Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel
tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).

2.2 Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1. Stadium 1
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm
dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba.
Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat
menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.

3) Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain.
Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari
sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila
melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm.
Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet
menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit,
kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah
mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi
kuratif(menyembuhkan).
2.3 Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor genetik,
hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini.
Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan
dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam ca mamae.Dua
hormone ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi camamae(Brunner
dan Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah
(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering
terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40
tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.
2. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan
dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae.
Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
4. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya
menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur 50
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familial. Pada
studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan
resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika
Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami
ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :


1. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca mamae.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita
yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena ca
mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai
faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari
sekali melahirkan untuk terkena ca mamae (RR=4,0)
2. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko
terjadinya ca mamae.
3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen dan
progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada
kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang
lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause.
4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada
waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita
yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap radiasi
ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko ca
mamae.

2.4 Patofisiologi
Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal,
mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel
tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus
merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram
untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel
keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen
dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati
tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa
faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu
karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara
lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau
keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama
paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah
diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya
di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu
stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi
(Sukarja,2000)

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker
payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli
M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
 Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
 Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
 Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
 Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah
ketiak.
 Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
 Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak
sedang hamil.
 Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
 Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

2.6 Pemeriksaan penunjang


Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non
invasive dan invasive :
a. Non Invasive
1. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia
produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif
dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar
antara 83%-95%.
2. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan
akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan
antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10
mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit
dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara
sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam
mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan
membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
b. Invasiv
1. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih
kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear
di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika
specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini
tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan
ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk
sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika serikat. Kelemahan
teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara akurat resptor
estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui
resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata
keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.
2. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal
tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan
bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa
dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
3. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a. Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat
seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan
yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga
lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal
anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan
sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes
resptor estrogen dan progesterone.
b. Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya
dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini
bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
c. Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan
sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa dijadikan petokan
dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini
dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa
mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang
disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan
gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy
dengan bantuan mamograf.
d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui
ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan
payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan
pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa
dilakukan dengan bantuan ultrasound.
e. Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa
keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk
dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil
negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan
ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.
f. Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple
discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah
potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan
tepi minimal.
2.7 Pencegahan
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens
kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker
payudara.
a. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat
yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui
promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang
sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah
menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:
1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
3. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat
yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui
feces.
5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai
mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang
berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel
pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan
menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang
tumbuhnya sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat,
labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari
pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi
pada payudara. Untuk mampu menjelaskan perubahan-perubahantersebut dilakukan
pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.
Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan
ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus
menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan
lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah
ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari
pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua
tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang.
Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari
puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit
2. Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di
belakang kepal dan tekan ke depan.
3. Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran
itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting. Pastikan
mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara
dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak
biasa atau di bawah kulit.
4. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar.
Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan.
5. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di
tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala
dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan
payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan
melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara
kiri.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi
akibat- akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan
deteksi dini dan pemberian pengobatan.

2.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada
stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/
operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis
biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang
terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker
payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan)
maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars
yaitu:
 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya
lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2
cm dan letaknya di pinggir payudara.
 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjer di ketiak.
 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan
disekitar ketiak.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik
seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena
itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju
perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen
karena system kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormone
estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
2.9 Komplikasi
1. Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe
bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di
angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka.
Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang
prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah
saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner &
Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan
kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.

Anda mungkin juga menyukai