DOSEN PENGAMPUH :
dr. Margareth Sutjiato, M.Kes
DISUSUN OLEH :
SHARON VERONICA TUKIMIN
NIM. 1814201076
A3/ SEMESTER VII
- Menurut Wahyudi Nughroho (2006), proses menua adalah proses alami yang
diawali sejak lahir secara berkelanjutan dan terus menerus yang akan dialami
semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga
tidak sama cepatnya. Terkadang orang yang belum lansia (muda) tetapi sudah
mengalami kekurangan-kekurangan yang menyoloh atau diskrepansi (Muhith
dan Siyoto, 2016).
- Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian. Pada lanjut usia, individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Penurunan tersebut mengenai berbagai
sistem dalam tubuh seperti penurunan daya ingat, kelemahan otot, pendengaran,
penglihatan, perasaan dan tampilan fisik yang berubah serta berbagai disfungsi
biologis lainnya.
Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dibagi menjadi
beberapa tahapan, antara lain :
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai
terjadi penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone,
testosteron dan estrogen. Namun belum terjadi tanda-tanda penurunan
fungsi-fungsi tubuh.
Tahap ini mulai terjadi gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak
muda lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih mulai
tumbuh, penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput, penurunan
kemampuan fisik dan dorongan seksual sehingga berkurangnya gairah
hidup. Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh kadar
hormon-hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan
semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin,
seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf.
Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup
berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat
terganggu.
B. Teori-Teori Proses Penuaan
Studi yang dilakukan Nies untuk mengidentifikasi pola makan dan pola
hidup yang mempengaruhi kehidupan yang sehat di usia tua, melibatkan 1.091 laki-
laki dan 1.109 perempuan usia 70-75 tahun. Hasilnya menunjukkan, pola hidup
tidak sehat seperti kebiasaan merokok, diet tidak sehat, aktivitas fisik rendah
meningkatkan risiko kematian. Modifikasi gaya hidup seperti tidak merokok,
meningkatkan aktivitas fisik, dan pola hidup sehat merupakan salah satu strategi
untuk memiliki kualitas hidup yang tetap baik meski usia telah lanjut.
Tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan
disalahgunakan. Organ tubuh, seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lain,
menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan
lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena
stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ,
melainkan juga terjadi di tingkat sel. Hal ini berarti walaupun seseorang tidak
pernah merokok, minum alkohol, dan hanya mengonsumsi makanan alami,
dengan menggunakan organ tubuh secara biasa saja, pada akhirnya terjadi
kerusakan.
2. Teori Neuroendokrin
Teori ini menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Pada
usia muda berbagai hormon bekerja dengan baik mengendalikan berbagai
fungsi organ tubuh. Karena itu pada muda fungsi berbagai organ tubuh sangat
optimal, seperti kemampuan bereaksi terhadap panas dan dingin, kemampuan
motorik, fungsi seksual, dan fungsi memori. Hormon bersifat vital untuk
memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Ketika manusia menjadi tua, tubuh
hanya mampu memproduksi hormon lebih sedikit sehingga kadarnya menurun.
Akibatnya berbagai fungsi tubuh terganggu. Growth hormone yang membantu
pembentukan massa otot, Human Growth Hormone (HGH), testosteron, dan
hormon
tiroid, akan menurun tajam ketika menjadi tua.
Faktor genetik memiliki peran besar untuk menentukan kapan menjadi tua dan
umur harapan hidup, dapat dianalogikan individu lahir seperti mesin yang telah
diprogram sebelumnya untuk merusak diri sendiri. Tiap individu memiliki jam
biologi yang telah diatur waktunya untuk dapat hidup dalam rentang waktu
tertentu. Ketika jam biologi tersebut berhenti, merupakan tanda individu
tersebut mengalami proses penuaan kemudian meninggal dunia, waktu dalam
jam biologi sangat bervariasi tergantung pada peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan individu tersebut dan pola hidupnya.
4. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi dengan molekul
lain, menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif. Radikal bebas bersifat
sangat reaktif. Radikal bebas akan merusakn membran sel. Deoxyribo Nucleic
Acid (DNA), dan protein. Banyak studi mendukung ide bahwa radikal bebas
mempunyai kontribusi yang besar pada terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan proses penuaan seperti kanker, penyakit jantung dan proses penuaan.
Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual.
a. Teori Biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2) Immunology Slow Theory, Menurut immunology slow theory sistem imun
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
4) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia
sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan
hilangnya fungsi sel.
b. Teori Psikologi
c. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
2) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita
lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia
secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati dalam
mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis diharapkan
mereka tua dalam keadaan sehat. Ada faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
penuaan seseorang, yaitu :
a. Faktor endogen, yaitu faktor bawaan ( keturunan) yang berbeda pada setiap
individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap
individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti seseorang yang
mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu, perbedaan tingkat
intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian. Seseorang yang memahami
adanya faktor keturunan yang dapat mempercepat proses penuaan harus lebih
hati-hati. Ia harus berusaha menangkal efek negatif yang ditimbulkan oleh
genetiknya. Misalnya, seseorang yang mempunyai keturunan terkena diabetes
atau obesitas maka perilaku pola makan, aktivitas atau perilaku lainnya tidak
bisa sama dengan orang yang berisiko.
Faktor intelegensia sedikit banyak mempengaruhi proses penuaan. Umumnya
orang berintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan yang lebih
baik sehingga berusaha menetapkan pola hidup sehat. Ras kulit juga akan
mempengaruhi kecepatan proses penuaan. Golongan kulit putih mempunyai
risiko terserang osteoporosis lebih tinggi dari pada kulit hitam. Perbedaan tipe
kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia.
Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar- kejar tugas, cepat gelisah,
mudah tersinggung, cepat dewasa dan sebagainya akan mendorong seseorang
cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagi
penyakit.
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith dan Siyoto (2016) penuaan
dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan
kronologis usia. Faktor yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi
atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres.
2. Nutrisi/ Makanan
3. Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya
bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebh disebkan oleh
faktor luas yang merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.
4. Pengalaman Hidup
a. Terpapar sinar matahari : kulit yang tidak terlindung sinar matahari akan
mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
b. Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan melancarkan
sirkulasi darah.
c. Mengkonsumsi alkohol : alkohol mengakibatkan pembesaran pembuluh
darah kecil pada kulit dan meningkatkan aliran darah dekat permukaan
kulit.
5. Lingkungan
6. Stress
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain
gaya hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat
proses penuaan adalah jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan
nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi
pencegahan yang diterapkan secara individual pada usia lanjut yaitu dengan
menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani
kehidupannya merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh
pada proses menua karena penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini antara
lain zat-zat radikal bebas seperti asap kendaraan, asap rokok meningkatkan
resiko penuaan dini, sinar ultraviolet mengakibatkan perubahan pigmen dan
kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.
a. Umur
b. Kesehatan Fisiologis
c. Fungsi Kognitif
a. Lingkungan Keluarga
c. Rime Biologi
1. Lari
2. HIIT
3. Senam Lantai
A. Pengertian
Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan umumnya belum rasional.
Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan,
penggunaan yang kurang dari seharusnya, kesalahan dalam penggunaan resep
atau tanpa resep, polifarmasi, dan swamedikasi yang tidak tepat (WHO,
2010). Secara praktis, menurut Kementrian RI, (2011) penggunaan obat
dikatakan rasional jika memenuhi kriteria :
a. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan
obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut.
Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi
yang seharusnya.
b. Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat
ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi
bakteri.
c. Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus
yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
d. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat
yang dengan rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya
efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
e. Tepat Cara Pemberian Obat
Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula
antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk
ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan
efektivtasnya.
f. Tepat Interval Waktu
Pemberian Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana
mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering
frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin
rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x
sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan
interval setiap 8 jam.
g. Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing masing
pengobatan. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling
singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam
tifoid adalah 10-
14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang
seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
j. Obat Yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta
tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau.
Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam
daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial
didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan
harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis.
k. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi.
l. Tepat Tindak Lanjut (Follow-Up)
Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan
upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh
atau mengalami efek samping.
m. Tepat Penyerahan Obat (Dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah
obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke
apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas, apoteker/asisten
apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar resep
untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat
sebagaimana harusnya.
n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan. (Kemenkes
RI 2011: 3-9).
3) Resiko terjadinya efek samping obat meningkat secara konsisten dengan makin
banyaknya jenis obat yang diberikan kepada pasien. Keadaan ini semakin nyata
pada usia lanjut. Pada kelompok umur ini kejadian efek samping dialami oleh 1
di antara 6 penderita usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.
Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi
berat. Pemberian antibiotik secara rutin tidak diperlukan. Tetapi antibiotic diberikan
sesuai dengan tatalaksana diare akut atau apabila ada infeksi non intestinal seperti
pneunomia, infeksi saluran kencing atau sepsis. Terapi Zinc digunakan untuk
mengobati diare persisten. Terapi zinc pada kasus diare akut tertentu ternyata dapat
menurunkan kejadian berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten. Indikasi yang
dianjurkan adalah berat badan untuk umur saat diperiksa kurang dari 70%, diare telah
berlangsung lebih dari lima hari, dan jika terdapat tanda-tanda defisiensi zinc, yaitu
satu atau lebih gejala. Pemberian antibiotika hanya terbatas karena pada umumnya
diare dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease), yang perlu diperhatikan
adalah penanganan dehidrasi yang terjadi. (Septin Handayani:10-16).
Pada tahun 1993 peresepan di Indonesia masih dikategorikan tidak rasional
karena masih tingginya poli-farmasi (3,5 obat per pasien), spenggunaan antibiotik yang
berlebihan (43,0%), serta penggunaan injeksi yang berlebihan (10- 80%). 5
Penggunaan obat rasional dapat diperbaiki mutunya antara lain melalui upaya
pengelolaan obat (managerial strategies) yang mencakup perbaikan sistem suplai
(proses seleksi dan pengadaan obat), kemudian sistem peresepan dan dispensing obat.
Kementerian Kesehatan RI belum memiliki standar dalam penggunaan obat rasional di
puskesmas, tetapi hanya memiliki target berdasarkan indikator peresepan WHO, yaitu: