Anda di halaman 1dari 27

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang

dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Marfianti, 2021). Kanker

payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara. Kanker

payudara terutama menyerang wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi

pada pria. Sebagaian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi

duktus (kanker duktal). Beberapa kasus bermula di lobules (kanker lobular) dan

sebagian kecil bermula di jaringan lain (Cancer Help, 2019).

Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran

kelenjar, dan jaringan penunjang payudara. Sejumlah sel di dalam payudara

tumbuh yang berkembang dengan tidak terkendali inilah yang disebut kanker

payudara. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor

atau benjolan. Namun, tidak semua tumor adalah kanker karena sifatnya yang

tidak menyebar ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh

atau menyebar jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas (Ariani, 2015).

2.1.2 Pravelensi Kanker Payudara

Penderita kanker di Indonesia adalah 1,4% dengan jumlah total 347,792

penderita. Pada tahun 2018, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker.

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Healt Organiztion (WHO)

memberikan gambaran kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia

adalah kasus penderita kanker payudara, yakni 58.256 kasus area 16,7% dari total

7
8

348.809 kasus kanker.kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker kedua

yang paling banyak terjadi di Indonesia sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari

total kasus.

Kementrian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa, angka

penderita kanker payudara di indonesia telah mencapai 42,1 orang per 100 ribu

penduduk.Dalam data dijelaskan bahwa rata-rata kematian akibat kanker ini

mencapai 17 orang per 100 ribu penduduk. Sementara itu,angka penederita kanker

serviks di Indonesia telah mencapai 23,4 orang per 100 ribu penduduk.Adapun

rata-rata kematian akibat kanker serviks mencapai 13,9 orang per 100 ribu

penduduk (Databoks,2019).

2.1.3 Faktor Resiko Kanker Payudara

Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara

dikelompokkan menjadi 2 yaitu : (Jochelson , 2013)

1.Faktor yang tidak dapat dikontrol

a. Jenis kelamin

Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada payudara

wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar disebabkan karena aktivitas

hormon estrogen dan progesterone.

b. Faktor Genetik

Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara

kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita kanker

payudara atau jenis kanker lainnya.

c. Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya

Jika seorang wanita pernah terdiagnosa dengan kanker payudara maka


9

risiko terkena kanker payudara kembali semakin meningkat bila dibandingkan

dengan wanita yang belum pernah memiliki kanker payudara.

d. Status menstruasi (menarche dan menopause).

Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini berarti

peredaran hormon sudah dimulai pada usia yang muda dan menyebabkan

peningkatan pertukaran zat hormon. Risiko kanker payudara juga dapat

meningkat ketika seorang wanita mendapatkan menopause pada usia lebih dari 50

tahun, yang berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam jangka waktu

yang lebih lama.

e. Usia

Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap

sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker

payudara meningkat di usia 40-50 tahun.

2 Faktor yang dapat dikontrol

a. Berat badan

Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara,

khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan dasar utama

pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk mempunyai

kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak, sehingga akan

meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.

b. Olahraga

Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American Cancer

Society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali seminggu selama 45-60

menit.
10

c. Riwayat menyusui

Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah

dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat dikatakan bahwa

pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko kanker payudara.

d. Penggunaan obat hormonal

Pemakaian obat hormonal terutama oral yang dipakai secara terus menerus

lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker payudara.

e. Riwayat kehamilan

Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan

risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35 tahun akan disertai

peningkatan pengeluaran hormon estrogen yang pada akhirnya merangsang

payudara secara berlebihan.

f. Pola makan tidak sehat

Pola makan yang tidak sehat sangat berpotensi menyebabkan kanker.

Berdasarkan penelitian Dr Valeria Edefonti dari University of Milan

menyebutkan kelompok wanita dengan pola makan kaya vitamin, tinggi serat

seperti kebiasaan konsumsi buah dan sayur dan lemak tak jenuh memiliki resiko

paling rendah terhadap penyakit kanker payudara.

2.1.4 Patofisiologi

Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan modal berpoliferasi secara

abnormal, membiarkan sinyal pengatur pertumbuhan di lingkungan sekitarnya sel,

Sel mendapatkan karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan jaringan sekitar.

Sel menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses kelimfe dan pembuluh darah,

yang membawa sel kearea tubuh yang lain. Kejadian ini dinamakan metasis
11

( kanker menyebar kebagian tubuh yang lain). Sel-sel kanker disebut neoplasma

ganas/maligna dan diklasifikasikan serta diberi nama berdasarkan tempat jaringan

yang tumbuhnya kel kanker tersebut. Kegagalan sistem imun untuk

menghancurkan sel abnormal secara cepat dan tepat tersebut menyebabkan sel-sel

tumbuh menjadi besar untuk dapat ditangani dengan menggunakan imun yang

normal. Kategoriagens atau faktor tertentu yang berperan dalam karsinomagenesis

(transpormasi maligna) mencakup virus dan bakteri, agens fisik, agens kimia,

faktor genetik atau familial, faktor diet, dan agnes hormonal ( smeltzer,2016).

Neoplasma merupakan pertumbuhan baru. Menurut seorang ankolog dari

inggris menemakan neoplasma sebagai massa jaringan yang abnormal, tumbuhan

berlebih, dan tidak terkordinasi dengan jaringan yang normal, dan selalu tumbuh

meskipun rangsangan yang menimbulkan sudah hilang. Poliferasi neoplastik

menimbulkan massa neoplasma sehingga menimbulkan pembengkakan atau

benjolan pada jaringan tubuh sehingga terbentuknya tumor. Istilah tumor

digunakan untuk pembengkakan sembaban jaringan atau pendarahan. Tumor

dibedakan menjadi dua yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Jika tumor ganas

dinamakan kanker (padila,2013).

2.1.5 Stadium Kanker Payudara

Menurut Cancer Research UK (2017), pembagian stadium kanker payudara

adalah sebagai berikut:

Tabel. 1 Stadium Kanker Payudara (Cancer Research UK, 2017)

No. Stadium Karakteristik


1. Stadium 1 A Tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum menyebar
ke luar payudara.
2. Stadium I B Tumor ditemukan di kelenjar getah bening dekat
payudara. Ukuran tumor berkisar 2 cm atau lebih kecil,
sehingga tumor masih belum tampak dari luar payudara
12

3. Stadium II A 1. Tumor berukuran ≤ 2 cm. Tumor dapat ditemukan di


dalam payudara dan pada 1-3 kelenjar getah bening di dekat
ketiak atau di dekat tulang dada.
2. Tumor dapat berukuran lebih dari 2 cm namun tidak
lebih dari 5 cm dan tidak ditemukan di dalam kelenjar getah
bening.
3. Stadium II B 1. Tumor berukuran lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari
5 cm dan terdapat area kecil dari tumor yang berada di
kelenjar getah bening.
2. Tumor berukuran lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari
5 cm dan terdapat penyebaran pada 1-3 kelenjar getah
bening di dekat ketiak atau kelenjar getah bening di dekat
tulang dada.
3. Tumor berukuran lebih dari 5 cm namun tidak
ditemukan penyebaran pada kelenjar getah bening.
3 Stadium IIIA 1. Tumor belum tampak di permukaan payudara dengan
berbagai ukuran dan dapat ditemukan pada 4-9 kelenjar
getah bening di bawah lengan atau di dekat tulang dada.
2. Tumor berukuran lebih dari 5 cm dan sebagian kecil sel
kanker berada pada kelenjar getah bening.
3. Tumor berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar
pada 3 kelenjar getah bening di dekat ketiak atau pada
kelenjar getah bening di dekat tulang dada.

Stadium IIIB Sel kanker mulai menyebar ke kulit payudara hingga ke


dinding dada. Pada kondisi ini sel kanker merusak jaringan
kulit hingga terjadi pembengkakan. Selain itu, sel
kanker mulai menyebar hingga ke 9 kelenjar getah bening di
ketiak atau kelenjar getah bening di dekat tulang dada .
Stadium IIIC Tumor dapat memiliki berbagai ukuran bahkan bisa jadi
tidak ditemukan tumor, namun sel kanker di kulit payudara
menyebabkan pembengkakan hingga terbentuk ulcer. Selain
itu pada stadium ini kanker telah menyebar ke
dinding dada
4. Stadium IV Pada stadium ini sel kanker telah mengalami metastase ke
bagian tubuh lainnya di luar payudara seperti tulang, paru-
paru, hati, otak, maupun pada kelenjar limfa pada batang
Leher

2.2 Kemoterapi

2.2.1 Defenisi Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk membunuh atau memperlambat

pertumbuhan sel kanker. Obat tersebut disebut juga sitotoksik, yang artinya toksik
13

bagi sel. Beberapa obat berasal dari sumber alami seperti tumbuhan, sedangkan

sebagian lainnya dibuat secara lengkap di laboratorium (Sheard, 2020).Salah satu

jenis pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker yaitu kemoterapi, cara

kerjanya yaitu membunuh sel-sel kanker sampai pada bagian akar dari sel

tersebut. Diharapkan setelah dilakukan kemoterapi, tidak terjadi metastase

(penyebaran) sel kanker ke jaringan maupun organ tubuh yang lain.

2.2.2 Tujuan Penggunaan Kemoterapi

Menurut (Sheard, 2020) Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai

alasan:

a. Untuk mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif). Kemoterapi

dapat diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan mengurangi atau

menghilangkan tanda dan gejala kanker (sering disebut sebagai remisi atau

respons lengkap).

b. Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau

sesudah perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika

digunakan sebelumnya (terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk

mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih

efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya adalah untuk

membuang sel kanker yang tersisa. Kemoterapi sering diberikan dengan

terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).

c. Untuk mengontrol kanker: kemoterapi dapat digunakan untuk mengontrol

bagaimana kanker tumbuh dan menghentikan penyebarannya untuk jangka

waktu tertentu. Ini dikenal sebagai kemoterapi paliatif.


14

d. Untuk meredakan gejala: Dengan mengecilkan kanker yang menyebabkan

rasa sakit dan gejala lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup.

Ini juga disebut kemoterapi paliatif.

e. Untuk menghentikan kanker datang kembali: Kemoterapi mungkin berlanjut

selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah remisi. Ini disebut

kemoterapi pemeliharaan dan dapat diberikan dengan terapi obat lain. Ini

bertujuan untuk mencegah atau menunda kembalinya kanker.

2.2.3 Efek Samping Kemoterapi

Efek Samping Kemoterapi Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan

cepat, seperti kanker sel. Namun, beberapa sel normal seperti sel darah, folikel

rambut, dan sel di dalam mulut, usus, dan organ reproduksi juga membelah

dengan cepat. Efek samping terjadi ketika kemoterapi merusak sel-sel normal ini.

Karena tubuh terus-menerus membuat sel-sel baru, sebagian besar efek samping

bersifat sementara (Sheard, 2020).

Di antara efek samping yang disebabkan kemoterapi yang paling umum

adalah supresi sumsum tulang, neuropati, gangguan gastrointestinal, rambut

rontok, kelelahan dan kelainan kulit. (Ismail et.al. 2011).

Secara umum, menurut (Sheard, 2020) para pasien kanker akan mengalami

efek samping berupa :

a. Perubahan nafsu makan, mual atau muntah. Nafsu makan biasanya berubah

selama kemoterapi. Terkadang pasien mungkin tidak merasa lapar atau lebih

menyukai jenis makanan yang berbeda. Obat-obatan juga dapat mengubah rasa

makanan untuk sementara. Kemoterapi bisa membuat mual atau menyebabkan

muntah (Sheard, 2020). Mual dan muntah dialami oleh lebih dari dua pertiga
15

pasien setelah siklus terakhir kemoterapi. CINV telah digolongkan sebagai dua

dari efek samping yang paling ditakuti dan menyusahkan sejak tiga dekade

terakhir (Farrell, 2013).

b. Kelelahan dan kurang energi. Merasa sangat lelah dan kurang energi

(kelelahan) adalah efek samping paling umum dari kemoterapi. Pasien

mungkin mengalami nyeri otot dan nyeri, cepat lelah, sulit berkonsentrasi

atau sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Kelelahan bisa muncul tiba-tiba

dan tidak selalu hilang dengan istirahat atau tidur. Kelelahan dapat

berlangsung selama beberapa minggu atau bulan setelah siklus pengobatan

berakhir. Tingkat energi biasanya meningkat seiring waktu. Walaupun

kelelahan adalah efek samping umum dari kemoterapi, kelelahan juga bisa

menjadi gejala depresi.

c. Sembelit atau diare. Beberapa obat kemoterapi, obat pereda nyeri, dan obat

antimual dapat menyebabkan sembelit atau diare.

