OLEH
1.2 Etiologi
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan
kejadian kanker payudara penting dalam pemeriksaan kesehatan umum bagi
wanita. Faktor risiko kanker payudara dapat dibagi menjadi 7 kategori besar
yaitu (Admoun & Mayrovitz, 2022):
Usia: Angka kejadian kanker payudara yang disesuaikan dengan usia terus
meningkat seiring dengan bertambahnya usia populasi wanita.
Jenis Kelamin: Sebagian besar kanker payudara terjadi pada wanita.
Riwayat pribadi kanker payudara: Riwayat kanker pada satu payudara
meningkatkan kemungkinan kanker primer kedua pada payudara
kontralateral.
Faktor risiko histologis: Kelainan histologis yang didiagnosis melalui
biopsi payudara merupakan kategori penting faktor risiko kanker
payudara. Kelainan ini termasuk karsinoma lobular in situ (LCIS) dan
perubahan proliferatif dengan atypia.
Riwayat keluarga yang mengidap kanker payudara dan faktor risiko
genetik: Kerabat tingkat pertama dari pasien penderita kanker payudara
memiliki risiko berlebih 2 kali lipat hingga 3 kali lipat untuk terkena
penyakit ini. Lima persen hingga 10% dari seluruh kasus kanker payudara
disebabkan oleh faktor genetik, namun faktor ini mungkin menyebabkan
25% kasus terjadi pada wanita berusia kurang dari 30
tahun. BRCA1 dan BRCA2 adalah 2 gen terpenting yang bertanggung
jawab atas peningkatan kerentanan kanker payudara.
Faktor risiko reproduksi: Tahapan reproduksi yang meningkatkan paparan
estrogen seumur hidup seorang wanita diperkirakan meningkatkan risiko
kanker payudaranya. Diantaranya adalah timbulnya menarche sebelum usia
12 tahun, kelahiran hidup pertama setelah usia 30 tahun, nuliparitas, dan
menopause setelah usia 55 tahun.
Penggunaan hormon eksogen: Estrogen dan progesteron terapeutik atau
tambahan digunakan untuk berbagai kondisi, dengan dua skenario yang
paling umum adalah kontrasepsi pada wanita pramenopause dan terapi
penggantian hormon pada wanita pasca menopause.
Merokok
Karsinogen yang ditemukan dalam tembakau diangkut ke jaringan
payudara sehingga meningkatkan kemungkinan mutasi pada onkogen dan
gen penekan ( khususnya p53 ). Dengan demikian, tidak hanya perokok
aktif tetapi juga perokok pasif yang secara signifikan berkontribusi
terhadap timbulnya kejadian pro-karsinogenik.
Asupan Alkohol
Banyak bukti yang menegaskan bahwa konsumsi alkohol berlebihan
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko keganasan pada saluran
pencernaan; Namun, terbukti hal itu juga terkait dengan risiko kanker
payudara. Yakni, bukan jenis alkohol melainkan kandungan minuman
beralkohol yang paling besar mempengaruhi risiko kanker. Penjelasan
untuk hubungan ini adalah peningkatan kadar estrogen yang disebabkan
oleh asupan alkohol dan dengan demikian ketidakseimbangan hormon
mempengaruhi risiko karsinogenesis dalam organ kewanitaan. Selain itu,
asupan alkohol sering kali menyebabkan penambahan lemak berlebihan
dengan tingkat BMI yang lebih tinggi, yang juga meningkatkan
risiko. Hipotesis lain mencakup efek karsinogenik langsung dan tidak
langsung dari metabolit alkohol dan gangguan asupan nutrisi terkait
alkohol. Konsumsi alkohol khususnya diamati meningkatkan risiko kanker
payudara estrogen-positif.
Paparan Bahan Kimia
Paparan kronis terhadap bahan kimia dapat meningkatkan karsinogenesis
payudara dengan mempengaruhi lingkungan mikro tumor yang kemudian
menginduksi perubahan epigenetik bersamaan dengan induk si kejadian pro-
karsinogenik. Wanita yang secara kronis terpapar bahan kimia memiliki
kemungkinan lebih besar terkena kanker payudara, yang selanjutnya
berhubungan positif dengan durasi paparan. Jumlah bahan kimia yang
diusulkan untuk menginduksi karsinogenesis payudara sangatlah
signifikan; sejauh ini, dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT) dan
polychlorinated biphenyl (PCB) sebagian besar diselidiki dalam kaitannya
dengan kanker payudara karena paparan awal terhadap bahan kimia
tersebut mengganggu perkembangan kelenjar susu.
Obesitas: hubungan obesitas dengan kanker payudara disebabkan oleh
karena semakin banyak jaringan lemak maka semakin banyak estrogen
diproduksi. Selain itu juga berhubungan dengan kadar insulin, seseorang
dengan obesitas cenderung memiliki kadar insulin yang tinggi yang dapat
merangsang pertumbuhan sel kanker.
Usia menarche dan menopause faktor resiko ini berhubungan dengan lama
waktu pajanan estrogen dan progesteron endogen yang keduanya
merupakan hormon yang dapat mempengaruhi kontrol perkembangan dan
pertumbuhan payudara (Di Sibio et al, 2016). Menarche dini (< 12 tahun)
dan menopause yang terlambat (> 55 tahun) (Kemenkes RI, 2017) dapat
meningkatkan faktor resiko kanker payudara (Sun et al., 2017). Hal ini
disebabkan oleh karena semakin muda usia menarche dan semakin lama
waktu menopause maka semakin panjang waktu untuk payudara mendapat
pajanan oleh estrogen.
Fungsi payudara
1. Tujuan utamanya adalah untuk mengeluarkan ASI, yang membantu menyusui
bayi.
2. Ini juga memainkan peran penting dalam seksualitas perempuan.
Pertumbuhan sel
Kegagalan Memicu kerusakan
↑ hormon estrogen abnormal
mekanisme perbaikan DNA sel yang
DNA normal Pertumbuhan sel baru
Penebalan pada Pertumbuhan sel tidak terkendali
payudara (penumpukan abnormal
Sel tumbuh secara lemak)
abnormal fibrokistik
Gangguan
pertumbuhan sel Profilasi sel kanker pd
terus-menerus jaringan epitel payudara
CA MAMMAE
CA MAMMAE
B1 B2
B3
Bermetastase ke tulang
MK : Gangguan Eliminasi
urine Sel kankker merangsang
osteoblas
Kerja osteoblas ↑
MK : Gangguan Mobilitas
Fisik
1.7 Klasifikasi (Kolberg et al., 2023)
Kanker payudara invasif tanpa tipe khusus (NST), yang sebelumnya dikenal
sebagai karsinoma duktal invasif adalah subkelompok yang paling sering
terjadi (40-80%). Tipe ini didiagnosis secara default sebagai tumor yang gagal
diklasifikasikan ke dalam salah satu tipe khusus histologis . Sekitar 25%
kanker payudara invasif menunjukkan pola pertumbuhan dan gambaran
sitologi yang khas, oleh karena itu, kanker tersebut dikenali sebagai subtipe
spesifik (misalnya, karsinoma lobular invasif, tubular, musinous A, musinous
B, neuroendokrin).
Kanker payudara luminal adalah tumor ER-positif yang mencakup hamper
70% dari seluruh kasus kanker payudara di populasi Barat. Paling umum
kanker mirip Luminal muncul sebagai IBC tanpa subtipe khusus, tetapi
mereka jarang berdiferensiasi menjadi karsinoma mikropapiler invasif lobular,
tubular, kribriform invasif, mucinous, dan invasif. Dua proses biologis utama:
jalur terkait proliferasi dan jalur yang diatur luminal membedakan tumor
mirip Luminal menjadi subtipe Luminal A dan B dengan hasil klinis berbeda.
Tumor luminal A ditandai dengan adanya reseptor estrogen (ER) dan/atau
reseptor progesteron (PR) dan tidak adanya HER2. Dalam subtipe ini faktor
transkripsi ER mengaktifkan gen, yang ekspresinya merupakan karakteristik
epitel luminal yang melapisi saluran susu. Hal ini juga menunjukkan
rendahnya ekspresi gen yang berhubungan dengan proliferasi sel. Secara
klinis penyakit ini derajatnya rendah, pertumbuhannya lambat, dan cenderung
1.9 Komplikasi
Kanker payudara bisa menjadi fatal jika menyebar ke bagian tubuh
lainnya, seperti paru-paru, hati, otak, dll. Tindakan pengobatan juga bisa
menyebabkan efek samping atau komplikasi yang merugikan, termasuk:
• Infeksi luka pasca operasi.
• Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan
merasakan pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan
kekakuan di bahu.
• Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin
akan mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
• Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa tidak
nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-gejala ini
bisa berlangsung selama beberapa minggu pasca radioterapi.
• Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri
karena adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan pengobatan
ini juga akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan kelelahan, dll.
dalam jangka waktu yang singkat.
• Terapi yang Ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan,
namun bisa memengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang
sangat jarang terjadi.
1.10 Penatalaksanaan (Rosida, 2020)
- Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitotastika)
untuk menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan
menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan
kemoterapi bersifat sistemik. Obat sitostatika dibawa melalui aliran darah
atau diberikan langsung ke dalam tumor. Terdapat 3 jenis setting
kemoterapi yakni adjuvant, neoadjuvant dan primer (paliatif).
- Radioterapi Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah
kerusakan DNA dengan gangguan pada proses replikasi. Radioterapi
menurunkan jaringan panjang klien ca. mammae. Beberapa studi
membuktikan bahwa radioterapi setelah kemoterapi menghasilkan
longterm survival yang lebih baik di banding sebaliknya.
- Hormonal Terapi Hormonal terapi mulai dikembangkan sejak satu abad
yang lalu, masih paling efektif dan paling jelas targetnya dari terapi
sistemik untuk ca. mammae. Adjuvant hormonal terapi diindikasikan
hanya pada payudara yang menunjukkan 11 ekspresi positif estrogen
reseptor dan atau progesterone reseptor tanpa memandang usia, status
menopause, status kelenjar getah bening aksila maupun ukuran tumor.
- Operasi (mastektomi) Operasi merupakan modalitas utama untuk
penatalaksanaan ca. mammae. Hal ini memberikan control lokoregional
yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologi dan dari
spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan grading tumor, status kelenjar
getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor (semua
faktor diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas lain). Beberapai jenis
operasi pada ca. mammae adalah Classic Radical Mastectomy (CRM),
Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM),
Nipple Sparing Mastectomy (NSP), dan Breast Conserving Treatment
(BCT). Masing-masing memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian
yang berbeda. MRM (Modified Radical Mastectomy) adalah operasi
pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple aerola
kompleks, kulit diatas tumor dan fascia pektoral serta diseksi aksila level
I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal
lanjut. MRM merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (Rosida, 2020)
1.1 Pengkajian
b. Identitas klien : meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnose medis, dan no RM.
c. Keluhan klien : pada umumnya keluhan utama pasien meliputi kasus
d. Riwayat kesehatan :
- Riwayat penyakit sekarang : pada hal-hal yang sangat perlu dikaji yaitu
apakah terdapat kemerahan pada bagian tubuh tertentu seperti bahu, panggul
tumit, apakah timbul rasa nyeri, tanda-tanda sistemik peradangan termasuk
demam dan juga peningkatan sel darah putih, dan apakah terjadi penurunan
berat badan.
- Riwayat penyakit terdahulu : hal yang perlu dikaji apakah sebelumnya klien
pernah dirawat di RS, dan sebelumnya mempunyai riawayat sakit apa.
- Riwayat kesehatan keluarga : penyakit turunan seperti kanker
- Riwayat pengobatan : yang perlu dikaji yaitu kapan pengobatan klien
dimulai, dosis dan frekuensi minum obat.
- Riwayat diet : penurunan berat badan dan juga tinggi badan yang
menandakan malnutrisi yang berakibat pada lamanya penyembuhan luka
klien
- Status social & ekonomi : untuk mengidentifikasi factor lingkungan dan
tingkat perekonomian yang juga dapat mempengaruhi pada pola hidup klien
sehari-hari.
e. Pemeriksaan fisik :
- Keadaan umum : pada pasien dengan pre atau post op ca mammae biasanya
tidak terjadi penurunan kesadaran, untuk pemeriksaan tanda-tanda vital
yang dikaji adalah tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi.
- Payudara dan ketiak :
Inspeksi : biasanya ada benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus
dan berwarna merah, keluar cairan dari putting, serta kulit payudara
mengerut seperti kulit jeruk.
Palpasi : teraba benjolan pada payudara yang mengeras dan teraba
bengak, teraba juga pembesaran kelenjar getah bening di ketiak. Pada
penderita ca mammae yang sudah parah biasanya keluar cairan.
1.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
- Gangguan pertukaran gas
- Kerusakan integritas kulit
- Perfusi perifer tidak efektif
- Nyeri akut
- Gangguan citra tubuh
- Risiko infeksi
- Defisit nutrisi
- Gangguan mobilitas fisik
1.3 Intervensi Keperawatan
No STANDAR DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR
KEPERAWATAN KEPERAWATAN INTERVENSI
INDONESIA INDONESI KEPERAWATAN
INDONESIA
1 Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Pemantauan
(D.0003) (L.01003) respirasi (I.01014)
2 Gangguan integritas kulit Integritas Perawatan
(D.0129) kulit/jaringan integritas kulit
(L.14125) (I.11353)
3 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer
Perawatan sirkulasi
(L.02011) (L.02011)
(I.02079
4 Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri
(L.08066) (L.08238)
5 Gangguan citra tubuh Citra tubuh (L.09067) Promosi citra tubuh
(D.0083) (I.09305)
6 Risiko infeksi (D.0142) Kontrol risiko Pencegahan infeksi
(L.14128) (I.12406)
7 Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi Manajemen nutrisi
(L.03030) (I.03119)
8 Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik Dukungan
(D.0054) (L.05042) mobilisasi
(I.05173)
Admoun, C., & Mayrovitz, H. N. (2022). The Etiology of Breast Cancer. Breast
Cancer, 21–30. https://doi.org/10.36255/EXON-PUBLICATIONS-BREAST-
CANCER-ETIOLOGY
Kolberg, H.-C., Hartkopf, A. D., Fehm, T. N., Welslau, M., Müller, V., Schütz, F.,
Fasching, P. A., Janni, W., Witzel, I., Thomssen, C., Beierlein, M., Belleville,
E., Untch, M., Thill, M., Tesch, H., Ditsch, N., Lux, M. P., Aktas, B., Banys-
Paluchowski, M., … Würstlein, R. (2023). Update Breast Cancer 2023 Part 3 –
Expert Opinions of Early Stage Breast Cancer Therapies. Geburtshilfe Und
Frauenheilkunde, 83(9), 1117. https://doi.org/10.1055/A-2143-8125
Simon, A., & Robb, K. (2022). Breast Cancer. Cambridge Handbook of Psychology,
Health and Medicine, Second Edition, 577–580.
https://doi.org/10.1017/CBO9780511543579.131