Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KANKER PAYUDARA

MK : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

DOSEN : Ns. Ni Wayan Sudarmi, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 2 Kelas A3/5

1. Sharon V. Tukimin (1814201076)


2. Nathasya G. Lanawaang (1814201270)
3. Theresia Rory (1714201475)
4. Olivia Makapile (1814201267)
5. Chiquitita Tuwongkesong (1814201243)
6. Vanda V. Wulur (1814201087)
7. Juanandreas Wuntu (1814201070)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara,
berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen
selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara
(Rasjidi, 2010).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada
usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan
yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau
memberikan menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO, 2010).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah
kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara
data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker
adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca
mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat ca
mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena
kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema
tian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Penyebab masalah Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan
perkembangan ca mamae.(Brunner dan Sudart, 2001).
Akibat dari ca mamae Kehilangan mammae dapat menjadi pukulan yang hebat terhadap
rasa percaya diri wanita karena wanitayang telah mengalami mastectomy merasa kurang
menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan penampilan fisik mereka. Menangani ca
mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah mammae, melainkan
usaha pencapaian kualitas hidup terbaik(Lincoln and Wilensky, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Apa Definisi dari ca mamae ?
b. Apa klasifikasi dari ca mamae ?
c. Apa etiologi dari ca mamae ?
d. Bagaimana patofisiologi ca mamae ?
e. Apa manifestasi klinis dari ca mamae ?
f. Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ?
g. Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ?
h. Bagaimana menyusun pengkajian dari ca mamae?
i. Apa saja diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
j. Bagaiamana cara menyusun intervensi asuhan keperawatan dari ca mamae?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
paliatif dan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan ca mamae
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan Definisi dari ca mamae .
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ca mamae
c. Mampu menjelaskan etiologi dari ca mamae
d. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ca mamae
e. Mampu menjelaskan manifestasi dari ca mamae
f. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari ca mamae
g. Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari ca mamae
h. Mampu menyusun pengkajian dari ca mamae?
i. Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
j. Mampu menyusun cara menyusun intervensi asuhan keperawatan dari ca mamae?

1.4 Manfaat
Manfaatnya yaitu :
 Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan dari ca mamae.
 Selain itu,  kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh
Kasus ca mamae.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-
sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).

2.2 Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1. Stadium 1
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak
ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-
2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum
teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.

3)      Staium III A


Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas
di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama
lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4)      Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih
dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening
axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5
cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan
mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5)      Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative
bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
2.3 Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya
kanker ini. Faktor resiko timbul ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di
ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering
terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita
40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah
dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
2. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan
dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami ca
mamae. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa sebelum
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan
klinis.
4. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya
menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familial.
Pada studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen
probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan
resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika
Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk
mengalami ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :


1. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca
mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6
kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun
untuk terkena ca mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah
melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita
multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae
(RR=4,0)
2. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko
terjadinya ca mamae.
3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen
dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih
pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu
yang lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause.
4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada
waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi
Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko
bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap
radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan
resiko ca mamae.

2.4 Patofisiologi
Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal,
mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi
yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-
organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama
dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A
Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam genetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar
matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen
harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram
untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel
keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen
dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan
suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara
lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau
keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama
paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah
diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila
kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan
(Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
 Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
 Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
 Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
 Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di
bawah ketiak.
 Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
 Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak sedang hamil.
 Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
 Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

2.6 Pemeriksaan penunjang


Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non
invasive dan invasive :
a. Non Invasive
1. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
2. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna
dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih
kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak
payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
ada nyeri.
3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan

payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam

mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan

membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.

b. Invasiv

1. Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang

lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu

dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.

Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun

pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan

sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar.

Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum

diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk

menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen

yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah

dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium

patologi anatomi.

2. Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan.

Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih

akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan

progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.


3. Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi

TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:

a. Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan

mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit

batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-

hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa

dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien

biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan

dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.

b. Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya

dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal

ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien

poli.

c. Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi

mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa

dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan

mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan

lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien

dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan

dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa

disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.


d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui

ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan

payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai

dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista

juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.

e. Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang

bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk

dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil

negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan

ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.

f. Nipple Biopsy

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau

nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting.

Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal

anatesi dengan tepi minimal.

2.7 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya

tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara

biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi,

dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk

tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :

1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara

yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan

pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif

(menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan

dengan 3 cars yaitu:

 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan

sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan

pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi

direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari

2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.

 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang

selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

2. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh

sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini

mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan

berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan

leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini

biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.

3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh

sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker

yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari

kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

4. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,

oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat

menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga

dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau

menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam

menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

2.8 Komplikasi

1. Limpedema

limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe

bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe

di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka.

Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi

yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan

jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner &

Suddharta,2011).

2. Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang

meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi

tulang.
WOC

Faktor Reproduksi : Penggunaan hormon Makanan dan berat badan :


Penyakit Fibrokistik : Radiasi : Riwayat
menarche pada umur muda, esterogen : penggunaan berat badan >>, hormon
papiloma, hiperplasia merangsang keluarga dan
menopause pada umur lebih obat antikoseptiva oral
atipik estrogen >>, gangguan pertumbuhan sel faktor genetik
tua, kehamilan pertama jangka panjang poliferasi sel (Hiperplasia) abnormal/ tumor
pada umur tua

Gangguan
Terpapar lebih
poliferasi sel
lama dengan
hormon estrogen

Hiperplasia pada sel mamae

Suplai nutrisi ke Mendesak Pembedahan MRM Mendesak sel Mendesak


jaringan ca jaringan sekitar (modified radical saraf Pembuluh darah
mastectomy

Suplai nutrisi ke Konsistensi Penekanan pada Aliran darah ke


jaringan lain mamae Ukuran mamae MK : sel saraf jaringan
mengecil ANSIETAS terhambat
BB menurun Odem pada MK: Gangguan MK: Nyeri Hipoksia
mamae Body Image jaringan

MK: Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Massa tumor Nekrotik
Tubuh mendesak jaringan
jaringan luar

Bakteri patogen
Perfusi jaringan

ulkus MK: Resiko


Infeksi

MK:
Kerusakan
Integritas kulit
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.5 Pengkajian :
a) Identitas pasien
Nama : Ny. L
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku : Indonesia
b) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker
payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali
lipat untuk mengalami penyakit ini
Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian
hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen
suplemen.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba
dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak
beraturan, Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar, Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting
susu pada wanita yang tidak hamil, Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan
piting kulit, biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan
, mual, muntah, ansietas.Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan
kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak
perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6
kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium.
Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium dibawah 40 tahun.
Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau
ovarium.Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
e) Pemeriksaan Fisik
 umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi
badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi, Kepala, Rambut.Biasanya kulit
kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh
kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.Wajah biasanya tidak
terdapat edema atau hematon.
 Mata :Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
 Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama
pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
 Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
 Gigi :Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
 Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
 Dada atau Thorak.
f) Dada atau Thorak
a) Inspeksi
Pada stadium 1 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2
cm.
Pada stadium 2 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan
yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam
payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh
bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan
otot dada.Pada stadium 4 Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti
paru-paru.
g) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien
tidak elastis
Rumusan Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (neoplasma) penekanan pada sel saraf
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b/d massa tumor mendesak jaringan luar
3. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi (malnutrisi)

Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA INTERVENSI UTAMA


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d  Manajemen Nyeri
Observasi :
agen pencedera
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
(neoplasma) )
 Identifikasi skala nyeri
penekanan pada  Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
sel saraf
nyeri.
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
 monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
 Kolab.pemberian analgetik, jika
perlu
 Perawatan Integritas Kulit
2. Gangguan
Observasi
integritas  Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit.
kulit/jaringan b/d
Terapeutik
massa tumor  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring.
mendesak
 Lakukan pemijatan pada area
jaringan luar penonjolan tulang, jika perlu
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif.
Edukasi
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
 Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur.
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem.
 Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya.

3. Defisit nutrisi b/d


 Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan
Observasi
mengabsorbsi
 Identifikasi status nutrisi
nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi
(malnutrisi)
makanan.
 Identifikasi makanan yang disukai.
 Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient.
 Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric.
 Monitor asupan makanan.
 Monitor berat badan.
 Monitor pemeriksaan laboratorium.
Terapeutik
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis, piramida makanan).
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai.
 Berikan makanan tinggi serat
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein.
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu.
 Anjurkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi
 Kolab. Pemberian medikasi
sebelum makan (mis, pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu.
 Kolab. Dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kanker payudara (Ca Mamae) , maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya.
2. Etiologi kanker payudara tidak diketahui secara pasti tetapi ada faktor
predisposisi yang menyertainya yaitu keturunan, usia yang bertambah,
tidak memiliki anak, kehamilan pertama pada usia 30 tahun, periode
menstruasi yang lebih lama dan faktor hormonal.
3. Tanda dan gejala kanker payudara adalah terdapatnya benjolan dan
kulit berubah warna, nyeri hilang timbul.
4. Klasifikasi kanker payudara terdiri dari stadium I, II, IIIA, IIIB, IV
5. Penanganan kanker payudara diantaranya adalah mastektomi, radiasi,
kemoterapi, dan lintasan metabolisme

4.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini , maka kami sarankan
sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara
pendeteksian dini agar mengurangi resiko terkena kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI Eva Agustina, Fariani Syahrul. 2017. Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap
Infeksi pada Klien Operasi Bersih Terkontaminasi Fakultas kesehatan masyarakat
Fitria Nita. 2011. Terapi Psikospiritual. Http: //arsipnitafitria.wordpress. diakses 17 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai