sebesar 20% dari seluruh keganasan. Di Amerika Serikat keganasan ini adalah keganasan yang paling sering terjadi pada wanita dewasa. Pada laki-laki kelainan ini sangat jarang ditemukan. Sekitar 600.000 kasus kanker payudara baru didiagnosa setiap tahun dan 350.000 diantaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahun dan angka kematian menduduki urutan ke 6 dari seluruh kematian pada tahun 1989. Di Indonesia kanker payudara adalah kanker terbanyak kedua pada wanita sesudah kanker mulut rahim. Sejak tahun 1988 sampai 1990 keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Di Indonesia selain jumlah kasus yang banyak, kanker payudara lebih dari 70% ditemukan pada stadium lanjut. Karsinoma payudara paling sering terjadi pada kuadram atas sebelah luar (38.5%), bagian tengah (29%), kuadram atas bagian sebelah dalam (14.2%), kuadram bawah sebelah luar (8.8%), dan kuadram bawah sebelah dalam (5%). Kanker payudara paling sering berasal dari epitel duktus (lebih daro 90% kasus), sedangkan sebagian kecil berasal dari epitel lobolus. Sebagian besar penderita dengan kanker payudara T1 dan T2 akan memberikan gejala adanya massa payudara yang tidak nyeri. Dengan semakin lanjutnya kanker maka dapat menimbulkan nyeri, luka pada puting, perdarahan, inversi nipple, adanya lekukan pada payudara, “bloody nipple discharge”, limfadenopati aksiler, perubahan ukuran dan bentuk payudara. Penyebab spesifik karsinoma payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karsinoma payudara. 1. Faktor-faktor reproduksi 2. Penggunaan hormon 3. Penyakit fibrokistik 4. Obesitas 5. Konsumsi lemak 6. Radiasi 7. Riwayat keluarga dan faktor genetik 8. Kemungkinan merupakan faktor risiko Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara adalah : 1. nuliparitas, 2. menarche pada umur muda, 3. menopause pada umur lebih tua, 4. kehamilan pertama pada umur tua Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen “replacement” Laporan dari Centers of Disease Control (CDC) menyatakan bahwa terdapat peningkatan resiko kanker ini pada pengguna estrogen, tetapi resiko tidak meningkat sampai sebesar 30%. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat resiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, tetapi wanita yang menggunakan obat ini dalam waktu yang lama mempunyai resiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum manopause. Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, fibrosis, tidak ada peningkatan resiko terjadinya kanker payudara Pada hiperplasis, papiloma resiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali, sedangkan pada hiperplasia atipik mempunyai resiko meningkat sebesar 5 kali. Terdapat hubungan positif antara berat badan, bentuk tubuh dan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Hubungan berat badan dengan resiko kanker payudara tergantung pada umur. Pada wanita berumur kurang dari 50 tahun tidak ada peningkatan resiko dengan peningkatan berat-badan, tetapi pada umur 60 tahun peningkatan 10 kg meningkatkan resiko kanker ini sebesar 80%. Menurut Gray dkk, rate mortalitas kanker payudara sangat berhubungan dengan konsumsi lemak (r=0,93). Terdapat bukti bahwa nutrisi mempengaruhi kanker payudara melalui perubahan umur menarche dan berat-badan. Penelitian Howe dkk, melaporkan bahwa terdapat penurunan resiko sebesar 15% bila terjadi peningkatan diet serat sebanyak 20gr/hari, selain itu makanan yang mengandung phytoestrogen terutaman protein kacang kedelai protektif terhadap kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa resiko kanker karena radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur. Resiko terjadinya kanker ini akibat eksposur dengan radiasi akan menurun secara tajam dengan meningkatnya umur. Hal ini menjadi penting, apabila mempertimbangkan keuntungan skrining mammografi atau terapi radiasi sebagai salah satu komponen pengobatan konservatif kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara yang berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1 yaitu suatu gen kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Pada beberapa studi kasus kontrol ditemukan hubungan antara konsumsi alkohol dengan kanker payudara. Suatu studi kohort di AS menemukan sebesar 1,5 sampai 2 bila intake alkohol sebesar 5-15g/hari. Observasi secara klinis memperkirakan bahwa terdapat hubungan antara trauma emosional dengan terjadinya kanker. Beberapa studi epidemiologis menyatakan bahwa terdapat hubungan antara insiden kanker dengan stress psikososial. Beberapa keadaan lain yang diperkirakan berhubungan dengan resiko terjadinya kanker ini adalah tiroid, hiperparatiroid, penggunaan reserpine, pewarna rambut. Umum 1. Riwayat penyakit: status menstruasi, paritas, riwayat keluarga 2. Pemeriksaan fisik: payudara, aksila, daerah supraklavikula, abdomen dan pelvis. Pemeriksaan khusus 1. Aspirasi jarum 2. Biopsi: pemeriksaan histologis Pemeriksaan radiologis 1. Sebelum biopsi: mammography, foto thoraks 2. Sesudah biopsi: bone scan, scan hati dan limpa, internal mammary lymphoscintigraphy Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan tambahan : indeks DNA, Oncogene Assay 1. Skrining dengan pemeriksaan payudara sendiri 2. Mammografi 3. Pencegahan Primer: langkah yg dilakukan untuk menghindarkan diri dari setiap faktor yang dapat menimbulkan kanker payudara. Sekunder: deteksi dini melakukan sadari dan skrining. Tersier: melakukan penanganan yang tepat pada penderita untuk mengurangi kecacatan