e. Mulut : pada sifilis congenital, gigi Hutchinson
(incisvus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti
obeng).
f. Leher : pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
33
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b. Identifikasi respons nyeri non
verbal.
c. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
d. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
Teraupetik
a. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
Intervensi Pendukung
1. Edukasi proses penyakit
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi.
Teraupetik
a. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
b. Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
34
a. Jelaskan penyebab dan faktor
risiko penyakit.
b. Jelaskan patofisologi munculnya
penyakit.
c. Jelaskan tanda dan gejala
timbulnya penyakit.
d. Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan.
Manajemen Utama
2. Disfungsi seksual berhubungan
1. Edukasi seksualitas
dengan ketiadaan pasangan.
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi.
Teraupetik
a. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
b. Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
a. Jelaskan anatomi dan fisiologi
sistem reproduksi laki-laki dan
perempuan.
b. Jelaskan perkembangan
sesualitas sepanjang siklus
kehidupan.
c. Jelaskan risiko tertular penyakit
menular seksual.
35
Intervensi Pendukung
1. Edukasi keluarga berencana
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi.
b. Identifikasi pengetahuan tentang
alat kontrasepsi.
Teraupetik
a. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
b. Berikan kesempatan untuk
bertanya.
c. Lakukan pemeriksaan fisik.
Edukasi
a. Jelaskan tentang sistem
reproduksi.
b. Jelaskan aktivitas seksualitas
setelah mengikuti program KB.
3. Pola seksual tidak efektif
berhubungan dengan kurang Manajemen Edukasi
terpapar informasi tentang 1. Edukasi seksualitas
seksualitas. Observasi
b. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi.
Teraupetik
c. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
36
d. Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
d. Jelaskan anatomi dan fisiologi
sistem reproduksi laki-laki dan
perempuan.
e. Jelaskan perkembangan
sesualitas sepanjang siklus
kehidupan.
f. Jelaskan risiko tertular penyakit
menular seksual.
Intervensi Pendukung
1. Manajemen perilaku seksual
Observasi
a. Identifikan penyimpangan
perilaku seksual.
b. Monitor perilaku seksual yang
sesuai.
Teraupetik
a. Berikan kegiatan pengalihan.
b. Beri konsekuensi jika
melakukan penyimpan perilaku
seksual.
c. Anjurkan tidak berhubungan
seksual atau intim saat stress
berat.
Edukasi
a. Informasikan konsekuensi
perilaku dan verbalisasi seksual
37
yang menyimpang.
b. Edukasi stress sesuai tingkat
perkembangan.
BAB III
PENUTUP
38
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena
penulis dalam tahap belajar, maka dari itu penulis berharap bagi para pembaca
dapat memberi saran dan usul serta kritikan yang membangun, sehingga
makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan
serta kejanggalan penulis mohon maaf karena penulis hanya memiliki ilmu
dan kemampun yang terbatas. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan
bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
39
Purwoastuti Endang dan walyani Elisabeth Siwi. 2015.Kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana. Yogyakarta : Pustaka baru press.
Solehati, t., napisah, p., rahmawati, a., nurhidayah, i., & kosasih, c. E. (2020).
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien kanker payudara : sistematik review
nursing management in breast cancer patients : a systematic review. 10(1).
40