d. Rambut rontok. Banyak orang yang menjalani kemoterapi khawatir tentang

kerontokan rambut (alopecia). Beberapa orang kehilangan semua rambutnya

dengan cepat, sementara yang lain mungkin hanya kehilangan sedikit rambut

atau tidak sama sekali. Meskipun rambut rontok dari kepala adalah yang

paling umum, pasien mungkin menemukan alis dan bulu mata rontok, dan

juga mungkin kehilangan rambut dari ketiak, kaki, dada, dan area kemaluan.

e. Sariawan. Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan sariawan, seperti

sariawan, atau infeksi. Ini lebih mungkin terjadi jika pasien pernah atau

sedang menjalani terapi radiasi ke area kepala, leher atau dada, kemoterapi
16

dosis tinggi atau transplantasi sel induk, atau jika memiliki masalah gigi atau

gusi atau memerlukan antibiotik.

2.3 Asupan energi

2.3.1 Defenisi Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,

pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk

glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai

cadangan jangka panjang.

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan

protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak/gajih dan

minyak, buah berlernak (alpokat), biji berminyak (biji wijen, bunga matahari dan

kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah (kacang tanah

dan kacang kedele), dan aneka pangan produk turunnanya. Pangan sumber energi

yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lannya, umbi-

umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang. kurma dan

lain lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein

antara lain daging. Ikan, telur, susu dan aneka produk turunannya.

2.3.2 Akibat Kekurangan Energi

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang

dari energi yang dikeluarkan.Tubuh akan mengalami keseimbangan energi

negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya, bila
17

terjadi pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan

jaringan tubuh (Almatsier, 2014).

2.3.3 Akibat Kelebihan Energi

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi

energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh,

akibatanya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa

disebabakan oleh kebanyakan makanan dalam hal karbohidrat, lemak, maupun

protein, tetapi juga karena kurang bergerak.Kegemukan dapat menyebabkan

gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis,

seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker,

dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2013).

2.4. Asupan Zat Gizi Makro

2.4.1. Defenisi Asupan Zat Gizi Makro

Asupan makanan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara tunggal

maupun beragam jenis, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar)

atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis

adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan

sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan

masyarakat. Asupan makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi

kebutuhan gizi sebagai sumber tenaga, mempertahakan ketahanan tubuh dalam

menghadapi serangan penyakit dan untuk pertumbuhan (Susanti, 2013).

Zat gizi makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi
18

energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram (g).

Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein (Kuspriyanto

Susilowati, 2016).

2.4.2 Tingkat Asupan

Tingkat asupan merupakan persentase perbandingan antara asupan zat gizi

dengan kebutuhan gizi individu. Menurut Kementerian Kesehatan RI, kebutuhan

gizi (requirement), menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang

diperlukan oleh masing-masing individu sehingga ada yang rendah dan tinggi

yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Tingkat asupan secara umum dapat

diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Asupan Zat Gizi


Tingkat Asupan Gizi= x 100 %
Kebutuhan Gizi Indivindu

Setelah diketahui tingkat asupan, selanjutnya nilai tingkat asupan dapat

diinterprestasikan menggunakan cut off tingkat asupan zat gizi.

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Asupan Zat Gizi Makro

(Energi, Karbohidrat, Protein, dan Lemak)

Kategori Persentase (%)

Kurang < 80 %
Baik 80 – 120 %
Lebih ≥ 120%

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asupan Zat Gizi Makro

Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makan antara lain sebagai

berikut :
19

1) Nafsu makan

Pada keadaan sakit sering sekali terjadi anoreksi yatu penurunan nafsu

makan bahkan kehilangan nafsu makan. Gejala ini berkaitan dengan penyakitnya,

pengobatan yang bersifat sementara sena dapat berhubungan dengan distress

emosional Perubahan pengecap juga mempengaruhi nafsu makan, biasanya terjadi

kamna pengaruh obat-obatan yang menyebabkan Idahnya merasa pahit untuk

mengidentifikasi atau memberikan peringatan bahwa makanan tersebut mungkin

berbahaya.

2) Kemampuan menelan

Pada keadaan sakit sering terjadi kesulitan menelan atau disfagia. Kesulitan

menelan bisa terjadi akibat obstruksi mekanis atau akibat nyeri dalam rongga

mulut atau faring yang dapat menimbulkan pengaruh sarkus pada status gizi,

karena takut tersedak atau takut nyeri dapat menyebabkan pasien menolak makan.

3) Kemampuan penyerapan

Proses penyerapan makanan pada pasien sidak hanya diperhatikan dari

asupan makan saja, tetapi proses penyerapan zat gizi dalam tubuh juga perlu

diperhatikan, karena tidak selamanya penyerapan zat gizi dalam tubuh dapat

berlangsung dengan baik.

2.4.4 Jenis-Jenis Zat Gizi Makro

1 . Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia

yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi

tubuh manusia. Karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat

sederhana terdiri dari monosakarida yang merupakan molekul dasar dari


20

karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua monosa yang dapat saling terikat,

dan oligosakarida yaitu gula rantai pendek dibentuk oleh galaktosa, glukosa dan

frultosa. Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari

dua ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati.

Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga mempunyai fungsi

yang lain bagi tubuh fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi rasa manis pada

makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, membantu

pengeluaran feses (siregar,2014).

a. Fungsi Karbohidrat

Fungsi karbohidrat bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam menunjang

aktivitas sehari-hari. Karbohidrat merupakan sumber kekuatan atas tubuh karena

zat karbohidrat adalah zat yang dapat meningkatkan atau memberi energi bagi

tubuh selain lemak dan protein. Dan senyawa tersebut akan kita dapatkan dari

makanan yang mengandung karbohidrat setiap hari (RS Ananda, 2017).

b. Jenis-Jenis Karbohidrat

Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan

yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks:

1). Karbohidrat sederhana

a. Monosakarida.

Ada tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti gizi yaitu glukosa,

fruktosa dan galaktosa. Glukosa, dinamakan juga sebagai gula anggur, terdapat

luas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dlama sayur, buah, sirup jagung, sari

pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan

sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati,
21

sukrosa, maltosa dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses

metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh

dan di dalam sel merupakan sumber energi. Fruktosa, dinamakan sebagai gula

buah yang merupakan gula paling manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu

bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di dalam sayur. Galaktosa,

terdapat di dalam tubuhsebagai hasil pencernaan laktosa.

b. Disakarida.

Ada tiga jenis yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa.

Sukrosa, dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir terdiri atas 99 %

sukrosa dibuat dai kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses

penyulingan dan kristalisasi. Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau enau

melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga banyak terdapat di

dalam buah, sayuran dan madu. Bila dihidrolisis atau dicernakan, sukrosa pecah

menjadi satu unit glukosa dan fruktosa. Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas

di alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati. Bila dicernakan atau

dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya

terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.

Banyak orang, terutama yang berkulit berwarna (termasuk orang Indonesia) tidak

tahan tehadap susu sapi, karena kekurangan enzim laktase yang dibentuk di dalam

dinding usu dan diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan

galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa.

Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran

pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh, yang

menyebabkan gejala kembung, kejang perut dan diare. Ketidaktahanan terhadap


22

laktosa lebih banyak terjadi pada orangtua.

c. Oligosakarida.

Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida.

Sebetulnya disakarida termasuk dalam oligosakarida, tetapi karena peranannya

dalam ilmu gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah.

2). Karbohidrat Kompleks

a. Polisakarida.

Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin,

glikogen dan polisakarida nonpati. Pati, Merupakan karbohidrat utama yang

dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama terdapat

dalam padi-padian, biji-bijian dan umbi-umbian. Beras, jagung dan gandum

mengandung 70-80 % pati, kacang-kacang kering sepeti kacang kedelai, kacang

merah dan kacang hijau mengandung 30-60% pati, sedangkan ubi, talas, kentang

dan singkong mengandung 20-30% pati. Proses pemasakan pati disamping

menyebabkan pembentukan gel juga akan melunakkan dan memcah sel, sehingga

memudahkan pencernaannya. Dalam proses pencernaan semua bentuk pati

dihidrolisis menjadi glukosa. Pada tahap petengahan akan dihasilkan dekstin dan

maltosa. Dekstrin, merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk

melalui hidrolisis parsial pati. Glikogen, dinamakan juga pati hewan karena

merupakan bentuk simpanan karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang

terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari glikogen

disimpan di dalam otot dan selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot hanya

dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan

glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan
23

semua sel tubuh. (Siregar, 2014)

b. Polisakarida nonpati/ Serat.

Serat mendapat perhatian karena peranannya dalam mencegah berbagai

penyakit. (Siregar, 2014)

c. Sumber Karbohidrat

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian,

kacang-kacang kering dan gula. Hasil olahan bahan bahan ini adalah bihun, mie,

roti, tepung- tepungan, selai, sirup dan lainnya. Sumber karbohidrat yang banyak

dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi,

singkong, talas dan sagu.

d. Hubungan Karbohidrat dengan Kanker Payudara

Selama beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan bahwa

mengurangi asupan karbohidrat secara sistematis dapat menekan atau

memperlambat terjadinya penyakit kanker. Hipotesis ini didukung oleh hubungan

antara penyakt kronis seperti sindrom metabolk dan resiko meningkatnya angka

kematian karena kanker. Glikosa yang merupakan salah satu karbohidrat

terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga oleh tubuh memakai ofex

langsung dan tidak langsung terhadap politerasi sel tumor. Pertama, kebanyakan

sel ganas tergantung pada ketersediaan glukosa dalam darah untuk dijadikan

energi dan pembangkit biomasa mereka dan tidak mampu memetabolisme

sejumlah besar asam lemak atau benda keton yang dikarenakan oleh disfungsi

mitokondria. Kedua, tingginya kadar insulin yang disebabkan oleh intake

karbohidrat berlebih berefek langsung pada poliferasi sel tumor dan di sisi lain

benda keton yang meningkat di saat kadar insulin dan glukosa darah rendah
24

memberikan efek negatif terhadap politerasi sel-sel ganas di dalam tubuh

(Klement, 2013).

2. protein

Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-

asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein disusun

oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Kualitas

protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Pada

prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan asam amino esensial dalam

suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, mempunyai kualitas

yang tinggi. Sebaliknya protein yang kekurangan satu atau lebih asam amino

esensial mempunyai kualitas yang rendah (Probosari, 2019).

Protein merupakan komponen makro molekul utama yang dibutuhkan

makhluk hidup. Fungsi protein lebih diutamaan untuk sintesis protein-protein baru

sesuai kebutuhan tubuh (Susanti dan Hidayat, 2016).

a. Fungsi Protein

Protein berfungsi sebagai komponen yang bermanfaat untuk pertumbuhan,

penyembuhan luka, regenerasi sel, menghasilkan enzim dan hormon untuk

metabolisme tubuh juga sebagai sumber energi. Kekurangan protein akan

mengganggu pertumbuhan, menyebabkan tulang keropos dan rambut rontok.

Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan di dalam

tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Protein juga

berfungsi dalam pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti

jaringan yang rusak, perkembangan seks dan metabolisme. Disamping itu, protein

berguna untuk melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah
25

dan jaringan terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam

tubuh (RS Ananda, 2017).

b. Metabolisme Protein

Metabolisme protein adalah deskripsi dari proses fisik dan kimia yang

meliputi pembentukan atau sintesis asam amino menjadi protein dan pemecahan

atau katabolisme protein menjadi asam amino. Asam amino yang beredar melalui

darah dan masuk ke jaringan tubuh disintesis kembali menjadi protein.

Keseimbangan antara sintesis protein dan katabolisme adalah suatu hal yang

penting agar fungsi sel dapat dipertahankan. Jaringan lunak membutuhkan asam

amino untuk memproduksi jenis protein yang. Sintesis asam amino diperlukan

untuk membentuk senyawa penting lainnya dalam tubuh, seperti histamin,

neurotransmitter, dan komponen nukleotida. Setiap asam amino yang tersisa

disimpan sebagai lemak atau dikonversi menjadi energi. Asam amino dapat

diklasifikasikan sebagai esensial dan non esensial. Asam amino esensial tidak

dapat dibuat oleh tubuh tetapi sangat penting untuk metabolisme protein. Asam

amino ini harus diperoleh dari makanan. Asam amino non-esensial dapat

disintesis dari asam amino lain dalam tubuh. Setelah asam amino yang tepat

diperoleh, asam amino esensial dan non esensial bergabung untuk memberikan

protein jaringan sehingga tubuh dapat menggunakannya (Syaputra, 2014).

c. Sumber Protein

1. Protein Nabati

Hampir sekitar 70% penyedian protein di dunia berasal dari bahan nabati

(hasil tanaman), terutama berasal dari biji-bijian (serealia) dan kacang-kacangan.

Sayuran dan buah-buahan tidak memberikan kontribusi protein dalam jumlqh


26

yqng cukup bearti, sebagian besar penduduk dunia menggunakan serealia

(terutama beras, gandum dan jagung) sebagai sumber utama kalori, yang ternyata

sekaligus juga merupakan sumber protein yang penting.

2. Protein Hewani

Hasil-hasil hewani yang umum digunakan sebagai sumber protein adalah

daging , telur, susu dan ikan. Protein hewani disebut sebagai protein yang lengkap

dan bermutu tinggi, karena mempunyai kandungan asam-asam amino esensial

yang lengkapnyang susunannya mendekatiapa yang diperlukan oleh tubuh

(Muchtadi, 2013)

d. Hubungan Protein dengan Kanker Payudara

Protein sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh dan juga diperlukan

untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel pada tubuh penderita kanker paru.

Sebagian besar pasien kanker mengalami keseimbangan negasit nitrogen dan akan

terus berlanjut oleh karena itu penting untuk memenuhi kecukupan protein untuk

sintesis protein dan menurunkan degradasi protein Kebutuhan protein pada pasien

kanker dengan adanya peningkatan kabutuhan atau pasien dengan

hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 gr berat badan

(Sutando dan Ririn, 2013)

3.Lemak

Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat

penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi

negatif terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber

energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator

dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta


27

pelarut vitamin A, D, E, dan K. Penambahan lemak dalam makanan memberikan

efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh,

lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein

dan karbohidrat, yaitu 9 kkal/gram lemak yang dikonsumsi (Sartika, 2013).

a. Fungsi Lemak

Fungsi lemak secara umum adalah sebagai sumber energi utama selain

protein dan karbohidrat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Satu gram lemak

dapat menghasilkan sekitar 90 kalori. Lemak harus dipenuhi sekitar 20%- 30%

dari total kebutuhan kalori. Lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia yaitu

erguna sebagai alat perlindungan organ tubuh yang vital seperti lambung dan

jantung, sebagai bahan dalam penyusunan vitamin dan hormon, salah satu sumber

energi dalam tubuh manusia. Dan dapat melindungi tubuh dari perubahan suhu

tubuh manusia (RS Ananda, 2017).

b. Metabolisme Lemak

Metabolisme lemak adalah proses di mana asam lemak akan dicerna

kemudian dipecahkan untuk menghasilkan energi atau disimpan di dalam tubuh

sebagai cadangan energi. Secara garis besar metabolisme lemak dimulai dari

pemecahan trigliserol menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol kemudian

melewati proses glukokoneogenensis dan dirubah menjadi glukosa dan masuk

dalam proses glikolisis. Proses metabolisme lemak terjadi di dalam usus dan

dibantu oleh enzim lipase yang terkandung di dalam usus.

c. Sumber Lemak

1. Sumber lemak yang berasal dari tumbuhan atau dapat disebut juga dengan

lemak Nabati. Bahan – bahan yang didalamnya mempunyai kandungan lemak


28

nabati antara lain: zaitun, kelapa, kemiri, mentega, kacang tanah, kedelai, dan

sebagainya.

2. Sumber lemak yang berasal dari hewan atau dapat disebut juga dengan lemak

hewani. Bahan-bahan yang didalamnya mempunyai kendungan lemak hewani

anytara lain daging sapi, kambing, ayam dengan kulit, mentega, keju dan

berbagai olahan produk susu lainnya.

d. Hubungan Lemak dengan Kanker Payudara

Salah satu zat gizi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya kanker adalah

lemak. Konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan resiko terjadinya

kanker. Hal ini disebabkan lemak bersifat cancer promoting. Adanya lemak dalam

tubuh membuat zat yang bersifat karsinogenik, zat yang membentuk terjadinya

kanker berkembang. Beberapa penalti berhasil menunjukkan hubungan antara

kenaikan konsumsi lemak dan kegemukan dengan kanker (Sutandyo, 2014).

2.5 status gizi

2.5.1 Defenisi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibatkonsumsi makanan dan

penggunaan zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh kinsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh. Bila memperoleh cukup zat-zat gizi dan

digunakan secara efesien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehtan secara

umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier,2013).

2.5.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah melakukan penapisan gizi/screening gizi

populasi atau kelompok masyarakat, dan melakukan pengkajian gizi (ntritional


29

asessment) pasien tanpa komplikasi. Penilaian status gizi dilakukan dengan

berbagai cara baik secara langsung maupun secara tidak langusng.(supriasa,2014).

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi

seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh

seseorang. Metode antropometri dapat diartikan sebagai mengukur fisik dan

bagian tubuh manusia. Jadi antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian

tubuh manusia. (Supariasa, 2013).

b. Klinis

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang dapat

digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan kekurangan

gizi. Gejala dan tanda yang muncul. sering kurang spesifik untuk menggambarkan

kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur status gizi dengan melakukan

pemeriksaan bagian-bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat

kekurangan atau kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan

bantuan perabaan, pendengaran pengetokan penglihatan, dan lainnya. (Holil M

dkk, 2017).

Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

ada tidaknya gangguan kesehatan termasuk gangguan gizi yang dialami

seseorang. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya


30

melalui kegiatan anamnesis, observasi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Holil M

dkk, 2017).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Penentuan status gizi

dengan metode laboratorium adalah salah satu metode yang dilakukan secara

langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaian status gizi ini adalah

untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam tubuh sebagai akibat dari

asupan gizi dari makanan. (Holil M dkk,2017).

d. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang

dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,

2016).

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

a. Survei konsumsi pangan

Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei konsumsi

pangan, merupakan salah satu metode pengukuran status gizi. Asupan makan

yang kurang akan mengakibatkan status gizi kurang. Sebaliknya, asupan makan

yang lebih akan mengakibatkan status gizi lebih. Tujuan umum dari pengukuran

konsumsi pangan adalah untuk mengetahui asupan gizi dan makanan serta

mengetahui kebiasaan dan pola makan, baik pada individu, rumah tangga, maupun

kelompok masyarakat. (Holil M, dkk 2017).

a. Vital Statistik
31

Data vital statistik secara tidak langsung dapat digunakan untuk menilai

status gizi, terutama pada kelompok penduduk tertentu. Angka-angka statistik

kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan gizi masyarakat.

Beberapa data vital statistik yang berhubungan dengan keadaan gizi dan

kesehatan, antara lain adalah angka kesakitan, angka kematian, pelayanan

kesehatan dan penyakit infeksi. (Holil M dkk, 2017).

b. Faktor ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah

gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi. seperti faktor biologis,

faktor fisik, dan lingk a. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk

mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) disuatu masyarakat yang

nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2013).

2.5.3 Cara Pengukuran Komposit Tubuh

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam

satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Supariasa,

2016). Fungsi IMT dalam dunia kesehatan adalah sebagai salah satu alat deteksi

yang bisa menandapatkan apakah berat badan seseorang termasuk normal,

kurang, kelebihan, atau bahkan obesitas.

Cara menghitung IMT yang tepat, dapat dilihat menggunakan rumus di bawah ini:

Berat Badan( kg)


Indeks Masa Tubuh( IMT )=
Tinggi Badan (m)²

Tabel 3. klasifikasi status gizi untuk orang asia menurut (WHO,2013)

IMT Status Gizi


<18,5 Underweight
18,5-24,99 Normal
25-29,99 Overweight
30-34,99 Obese class I
32

35-39,99 Obese class II


≥40 Obese class III

2.6 Kerangka Teori

KANKER PAYUDARA

STATUS GIZI
ASUPAN ENERGI

ASUPAN ZAT GIZI


BERAT BADAN
MAKRO
TINGGI BADAN
IMT
KARBOHIDRAT
PROTEIN
LEMAK
Gambar.1 Kerangka teori

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian berdasarkan fakta-fakta,tinjuan pustaka, dan

observasi (muchson, 2017). Kerangka konsep pada penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

Variabel bebas variabel terikat

Asupan Energi
Asupan Karbohidrat Status Gizi Pasien Kanker
Payudara Yang Menjalani
Asupan Protein Kemoterapi
Asupan Lemak

Gambar.2 Kerangka Konsep


33

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan.

Adapun hipotesis dari permasalahan ini yaitu:

(Ha). Adanya hubungan asupan energi dan asupan zat gizi makro dengan status

gizi pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Granmad Lubuk Pakam

(Ho). Tidak adanya hubungan asupan energi dan asupan zat gizi makro dengan

status gizi pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Granmad Lubuk Pakam

Anda mungkin juga menyukai